Anda di halaman 1dari 11

Makalah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

“Konsep dan Prinsip Komunikasi dalam Perawatan


Paliatif”

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Semester 5D (Ruang 305)

 Elsa Annisa
 Laisa Laurenza
 Julia Wibawa
 Reygina Dwi C
 Syafira Fauziah

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019/2020
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala


rahmat dan hidayahnya yang tercurahkan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang
berjudul “Konsep dan Prinsip Komunikasi dalam Perawatan Paliatif”

Walaupun makalah ini telah selesai dibuat tetapi kami menyadari betul
bahwa masih banyak menemui hambatan dan kesulitan sehingga masih ada
kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan penulis masih
dalam proses belajar. Namun berkat adanya bimbingan, bantuan serta
pengalaman dari berbagai pihak, juga ilmu yang kami dapatkan selama
proses perkuliahan, maka kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini


masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala tegur sapa dan kritik yang
diberikan, kami akan sambut dengan lapang hati guna perbaikan pada masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi kami.

Jakarta, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................2


DAFTAR ISI ................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 4


B. Tujuan .............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi ...................................................................................
B. Komunikasi dan Informasi dalam Perawatan Paliatif ........................................
C. Fase Klien Paliatif dan Teknik Komunikasinya ................................................
D.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang dilakukan secara


aktif terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup, dan
keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana penyakit
pasien tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau pasien
yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup.
Perawatan paliaitf di sediakan untuk semua pasien yang menderita
penyakit kronis dengan kondisi penyakit yang membatasi masa hidup atau
mengancam jiwa maupun kondisi pasien yang mendapatkan intervensi untuk
memperpanjang masa hidup. Sedangkan perawatan hospis di peruntukkan kepada
pasien dengan kondisi masa harapan hidup yang di perkirakan kurang dari enam
bulan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.Suatu bentuk
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang
mencakup seluruh kehidupan manusia.

B. TUJUAN
1. Menjelaskan konsep dan prinsip komunikasi dalam keperawatan
paliatif
2. Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan klien paliatif dengan
benar.

iv
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Menurut Effendi (1995) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai
suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberikan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara
langsung (lisan) maupun tak langsung. Istilah ‘komunikasi’ (communication)
berasal dari bahasa Latin ‘communicatus’ yang artinya berbagi atau menjadi
milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.

B. Komunikasi dan Informasi dalam Perawatan Paliatif

Inti dari perawatan paliatif adalah kemampuan komunikasi yang baik.


Mendengarkan secara aktif merupakan kemampuan yang membutuhkan latihan,
namun tanpa adanya hal tersebut keluhan utama pasien tidak kita dapatkan.
Memberikan informasi membutuhkan kemampuan dan latihan yang sama, selain
itu dibutuhkan untuk mengalokasikan waktu secukupnya. Masing-masing
individu membutuhkan (dan menginginkan) tingkat informasi yang berbeda-
beda. Beberapa mungkin hanya mendapatkan informasi yang terbatas terkait
dengan diagnosis.seorang yang profesional perlu memperhatikan hal-hal penting,
baik pada saat pemberian informasi maupun berita yang bersifat rahasia.
Perawatan yang dilakukan oleh keluarga merupakan hal penting dalam
menerapkan terapi holistik pada pasien dan (sesuai dengan persetujuan pasien)
jika dimungkinkan harus dibicarakan secara bersama-sama. cara tersebut dapat
mencegah terjadinya situasi dimana pasien dan keluarganya tidak memberikan
informasi yang sebenarnya karena mereka melindungi rahasia masing-masing.
Kepekaan khusus dibutuhkan pada tahap tertentu dari perjalanan hidup
pasien. berita buruk mungkin membutuhkan beberapa waktu untuk disampaikan
kepada pasien (misalnya pada saat penyampaian diagnosis, kegagalan terapi dan
komplikasi). Pada penyakit yang bersifat lanjut, tiap individu menbutuhkan
dukungan untuk menyuarakan pemikirannya tentang masa depan sehingga
mereka mulai dapat membuat rencana untuk mewujudkannya

v
C. Fase Klien Paliatif dan Tekhnik Komunikasinya

Tiap fase yang di alami oleh pasien paliatif mempunyai


karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon
yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perawat juga harus
memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi
perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.

1. Fase Denial ( pengikraran )


Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok.
Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu
atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa.
Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang di gunakan :
Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang
kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
Selalu berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata

2. Fase anger ( marah )


Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat
yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –
orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan
menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering

vi
terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan
kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing..
hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek

3. Fase bargening ( tawar menawar )


Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya
secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan
memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata
“ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ .
apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini
sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi kesempatan
kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di
ingnkan

4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik
diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang
sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus
asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba
menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
kesedihannya.

5. Fase acceptance ( penerimaan )


Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase
menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat
saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai

vii
fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia
akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah
satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan
waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
keluarga terhadap kematian pasien.

6. Menyampaikan berita buruk


langkah – langkahnya adalah :
a. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan
berbagai macam informasi
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan
bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan dengan
tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri,
datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan
kepada anda “
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat
duduk bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan
tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan
tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak
semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak orang. Beritahukan
rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan
berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau
bergetar
b. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang
yang akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda
sampaikan.

viii
c. Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang
radiasinya akan mengenai semua yang ada lingkungannya.
 Bicara pelan
Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kurang
baik untuk anda....
Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.

d. Akibat dari berita


Tunggu reaksi dan tenang. Misal : menangis, pingsan dll
 Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati
Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda.
Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?
 Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan
menanyakan
“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di
kemudian? “
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat
Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika
menyampikan berita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan
perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai
support system bagi diri anda sendiri.

ix
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan


menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kearah
yang positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik,
ia harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan
mampu menjadi model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang
disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik
untuk klien.

B. SARAN

Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia


berhubungan dengan klien. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai
berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai
dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik
kepada klien, termasuk pada klien paliatif.

x
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Margaret L. 2014. Nurse to Nurse Paliatif Care. Jakarta:Salemba Medika

Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC

http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html

Shaun, Richard. 2001. Palliative Nursing Bringing Comfort And Hope. London:Bailliere

Tindal

xi

Anda mungkin juga menyukai