Anda di halaman 1dari 19

Makalah Keperawatan Paliatif

TEKHNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK DAN PRINSIP


KOMUNIKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA PADA PERAWATAN
PALIATIF

Disusun sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Keperawatan Paliatif


oleh dosen pengampu Ns. Yuniar M. Soeli M.Kep.Sp.Kep.J

OLEH

Kelompok IV

1. Febriani Alinti (841422146)


2. Nuryati Harun (841422161)
3. Reynaldi Dunggio (841422153)
4. Apriliyani Imran (841422171)
5. Putri Patricia Abd.Latif (841422175)
6. Nurmawati (841422190)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER

FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan pujisyukur kehadirat ALLAH SWT yang telah


memberi Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat di selesaikan.

Ada pun tujuan dari pada penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang diberikan oleh dosen Ns. Yuniar M.
Soeli, M.Kep.Sp.Kep.J. Selain itu, tujuan penyusunan makalah ini tidak lain untuk
memperluas pengetahuan yang dimiliki sekaligus dapat memperdalam wawasan
sebagai mahasiswa tentang “ Tekhnik Menyampaikan Berita Buruk Dan Prinsip
Komunikasi Pada Pasien Dan Keluarga Pada Perawatan Paliatif”

Akan tetapi, dikarenakan kekurangan dan keterbatasan penyusun sebagai


manusia biasa, maka penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
senantiasa penyusun terima dan menyambutnya dengan tangan terbuka demi
tercapainya makalah yang jauh lebih baik dan benar.

Demikian kiranya semoga dengan hadirnya makalah ini dapat membawa


manfaat bagi kita semua.

Gorontalo, 26Maret 2023

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BABI: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah......................................................................................... 2

BABII : PEMBAHASAN

A. Menyampaikan Berita Buruk Kepada Pasien............................................ 3

B. Hal-Hal yang dianggap penting oleh pasien dalam menyampaikan berita


buruk.......................................................................................................... 3

C. Tekhnik Menyampaikan berita buruk....................................................... 4

D. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah................................ 10

BABIII:PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 15

B. Saran.......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan paliatif definisi WHO tentang perawat paliatif


adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga mereka dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit
yang mengancam nyawa, melalui pencegahan dan pengurangan
penderitaan dengan cara identifikasi dini, pemeriksaan yang baik, dan
terapi rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual.
Kesuksesan dalam perawatan paliatif juga ditentukan oleh
komunikasi yang efektif. Demikian juga kontribusi bagi penilaian
kemajuan pasien, komunikasi itu sendiri bersifat teraupetik. Dengan kata
lain, orang umumnya merasa lebih baik jika mereka telah didengar dan
perhatian mereka telah dipahami. Sama seperti semua kemampuan
manusia, beberapa individu memiliki bakat alami sebagai komunikator.
Namun, dengan mempraktekkannya secara langsung, kemampuan
berkomunikasi dapat ditingkatkan. Sebelum membahas kemampuan
komunikasi dasar, penting untuk mengenali hambatan yang dapat
menghambat komunikasi yang efektif.
Mengabar berita buruk yang dimaksud dengan berita buruk
adalah suatu situasi di mana tidak ada harapan lagi, adanya ancaman
terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu yang
menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan, sesuatu
yang membuat seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya.
Atau dapat pula dikatakan bahwa berita buruk adalah setiap “informasi
negatif” tentang masa depan seseorang. Berita buruk ini sering sekali
diasosiasikan dengan penyakit-penyakit terminal yang sudah tidak
mungkin lagi disembuhkan, seperti kanker.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa kegunaan menyampaikan berita buruk kepada pasien
2. Apa saja hal-hal yang dianggap penting oleh pasien dalam peyampaian
berita buruk
3. Bagaimana tekhnik menyampaikan berita buruk
4. Bagaimana Prinsip Komunikasi dalam Keperawatan Paliatif
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kegunaan menyampaikan berita buruk kepada pasien
2. Untuk mengetahui hal-hal yang dianggap penting oleh pasien dalam
penyampaian berita buruk
3. Untuk mengetahui tekhnik menyampaikan berita buruk
4. Untuk Mengetahui Prinsip Komunikasi dalam Keperawatan Paliatif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MENYAMPAIKAN BERITA BURUK KEPADA PASIEN


1. Sebagaian besar pasien memang ingin mengetahui apa yang sedang
terjadi pada dirinya
2. Sebagian besar pasien ingin mengetahui kemungkinan apa saja yang bisa
terjadi pada dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh,
prognosis, dan efek samping terapi
3. Ketika perawat menahan informasindari seorang pasien berarti perawat
tersebut sudah mengurangi otonomi seorang pasien
4. Apabila pasien akhirnya mengatahui bahwa ternyata ada informasi yang
tidak diberikan padanya, maka akan hilanglah rasa percayanya pada
perawat
5. Menyembunyikan informasi tentang kondisi pasien dan kemungkinan
yang dialami

B. HAL- HAL YANG DIANGGAP PENTING OLEH PASIEN DALAM


PENYAMPIAN BERITA BURUK

1. Isi

Yang dimaksud disini adalah apa saja yang dibicarakan, dan seberapa
banyak informasi atau keterangan yang diberikan oleh perawat . item ini
sangat berhubungan dengan anggapan / kepercayaan pasien terhadap
kompetensi perawat di bidangnya, juga tentang pengetahuan perawat
mengenai perkembangan terbaru mengenai penyakit / kasus mereka.

2. Support

Yang dimaksud disini adalah aspek supportif dalam komunikasi perawat.


Jadi apakah dalam penyampaian berita buruk ini perawat bersikap baik,
memberi support / dukungan yang cukup.

3
3. Fasilitas

Yang dimaksud di sini adalah kapan dan dimana informasi diberikan.


Apakah dalam ruangan dengan privacy yang cukup, perawat
memperhatikan pasien dengan sungguh- sungguh.

4. Cara penyampaian
Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memberikan
informasi dengan singkat, jelas dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh
pasien

C. TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK


1. Melakukan persiapan

• Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita


yang akan disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil
laboratorium atau pun pemeriksaan penunjang ada saat percakapan.
Persiapkan juga pengetahuan dasar tentang prognosis ataupun terapi
pilihan terkait penyakit pasien
• Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman.
Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf
medis lain atau pun dering telepon.
• Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir.
Perkenalkan diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan
hubungan mereka dengan pasien.
• Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk.
Tulislah kata-kata spesifik jika perlu, yang akan disampaikan atau yang
harus dihindari dalam penyampaian

2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya

Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya

4
sakit parah, atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang
penyakitnya tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien
atau keluarganya dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan.
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
 “Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?”
 “Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda
saat ini?”
 “Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?”
 “Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa
penyakit Anda? Atau menyarankan Anda melakukan suatu
pemeriksaan”?
 “Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa
yang mungkin terjadi ?”
 “Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda
turun drastis?”

3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya

Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu


pasien, orang tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi
setiap orang dapat berbeda tergantung suku, agama, ras, social dan budaya
masing-masing. Setiap orang mempunyai hak untuk menolak atau
menerima informasi lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak
menginginkan informasi yang lebih detail, maka petugas medis harus
menghormati keinginannya dan menanyakan pada siapa informasi
sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui
berapa besar keinginan tahu pasien dapat berupa:
• “Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah
Anda ingin mengetahui lebih lanjut?”
• “Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci
mengenai kondisi Anda?” Jika tidak, apakah Anda ingin saya
menyampaikannya pada seseorang?”

5
• “Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang
terjadi pada diri mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana
yang anda pilih ?
• “Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan
dan menjelaskan dengan tepat apa yang saya piker jadi masalah
kesehatan ?”
• “Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengena masalah ini?”

Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak


menyampaikan pada pasien diagnosis atau informasi penting lainnya.
Sementara petugas medis mempunyai kewajiban secara hukum untuk
memberikan inform consent pada pasien dan disisi lain hubungan
terapetik yang efektif juga membutuhkan kerjasama dengan keluarga.
Maka jika keluarga meminta demikian, tanyakan mengapa mereka tidak
menginginkan petugas medis memberikan informasi pada pasien, apa
yang mereka takutkan akan apa yang petugas medis sampaikan, dan apa
pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa petugas
medis bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah
pasien ingin informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang
mungkin diajukan. Menyampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas,
jujur, sensitif dan penuh empati. Hindari penyampaian seluruh informasi
dalam satu kesempatan. Sampaikan informasi, kemudian berikan jeda.
Gunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Hindari kata-kata
manis (eufemisme) ataupun istilah-istilah kedokteran. Lebih baik gunakan
kata-kata yang jelas seperti “meninggal” atau “kanker”. Jangan
meminimalkan kepaeahan penyakit. Sering-sering memberikan jeda
setelah penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien dapat memahami
apa yang disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang sesuai saat

diskusi. Hindari kalimat “Saya minta maaf” atau “Maafkan saya”


karena kalimat tersebut dapat diniterpretasikan bahwa petugas medis
bertanggung jawab atas apa yang terjadi, atau bahwa semua ini

6
karena kesalahan petugas medis. Lebih baik gunakan kalimat
“maafkan saya harus menyampaikan pada anda mengenai hal ini”.
Beberapa kalimat lain yang dapat dipilih untuk menyampaikan berita
buruk:
• “Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi
menunjukkan Anda terkena kanker leher rahim‖”
• “Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berdasarkan
hasil pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah
meninggal”
• “Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesuai dengan apa
yang kita harapkan. Hasil ini menunjukan anda pada stadium awal
penyakit kanker”
• “Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil biopsi
sumsum tulang belakang menunjukkan putri Anda menderita
leukemia”
4. Memberikan respon terhadap perasaan pasien

Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk


memberi jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon
pasien dan keluarga dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada pasien
yang menangis, marah, sedih, cemas, menolak, menyalahkan, merasa
bersalah, tidak percaya, takut, merasa tidak berharga, malu, mencari
alasan mengapa hal ini terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi
meninggalkan ruangan. Siapkan diri dalam menghadapi berbagai reaksi.
Dengarkan dengan tenang dan perhatian penuh. Pahami emosi pasien
dan ajak pasien untuk menceritakan perasaannya. Contoh kalimat yang
dapat digunakan untuk merespon perasaan pasien:
• “Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi yang sulit”
• “Anda terlihat sangat marah. Dapatkan Anda ceritakan apa
yang Anda Rasakan ?”
• “Apakah berita ini membuat Anda takut?”

7
• “Sampaikan saja perasaan Anda tentang apa yang baru saya
sampaikan”
• “Saya berharap hasil ini berbeda”
• “Apakah ada seseorang yang Anda ingin saya hubungi?”
• “Saya akan coba membantu Anda”
• “Saya akan bantu Anda untuk menyampaikannya pada anak-anak
Anda”

Beri waktu pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka.


Jangan mendesak dengan terburu-buru menyampaikan informasi lebih
lanjut. Jika emosi sudah dikeluarkan, biasanya pasien atau keluarga lebih
mudah diajak pada langkah berikutnya.

5. Merencanakan tindak lanjut

Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, ini bisa berupa:


• Pemeriksaan lanjut untuk mengumpulkan tambahan informasi
• Pengobatan gejala-gejala yang ada
• Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan
pengobatannya
• Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan
untuk sembuh, bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan
terapi apa saja yang tersedia.
• Mengatur rujukan yang sesuai
• Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut
• Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan
dukungan secara emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh
yang disegani, pekerja sosial, konselor spiritual, peer group, atau pun
terapis professional
Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa
petugas medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan
petugas medis akan terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan.
Katakan mereka dapat menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan

8
lebih lanjut. Tentukan waktu untuk pertemuan berikutnya. Petugas medis
juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat pulang.
Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat
pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa
atau ingin bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat
memberikan dukungan pada pasien?
6. Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana
perjalanan penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain
mereka ingin mempunyai kepastian tentang masa depan sehingga dapat
merencanakan hidup mereka, atau pasien merasa ketakutan dan berharap
bahwa petugas medis akan mengatakan penyakitnya tidak serius. Sebelum
langsung menjawab pertanyaan pasien tentang prognosis, sebaiknya
petugas medis mengumpulkan informasi tentang alasan mereka
menanyakan hal tersebut. Pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:
• “Apa yang Anda harapkan akan terjadi?”
• “Apa pengalaman yang Anda punyai tentang seseorang
dengan penyakit seperti ini?”
• “Apa yang Anda harapkan terjadi?”
• “Apa yang Anda harapkan untuk saya lakukan”
• “Apa yang membuat Anda takut untuk yang akan terjadi?”

Petugas medis harus mempertimbangkan dampak pemberian informasi


prognosis. Pasien yang ingin merencanakan hidup mereka biasanya
mengharapkan informasi yang lebih rinci. Sedangkan pasien yang sangat
khawatir atau cemas, mungkin akan lebih baik mendapat informasi secara
umum saja. Jawaban Petugas medis yang definitif seperti : “Anda
hanya mempunyai usia harapan hidup sampai 1 tahun” akan berisiko
menyebabkan kekecewaan jika ternyata terbukti usia harapan hidupnya
lebih singkat. Jawaban seperti ini juga dapat menimbulkan kemarahan dan
rasa frustasi jika dokter merendahkan usia harapan hidup pasien. Kalimat

9
berikut lebih disarankan dalam menjawab pertanyaan tentang prognosis:
“Sekitar sepertiga pasien dengan kasus seperti ini dapat bertahan hidup
sampai satu tahun, separuhnya bertahan hidup dalam 6 bulan, apa yang
akan terjadi sesungguhnya pada diri Anda, saya sungguh tidak tahu”
Setelah jawaban tersebut Petugas medis sebaiknya melanjutkan dengan
menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik, sambil tetap
berencana untuk kemungkinan terburuk. Sampaikan juga ke pasien dan
keluarga bahwa kejutan yang tidak diharapkan dapat terjadi hal ini dan
pasien lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi sehingga
dapat mengurangi penderitaan. Petugas medis harus meyakinkan pasien
dan keluarga bahwa Petugas medis akan siap mendukung dan membantu
mereka.

D. PRINSIP KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF

Pada perawatan paliatif perawat dihadapkan berbagai kasus antara lain pasien
dengan penyakit terminal, penyakit kronis, pasien dalam kondisi tidak
sadarkan diri sehingga perlu diperhatikan berbagai prinsip dalam proses
komunikasi dengan pasien dan keluarga. Pasien yang menjalani perawatan
dengan kasus penyakit kronik memiliki permasalahan yang kompleks dan
memerlukan perhatian, dalam hal ini penyakit kronik adalah penyakit yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh: penyakit diabetes melitus (DM), penyakit gagal ginjal
(chronic kidney disease).
Tiap fase yang dialami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda. Dalam
berkomunikasi perawat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di
fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase
kehilangan yang dialami pasien antara lain:

10
1. Tahap Denial (Pengingkaran): merupakan tahapan pertama individu ketika
mengalami kehilangan, seorang individu akan mengalami rasa Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi dengan
mengatakan "Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi. Bagi individu
atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus
mencari informasi tambahan. Adapun reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengikraran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa.
Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun, Adapun teknik komunikasi yang digunakan: Memberikan
kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian, perawat diharapkan dapat selalu
berada di dekat klien serta pertahankan kontak mata
2. Tahap Anger (Marah): Pada tahapan ini dimulai dari timbulnya kesadaran
akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Pasien biasanya menunjukkan
perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang di
sekitarnya, orang-orang tertentu atau ditunjukkan pada dirinya sendiri.
Tidak jarang dia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan, dan menuduh perawat tidak baik dan tidak bisa profesional
menjalankan tugasnya. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini
antara lain, wajah memerah, peningkatan nadi, susah tidur, tangan
mengepal. Adapun teknik komunikasi yang digunakan adalah:
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya, mendengarkan (hearing) dan menggunakan teknik respect
(menghargai).
3. Tahap Bargaining (Tawar menawar): Tahap ini terjadi apabila individu
sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata "kalau saja kejadian ini
bisa ditunda, maka saya akan selalu berdoa". Apabila proses berduka ini

11
dialami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering dijumpai "kalau saja
yang sakit bukan orang tua saya". Adapun teknik komunikasi yang
digunakan adalah: Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar
dan menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.
4. Tahap Depression: Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara
lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang bersikap sebagai pasien
yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan
keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun, Adapun Teknik komunikasi yang digunakan yaitu seorang
perawat jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan
keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Tahap Acceptance (Penerimaan): Fase ini berkaitan. dengan reorganisasi
perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata
kata ini "apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?" Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tapi apabila individu
tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan.
Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase
penerimaan. Adapun teknik komunikasi yang digunakan perawat yaitu
meluangkan dan menyediakan waktu untuk klien dalam mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
Pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU/HCU sebagian besar mengalami
penurunan kesadaran, pada saat seorang perawat menghadapi pasien dengan
penurunan kesadaran maka ada berbagai prinsip dan Teknik komunikasi yang
perlu diperhatikan agar dapat mencapai tujuan komunikasi serta keperawatan
secara komprehensif. memberikan pelayanan komunikasi dengan pasien tidak
sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan teknik komunikasi
khusus dalam komunikasi teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik
pasien mengalami penurunan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak

12
dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus
tersebut.

Pasien yang tidak sadar atau dengan gangguan kesadaran merupakan suatu
proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan.
Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun ekstrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks serebri,
batang otak keduanya (Paulsen, Johnsen and Hadders, 2018) Ada karakteristik
komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan
feedback (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien
tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagian kalangan
ada yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus
berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia juga
masih memiliki rasa atau masih mengetahui apa yang kita perbuat, maka kita
harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan janggal. Oleh karena
itu sebagai seorang perawat perlu menerapkan komunikasi terapeutik untuk
menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun
dia berada dalam keadaan yang tidak sadar atau penurunan kesadaran.

Adapun fungsi dari komunikasi dalam merawat pasien dengan penurunan


kesadaran yaitu dapat mengendalikan perilaku; memberikan motivasi;
pengungkapan emosional; memberikan Informasi. Adapun Teknik atau cara
berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi
terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi
terapeutik. Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik
terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan
keseluruhan teknik. Adapun teknik yang dapat terapkan,
meliputi(Montgomery, Sawin and Hendricks-Ferguson, 2017): Menjelaskan

13
(pada saat melaksanakan proses keperawatan berkomunikasi perawat dapat
menjelaskan apa yang akan perawat lakukan terhadap klien sehingga
diharapkan pasien menerima pesan dan dapat memahami maksud serta tujuan
perawat; Memfokuskan (Perawat memfokuskan informasi yang akan
diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi);
Memberikan Informasi (Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien perawat
dapat memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi
yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, diharapkan
dengan cara itu perawat dapat membangun rasa percaya (trust) dengan pasien
yang dirawat); Memberikan rasa nyaman dan ketenangan serta empati
(Mempertahankan ketenangan pada pasien tidak sadar, perawat dapat
menunjukkan dengan kesabaran, empati, serta caring dalam merawat klien,
perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi
non-verbal. Komunikasi non-verbal dapat berupa sentuhan yang hangat.
Sentuhan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk
mengirimkan pesan kepada orang lain.

Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien dengan dalam
kondisi tidak sadar seringkali sifat komunikasi satu arah. Komunikasi yang
hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim pesan dan diterima oleh
penerima pesan dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feedback
pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu
pada point ini pasien tidak sadar ataupun terjadi penurunan kesadaran, hal
tersebut pastinya memerlukan latihan, pengalaman serta motivasi perawat
sebagai bagian penting dalam perawatan paliatif.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian berita buruk adalah suatu
bagian penting dalam praktek professional. Persiapan dan tahapan yang perlu
dilaksanakan dalam menyamaikan berita buruk akan mencegah kesalahan
dalam komunikasi yang dapat menimbulkan dampak yang serius baik secara
fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus
diselesaikan di pengadilan.
B. Saran
Kemampuan para petugas medis dalam menyampaikan berita buruk pada
pasien dan keluarganya merupakan hal penting yang harus dikuasai. Hal itu
akan lebih menjamin tersampaikannya berita buruk pada pihak terkait,
sehingga tidak perlu lagi ada kendala dalam menyampaikan berita buruk
maupun pemotongan berita buruk sehingga tidak tersampaikan

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim - Breaking Bad News : Pedoman dan Strategi (www.breaking


badnews.co.uk) Baile, W.F., Buckman, R., Lenzi, R., Glober, G., Beale, E.A.,
Andrrzej, and Kudelka, P.
SPIKES—Protokol Enam Langkah untuk Menyampaikan Berita Buruk: Aplikasi
untuk Pasien Kanker. Onkologi 2000;5;302-311 Buku Peeduli Kuliah :
Genetika Kedokteran (Bagian
Anatomi FK UGM) Emanuel LL, von Gunten CF, Ferris FD. Modul 2:
Menyampaikan Kabar Buruk. Kurikulum Education for Physicians on End-of-
life Care (EPEC), 1999. Maguire
P. 2000. Menyampaikan berita buruk dalam Keterampilan komunikasi untuk
dokter. Arnold. London Silverman, J., Kurtz, S., & Draper, J. Keterampilan
Berkomunikasi dengan Pasien. Radcliffe Medical Press, 1999 Vaidya VU,
Greenberg LW, Patel KM. 1999. Mengajarkan dokter cara menyampaikan
kabar buruk. Arch Pediatr Adoles Med 153:419-22 Vandekieft, K.K.
Menyampaikan Berita Buruk. Am Fam Physician 2001;64:1975-8. Akademi
Dokter Keluarga Amerika

16

Anda mungkin juga menyukai