OLEH
Kelompok IV
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Ada pun tujuan dari pada penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang diberikan oleh dosen Ns. Yuniar M.
Soeli, M.Kep.Sp.Kep.J. Selain itu, tujuan penyusunan makalah ini tidak lain untuk
memperluas pengetahuan yang dimiliki sekaligus dapat memperdalam wawasan
sebagai mahasiswa tentang “ Tekhnik Menyampaikan Berita Buruk Dan Prinsip
Komunikasi Pada Pasien Dan Keluarga Pada Perawatan Paliatif”
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BABI: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah......................................................................................... 2
BABII : PEMBAHASAN
BABIII:PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 15
B. Saran.......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa kegunaan menyampaikan berita buruk kepada pasien
2. Apa saja hal-hal yang dianggap penting oleh pasien dalam peyampaian
berita buruk
3. Bagaimana tekhnik menyampaikan berita buruk
4. Bagaimana Prinsip Komunikasi dalam Keperawatan Paliatif
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kegunaan menyampaikan berita buruk kepada pasien
2. Untuk mengetahui hal-hal yang dianggap penting oleh pasien dalam
penyampaian berita buruk
3. Untuk mengetahui tekhnik menyampaikan berita buruk
4. Untuk Mengetahui Prinsip Komunikasi dalam Keperawatan Paliatif
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Isi
Yang dimaksud disini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa
banyak informasi atau keterangan yang diberikan oleh perawat . item ini
sangat berhubungan dengan anggapan / kepercayaan pasien terhadap
kompetensi perawat di bidangnya, juga tentang pengetahuan perawat
mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit / kasus mereka.
2. Support
3
3. Fasilitas
4. Cara penyampaian
Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memberikan
informasi dengan singkat, jelas dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh
pasien
4
sakit parah, atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang
penyakitnya tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien
atau keluarganya dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan.
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
“Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?”
“Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda
saat ini?”
“Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?”
“Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa
penyakit Anda? Atau menyarankan Anda melakukan suatu
pemeriksaan”?
“Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa
yang mungkin terjadi ?”
“Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda
turun drastis?”
5
• “Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang
terjadi pada diri mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana
yang anda pilih ?
• “Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan
dan menjelaskan dengan tepat apa yang saya piker jadi masalah
kesehatan ?”
• “Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengena masalah ini?”
6
karena kesalahan petugas medis. Lebih baik gunakan kalimat
“maafkan saya harus menyampaikan pada anda mengenai hal ini”.
Beberapa kalimat lain yang dapat dipilih untuk menyampaikan berita
buruk:
• “Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi
menunjukkan Anda terkena kanker leher rahim‖”
• “Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berdasarkan
hasil pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah
meninggal”
• “Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesuai dengan apa
yang kita harapkan. Hasil ini menunjukan anda pada stadium awal
penyakit kanker”
• “Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil biopsi
sumsum tulang belakang menunjukkan putri Anda menderita
leukemia”
4. Memberikan respon terhadap perasaan pasien
7
• “Sampaikan saja perasaan Anda tentang apa yang baru saya
sampaikan”
• “Saya berharap hasil ini berbeda”
• “Apakah ada seseorang yang Anda ingin saya hubungi?”
• “Saya akan coba membantu Anda”
• “Saya akan bantu Anda untuk menyampaikannya pada anak-anak
Anda”
8
lebih lanjut. Tentukan waktu untuk pertemuan berikutnya. Petugas medis
juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat pulang.
Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat
pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa
atau ingin bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat
memberikan dukungan pada pasien?
6. Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana
perjalanan penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain
mereka ingin mempunyai kepastian tentang masa depan sehingga dapat
merencanakan hidup mereka, atau pasien merasa ketakutan dan berharap
bahwa petugas medis akan mengatakan penyakitnya tidak serius. Sebelum
langsung menjawab pertanyaan pasien tentang prognosis, sebaiknya
petugas medis mengumpulkan informasi tentang alasan mereka
menanyakan hal tersebut. Pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:
• “Apa yang Anda harapkan akan terjadi?”
• “Apa pengalaman yang Anda punyai tentang seseorang
dengan penyakit seperti ini?”
• “Apa yang Anda harapkan terjadi?”
• “Apa yang Anda harapkan untuk saya lakukan”
• “Apa yang membuat Anda takut untuk yang akan terjadi?”
9
berikut lebih disarankan dalam menjawab pertanyaan tentang prognosis:
“Sekitar sepertiga pasien dengan kasus seperti ini dapat bertahan hidup
sampai satu tahun, separuhnya bertahan hidup dalam 6 bulan, apa yang
akan terjadi sesungguhnya pada diri Anda, saya sungguh tidak tahu”
Setelah jawaban tersebut Petugas medis sebaiknya melanjutkan dengan
menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik, sambil tetap
berencana untuk kemungkinan terburuk. Sampaikan juga ke pasien dan
keluarga bahwa kejutan yang tidak diharapkan dapat terjadi hal ini dan
pasien lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi sehingga
dapat mengurangi penderitaan. Petugas medis harus meyakinkan pasien
dan keluarga bahwa Petugas medis akan siap mendukung dan membantu
mereka.
Pada perawatan paliatif perawat dihadapkan berbagai kasus antara lain pasien
dengan penyakit terminal, penyakit kronis, pasien dalam kondisi tidak
sadarkan diri sehingga perlu diperhatikan berbagai prinsip dalam proses
komunikasi dengan pasien dan keluarga. Pasien yang menjalani perawatan
dengan kasus penyakit kronik memiliki permasalahan yang kompleks dan
memerlukan perhatian, dalam hal ini penyakit kronik adalah penyakit yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh: penyakit diabetes melitus (DM), penyakit gagal ginjal
(chronic kidney disease).
Tiap fase yang dialami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda. Dalam
berkomunikasi perawat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di
fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase
kehilangan yang dialami pasien antara lain:
10
1. Tahap Denial (Pengingkaran): merupakan tahapan pertama individu ketika
mengalami kehilangan, seorang individu akan mengalami rasa Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi dengan
mengatakan "Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi. Bagi individu
atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus
mencari informasi tambahan. Adapun reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengikraran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa.
Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun, Adapun teknik komunikasi yang digunakan: Memberikan
kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian, perawat diharapkan dapat selalu
berada di dekat klien serta pertahankan kontak mata
2. Tahap Anger (Marah): Pada tahapan ini dimulai dari timbulnya kesadaran
akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Pasien biasanya menunjukkan
perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang di
sekitarnya, orang-orang tertentu atau ditunjukkan pada dirinya sendiri.
Tidak jarang dia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan, dan menuduh perawat tidak baik dan tidak bisa profesional
menjalankan tugasnya. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini
antara lain, wajah memerah, peningkatan nadi, susah tidur, tangan
mengepal. Adapun teknik komunikasi yang digunakan adalah:
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya, mendengarkan (hearing) dan menggunakan teknik respect
(menghargai).
3. Tahap Bargaining (Tawar menawar): Tahap ini terjadi apabila individu
sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata "kalau saja kejadian ini
bisa ditunda, maka saya akan selalu berdoa". Apabila proses berduka ini
11
dialami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering dijumpai "kalau saja
yang sakit bukan orang tua saya". Adapun teknik komunikasi yang
digunakan adalah: Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar
dan menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.
4. Tahap Depression: Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara
lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang bersikap sebagai pasien
yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan
keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun, Adapun Teknik komunikasi yang digunakan yaitu seorang
perawat jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan
keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Tahap Acceptance (Penerimaan): Fase ini berkaitan. dengan reorganisasi
perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata
kata ini "apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?" Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tapi apabila individu
tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan.
Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase
penerimaan. Adapun teknik komunikasi yang digunakan perawat yaitu
meluangkan dan menyediakan waktu untuk klien dalam mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
Pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU/HCU sebagian besar mengalami
penurunan kesadaran, pada saat seorang perawat menghadapi pasien dengan
penurunan kesadaran maka ada berbagai prinsip dan Teknik komunikasi yang
perlu diperhatikan agar dapat mencapai tujuan komunikasi serta keperawatan
secara komprehensif. memberikan pelayanan komunikasi dengan pasien tidak
sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan teknik komunikasi
khusus dalam komunikasi teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik
pasien mengalami penurunan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak
12
dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus
tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau dengan gangguan kesadaran merupakan suatu
proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan.
Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun ekstrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks serebri,
batang otak keduanya (Paulsen, Johnsen and Hadders, 2018) Ada karakteristik
komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan
feedback (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien
tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagian kalangan
ada yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus
berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia juga
masih memiliki rasa atau masih mengetahui apa yang kita perbuat, maka kita
harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan janggal. Oleh karena
itu sebagai seorang perawat perlu menerapkan komunikasi terapeutik untuk
menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun
dia berada dalam keadaan yang tidak sadar atau penurunan kesadaran.
13
(pada saat melaksanakan proses keperawatan berkomunikasi perawat dapat
menjelaskan apa yang akan perawat lakukan terhadap klien sehingga
diharapkan pasien menerima pesan dan dapat memahami maksud serta tujuan
perawat; Memfokuskan (Perawat memfokuskan informasi yang akan
diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi);
Memberikan Informasi (Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien perawat
dapat memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi
yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, diharapkan
dengan cara itu perawat dapat membangun rasa percaya (trust) dengan pasien
yang dirawat); Memberikan rasa nyaman dan ketenangan serta empati
(Mempertahankan ketenangan pada pasien tidak sadar, perawat dapat
menunjukkan dengan kesabaran, empati, serta caring dalam merawat klien,
perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi
non-verbal. Komunikasi non-verbal dapat berupa sentuhan yang hangat.
Sentuhan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk
mengirimkan pesan kepada orang lain.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien dengan dalam
kondisi tidak sadar seringkali sifat komunikasi satu arah. Komunikasi yang
hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim pesan dan diterima oleh
penerima pesan dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feedback
pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu
pada point ini pasien tidak sadar ataupun terjadi penurunan kesadaran, hal
tersebut pastinya memerlukan latihan, pengalaman serta motivasi perawat
sebagai bagian penting dalam perawatan paliatif.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian berita buruk adalah suatu
bagian penting dalam praktek professional. Persiapan dan tahapan yang perlu
dilaksanakan dalam menyamaikan berita buruk akan mencegah kesalahan
dalam komunikasi yang dapat menimbulkan dampak yang serius baik secara
fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus
diselesaikan di pengadilan.
B. Saran
Kemampuan para petugas medis dalam menyampaikan berita buruk pada
pasien dan keluarganya merupakan hal penting yang harus dikuasai. Hal itu
akan lebih menjamin tersampaikannya berita buruk pada pihak terkait,
sehingga tidak perlu lagi ada kendala dalam menyampaikan berita buruk
maupun pemotongan berita buruk sehingga tidak tersampaikan
15
DAFTAR PUSTAKA
16