Anda di halaman 1dari 15

Referat I Kepada Yth :

Selasa, 16 April 2019

07.30 WIB

WAWANCARA PSIKIATRIK

Penyaji : Munawir Saragih

Pembimbing : dr. Vita Camellia, M.Ked., Sp.K.J.

Moderator : Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp.K.J.(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I


DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
MEDAN
2019
WAWANCARA PSIKIATRIK

Penyaji : Munawir Saragih

Pembimbing : dr. Vita Camellia, M.Ked., Sp.K.J.

Moderator : Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp.K.J.(K)

Hari/Tanggal : Selasa/16 April 2019

Pukul : 07.30 WIB

Tempat : Departemen Psikiatri Rumah Sakit Universitas


Sumatera Utara Lantai 3

I. PENDAHULUAN
Suatu wawancara profesional berbeda dari wawancara lain dimana
seseorang berkonsultasi dengan yang dianggap ahli. "Profesional" itu
diharapkan memberikan beberapa bentuk bantuan, apakah dia seorang
pengacara, akuntan, arsitek, psikolog, pekerja sosial, atau dokter. Dalam
wawancara klinis, biasanya pasien menginginkan pertolongan dan dokter
diharapkan dapat memberikan pertolongan tersebut. Harapan mendapatkan
bantuan untuk meringankan penderitaannya memotivasi pasien untuk
mengekspos dirinya sendiri dan untuk “menceritakan semuanya.” Proses ini
difasilitasi oleh kerahasiaan hubungan dokter-pasien. Selama pasien
memandang dokter sebagai sumber bantuan potensial, dia akan berkomunikasi
lebih bebas tentang materi apa pun yang dia rasa mungkin berkaitan dengan
kesulitannya. Oleh karena itu, seringkali sebagian besar informasi tentang
pasien dan penyakitnya diperoleh hanya dengan mendengarkan. 1
George Engel mengatakan bahwa wawancara klinis dalam kedokteran
adalah "Sangat diperlukan untuk interaksi dokter-pasien, wawancara yang
dibangun dengan baik dapat benar-benar dianggap sebagai instrumen yang
paling kuat, paling sensitif dan paling serbaguna yang tersedia untuk dokter."
Meskipun kemajuan sangat pesat dalam bidang sains dan teknologi,
pernyataan ini masih benar hingga hari ini dan mungkin tidak ada dalam dunia
kedokteran yang wawancara lebih menonjol daripada dalam praktik psikiatri,
1
spesialisasi yang hampir seluruhnya bergantung pada sejarah dan pemeriksaan
yang cermat untuk menegakkan diagnosis.2
Wawancara Psikiatri merupakan elemen paling penting dalam evaluasi
dan perawatan orang dengan penyakit mental. Tujuan utama dari wawancara
psikiatrik awal adalah untuk memperoleh informasi yang akan menetapkan
diagnosis berdasarkan kriteria diagnosis. Proses ini, membantu dalam prediksi
perjalanan penyakit dan prognosis yang mengarah pada pengobatan yang akan
diberikan. Wawancara psikiatri yang dilakukan dengan baik menghasilkan
pemahaman multidimensi dari elemen biopsikososial dari suatu gangguan dan
memberikan informasi yang diperlukan untuk psikiater, bekerja sama dengan
pasien, untuk mengembangkan rencana perawatan yang berpusat pada
pasien.3
Dua tujuan utama yang membentuk wawancara psikiatrik awal, yang
pertama adalah untuk mengembangkan basis data biopsikososial yang
memberikan informasi tentang diagnosis, penilaian risiko dan perencanaan
pengobatan yang berfokus pada pasien. Yang kedua adalah membentuk
hubungan positif yang menetapkan tahapan untuk perawatan efektif yang
mungkin berawal dari pertemuan pertama dengan pasien. 2
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai fase dalam wawancara
psikitrik yang meliputi fase perkenalan, fase pembukaan, fase isi, fase
penutupan dan fase akhir.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Fase Perkenalan
Fase perkenalan dimulai ketika dokter dan pasien pertama kali bertemu
dan berakhir ketika dokter merasa cukup nyaman untuk memulai penyelidikan
tentang alasan mengapa pasien mencari dokter. Ketika dilakukan dengan baik
dapat berlangsung satu atau dua menit. Ketika dilakukan dengan buruk, fase ini
hampir tidak terjadi sama sekali, atau lebih buruk lagi, dokter dan / atau pasien
menyesal telah menjadi bagian dari fase ini. perkenalan merupakan salah satu
fase terpenting dari wawancara, karena pada tahap ini akan dibangun rapport
dan pasien akan membentuk kesan awal mereka. Kesan awal ini, dapat
membantu menentukan arah wawancara pada fase berikutnya dan bahkan
mungkin mempengaruhi penatalaksanaan pasien tersebut. 4

2
II.1.1. Menciptakan lingkungan yang nyaman

Keputusan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter, terutama seorang


psikiater kadang masih menimbulkan keraguan dalam diri pasien, walaupun
pasien pernah mengalami situasi tersebut. Terkadang pasien takut untuk
menceritakan masalahanya karena pasien merasa malu, takut dinilai negatif
oleh orang lain. Tujuan dokter selama perkenalan relatif sederhana yaitu
melibatkan pasien dalam mengurangi kecemasannya. Adapun tujuan pasien
juga relatif sederhana: "untuk mencari tahu apa yang terjadi pada dirinya,"
karena banyak pasien menemui seorang psikiater untuk pertama kalinya.
format fase perkenalan bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya. Dalam
beberapa kasus di mana pasien sangat psikotik, pasien dapat dengan cepat
memotong fase perkenalan. Dalam kasus seperti itu, dokter harus bijaksana
untuk mengikuti keinginan pasien, karena jelas pasien seperti itu perlu
menceritakan kisah mereka dengan cepat. Dokter sebaiknya jangan mengikuti
secara kaku format fase perkenalan pada pasien terseut karena formatnya
adalah panduan, bukan aturan.1,4

II.1.2. Menjaga kerahasiaan pasien


Pada akhir fase perkenalan, ketika seseorang beralih ke fase
pembukaan wawancara, biasanya dokter menyatakan akan menjaga
kerahasiaan pasien. Penting untuk menjelaskan tentang kerahasiaan, karena
memiliki konsekuensi penting untuk membangun kepercayaan. Dengan
memberikan penjelasan mengenai ruang lingkup kerahasiaan tersebut dan
pengecualian dalam kondisi tertentu akan meningkatkan kepercayaan pasien
terhadap dokter. 4

II.1.3. Membangun Rapport


Rapport dapat didefinisikan sebagai respon yang harmonis antara dokter
dan pasien, sangat penting untuk meyakinkan pasien bahwa dokter tertarik
dengan cerita pasien. menunjukkan empati ("Itu pasti sangat sulit bagi Anda"
3
atau "Saya mulai memahami betapa buruknya perasaan itu") semakin
meningkatkan rapport tersebut. Seringkali respons nonverbal (mengangkat alis
atau condong ke arah pasien) atau respons yang sangat singkat ("Wow") akan
sama efektifnya. Empati memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan pasien
dan itu terjadi ketika psikiater mampu menempatkan dirinya sendiri di tempat
pasien sementara pada saat yang sama mempertahankan objektivitas. Bagi
psikiater untuk benar-benar memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan
pasien memerlukan apresiasi terhadap banyak masalah dalam kehidupan
pasien.2,3
Tugas seorang dokter adalah mencoba membangun rapport yang netral,
namun peduli, dengan pasien dan idealnya untuk bertindak sebagai mitra
dalam menjalin hubungan dokter-pasien. Yang paling penting, terlepas dari
seberapa tidak biasa atau anehnya pengalaman yang dilaporkan pasien
tampak bagi dokter, ia harus tetap netral dan tenang, namun dengan sikap
tertarik pada cerita pasien, dan secara diam-diam menyampaikan kepada
pasien bahwa ia akrab dengan jenis psikopatologi yang sedang diekspresikan.
Pewawancara yang terampil, yang memiliki pengetahuan luas dalam
psikopatologi dan yang mampu menemukan semacam struktur aliran
pengalaman yang dilaporkan pasien, akan sering memengaruhi pasien untuk
merasa lebih aman. Pasien akan merasa terdorong untuk menguraikan lebih
banyak tentang pengalamannya dan sering secara sukarela memberikan lebih
banyak informasi. Pewawancara tidak boleh mengambil sikap penasaran atau
sikap menghakimi.5

II.2. Fase Pembukaan


Dikombinasikan dengan fase perkenalan, fase pembukaan mungkin
merupakan waktu yang paling kritis untuk membangun raport dokter dengan
pasien. Jika akhir dari fase perkenalan menandai pembentukan kesan awal
pasien dari dokter, akhir dari fase pembukaan mewakili pengukuhan atau
penolakan pasien terhadap dokter. Sebagian besar, pasien telah menentukan
pada akhir pembukaan apakah mereka pada dasarnya suka atau tidak suka
terhadap dokter. Pendapat pasien ini mungkin tidak diucapkan, tetapi akan
membutuhkan usaha yang agak besar untuk mengubahnya. Dalam banyak
kasus ketika pasien menghentikan pengobatan setelah dua atau tiga sesi,

4
ketidaksetujuan pasien mungkin akan tumbuh dalam pembukaan 7 menit
wawancara pertama.4
Dalam fase pembukaan ini, dokter biasanya menggunakan pertanyaan
terbuka (open ended question) untuk mengalihkan wawancara ke pasien dalam
tingkat verbal, dengan pertanyaan terbuka tersebut akan memberikan pasien
kesempatan untuk memulai berbagi dengan dokter dengan menceritakan
sesuatu yang dirasa nyaman oleh pasien. Pertanyaan terbuka akan
memberikan ruang bagi pasien untuk menceritakan masalahnya sesuai yang
dia inginkan dan meminimalkan potensi untuk dipengaruhi oleh pendapat dokter
tetapi memberikan struktur minimal tentang bagaimana merespon pertanyaan
atau mendapatkan respon yang diinginkan dokter sedangkan pertanyaan
tertutup (closed-ended question) meminta respon singkat ya atau tidak dan
akan mendapatkan jawaban yang diinginkan oleh dokter. Kedua tipe
pertanyaan ini sangat penting untuk mewawancara pasien dan keduanya
memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. 2,4
Pasien memiliki dua tujuan utama selama fase pembukaan:
1) untuk menentukan apakah "boleh" untuk berbagi masalah pribadi
dengan dokter, dan
2) untuk menentukan masalah pribadi mana yang akan diceritakan.
Tujuan utama ketiga dari pasien juga muncul, yaitu “untuk menceritakan
kisah saya dengan benar, sehingga dokter mengerti saya.” Meskipun
pengenalannya ditangani dengan baik, mekanisme pertahanan diri pasien
biasanya akan diaktifkan selama fase ini, karena di sini. pemaparan diri secara
sadar dimulai.4
Dengan tujuan pasien ini sebagai acuan, salah satu tujuan dokter
menjadi jelas: Proses pendekatan yang dimulai dalam fase perkenalan harus
dipertahankan selama fase pembukaan. Daya tahan dan elastisitas pendekatan
ini, sebagian besar, akan menentukan kedalaman penyelidikan dan tingkat
penataan yang akan ditoleransi pasien dalam fase wawancara berikutnya.
Pendekatan untuk fase pembukaan umumnya berlangsung sebagai berikut:
Setelah dokter telah mengakhiri perkenalannya, teknik pertanyaan terbuka
digunakan untuk mengalihkan wawancara kepada pasien pada tingkat verbal. 4
Pada fase pembukaan, dokter menerima kesempatan langka untuk
menilai empat bidang penting:

5
1) Pandangan sadar pasien tentang masalahnya, serta tujuan sadar pasien
untuk wawancara itu sendiri (misalnya, Apa yang diinginkan pasien dari
wawancara?);
2) Keadaan mental langsung pasien, yang dapat mempengaruhi jenis
wawancara yang menurut dokter paling sesuai secara klinis untuk pasien
ini;
3) Konseptualisasi dokter sendiri tentang masalah pasien, serta pandangan
dokter tentang tujuan bawah sadar pasien untuk wawancara (mis., Apa
yang diinginkan pasien dari wawancara ini?); dan
4) Evaluasi dari proses wawancara itu sendiri. 4
Terdapat empat tugas analitik dari fase pembukaan yang secara kreatif
digabungkan dengan keterampilan intuitif dari dokter. Berbekal saling
mempengaruhi antara analisis dan intuisi ini, dokter dengan cepat memulai
“pengetahuan” awal pasien. Dalam upaya untuk mempertajam keterampilan
analitik pada fase pembukaan, tugas klinisi adalah: 4
1) Menilai perspektif dan tujuan sadar pasien
2) Penilaian kondisi mental langsung pasien
3) Perspektif dokter tentang masalah pasien dan tujuan bawah sadar
pasien
4) Evaluasi wawancara itu sendiri

II.3. Fase Isi


Dalam dua fase pertama wawancara, perkenalan dan pembukaan, kita
melihat bahwa, fase-fase ini kurang terstruktur dibandingkan fase lainnya.
Secara prinsip, wawancara dapat dilakukan dalam tiga cara:
1) Wawancara terstruktur penuh
Wawancara psikiatri terstruktur penuh (The fully structured psychiatric
interview) didefinisikan sebagai suatu set pertanyaan yang telah
ditentukan sebelumnya dan disajikan secara berurutan. Informasi
diagnostik berdasarkan pada respon pasien dan hasil observasi dokter.
2) Wawancara terstruktur sebagian
Wawancara terstruktur sebagian (the semi-structured interview) berada
diantara wawancara terstruktur penuh dengan wawancara tidak
terstruktur, pewawancara memiliki kerangka konsep dan ceklis dari topik

6
yang ingin dicakup dalam wawancara tapi pewawancara tidak
menyiapkan pertanyaan sebelumnya.
3) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur (the unstructured interview) adalah
wawancara yang dilakukan tanpa menentukan pertanyaan maupun topik
yang ingin ditanyakan dari awal. Wawancara tidak terstruktur adalah
sebuah cara untuk memahami perilaku komplek individu tanpa
menyiapkan pertanyaan atau topik prioritas yang ditanyakan yang dapat
membatasi informasi yang didapat dari pasien tersebut. 1,5

Mengumpulkan data
Data yang dikomunikasikan dalam wawancara psikiatrik bersifat
introspektif dan inspektif. Data introspektif meliputi laporan pasien tentang
perasaan dan pengalamannya, materi ini biasanya diekspresikan secara verbal.
Data inspeksi melibatkan perilaku nonverbal pasien dan pewawancara. Pasien
sebagian besar tidak menyadari pentingnya komunikasi nonverbal dan waktu
mereka dalam kaitannya dengan konten verbal. Komunikasi nonverbal yang
umum melibatkan respons emosional pasien, seperti menangis, tertawa,
tersipu, dan gelisah. Cara yang sangat penting di mana pasien menyampaikan
perasaan adalah melalui kualitas fisik suaranya. Pewawancara juga mengamati
perilaku motorik pasien untuk menyimpulkan proses pemikiran yang lebih
spesifik yang belum diverbalisasi. Misalnya, pasien yang bermain dengan cincin
kawinnya atau melihat arlojinya telah mengomunikasikan lebih dari sekadar
kecemasan yang menyebar.1
Informasi yang perlu dikumpulkan selama fase isi wawancara secara
standar, seperti yang dilakukan di rumah sakit jiwa atau unit rawat inap. Dalam
jangka waktu kira-kira 30-40 menit dokter akan mencoba untuk secara sensitif
mengungkap data berikut:4
1) Mengidentifikasi data
Informasi yang diperlukan adalah identitas pasien, biasanya didapatkan
dari pasien sendiri. Jika didapatkan dari sumber lain maka harus dicatat
di awal database.

7
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah tanggapan pasien terhadap pertanyaan, "Apa
yang membuat Anda datang kepada saya / ke rumah sakit hari ini?"
Atau beberapa varian darinya.
3) Riwayat perjalanan gangguan sekarang
Hendaknya diceritakan pasien menurut caranya sendiri, kemudian
dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan pertanyaan-pertanyaan
khusus.
4) Riwayat gangguan dahulu
Ini merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah
dialami pasien dari lingkungan luar maupun dari dalam dirinya,
Sebagian besar penyakit kejiwaan bersifat kronis. Karena alasan ini,
seringkali pasien memiliki episode penyakit sebelumnya dengan atau
tanpa pengobatan.
5) Perspektif orang yang diwawancarai:
Sebagian besar perspektif ini akan terungkap di pembukaan, tetapi
nuansa biasanya akan muncul di fase isi juga.
6) Skrining untuk diagnosis lainnya
Skrining ini termasuk skrining untuk gangguan mood, gangguan
kecemasan, gangguan spektrum skizofrenia, gangguan makan,
gangguan penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian, dll.
7) Riwayat perkembangan dan kehidupan sosial
Riwayat perkembangan dan kehidupan sosial menjelaskan tahapan
kehidupan pasien sejak gestasi sampai sekarang dengan
memperhatikan paparan, hubungan dan kejadian penting yang
membentuk riwayat hidup pasien. Riwayat ini termasuk riwayat
kehidupan pasien, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, keadaan
hidup saat ini, dan area sensitif seperti inces dan kekerasan dalam
rumah tangga.
8) Kerangka kerja untuk makna dan spiritualitas
Kerangka ini perlu dieksplorasi dengan cara yang sensitif terhadap
masalah keanekaragaman budaya.
9) Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga penting untuk dinilai dan dapat membantu dalam
mendiagnosis dan mencapai prognosis yang diharapkan karena banyak
8
penyakit psikiatri memiliki predisposisi genetik, selain itu dengan
riwayat keluarga, didapatkan juga informasi mengenai masalah
penggunaan zat terlarang, dan masalah perilaku lainnya dalam
keluarga pasien.
10) Riwayat bunuh diri dan resiko kekerasan
Menanyakan riwayat bunuh diri dan resiko kekerasan pada pasien akan
membantu dokter dalam memahami bahwa resiko adalah sebuah
proses dinamik yang dipengaruhi oleh faktor penguatan resiko dan
faktor penurunan resiko yang berasal dari genetik, pembelajaran sosial,
kondisi lingkungan, dan sifat tertentu dari tanda dan gejala yang muncul
sekarang. Elemen penting dalam penilaian resiko ini meliputi detail
kejadian masa lalu tentang melukai diri sendiri secara sengaja dan
perilaku agresif.
11) Riwayat medis.
Riwayat medis diperlukan untuk mengetahui penyakit yang diderita
pasien sebelumnya, menyingkirkan kemungkinan penyakit medis yang
menyerupai gangguan psikiatri dan mencari hubungan gangguan
psikiatri sekarang dengan riwayat medis pasien.
12) Pemeriksaan status mental kognitif formal (kadang-kadang opsional)
Wilayah ini dicadangkan untuk status mental kognitif yang lebih khusus,
di mana seorang dokter memeriksa orientasi, menilai perhatian, fungsi
memori, dan kecerdasan umum.2,4,6,7
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa sebelum kita dapat membahas
strategi untuk menyelesaikan fase ini, kita harus terlebih dahulu mengakui
bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh dokter adalah bahwa
jumlah data yang besar seringkali perlu dikumpulkan dalam periode waktu yang
singkat. dengan kata lain, dokter yang baik tidak hanya mendengarkan dengan
empatik, mereka secara aktif mengeksplorasi. Pasien belum tentu tahu
informasi mana yang relevan untuk perencanaan perawatan mereka. Adalah
dokter yang harus memberikan penataan dan bimbingan yang lembut yang
akan membentuk landasan tindakan yang valid. Dokter yang berbakat memiliki
kemampuan untuk menjelajahi database yang besar ini sedemikian rupa
sehingga pasien merasa bahwa mereka telah berpartisipasi dalam percakapan
yang menarik dengan orang yang peduli terhadap mereka. 4

9
Dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan terpenting wawancara awal
adalah pengamanan wawancara kedua (kunjungan kembali). Tidak peduli
seberapa bagus formulasi klinis dan rencana perawatan wawancara awal, kita
tidak dapat membantu pasien yang tidak kembali untuk wawancara kedua.
Menariknya, ketika fase isi wawancara akan selesai, sebagian besar pasien
telah memutuskan apakah mereka akan kembali atau tidak. Secara alami,
banyak pasien tertarik untuk kembali berkaitan dengan terus menerus
menggunakan keterampilan komunikasi (seperti empati strategis dan kejujuran)
selama fase isi wawancara. Tetapi keterampilan komunikasi ini jauh dari
keseluruhan cerita, karena pasien tidak datang kembali untuk melihat terapis
semata-mata karena mereka merasa terapis adalah orang yang penuh kasih
dan perhatian (mereka mungkin punya teman yang cukup memberi mereka
kedua sifat ini). Mereka kembali karena mereka pikir kita bisa membantu
mereka. Mereka kembali karena kita telah meyakinkan mereka bahwa kita
memiliki keahlian yang tidak dimiliki teman-teman mereka. Keahlian ditambah
dengan kepedulian yang menciptakan sensasi harapan yang sangat penting.
Harapan yang mengarah pada kunjungan kembali. 4

II.4. Fase Penutupan


Ketika wawancara terus bergerak menuju fase penutupan, ketegangan
tertentu mungkin timbul pada pasien. Dari sudut pandang pasien,
pertanyaannya menjadi “Apa yang telah kita capai di sini?” Atau “Apakah ini
sepadan dengan waktu dan / atau uang saya?” Berbagai pertanyaan mungkin
timbul dalam pikiran pasien, baik secara sadar atau tidak sadar. Tidak setiap
pasien memiliki semua masalah ini, tetapi banyak pasien akan mencari
jawaban untuk sejumlah besar dari pertanyaan itu. Semua pertanyaan ini tepat
dan alami. Memang, pasien, dalam arti tertentu, memiliki hak untuk diskusi
tentang masalah ini dengan dokter. Dokter hanya akan memiliki jawaban
sementara untuk banyak hal, dan pasien harus dibuat sadar akan fakta ini.
Tetapi bahkan jawaban sementara pun dapat memberikan pengalaman
meyakinkan yang kuat untuk pasien. Jika dijawab secara sensitif, dokter dapat
membantu mengurangi ketakutan pasien terhadap hal yang tidak diketahui,
termasuk pertanyaan yang mengganggu, "Apa yang terjadi pada saya?" 4
Salah satu tugas utama dalam penutupan adalah untuk
mengkonsolidasikan perasaan positif dan menggerakkan harapan yang telah
10
dihasilkan dalam tiga fase pertama dari wawancara, sambil membantu pasien
untuk pulang dengan jawaban tentatif untuk beberapa pertanyaan mengganggu
yang diajukan. Pada tingkatan tertentu, kehadiran perasaan-perasaan yang
menguntungkan seperti itu mencerminkan bahwa wawancara tersebut telah
mencapai salah satu tujuan terbesarnya - menumbuhkan harapan. harapan ini,
akan ditentukan oleh cara dokter menangani fase perkenalan, pembukaan, dan
terutama, isi wawancara, seperti yang telah kita bahas. Tetapi tetap merupakan
fase penutup di mana banyak perasaan positif ini dapat dikonsolidasikan dan
ditingkatkan secara signifikan. Apalagi, jika penutupannya ditangani dengan
buruk, maka perasaan positif ini dapat dengan cepat hancur. 4
Dalam fase penutupan, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah
bahwa fase penutupan membutuhkan waktu. Agar waktu ini tersedia, dokter
harus menyisakan waktu yang tepat agar penutupan dapat terjadi. Salah satu
masalah yang paling sering dilihat adalah terlalu panjangnya fase isi dari
wawancara, sehingga memaksa dokter untuk mempercepat fase penutupan.
Penutupan yang terburu-buru dapat membuat pasien merasa terputus-putus
dan tidak pasti tentang apa yang baru saja terjadi. Sebaliknya, selama fase ini,
di mana interaksi dengan pasien terlihat sangat penting untuk mendapatkan
kunjungan kembali atau menindaklanjuti rekomendasi untuk rujukan, dokter
harus tampak tidak tergesa-gesa, perhatian, dan tenang. Ada elemen memberi
dan menerima pada fase penutupan. Dokter benar-benar tertarik pada
pendapat pasien, dan rasa hormat ini membantu pasien untuk merasakan rasa
percaya terhadap dokter.2,4
Sebelum meninggalkan topik fase penutupan, dua area yang merupakan
komponen opsional dari fase penutupan patut dicatat. Area pertama menjadi
perhatian bagi psikiater, perawat klinik, dan tenaga medis lainnya yang sering
diharapkan untuk memberikan pengobatan yang sesuai pada akhir sesi
pertama. Area kedua yang terkadang menjadi komponen dari fase penutupan
wawancara awal adalah meminta izin untuk menghubungi orang terdekat
seperti keluarga dan teman dekat. Ini adalah salah satu alasan mengapa topik
kerahasiaan tidak jarang muncul kembali untuk didiskusikan pada saat
wawancara fase ini.4

11
II.5. Fase Akhir
Fase akhir terdiri dari kata-kata penutup yang sebenarnya dan gerakan
pewawancara dan orang yang diwawancarai. Seperti fase perkenalan, dokter
sering berjabat tangan dan tersenyum sewajarnya. Ini biasa, jika dokter
berfungsi sebagai agen triase dan tidak akan melihat pasien lagi, berharap
pasien beruntung dengan kalimat sederhana seperti, "Saya harap semuanya
berjalan baik untuk Anda." Satu-satunya masalah yang cenderung timbul di sini
terjadi ketika dokter merasa, untuk beberapa alasan yang aneh, butuh untuk
menjadi terlalu formal dan keren. Sekali lagi, pseudo-profesionalisme seperti itu
berisiko menimbulkan alienasi pada pasien. Sebaliknya, kehangatan yang
tenang tampaknya lebih tepat, kehangatan yang dihasilkan oleh dua orang
yang telah bekerja bersama dalam upaya untuk saling memahami. 4
Peningkatan perhatian pada tindakan pasien saat fase akhir mungkin
bermakna. fase akhir berfungsi sebagai kerugian kecil bagi pasien. Dalam
menanggapi fenomena kehilangan seperti itu, pasien dapat menunjukkan
perilaku yang tidak biasa yang menunjukkan perasaan bergantung dan
kesulitan dengan perpisahan. Perilaku ini dapat menawarkan petunjuk awal
untuk proses psikodinamik yang lebih luas. Secara singkat, beberapa pasien
mungkin akan berlama-lama didepan pintu, melihat kearah dokter kembali
dengan raut cemas, pasien lain mungkin akan tiba-tiba bersikap dingin. Dalam
kasus-kasus seperti itu, seorang dokter yang sensitif bisa mendapatkan
beberapa petunjuk bahkan dari sebagian kecil perilaku pasien. 4

12
KESIMPULAN

Wawancara Psikiatri merupakan elemen paling penting dalam evaluasi


dan perawatan orang dengan penyakit mental. Tujuan utama dari wawancara
psikiatrik awal adalah untuk memperoleh informasi yang akan menetapkan
diagnosis berdasarkan kriteria diagnosis. Proses ini, membantu dalam prediksi
perjalanan penyakit dan prognosis yang mengarah pada pengobatan yang akan
diberikan. Wawancara psikiatri yang dilakukan dengan baik menghasilkan
pemahaman multidimensi dari elemen biopsikososial dari suatu gangguan dan
memberikan informasi yang diperlukan untuk psikiater, bekerja sama dengan
pasien, untuk mengembangkan rencana perawatan yang berpusat pada pasien.
Fase dalam wawancara psikitrik meliputi fase perkenalan, fase
pembukaan, fase isi, fase penutupan dan fase akhir. Fase perkenalan dimulai
ketika dokter dan pasien pertama kali bertemu dan berakhir ketika dokter
merasa cukup nyaman untuk memulai penyelidikan tentang alasan mengapa
pasien mencari dokter, Fase pembukaan merupakan waktu yang paling kritis
untuk membangun raport dokter dengan pasien, fase isi meliputi pertanyaan
dokter kepasien mengenai data pasien mengenai diri, lingkungan, penyakit,dll.
Dalam fase penutupan, dokter akan mengkonsolidasikan perasaan positif dan
menggerakkan harapan yang telah dihasilkan dalam tiga fase pertama dari
wawancara, sambil membantu pasien untuk pulang dengan jawaban tentatif
untuk beberapa pertanyaan mengganggu yang diajukan. Sedangkan pada fase
akhir terdiri dari kata-kata penutup yang sebenarnya dan gerakan pewawancara
dan orang yang diwawancarai.
Dua tujuan utama yang membentuk wawancara psikiatrik awal, yang
pertama adalah untuk mengembangkan basis data biopsikososial yang
memberikan informasi tentang diagnosis, penilaian risiko dan perencanaan
pengobatan yang berfokus pada pasien. Yang kedua adalah membentuk
hubungan positif yang menetapkan tahapan untuk perawatan efektif yang
mungkin berawal dari pertemuan pertama dengan pasien

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Mackinnon RA, Michels R, Buckley PJ. The Psychiatric Interview in


Clinical Practice. Third Edit. American Psychiatric Association Publishing;
2016.
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Comprehensive
Textbook of Psychiatry. Tenth Edit. Wolters Kluwer; 2017.
3. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. Elevent Ed. Wolters Kluwer; 2015.
4. Shea SC. Psychiatric Interviewing The Art of Understanding. Third Edit.
Elsevier Inc.; 2017.
5. Jansson L, Nordgaard J. The Psychiatric Interview for Differential
Diagnosis.; 2016. doi:10.1007/978-3-319-33249-9
6. Fakultas KUI. Buku Ajar Psikiatri. (Elvira SD, Hadisukanto G, eds.).
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
7. Tasman A, Kay J, Ursano RJ. The Psychiatric Interview Evaluation and
Diagnosis. John Wiley & Sons, Ltd., Publication; 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai