07.30 WIB
WAWANCARA PSIKIATRIK
I. PENDAHULUAN
Suatu wawancara profesional berbeda dari wawancara lain dimana
seseorang berkonsultasi dengan yang dianggap ahli. "Profesional" itu
diharapkan memberikan beberapa bentuk bantuan, apakah dia seorang
pengacara, akuntan, arsitek, psikolog, pekerja sosial, atau dokter. Dalam
wawancara klinis, biasanya pasien menginginkan pertolongan dan dokter
diharapkan dapat memberikan pertolongan tersebut. Harapan mendapatkan
bantuan untuk meringankan penderitaannya memotivasi pasien untuk
mengekspos dirinya sendiri dan untuk “menceritakan semuanya.” Proses ini
difasilitasi oleh kerahasiaan hubungan dokter-pasien. Selama pasien
memandang dokter sebagai sumber bantuan potensial, dia akan berkomunikasi
lebih bebas tentang materi apa pun yang dia rasa mungkin berkaitan dengan
kesulitannya. Oleh karena itu, seringkali sebagian besar informasi tentang
pasien dan penyakitnya diperoleh hanya dengan mendengarkan. 1
George Engel mengatakan bahwa wawancara klinis dalam kedokteran
adalah "Sangat diperlukan untuk interaksi dokter-pasien, wawancara yang
dibangun dengan baik dapat benar-benar dianggap sebagai instrumen yang
paling kuat, paling sensitif dan paling serbaguna yang tersedia untuk dokter."
Meskipun kemajuan sangat pesat dalam bidang sains dan teknologi,
pernyataan ini masih benar hingga hari ini dan mungkin tidak ada dalam dunia
kedokteran yang wawancara lebih menonjol daripada dalam praktik psikiatri,
1
spesialisasi yang hampir seluruhnya bergantung pada sejarah dan pemeriksaan
yang cermat untuk menegakkan diagnosis.2
Wawancara Psikiatri merupakan elemen paling penting dalam evaluasi
dan perawatan orang dengan penyakit mental. Tujuan utama dari wawancara
psikiatrik awal adalah untuk memperoleh informasi yang akan menetapkan
diagnosis berdasarkan kriteria diagnosis. Proses ini, membantu dalam prediksi
perjalanan penyakit dan prognosis yang mengarah pada pengobatan yang akan
diberikan. Wawancara psikiatri yang dilakukan dengan baik menghasilkan
pemahaman multidimensi dari elemen biopsikososial dari suatu gangguan dan
memberikan informasi yang diperlukan untuk psikiater, bekerja sama dengan
pasien, untuk mengembangkan rencana perawatan yang berpusat pada
pasien.3
Dua tujuan utama yang membentuk wawancara psikiatrik awal, yang
pertama adalah untuk mengembangkan basis data biopsikososial yang
memberikan informasi tentang diagnosis, penilaian risiko dan perencanaan
pengobatan yang berfokus pada pasien. Yang kedua adalah membentuk
hubungan positif yang menetapkan tahapan untuk perawatan efektif yang
mungkin berawal dari pertemuan pertama dengan pasien. 2
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai fase dalam wawancara
psikitrik yang meliputi fase perkenalan, fase pembukaan, fase isi, fase
penutupan dan fase akhir.
2
II.1.1. Menciptakan lingkungan yang nyaman
4
ketidaksetujuan pasien mungkin akan tumbuh dalam pembukaan 7 menit
wawancara pertama.4
Dalam fase pembukaan ini, dokter biasanya menggunakan pertanyaan
terbuka (open ended question) untuk mengalihkan wawancara ke pasien dalam
tingkat verbal, dengan pertanyaan terbuka tersebut akan memberikan pasien
kesempatan untuk memulai berbagi dengan dokter dengan menceritakan
sesuatu yang dirasa nyaman oleh pasien. Pertanyaan terbuka akan
memberikan ruang bagi pasien untuk menceritakan masalahnya sesuai yang
dia inginkan dan meminimalkan potensi untuk dipengaruhi oleh pendapat dokter
tetapi memberikan struktur minimal tentang bagaimana merespon pertanyaan
atau mendapatkan respon yang diinginkan dokter sedangkan pertanyaan
tertutup (closed-ended question) meminta respon singkat ya atau tidak dan
akan mendapatkan jawaban yang diinginkan oleh dokter. Kedua tipe
pertanyaan ini sangat penting untuk mewawancara pasien dan keduanya
memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. 2,4
Pasien memiliki dua tujuan utama selama fase pembukaan:
1) untuk menentukan apakah "boleh" untuk berbagi masalah pribadi
dengan dokter, dan
2) untuk menentukan masalah pribadi mana yang akan diceritakan.
Tujuan utama ketiga dari pasien juga muncul, yaitu “untuk menceritakan
kisah saya dengan benar, sehingga dokter mengerti saya.” Meskipun
pengenalannya ditangani dengan baik, mekanisme pertahanan diri pasien
biasanya akan diaktifkan selama fase ini, karena di sini. pemaparan diri secara
sadar dimulai.4
Dengan tujuan pasien ini sebagai acuan, salah satu tujuan dokter
menjadi jelas: Proses pendekatan yang dimulai dalam fase perkenalan harus
dipertahankan selama fase pembukaan. Daya tahan dan elastisitas pendekatan
ini, sebagian besar, akan menentukan kedalaman penyelidikan dan tingkat
penataan yang akan ditoleransi pasien dalam fase wawancara berikutnya.
Pendekatan untuk fase pembukaan umumnya berlangsung sebagai berikut:
Setelah dokter telah mengakhiri perkenalannya, teknik pertanyaan terbuka
digunakan untuk mengalihkan wawancara kepada pasien pada tingkat verbal. 4
Pada fase pembukaan, dokter menerima kesempatan langka untuk
menilai empat bidang penting:
5
1) Pandangan sadar pasien tentang masalahnya, serta tujuan sadar pasien
untuk wawancara itu sendiri (misalnya, Apa yang diinginkan pasien dari
wawancara?);
2) Keadaan mental langsung pasien, yang dapat mempengaruhi jenis
wawancara yang menurut dokter paling sesuai secara klinis untuk pasien
ini;
3) Konseptualisasi dokter sendiri tentang masalah pasien, serta pandangan
dokter tentang tujuan bawah sadar pasien untuk wawancara (mis., Apa
yang diinginkan pasien dari wawancara ini?); dan
4) Evaluasi dari proses wawancara itu sendiri. 4
Terdapat empat tugas analitik dari fase pembukaan yang secara kreatif
digabungkan dengan keterampilan intuitif dari dokter. Berbekal saling
mempengaruhi antara analisis dan intuisi ini, dokter dengan cepat memulai
“pengetahuan” awal pasien. Dalam upaya untuk mempertajam keterampilan
analitik pada fase pembukaan, tugas klinisi adalah: 4
1) Menilai perspektif dan tujuan sadar pasien
2) Penilaian kondisi mental langsung pasien
3) Perspektif dokter tentang masalah pasien dan tujuan bawah sadar
pasien
4) Evaluasi wawancara itu sendiri
6
yang ingin dicakup dalam wawancara tapi pewawancara tidak
menyiapkan pertanyaan sebelumnya.
3) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur (the unstructured interview) adalah
wawancara yang dilakukan tanpa menentukan pertanyaan maupun topik
yang ingin ditanyakan dari awal. Wawancara tidak terstruktur adalah
sebuah cara untuk memahami perilaku komplek individu tanpa
menyiapkan pertanyaan atau topik prioritas yang ditanyakan yang dapat
membatasi informasi yang didapat dari pasien tersebut. 1,5
Mengumpulkan data
Data yang dikomunikasikan dalam wawancara psikiatrik bersifat
introspektif dan inspektif. Data introspektif meliputi laporan pasien tentang
perasaan dan pengalamannya, materi ini biasanya diekspresikan secara verbal.
Data inspeksi melibatkan perilaku nonverbal pasien dan pewawancara. Pasien
sebagian besar tidak menyadari pentingnya komunikasi nonverbal dan waktu
mereka dalam kaitannya dengan konten verbal. Komunikasi nonverbal yang
umum melibatkan respons emosional pasien, seperti menangis, tertawa,
tersipu, dan gelisah. Cara yang sangat penting di mana pasien menyampaikan
perasaan adalah melalui kualitas fisik suaranya. Pewawancara juga mengamati
perilaku motorik pasien untuk menyimpulkan proses pemikiran yang lebih
spesifik yang belum diverbalisasi. Misalnya, pasien yang bermain dengan cincin
kawinnya atau melihat arlojinya telah mengomunikasikan lebih dari sekadar
kecemasan yang menyebar.1
Informasi yang perlu dikumpulkan selama fase isi wawancara secara
standar, seperti yang dilakukan di rumah sakit jiwa atau unit rawat inap. Dalam
jangka waktu kira-kira 30-40 menit dokter akan mencoba untuk secara sensitif
mengungkap data berikut:4
1) Mengidentifikasi data
Informasi yang diperlukan adalah identitas pasien, biasanya didapatkan
dari pasien sendiri. Jika didapatkan dari sumber lain maka harus dicatat
di awal database.
7
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah tanggapan pasien terhadap pertanyaan, "Apa
yang membuat Anda datang kepada saya / ke rumah sakit hari ini?"
Atau beberapa varian darinya.
3) Riwayat perjalanan gangguan sekarang
Hendaknya diceritakan pasien menurut caranya sendiri, kemudian
dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan pertanyaan-pertanyaan
khusus.
4) Riwayat gangguan dahulu
Ini merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah
dialami pasien dari lingkungan luar maupun dari dalam dirinya,
Sebagian besar penyakit kejiwaan bersifat kronis. Karena alasan ini,
seringkali pasien memiliki episode penyakit sebelumnya dengan atau
tanpa pengobatan.
5) Perspektif orang yang diwawancarai:
Sebagian besar perspektif ini akan terungkap di pembukaan, tetapi
nuansa biasanya akan muncul di fase isi juga.
6) Skrining untuk diagnosis lainnya
Skrining ini termasuk skrining untuk gangguan mood, gangguan
kecemasan, gangguan spektrum skizofrenia, gangguan makan,
gangguan penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian, dll.
7) Riwayat perkembangan dan kehidupan sosial
Riwayat perkembangan dan kehidupan sosial menjelaskan tahapan
kehidupan pasien sejak gestasi sampai sekarang dengan
memperhatikan paparan, hubungan dan kejadian penting yang
membentuk riwayat hidup pasien. Riwayat ini termasuk riwayat
kehidupan pasien, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, keadaan
hidup saat ini, dan area sensitif seperti inces dan kekerasan dalam
rumah tangga.
8) Kerangka kerja untuk makna dan spiritualitas
Kerangka ini perlu dieksplorasi dengan cara yang sensitif terhadap
masalah keanekaragaman budaya.
9) Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga penting untuk dinilai dan dapat membantu dalam
mendiagnosis dan mencapai prognosis yang diharapkan karena banyak
8
penyakit psikiatri memiliki predisposisi genetik, selain itu dengan
riwayat keluarga, didapatkan juga informasi mengenai masalah
penggunaan zat terlarang, dan masalah perilaku lainnya dalam
keluarga pasien.
10) Riwayat bunuh diri dan resiko kekerasan
Menanyakan riwayat bunuh diri dan resiko kekerasan pada pasien akan
membantu dokter dalam memahami bahwa resiko adalah sebuah
proses dinamik yang dipengaruhi oleh faktor penguatan resiko dan
faktor penurunan resiko yang berasal dari genetik, pembelajaran sosial,
kondisi lingkungan, dan sifat tertentu dari tanda dan gejala yang muncul
sekarang. Elemen penting dalam penilaian resiko ini meliputi detail
kejadian masa lalu tentang melukai diri sendiri secara sengaja dan
perilaku agresif.
11) Riwayat medis.
Riwayat medis diperlukan untuk mengetahui penyakit yang diderita
pasien sebelumnya, menyingkirkan kemungkinan penyakit medis yang
menyerupai gangguan psikiatri dan mencari hubungan gangguan
psikiatri sekarang dengan riwayat medis pasien.
12) Pemeriksaan status mental kognitif formal (kadang-kadang opsional)
Wilayah ini dicadangkan untuk status mental kognitif yang lebih khusus,
di mana seorang dokter memeriksa orientasi, menilai perhatian, fungsi
memori, dan kecerdasan umum.2,4,6,7
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa sebelum kita dapat membahas
strategi untuk menyelesaikan fase ini, kita harus terlebih dahulu mengakui
bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh dokter adalah bahwa
jumlah data yang besar seringkali perlu dikumpulkan dalam periode waktu yang
singkat. dengan kata lain, dokter yang baik tidak hanya mendengarkan dengan
empatik, mereka secara aktif mengeksplorasi. Pasien belum tentu tahu
informasi mana yang relevan untuk perencanaan perawatan mereka. Adalah
dokter yang harus memberikan penataan dan bimbingan yang lembut yang
akan membentuk landasan tindakan yang valid. Dokter yang berbakat memiliki
kemampuan untuk menjelajahi database yang besar ini sedemikian rupa
sehingga pasien merasa bahwa mereka telah berpartisipasi dalam percakapan
yang menarik dengan orang yang peduli terhadap mereka. 4
9
Dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan terpenting wawancara awal
adalah pengamanan wawancara kedua (kunjungan kembali). Tidak peduli
seberapa bagus formulasi klinis dan rencana perawatan wawancara awal, kita
tidak dapat membantu pasien yang tidak kembali untuk wawancara kedua.
Menariknya, ketika fase isi wawancara akan selesai, sebagian besar pasien
telah memutuskan apakah mereka akan kembali atau tidak. Secara alami,
banyak pasien tertarik untuk kembali berkaitan dengan terus menerus
menggunakan keterampilan komunikasi (seperti empati strategis dan kejujuran)
selama fase isi wawancara. Tetapi keterampilan komunikasi ini jauh dari
keseluruhan cerita, karena pasien tidak datang kembali untuk melihat terapis
semata-mata karena mereka merasa terapis adalah orang yang penuh kasih
dan perhatian (mereka mungkin punya teman yang cukup memberi mereka
kedua sifat ini). Mereka kembali karena mereka pikir kita bisa membantu
mereka. Mereka kembali karena kita telah meyakinkan mereka bahwa kita
memiliki keahlian yang tidak dimiliki teman-teman mereka. Keahlian ditambah
dengan kepedulian yang menciptakan sensasi harapan yang sangat penting.
Harapan yang mengarah pada kunjungan kembali. 4
11
II.5. Fase Akhir
Fase akhir terdiri dari kata-kata penutup yang sebenarnya dan gerakan
pewawancara dan orang yang diwawancarai. Seperti fase perkenalan, dokter
sering berjabat tangan dan tersenyum sewajarnya. Ini biasa, jika dokter
berfungsi sebagai agen triase dan tidak akan melihat pasien lagi, berharap
pasien beruntung dengan kalimat sederhana seperti, "Saya harap semuanya
berjalan baik untuk Anda." Satu-satunya masalah yang cenderung timbul di sini
terjadi ketika dokter merasa, untuk beberapa alasan yang aneh, butuh untuk
menjadi terlalu formal dan keren. Sekali lagi, pseudo-profesionalisme seperti itu
berisiko menimbulkan alienasi pada pasien. Sebaliknya, kehangatan yang
tenang tampaknya lebih tepat, kehangatan yang dihasilkan oleh dua orang
yang telah bekerja bersama dalam upaya untuk saling memahami. 4
Peningkatan perhatian pada tindakan pasien saat fase akhir mungkin
bermakna. fase akhir berfungsi sebagai kerugian kecil bagi pasien. Dalam
menanggapi fenomena kehilangan seperti itu, pasien dapat menunjukkan
perilaku yang tidak biasa yang menunjukkan perasaan bergantung dan
kesulitan dengan perpisahan. Perilaku ini dapat menawarkan petunjuk awal
untuk proses psikodinamik yang lebih luas. Secara singkat, beberapa pasien
mungkin akan berlama-lama didepan pintu, melihat kearah dokter kembali
dengan raut cemas, pasien lain mungkin akan tiba-tiba bersikap dingin. Dalam
kasus-kasus seperti itu, seorang dokter yang sensitif bisa mendapatkan
beberapa petunjuk bahkan dari sebagian kecil perilaku pasien. 4
12
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14