Anda di halaman 1dari 32

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai

perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan
obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
pasien

https://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/10/02/makalah-pemberian-obat/ 2 Oktober 2013 |


riezkhyamalia

PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL


Posted by : andry natanel
http://mahasiswafarmasibicara.blogspot.co.id/2013/10/pemberian-obat-secara-topikal.html
Definisi Pemberian obat secara Topikal

Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara

mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina

dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat

yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan

kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion).

Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak

obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit

tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena

atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi,

penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topical pada kulit.


2.2    Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit tersusun dari berbagai macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kalenjar lemak,

kalenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat saraf, jaringan pengikat, otot polos dan

lemak.Luas permukaan kulit ± 18 kaki kuadrat dan beratnya tanpa lemak adalah ± 8 pond.

Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu :

1.         Epidermis : untuk mencegah atau menghambat kehilangan air dari badan.

2.         Dermis : bertanggung jawab dalam sifat-sifat penting dalam kulit.

3.         Jaringan subkutan berlemak : bekerja sebagai bantalan dan isolator panas.

Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :

a.                   Lapisan tanduk (stratum corneum)

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma

lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak

mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.

b.         Lapisan bening (stratum lucidum)

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap

sebagaipenyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir.Lapisanbening terdiri dari

protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipisdan bersifat translusen sehingga dapat dilewati

sinar (tembuscahaya).

c.         Lapisan berbutir (stratum granulosum)


Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di

dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut.Lapisan ini tampak paling jelas pada

kulit telapak tangan dan telapak kaki.

d.        Lapisan bertaju (stratum spinosum)

Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan

perantaraanjembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus.

e.         Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel toraks (silinder)

dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.

Klasifikasi Obat

2.4.1   Berdasarkan bentuk

1.         Lotion

Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di alam

dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan

tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung

alkohol yang tinggi.

2.         Shake lotion

Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila

didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis

air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.

3.         Cream/ Krim

Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya

apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream
memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi.

Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam

bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.

4.         Salep

Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi,

untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau

perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep

digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan

hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki

risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.(Jean Smith, Joyce Young

dan patricia carr, 2005 : 684)

a.     Pada Kulit


Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan
kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim,
dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada
kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus. Krim
adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu dapat
menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan
salep dan secara kosmetik lebih baik ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit
akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal.  Salep tidak mengandung air,
mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas
permukaan kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang
kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif, dan  karena itu berguna dalam
kondisi kulit kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas dan
pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk
mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat
dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini
juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72 jam
Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
  Untuk mempertahankan hidrasi
  Melindungi permukaan kulit
  Mengurangi iritasi kulit
  Mengatasi infeksi

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)
b.      Pinset anatomis
c.       Kain kasa
d.      Balutan
e.       Pengalas
f.       Air sabun, air hangat
g.      Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras)
dan gunakan pinset anatomis
6.      Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau
mengompres
7.      Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
8.      Cuci tangan
Gambar 1.1  contoh obat topikal yang digunakan pada kulit

b.    Pada Mata


Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep
mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil,
untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
            Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam
tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap
obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.

  Gambar 1.2  contoh obat topikal pada mata

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b.      Pipet
c.       Pinset anatomi dalam tempatnya
d.      Korentang dalam tempatnya
e.       Plester
f.       Kain kasa
g.      Kertas tisu
h.      Balutan
i.        Sarung tangan
j.        Air hangat atau kapas pelembab

Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah
hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
6.      Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
ataas tulang orbita
7.      Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
8.       Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian
pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai
anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara  bergantian dan berikan obat pada kelopak  mata
bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9.   Tutup mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian

c.  Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep. Obat
tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga
tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.

 Gambar 1.3  Obat topikal pada Telinga

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Penetes
c.       Spekulum telinga
d.      Pinset anatomi dalam tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.     Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas
4.      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada orang
dewasa), kebawah pada anak-anak
5.  Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang
oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
6.     Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian masukan atau
oleskan pada liang telinga
7.      Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
8.      Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
9.      Cuci tangan
10.  Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
d.    Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang dapat
dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring
            Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia lanjut yang
lebih peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain akibat vasokonstriksi lokal
secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat terjadi sumbatan
hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder in dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat
dan mengganggu bulu hidung.

Bentuk-bentuknya :
a.       Tetes hidung (nasal drops).ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya Breathy,
Alfrin, Iliadin, Otrivin.
b.      Semprot hidung (nasal spray).ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin,
Otrivin.
c.       Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan untuk anak-
anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase, Nasacort AQ,
Nasonex, Rhinocort Aqua.

Gambar 1.4  Contoh obat topikal pada hidung

Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Pipet
c.       Spekulum hidung
d.      Pinset anatomi dalam tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
Prosedur Kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan cara :
         Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
         Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
         Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
4.      Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6.      Cuci tangan
7.      Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat

2.4.2   Berdasarkan Kegunaan


1.         Anti infeksi topikal
Contoh obat:
a.         Bactroban
b.        Cetricillin
BACTROBAN

Komposisi                   : Mupirocin  calcium


Indikasi                       : Terapi topikal infeksi sekunder pada lesi kulit traumatik.
Dianjurkan                  : Dewasa  & anak – anak Oleskan 3 X / hari selama 10 hari
Kontra Indikasi           : Hipersensitif terhadap mupirocin
:tidak untuk digunakan pada mata atau hidung. Hindari kontak mata. Gunakan dengan hati-hati
jika ada gangguan ginjal.
Efek samping              : rasa panas, gatal, tersengat, eritema.
CETRICILLIN
                         tiap gram cream mengandungcetrimide 5 mg ( 5% )dasar cream sampai1 gr
                         antiseptik yang digunakan pada luka-luka ringan karena sengatan matahari.

Kontra indikasi           : Bagi penderita yang hipersensitif terhadap cetrimide


Cara pemakaian           : Ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya
Kemasan                     : Tube @ 15 gr
Anti Jamur
Contoh obat :
Erphamazol cream

ERPHAMAZOL CREAM
Komposisi                   :setiap 5 gr erphamazol cream mengandung 1% klotrimasol
Indikasi                    :Cream ini sangat baik untuk pengobatan dermatofitosis atau penyakit
jamuryang disebabkan antara lain ioleh trichophyton, epidermophyton, microsporum, candida
albicans malassezia furfur. Jadi sangat baik untuk:

1.      jamur pada kulit kepala (tineacapitis)


2.      jamur kuku (tinea unguium / onychomycosis)
3.      jamur pada lipatan-lipatan tubuh atau sela-sela jari (cutaneous candidiasis)
4.      panu (tinea versicolor) dan infeksi jamur lainnya (mis : tinea corporis, tinea cruris, dll)

ping                 :bila digunakan konsentrasi besar akan menjadi iritasi dan rasa  terbakar pada kulit
akaian            :oleskan erphamazol cream tipis-tipis pada bagian yang sakit 2-3x sehari, lamanya pengobatan
berbeda-bada tergantung dari  jenis dan luasnya penyakit. Biasanya berkisar 1-2 minggu
                       :tube @ 5 gr erphamazol cream simpanlah di tempat yang sejuk dan terlindung dari matahari

1.3 erphamazol cream adalah obat anti jamur dengan spectrum luas

b.      Canesten
1.4  canesten adalah obat yang digunakan untuk membunuh kuman jamur

Komposisi                   : clotrimazole


Indikasi                       :
  Krim : dermatomikosis disebabkan oleh dermatofit ragi, jamur dan fungi lain, ptiriasis
versikolor, eritrasma.
  bubuk : kandididiasis krim candida albicans, pityriasi versicolor, tinea pedis, tinea cruris, tinea
corporis.
Dianjurkan      :
Krim    : oleskan 2-3 x/hr.
Bubuk             : gunakan 1-2 x/hr
Kontra Indikasi           : hipersensitif terhadap klotrimazol.
Peringatan                   : hamil trisemester-1, laktasi.
mping: eritema, rasa tersengat, kulit melepuh atau mangelupas, gatal, ultikaria, rasa terbakar dan iritasi kulit.

3.         Anti infeksi topical dengan kortikisteroid


Contoh Obat :
a.         Apolar-N
b.        Betason-N

APOLAR-N
Komposisi                     : pergram desolide 0,5 mg. Neomycin sulfat 5mg
dermatitis terinfeksi, dermatitis atopik, dermatitis seborok, pruritus pada anus dan vulva, autitis eksterna
Dianjurkan                    : oleskan 2-3 x/hr
dikasi: herpes simpleks, cacar air, TBC kulit, penyakit kulit karena cipilis, dan ulkus kulit. Terapi untuk mata.
Hipersensitifitas terhadap neomysin.
Peringatan                     : hindari pemakaian jangka lama pada permukaan kulit yang luas.

BETASON-N
sisi                       : beta methason, valerat 0,1%, neomysin sulfat 0,5%.
                           : eksim pada bayi, dermatitis atopik, alergi pesoriasis, neuro dermatitis.
kan                      : oleskan pda lesi 2 x/hr.
an                     : pemakaian jangka panjang atau untuk profillaksis, kambuh kembali jika dihentikan secara
mendadak, hindari kontak dengan mata, kerusakan kulit berat.
mping                : kulit kering, pruritus, iritasi, rasa nyeri atau terbakar sementara (ringan sampai sedang),
perubahan atrofi lokal pada kulit, pemakaian jangka panjang dan intensif (hiperkoltisme), gatal,
folikulitis, hipertrikosis, erupsi sperti agne.

4.         Kortikosteroid topikal


Contoh Obat :
a.         Advantan
b.        Apolar

ADVANTAN
si                   : methylprednisolone aceponate
                       :Dermatitis atopik ( ekzema endogenus, neurodermatitis, neuradermatitis ), ekzema kontak,
degeneratif, dishidrotik, vulgaris & ekzema pada anak.
an                    :oleskan 1x/hari. Lama terapi;dewasa<12 mingu, anak tdk>4 minggu.
ndikasi             :TB atau sifilis pada kulit yang akan diobati, rosasea, dermatitis, perioral dan reaksi kulit pasca
vaksinasi pada bagian kulit yang akan diobati. Hypesensitif pada methyprednisolone aceponate
hamil laktasi.
an                     : penyakit kulit karena infeksi bakteri dan atau infeksi jamur. Bayi anak, pengunaan pada bagian
tubuh luas, pengunaan jangka lama.
mping              :gatal, rasa terbakar, eritema, vasikulasi, atrofi, streae, atau kondisi pada  kulit yang menyerupai
acne.
R
si                   : desonide
                       : dermatitis atopik dan kontak, eksema terutama pada anak psoriasis, dan pruritus pada anus dan
vulva, eritema akibat terbakar sinar matahari dan dermatitis lainya.
an                  : 2-3x sehari.
ndikasi             : herpes simplex, varisela, TBC kulit, dermatitis karena sipilis dan ulkus.
an                      : hindari pemakaian jangka panjang pada permukaan kulit yang luas.

2.5    Indikasi pengobatan secara topical

a.    Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringan


b.    Pada pasien radang atau alergi mata.
c.    Infeksi saluran napas,
d.   Otitis media (radang rongga gendang telinga),
e.    infeksi kulit.

Kontra indikasi pengobatan secara topikal


a.    Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.
b.    Hipersensitivitas.
c.    Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
d.   Pada pasien ulkus
e.    Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang
ditemurunkan).

Keuntungan pengobatan secara topical


Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik. Untuk
efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)

Kerugian pengobatan secara topical


·         Secara kosmetik kurang menarik
·         Absorbsinya tidak menentu
Makalah Pemberian Obat Melalui Mata by Hermanbagus
Herman Bagus Friday, 8 June 2012 Makalah

http://www.hermanbagus.com/2012/06/makalah-pemberian-obat-melalui-mata-by.html

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada
klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja
menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak
hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek
yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien,
dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

1.2  Rumsan Masalah

1.      Apa Pemberian Obat ?


2.      Apa  macam peran dalam pengobatan ?
3.      Apa sifat kerja obat?
4.      Apa faktor yang mempengaruhi kerja obat?
5.      Bagaimana cara penyimpanan Obat ?
6.      Bagaimana pemberian obat pada mata ?
7.      Apa kesalahan pemberian obat ?
8.      Apa Undang-nudang dan standar obat ?

1.3         Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui Pemberian Obat


2.      Mengetahui  macam peran dalam pengobatan
3.      Mengetahui sifat kerja obat
4.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja obat
5.      Mengetahui cara penyimpanan Obat
6.      Mengetahui pemberian obat pada mata  
7.      Mengetahui kesalahan pemberian obat
8.      Mengetahui Undang-nudang dan standar obat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBERIAN OBAT

- Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.
- Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki kesehatan
- Perawat bertanggung jawab memehami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan
obat dengan tepat,memantau respons klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.
- Perawat harus memahami masalah klien saat ini dan sebelumnya
- Pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.

NOMENKLATUR DAN BENTUK OBAT


Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam diagnosis , terapi,penyembuhan,
penurunan atau pencegahan penyakit.

NAMA

Sebuah obat memiliki empat nama berbeda.

- Nama kimia memberi gambaran pasti komposisi obat.


- Nama generic diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat tersebut
- Nama resmi obat adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi
- Nama dagang,nama merek,atau nama pabrik adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan
obat. Sebuah obat generic dapat memiliki nama dagang yang berbeda. Nama dagang memiliki symbol ®
disebelah kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar.

KLASIFIKASI

- Klasifikasi obat mengindikasikan efek pada system tubuh, gejala yang dihilangkan, atau efek yang
diinginkan
- Setiap golongan berisi obat yang diprogramkan untuk jenis masalah kesehatan yang sama
- Komposisi fisik dan kimia obat dalam satu golongan tidak selalu sama
- Perawat harus mengetahui karakteristik umum obat dalam setiap golongan
- Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan pemantauan yang tepat
- Implikasi keperawatan untuk semua obat dalam suatu golongan memandu perawat dalam
memberikan perawatan yang aman dan efektif.

BENTUK OBAT

- Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat, bentuk obat menentukan rute pemberian obat.
- Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme di dalam tubuh.
- Ada beberapa bentuk obat misalnya tablet, kapsul, eliksir dan supositoria. Ketika memberi obat,
perawat harus yakin bahwa ia memberikan obat dalam bentuk yang benar.

2.2 Macam Peran Dalam Pengobatan

Peran Dokter dalam Pengobatan

Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis
resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep
itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Peran Apoteker dalam Pengobatan


Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker
bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-
lain.

Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai
konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan
profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien
tentang obatnya bila diminta.

Peran Perawat/Bidan

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat/bidan yang paling penting. Perawat/bidan adalah mata rantai terakhir dalam proses
pemberian obat kepada pasien. Perawat/bidan yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan/kebidanan. Perawat/bidan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat
tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang
mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.

Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program
dokter.

2.3 SIFAT KERJA OBAT

FARMAKOKINETIK

Adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya,
dimetabolisme, dan keluar dari tubuh. Dokter dan Perawat menggunakan pengetahuan
farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih rute pemberian obat, menilai resiko perubahan
kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
SIFAT KERJA OBAT

- Obat bekerja menghasilkan efek teraupetik yang bermanfaat


- Sebuah obat tidak menciptakan suatu fungsi didalam jaringan tubuh atau organ, tetapi mengubah
fungsi fisiologis.
- Obat dapat melindungi sel dari pengaruh agens kimia lain, meningkatkan fungsi sel, mempercepat atau
memperlambat proses kerja sel
- Obat dapat menggantikan zat tubuh yang hilang.( insulin,hormone tiroid atau estrogen)

Mekanisme Kerja

- Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membrane sel atau dengan berinteraksi
dengan tempat reseptor
- Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh (khususnya dengan menetralisir
kadar asam lambung). Obat-obatan misalnya gas anastesi umum, berinteraksi dengan membrane sel,
setelah sifat sel berubah, obat mengeluarkan pengaruhnya.
- Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel.
- Reseptor melokalisasi efek obat
- Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang sama.
- Obat dan reseptor saling berikatan kuat, ketika ikatan terjadi maka efek terapeutik dirasakan

Efek Terapeutik

- Efek terapeutik merupakan respon fisiologis obat yang diharapkan atau yang diperkirakan timbul.
- Setiap obat yang diprogramkan memiliki efek terapeutik yang diinginkan, contoh, perawat memberi
kodein fosfat untuk menciptakan efek analgesic dan memberi teofilin untuk mendilatasi bronkiolus
pernapasan yang menyempit
- Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang terapeutik.

Efek Samping

- Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan, efek samping ini
mungkin tidak berbahaya atau bahkan menimbulkan cidera.
- Contoh penggunaan obat kodein fosfat dapat membuat seorang klien mengalami konstipasi ini
dianggap tidak berbahaya, namun digoksin dapat mengakibatkan disaritmia jantung yang dapat
menyebabkan kematian.

Reaksi Idiosinkratik

- Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang
meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi atau bereaksi tidak normal terhadap obat
- Contoh seorang anak yang menerima antihistamin menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan
mengantuk.
Reaksi Alergi

- Reaksi alergi adalah respons lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat
- Dari seluruh reaksi obat 5 % sampai 10% merupakan reaksi alergi.
- Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan mengalami respons alergi terhadap obat,
zat pengawet obat, atau metabolitnya. Dalam hal ini obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen,
memicu pelepasan antibody.
- Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat.
- Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat.
- Gejala alergi yang umum antara lain adalah urtikaria, ruam, pruritus,rhinitis
- Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaksis di tandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus,
edema faring dan laring, mengi berat dan sesak napas.
- Klien juga dapat mengalami hipotensi berat.
- Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu harus menghindari penggunaan berulang
obat tersebut.

Interaksi Obat
- Apabila suatu obat memodifikasi kerja obat yang lain, terjadi interaksi obat
- Interaksi obat umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat
- Apabila dua obat diberikan secara bersamaan, kedua obat tersebut dapat memiliki efek yang sinergis
atau adiktif
- Dengan efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua obat tersebut lebih besar daripada efek obat bila
diberikan terpisah.
- Interaksi obat selalu diharapkan, seringkali seorang dokter memprogramkan terapi obat guna
mendapatkan keuntungan terapeutik. Contoh, klien yang menderita hipertensi berat dapat menerima
kombinasi terapi obat, misalnya diuretic dan vasodilator, yang bekerja bersama menjaga tekanan darah
pada kadar yang diinginkan.

Respons Dosis Obat

- Tujuan suatu obat deprogram ialah untuk mencapai kadar darah yang konstan dalam rentang
terapeutik yang aman
- Dosis berulang diperlukan untuk mencapai konsentrasi terapeutik konstan suatu obat karena sebagian
obat selalu dibuang (diekskresi). Ketika absorpsi berhenti ,hanya metabolisme, eksresi dan distribusi
yang berlanjut
- Konsentrasi serum tertinggi obat biasanya dicapai sesaat sebelum obat terakhir diabsorpsi. Setelah
mencapai puncak, konsentrasi serum turun bertahap
- Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak dicapai dengan cepat, tetapi kadar serum juga
mulai turun dengan cepat
- Semua obat memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang diperlukan proses eksresi untuk
menurunkan konsentrasi serum sampai setengahnya.
- Klien dan perawat harus mengikuti penjadwalan dosis yang teratur dan mematuhinya untuk
menentukan dosis dan interval waktu pemberian dosis.
 Dengan mengetahui interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantipasi efek suatu obat :
1. Awitan kerja obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai suatu respons muncul setelah obat diberikan
2. Kerja puncak obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai konsentrasi efektif tertinggi dicapai
3. Durasi kerja obat : Lama waktu obat terdapat dalam konsentrasi yang cukup besar untuk
menghasilkan suatu respons
4. Plateau : Konsentrasi serum darah dicapai dan dipertahankan setelah dosis obat yang sama kembali
diberikan
- Cara ideal yang digunakan untuk mempertahankan kadar obat yang terapeutik ialah melakukan
penginfusan intravena secara kontinu.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat

1. Perbedaan Genetik
- Susunan genetic mempengaruhi biotransformasi obat
- Pola metabolic dalam keluarga seringkali sama, factor genetic menentukan apakah enzim yang
terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat, akibatnya anggota keluarga sensitive
terhadap suatu obat.

2. Variabel fisiologis
- Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu
- Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam
proses metabolic yang sama
- Usia berdampak langsung pada kerja obat
- Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan memengaruhi respons terhadap terapi obat.

3. Kondisi Lingkungan
- Stres fisik dan emosi yang berat
- Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas enzim
- Panas dan dingin . Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca
panas, dosis perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung
meningkatkan vasokonstriksi, sehingga dosis perlu ditambah.
- Klien yang dirawat di isolasi , dan diberi obat analgesic memperoleh efek pereda nyeri lebih kecil
disbanding klien yang dirawat di ruang biasa

4. Faktor psikologis
- Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga, anak-
anak yang sering melihat orang tuanya minum obat akan cepat terpengaruh dengan kebiasaan orang
tuanya tersebut.
- Sebuah obat dapat digunakan untuk mengatasi rasa tidak aman, pada situasi ini, klien bergantung pada
obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka,
rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat.
- Obat seringkali memberi rasa aman. Penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau obat yang dijual
bebas, misalnya vitamin, laksatif dll.
- Perilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan pada respons klien
terhadap pengobatan.

5. Diet
- Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient. Contoh, vitamin K
(terkandung dalam sayuran hijau berdaun), merupakan nutrient yang melawan efek warfarin natrium
(Coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan
absorpsi vitamin larut lemak
- Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi
- Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat

RUTE PEMBERIAN OBAT

- Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi
fisik dan mental klien
- Perawat sering terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi
dengan dokter.

Intraokuler
- Pemberian dilakukan dengan menginsersi obat berbentuk cakram, yang mirip sebuah lensa kontak,
kedalam mata klien

- Obat mata berbentuk cakram ini memiliki dua lapisan lunak luar yang didalamnya terdapat obat.

- Cakram diinsersi kedalam mata klien, sangat mirip lensa kontak

- Cakram dapat tetap didalam mata klien selama satu minggu

- Pilokarpin, obat yang digunakan untuk mengobati glaucoma, adalah cakram obat yang paling sering
digunakan

2.5 Cara Penyimpanan Obat

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

1.                  Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau
berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-
beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid
antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2.                  Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.

3.                  Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang,
yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet
menjadi basah / bentuknya rusak.

2.6 Pemberian Obat Pada Mata

1.  Persiapan alat dan bahan

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.


2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

2. Prinsip Enam Benar

1.      Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang
lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.

2.      Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada
botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya
diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat/bidan harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat/bidan harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.

3.      Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika
pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1
vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !

4.      Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.

5.      Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.      Benar Dokumentasi


Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan.

 3.       Persiapan Pasien

a.       Beritahukan dan tunjukan pada klien atau keluaranya cara pemberian tetes mata dan
          salep mata yang benar.
b.      Beritahukan klien untuk melaporkan perubahan penglihatan,kabur,atau hilangnya       
         penglihatan,kesukaran bernafas,atau kulit kemerahan
c.        Beritahukan klien untuk tidak menyimpan obat pada tempat yang dapat menahan   
          cahaya dan jauh dari panas.
d.      Beritahukan klien untuk tidak menghentikan pemakaian obat secara mendadak tanpa
         terlebih dahulu mendapat persetujuan dokter yang meresepkan obat tersebut.
e.      Beritahukan klien akan perlunya pemeriksaan medis secara terus – menerus.
f.        Nasihati klien untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin yang
         berbahaya apabila pandangan terganggu.

4.       Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja  apabila obat berbentuk tetes obat

1.      Cuci tangan.


2.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.       Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
4.       Gunakan sarung tangan.
5.       Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah

       hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.

6.      Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk

      di atas tulang orbita.

7.   Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva.

8.   Teteskan sebanyak yang diresepkan ke tengah – tengah Sakus.penetesan langsung pada
       kornea dapat menimbulkan rasa tidak enak atau kerusakan.Usahakan supaya penetes        tidak
menyentuh lipatan mata atau bulu mata.

9.    Dengan lembut tekan duktus lakrimalis dengan bola kapas atau tissue steril 1-2 menit

       setelah penetesan untuk mencegah absorpsi sistemik melalui kanalis lakrimalis.

10.  Klien harus menjaga agar mata tetap tertutup selama 1-2 menit selama penetesan untuk      
meningkatkan absorpsi.

5.       Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja  apabila obat berbentuk salep.

1.  Cuci tangan.
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.  Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
4.  Gunakan sarung tangan.
5.  Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah      hidung,
apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6.  Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di      atas
tulang orbita.
7.  Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva.

8.  Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata

     kemudian    pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata

     bawah. (kira –  kira ¼ inci kecuali ada petunjuk lainnya) pada sakus konjungtiva.   

        Penetesan langsung pada kornea dapat menimbulkan rasa tidak enak atau kerusakan

     Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan

     obat pada  kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan

      menggerakkan kelopak mata selama 2 – 3 menit.


9.  Tutup mata dengan kasa bila perlu.

10. Beritahu klien bahwa penglihatannya akan kabur sebentar.

11. Berikan pada waktu tidur,jika memungkinkan


12.  Cuci tangan.
13.  Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.
6.       Mekanisme Kerja Obat Pada Mata

Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk
pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk
menghilangkan iritasi mata.

7.       Bentuk Obat mata

Bentuk Obat – obat mata adalah Guttae (Obat Tetes) dan Obat Salep mata .

 8.       Evaluasi : efek samping

     Evaluasi Tindakan : Efek Samping Obat Tetes Dan Salep untuk mata adalah :

a.       Penglihatan Kabur


b.      Nyeri  Pada Mata
c.       Iritasi atau Infeksi Mata
d.      Sakit Kepala
e.      Alergi Kontak

2.7 Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus
sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar
pada rute yang salah.

Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang
salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat.
- Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resp,
transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat

- Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada sebuah sistem pemeriksaan dan
keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.

- Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus
ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang
klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang dilakukan untuk
menetralkan obat.

- Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut.

- Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi
hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis
objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk
memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi
kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.

Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi
dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.

Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat

-                      Jangan beri obat yang diprogamkan -                      Banyak dokter menggunakan nama
dengan nama pendek atau singkatan yang tidak pendek atau singkatan tidak resmi untk obat
resmi. yang sering diprogamkan. Apabila perawat
atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan
tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan
bisa salah.

-                      Jangan berupaya menguraikan dan -                      Apabila ragu tanya dokter.
mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca. Kesempatan terjadinya salah interprestasi
besar, kecuali perawat mempertanyakan
program obat yang sulit dibaca.

-                      Kenali klien yang memiliki nama akhir -                      Seringkali satu atau dua orang klien
sama, juga minta klien menyebutkan nama memiliki nama akhir yang sama atau mirip,
lengkapmya, cermati nama yang tertera pada label khusus pada kardeks atau buku obat
tanda pengenal dapat memberi peringatan tentang masalah
yang potensial.

-                      Cermati ekuivalen -                      Saat tergesa – gesa, salah baca


ekuivalen mudah terjadi ( ex : miligram dibaca
mililiter.

PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPOK USIA TERTENTU

- Tingkat perkembangan klien adalah faktor yang menentukan cara perawat memberikan obat.
- Pengetahuan tentang perkembangan klien membantu perawat mengantisipasi respons klien terhadap
terapi obat.

A. Bayi dan Anak


- Usia, berat badan,, area permukaan tubuh, dan kemampuan mengabsorbsi, dan mengekresi obat pada
anak berbeda-beda.
- Dosis untuk anak lebih rendah daripada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus perlu diberikan
dalam menyiapkan obat untuk anak.
- Obat biasanya tidak disiapkan dan dikemas dalam rentang dosis yang standarisasi untuk anak.
- Orang tua adalah sumber yang berharga dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat pada anak
- Semua anak memerlukan persiapan psikologis khusus sebelum menerima obat.
- Supaya anak kooperatif, perawatan diperlukan yang suportif.
- Perawat menjelaskan prosedur kepada anak, menggunakan kata-kata yang pendek dan bahasa yang
sederhana, yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak
- Anak kecil yang menolak bekerjasama dan terus menolak , walaupun telah dijelaskan dan didorong
mungkin perlu dipaksa secara fisik, apabila hal ini terjadi, lakukan dengan cepat dan hati-hati.
- Jika anak dan orang tuanya dapat dilibatkan, perawat kemungkinan akan lebih berhasil dalam
memberikan obat.
- Ijinkan anak menetapkan pilihan
- Jangan pernah memberikan anak pilihan untuk tidak meminum obatnya
- Setelah obat diberikan, perawat dapat memberi pujian kepada anak atau menawarkan hadiah kecil.

2.8 UNDANG-UNDANG DAN STANDAR OBAT

STANDAR OBAT

Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan klien menerima
obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi
criteria berikut :

1. Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang
diperbolehkan dalam produksi obat.
2. Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
3. Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorbsi , dan
diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
4. Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
5. Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.

UNDANG-UNDANG DAN KONTROL

- Perawat harus mengetahui peraturan yang memengaruhi penatalaksanaan pengobatan di area praktik
mereka.
- Sebelum menerima tanggung jawab dalam memberi obat intravena, perawat harus berhati-hati
terhadap kebijakan administrative yang berlaku di institusi tempat perawat tersebut bekerja. Karena
suntikan intravena dapat menimbulkan efek samping yang serius, perawat yang melaksanakan fungsi ini
harus berkualitas, telah mengikuti dan memiliki pendidikan dan pengalaman terkait.
- Perawat bertanggung jawab mengikuti ketentuan hokum saat memberikan zat terkontrol (obat yang
memengaruhi pikiran atau perilaku), yang hanya dapat dikeluarkan jika diresepkan. Pelanggaran
terhadap Controlled Substances Act dihukum dengan dikenakan denda, dipenjarakan dan ijinnya sebagai
perawat dicabut. Rumah sakit dan institusi perawatan kesehatan lain memiliki kebijakan tentang
penyimpanan dan pendistribusian zat terkontrol yang benar, termasuk narkotik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat

-                      Jangan beri obat yang diprogamkan -                      Banyak dokter menggunakan nama
dengan nama pendek atau singkatan yang tidak pendek atau singkatan tidak resmi untk obat
resmi. yang sering diprogamkan. Apabila perawat
atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan
tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan
bisa salah.

-                      Jangan berupaya menguraikan dan -                      Apabila ragu tanya dokter.
mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca. Kesempatan terjadinya salah interprestasi
besar, kecuali perawat mempertanyakan
program obat yang sulit dibaca.

-                      Kenali klien yang memiliki nama akhir -                      Seringkali satu atau dua orang klien
sama, juga minta klien menyebutkan nama memiliki nama akhir yang sama atau mirip,
lengkapmya, cermati nama yang tertera pada label khusus pada kardeks atau buku obat
tanda pengenal dapat memberi peringatan tentang masalah
yang potensial.

-                      Cermati ekuivalen -                      Saat tergesa – gesa, salah baca


ekuivalen mudah terjadi ( ex : miligram dibaca
mililiter.

3.2 Saran

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah
menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh
karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn ; farmakologi Pendekatan proses Keperawatan, 1996 ; EGC; Jakarta.

Priharjo, Robert; Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995; EGC; Jakarta.

Aziz, Azimul; Kebutuhan dasar manusia II.

Bouwhuizen, M; Ilmu Keperawatan Bagian 1; 1986; EGC; Jakarta.

Asmadi. ( 2005 ). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta .Buku Kedokteran EGC

Alimul Hidayat,  Aziz. (2008) . Pengantar Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta . Salemba Medika

- Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1996


   Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan
   Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes
- Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan Suddarth
  Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran 2001
- Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1986
  IPI (Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia)

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills,
Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.
Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values. California :
Addison Wesley

Ali, Zaidin,H.2001.Dasar-dasar keperawatan professional.Jakarta: Widya Medika.


Potter, Praticia A.2005.Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai