Anda di halaman 1dari 3

Dokter Bintang Lima

Jika kita telusuri, masih banyak puskesmas di daerah yang belum memiliki
kepala puskesmas definitif. Hal ini disebabkan antara lain belum ada pegawai yang
memiliki jabatan dan golongan ruang yang memenuhi persyaratan. Atau tidak adanya
dokter definitif di puskesmas tersebut karena sebagian besar dokter di perifer adalah
dokter PTT atau dokter kontrak. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka diangkatlah
PLH Kepala Puskesmas dari staf puskesmas atau dokter PTT yang dianggap memiliki
kemampuan manajerial untuk mengatur puskesmas. Oleh karena itu di pelosok daerah
banyak kita jumpai puskesmas yang dipimpin oleh PLH yang berasal dari perawat,
bidan, SKM, ataupun dokter PTT.
Tahun pertama sebagai dokter PTT saya bertugas di pustu sebagai dokter dan
kepala pustu. Selanjutnya, saya diberi amanat sebagai PLH Kepala Puskesmas hampir
selama tiga tahun. Banyak suka dan dukanya mengemban tugas sebagai PLH Kepala
Puskesmas. Jujur saja, sebagai dokter PTT kalau disuruh memilih antara menjadi
dokter di klinik saja atau menjadi PLH Kepala Puskesmas, maka saya akan menjawab
menjadi dokter di klinik saja. Kerjaan lebih nyantai, tidak pusing dengan urusan
manajemen, pulang kerja bisa langsung buka praktik, malam bisa langsung istirahat,
tidak usah repot memikirkan cakupan program dan agenda rapat-rapat. Ad list,
sebagai dokter PTT khan tugas utama kita memberikan pelayanan, bukan ngurusin
tetek-bengek manajemen yang menyita banyak waktu ?
Ah, kalau mau menuruti ego sih sebenarnya bisa-bisa saja kita menolak untuk
menjadi PLH Kepala Puskesmas. Namun hati nurani ternyata berkata lain. Masih
terngiang-ngiang pelajaran IKM dahulu bahwa sebagai dokter kita harus memiliki jiwa
sosial. Sebagai dokter masa depan kita dituntut menjadi dokter bintang lima (five
star doctor). Dokter bintang lima adalah cermin dokter masa depan yang memiliki
kemampuan sebagai care provider (pemberi pelayanan yang baik), decision
maker (pengambil keputusan), communicator (komunikator), community
leader (pemimpin masyarakat), dan manager (manajer).
Sebagai care provider (pemberi pelayanan), dalam memberikan pelayanan
medis seorang dokter harus memperlakukan pasien secara total, meliputi aspek
jasmani, rohani, dan kehidupan sosial yang menjadi kebutuhan pasien. Mereka harus
memberikan pelayanan yang menyeluruh meliputi perawatan kuratif, preventif, dan
rehabilitatif dengan pelayanan yang menyeluruh, integral dari aspek individu dan
masyarakat, serta berkelanjutan. Segala perawatan tersebut harus diberikan dengan
pelayanan yang bermutu.
Dokter di sarana pelayanan kesehatan perifer dapat menjalankan fungsi tenaga
perawatan kuratif dan rehabilitatif dengan memberikan pelayanan dan tindakan medis
sederhana. Terutama untuk sepuluh besar penyakit yang sering terjadi di Puskesmas.
Pelayanan harus diberikan dengan penuh empati dan bermutu dengan berpijak
pada evidence based medicine. Oleh karena itu, agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu tersebut, seorang dokter harus senantiasa meng-
update keilmuannya dengan banyak membaca jurnal ilmiah dan mengikuti pelatihan.
Sayangnya tidak semua daerah PTT memiliki akses jaringan untuk mendapatkan jurnal
ilmiah maupun kesempatan untuk mengikuti pelatihan medis.
Sebagai decision maker (pengambil keputusan), dokter harus memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan yang terbaik dalam memilih jenis pelayanan
dan perawatan dengan mempertimbangkan asas manfaat dan efektifitas biaya. Saat
dihadapkan pada berbagai pilihan jenis perawatan yang tersedia untuk suatu jenis
masalah kesehatan, dokter harus memilih jenis perawatan mana yang tepat. Adanya
keterbatasan dalam jenis perawatan tertentu harus dipertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya bagi setiap individu di masyarakat.
Seorang dokter dituntut untuk dapat membantu pasien memilih jenis
pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang efektif dan berhasil guna. Dalam posisi
ini dokter di sarana pelayanan kesehatan perifer sering dihadapkan pada keadaan
yang sulit. Banyak kasus yang sebenarnya memerlukan pemeriksaan tambahan di
laboratorium rumah sakit, namun karena keterbatasan fasilitas dan biaya dari pasien,
akhirnya pasien tidak dapat menjalaninya. Akhirnya banyak terjadi kasus
yang over atau underdiagnosis yang berakibat pada over atau under therapy. Oleh
karena itu dibutuhkan skill dokter yang tinggi untuk dapat memutuskan perlu tidaknya
suatu pemeriksaan tambahan bagi pasien dengan mempertimbangkan berbagai
keterbatasan tadi.
Sebagai communicator (komunikator), dokter diharapkan mampu
mempromosikan gaya hidup sehat. Berbagai aspek gaya hidup seperti pengaturan diet
yang seimbang, pengaturan beban kerja, maupun kepedulian terhadap lingkungan
ternyata memberikan pengaruh yang penting bagi kesehatan. Di lapangan,
kemampuan indivividu untuk mengatur gaya hidup sehat sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, seorang dokter diharapkan
mampu mempengaruhi dan mengajak individu, keluarga, dan masyarakat untuk
mengembangkan pola hidup sehat secara mandiri dan bersama-sama mengembangkan
berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Dokter di sarana pelayanan kesehatan perifer dapat berperan serta merubah
pola hidup masyarakat agar menjadi masyarakat sehat dengan memberikan
penyuluhan di posyandu, membuat tulisan-tulisan, ataupun menyisipkan materi
kesehatan dalam berbagai pertemuan formal maupun informal. Dokter dapat
memanfaatkan forum-forum di masyarakat seperti seperti pertemuan RT, mimbar
khutbah jumat, pertemuan lintas sektoral.
Sekali waktu kita pernah membuat pertemuan lintas sektoral di kecamatan
untuk membuat komitmen bersama untuk melaksanakan Gerakan 3 M, Gerakan
Jumat Bersih, Gerakan Tidak Buang Air Besar Sembarangan, dan Gerakan Bebas Rokok
dalam Pertemuan. Alhamdulillah kegiatan ini mendapatkan respon yang cukup baik
dari Camat maupun perangkat desa.
Sebagai community leader (pemimpin masyarakat), dokter tidak boleh
menutup mata dari berbagai masalah dan kebutuhan hidup masyarakat di sekitarnya.
Dokter harus memiliki inisiatif dan jeli dalam melihat berbagai kebutuhan masyarakat
yang berkaitan dengan aspek fisik dan lingkungan sosialnya. Dengan memberikan
perhatian yang cukup terhadap setiap faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kesehatan, maka dokter masa depan tidak hanya mencurahkan perhatiannya pada
orang yang sakit, tetapi juga memiliki perhatian terhadap aktivitas kesehatan
masyarakat yang lain. Dengan demikian, dokter masa depan akan mampu menyusun
program sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mendapatkan kepercayaan di
masyarakat untuk memandu mereka dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Bersama dengan jajarannya, dokter di sarana pelayanan kesehatan perifer
harus aktif melakukan survey mawas diri ke masyarakat untuk menggali langsung
masalah kesehatan., Dokter diharapkan dapat melakukan kunjungan rumah pasien
maupun keluarga di sekitar pasien untuk mengetahui seberapa besar dampak penyakit
terhadap lingkungan di sekitarnya. Jadi, sebagai dokter PTT di daerah perifer jangan
hanya sekadar membunuh waktu dan menghabiskan gaji dengan sekadar pergi jalan-
jalan atau tiduran di rumah dinas, tetapi harus memiliki kepedulian terhadap masalah
kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Sebagai manager (manajer), dokter diharapkan dapat memanfaatkan data-data
kesehatan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Dengan kemampuan
manajerial yang dimilikinya, dokter dapat menjalin kerjasama dengan tim dari
berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan maupun
kehidupan sosial. Dokter harus mampu mengintegrasikan metode yang lama dan yang
baru dalam perawatan kesehatan individu dan masyarakat.
Sebagai seorang manajer, seorang dokter yang diamanati sebagai PLH Kepala
Puskesmas diharapkan dapat mengatur staf dari berbagai disiplin ilmu, dengan
berbagai tingkat pendidikan dan usia, dengan karakter yang saling bertolak belakang.
Berbagai permasalahan di puskesmas menyangkut kehadiran pegawai, tuntutan beban
kerja yang biasanya tidak seimbang dengan jumlah staf, kecenderungan untuk
mengutamakan hak daripada melaksanakan kewajiban, pengaturan keuangan yang
tidak transparan biasanya akan mewarnai kehidupan di puskesmas. Dan kepala
puskesmas diharapkan dapat menyelesaikan masalah intern ini dengan bijaksana agar
program di puskesmas tetap berjalan baik.
Sasaran utama dokter masa depan sebenarnya adalah dokter keluarga. Namun
tak ada salahnya jika semua dokter mampu mengemban kelima amanat tersebut
dalam ruang lingkup kerjanya, terutama bagi mereka yang hidup dalam lingkungan
kedokteran komunitas seperti di puskesmas. Alhasil, standardisasi dokter bintang lima
ini telah menjadi sebuah keniscayaan yang harus diwujudkan oleh semua dokter.
Nah, setelah merenungi kembali makna dokter bintang lima tersebut, suka atau
tidak suka, sebagai seorang dokter PTT yang berorientasi ke depan, kita harus siap
menerima tanggung jawab saat dibutuhkan untuk memimpin sarana pelayanan
kesehatan perifer. (Mulyono dr.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai