Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Di susun oleh kelompok 02 :


1. Alifia Delisa P.
2. Arifa Putri Islamiati
3. Antyesti Rizki C.
4. Dewi Purwanti
5. Dhia Ilmi Imtinan
6. Elsa Annisa Az-Zahro
7. Geovanie Anggasta
8. Laisa Laurenza
9. Salma Utaminingtyas
10. Sri Nopiyanti
11. Wendy Puspita A.

Kelas : 5D

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang selalu senantiasa melimpahkan
kami rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami mendapat naungan dari Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, agar kami selalu berada di jalan yang lurus dan benar. Aamiin ya rabbal’alamin.
Shalawat serta salam senantiasa kami curahkna kepada junjungan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai akhir dan penutup dari semua Nabi, yang telah
membawa kita dari zaman ke gelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Berkat nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang
berisikan tentang tugas mata kuliah Keperawatan medikal bedah III dengan judul
“ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN”.
Kami juga mengucapkan terima kasih banyak terhadap Dosen Mata Kuliah
Keperawatan medikal bedah III, dosen-dosen yang membantu mengoreksi dan teman-
teman yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini. Kami selaku penulis menyakini
bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini. Serta kami
bersedia mendapatkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kebaikan di kemudian
hari.

Jakarta, 10 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1.Definisi....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................2
2.1.Anatomi Sistem Integumen.................................................................................... 2
2.2. Fisiologi Sistem Integumen.................................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................14
4.1.Kesimpulan...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem
yang disebut sebagai sistem integumen. Integument berasal dari bahasa
yunani yaitu integumentum yang artinya penutup yang terdiri sebagian besar
adalah kulit ,rambut ,kuku, dan kelenjar. Sistem integumen adalah sistem
organ yang paling luas. Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya,
termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf
khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi
terhadap total berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang
peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang
berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan
seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila
terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran
(vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar,
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang
tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-
organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam
berbagai fungsi tubuh vital.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1
2.1 Anatomi Sistem Integumen
A. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit yang paling superfisial dan
terdiri atas epitelium skuamosa berkeratin dan berlapis, yang memiliki
ketebalan bervariasi. Tidak ada pembuluh darah atau ujung syaraf pada
epidermis, tetapi lapisan yang lebih dalam terendam di dalam cairan
interstisial dari dermis, yang memberikan oksigen dan nutrient, serta
dialiri limfe.
Terdapat beberapa lapisan sel di epidermis yang memanjang dari
lapisan germinatif hingga permukaan datar merupakan sel tipis, tidak
berinti, sel mati, atau skuames, dimana sitoplasma digantikan oleh protein
serat yakni keratin. Sel-sel ini secara konstan mengalami gesekan dan
mengalami peubahan bertahap saat sel ini berkembang menuju
permukaan. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
1. Lapisan Tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi
semua lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada
telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih
banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis
protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari sel
pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4
minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat
terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan
baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini
sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis lapis
kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit,
tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
2. Lapisan Bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan
tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan
lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih

2
yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati
sinar. Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak
kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
3. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan
berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak
tangan dan telapak kaki.
4. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantaraan protoplasma. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada
lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal),
dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara
sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran
cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-
sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam
salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai
susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju
mengandung kolesterol dan asam amino.
5. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris
sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina
basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang
membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup
besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-
fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah
banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan
lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih
terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.

Tipe-Tipe Sel Epidermis

3
1. Keratinocytes
Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes
selalu mengelupas pada permukaaan epidermis, maka harus selalu
digunakan. Pergantian dilakukan oleh aktivitas mitosis dari lapisan
basal (di malam hari). Selama perjalanannya ke luar (menuju
permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi menjadi keratin filamen
dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum selama 20-30
hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang bergerak dari
basal ke korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal,
spimosum, granulosum, losidum dan kornium.
2. Melanocytes
Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang
memberikan warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan
panjang. Mengandung tirosinase yang dihasilkan oleh REG, kemudian
tirosinase tersebut diolah oleh Aparatus Golgi menjadi oval granules
(melanosomes). Ketika asam amino tirosin berpindah ke dalam
melanosomes, melanosomes berubah menjadi melanin. Enzim
tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin
meninggalkan badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-
sel dalam lapisan stratum spinosum. Dan pada akhirnya pigmen
melanin didegradasi oleh keratinocytes.

3. Merkel Cells
Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut
(fingertips, oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di
lapisan stratum basal yang banyak mengandung keratinocytes.
4. Langerhans Cells
Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah
lapisan stratum spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi.
Banyaknya 2% – 4 % dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga
banyak terdapat di bagian dermis pada lubang mulut, esophagus, dan

4
vagina. Fungsi dari langerhans cells adalah untuk responisasi terhadap
imun karena mempunyai antibodi.
B. Dermis dan Hipodermis
Dermis bersifat elastik dan keras. Dermis disusun oleh jaringan
ikat dan matriks mengandung serat kolagen yang bertautan dengan serat
elastik. Ruptur serat elastik terjadi saat kulit terlalu meregang,
menyebabkan striae yang permanen atau stretch mark (tanda sisa
regangan). Tanda ini dapat ditemukan pada orang hamil dan obesitas.
Serat kolagen mengikat air dan menyebabkan kulit memiliki daya
rentang, tetapi kemampuan ini menurun seiring usia, keriput terjadi.
Fibroblas, sel mast, dan makrofag merupakan sel utama yang ditemukan
di dermis. Di lapisan terdalam yang mendasari, terdapat jaringan ikat
longgar dan beragam jumlah jaringan adiposa (lemak). Struktur di dalam
dermis meliputi:
1. Pembuluh darah
Arteriol membentuk suatu jaringan halus disertai cabang kapiler yang
memperdarahi kelenjar keringat, kelenjar sebacea, folikel rambut dan
dermis. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis
mendapat nutrien dan oksigen dari cairan intertisial yang berasal dari
pembuluh darah yang ada di papila dermis.
2. Pembuluh limfe
Pembuluh limpe membentuk jaringan di dermis.

3. Ujung saraf sensori (somatik)


Reseptor sensoris (ujung saraf khusus) yang peka terhadap sentuhan,
suhu, tekanan, dan nyeri tersebar luas di dermis. Stimulus yang datang
mengaktifkan jenis reseptor sensoris yang berbeda. Kulit merupakan
organ sensoris yang penting dimana individu menerima onformasi
mengenai lingkungan mereka. Impuls saraf yang dibangkitkan di
reseptor sensoris di dermis, dihantarkan ke medula spinalis oleh saraf
sensoris(kutaneus somatik), kemudian ke area sensoris dinserebrum
dimana sensasi dipersepsikan.

4. Kelenjar keringat dan duktusnya

5
Kelenjar keringat paling banyak berada di telapak tangan dan kaki,
aksila, dan lipatan paha. Kelenjar ini terdiri dari sel epithelium. Badan
kelenjar terletak tergelung di jaringan subkutan. Sebagian duktus keringat
terhubung dengan permukaan kulit di pori-pori kecil dan duktus lainnya
terhubung dengan folikel rambut. Kelenjar yang terhubung dengan folikel
rambut tidak menjadi aktif saat pubertas. Di aksila kelenjar ini
mengekskresikan cairan menyerupai susu yang tidak berbau, namun jika
terpapar dengan mikroba akan menyebabkan bau yang tidak sedap.
Keringat distimulasi oleh saraf simpatik dalam respon dengan
peningkatan suhu tubuh atau saat individu Dalam keadaan takut.

Fungsi keringat yang paling penting disekresikan oleh kelenjar


yang terhubung dengan permukaan kulit adalah mengatur suhu tubuh.
Evaporasi keringat pada permukaan tubuh mengambil panas dari inti
tubuh dan jumlah keringat yang dihasilkan diatur oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus keringat berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi
dan depresi atau kehilangan natrium klorida yang serius, kecuali asupan
air dan garam ditingkatkan secara tepat setelah 7 sampai 10 hari terpapar
suhu lingkungan yang tinggi, jumlah garam yang hilang sangat menurun
tetapi air yang hilang tetap tinggi.

5. Rambut otot pili arektor, dan kelenjar sebacea

6
Rambut dibentuk oleh pertumbuhan ke bawah sel epidermis ke
dermis atau jaringan subkutan yang disebut folikel rambut. Di dasar
folikel, terdapat kumpulan sel yang disebut bulbus. Rambut terbentuk oleh
pembelahan sel bulbus dan saat sel ini terdorong ke atas menjauh dari
sumber nutrisi mereka, sel akan mati dan menjadi berkeratin. Bagian
rambut di atas kulit adalah batang dan sisanya adalah akar. Warna rambut
ditentukan secara genetik dan jumlah melanin yang ada. Rambut putih
merupakan akibat pergantian melanin oleh gelembung udara yang tipis.

Pili Arektor

Pili arektor merupakan berkas kecil serat otot polos yang melekat
pada folikel rambut. Kontraksi membuat rambut berdiri tegak dan kulit di
sekitar rambut terangkat, menyebabkan "bulu kuduk berdiri. Distimulus
oleh serat saraf simpatis saat berespons terhadap ketakutan dan dingin.
Rambut yang berdiri menjerat udara yang bekerja sebagai lapisan insulator
(penyekat/insulator).

Kelenjar Sebasea

Kelenjar ini terdiri atas sel epitelium sekretorik yang berasal dari
jaringan yang sama dengan folikel rambut. Kelenjar sebasea hanya
menyekresikan substansi minyak (sebum) ke folikel rambut dan berada di
seluruh kulit tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini paling
banyak terdapat di kulit kepala, wajah, aksila, dan lipat paha. Di area

7
transisi dari satu jenis epitelium superfisial ke jenis epitelium lainnya,
seperti bibir, kelopak mata, puting susu, labia minora, dan glans penis,
terdapat kelenjar sebasea yang bebas dari folikel rambut. Sebum menjaga
rambut lembut dan halus serta membuat rambut tampak berkilau. Di kulit,
sebum membuat kulit anti-air dan bekerja sebagai agen bakterisida dan
fungisida untuk mencegah infeksi. Sebum juga mencegah kulit kering dan
pecah- pecah, khususnya saat terpapar panas dan cahaya matahari.
Aktivitas kelenjar ini meningkat saat pubertas dan menurun saat lansia.

Kuku

Kuku berasal dari sel yang sama seperti epidermis dan rambut serta
terdiri atas lempengan keratin bertanduk yang keras. Kuku melindungi
ujung jari tangan dan kaki. Akar kuku yang melekat pada kulit, dilapisi
oleh kutikula dan membentuk area pucat hemisfer yang disebut lunula.
Lempeng kuku merupakan bagian yang terpapar yang tumbuh dari area
germinatif epidermis yang disebut dasar kuku. Kuku jari tangan tumbuh
lebih cepat daripada kuku jari kaki saat suhu lingkungan tinggi.

Struktur Tipe Sel Karakteristik


Epidermis Keratinosit Lapisan kulit yang paling penting, normalnya
sangat tipis (0.12mm) namun dapat menebal
dan membentuk kornu atau kalus bila terkena
tekanan atau gesekan yang konstan, meliputi
rete pegs yang meluas ke lapisan papila
dermis
Sel Langerhans Sel dengan prosesus dendritik dan fungsi
imun yaitu dengan memfagosit antigen yang
masuk dan beredar ke jaringan limfoid.
Stratum Korneum Keratinosit Lapisan superfisial keras yang melapisi tubuh.

8
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sel gepeng yang dipenuhi keratin.
Paling banyak ditemukan pada tangan dan
kaki.
Stratum Lucidum Keratinosit Lapisan sel gepeng yang bening yang
mengandung protein eleidin, yang akan
menjadi keratin saat sel bergerak ke atas ke
lapisan korneum. Inti dan batas sel tidak
terlihat. Lapisan ini dapat ditemukan pada
telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum Keratinosit Terdiri atas 2-4 lapis sel polygonal gepeng
yang sitoplasmanya berisi granulosum
keratohyalin.pada membrane sel terdapat
granula lamella . 2/3 lapisan ini merupakan
lapisan gepeng yang sitoplasmanya berbutir
kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.
Melanosit Berbentuk poligonal dengan inti bulat lonjong
dan prosesus spinosus yang berproyeksi di
Stratum Spinosum Keratinosit Baru
antara keratinosit yang berdekatan. Paling
umum ditemukan di telapak kaki.
Stratum Basal Keratinosit Lapisan paling bawah pada epidermis,
(Germinativum) tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal,
berbentuk silindris, Terdapat sel-sel mitosis.
Melanosit Terletak di dalam sitoplasma. Melanosit
berfungsi untuk mensistesis pigmen melanin
Sel Merkel Fungsinya sebagai mekanoreseptor sensoris
dan berhubungan dengan system
neuroendokrin difus. Sel ini berhubungan
dengan ujung sarat sensorik.
Dermis Makrofag Lapirsan jaringan ikat ireguler yang kaya akan
darah, limfatik, dan sarat, mengandung
reseptor sensorik dan kelenjar keringant

9
(apokrin, ekrin, sebasea), makrofag (fagositik
dan penting untuk penyembuhan luka), dan
sel mast (rilis histamin dan memiliki fungsi
imun)
Lapisan Papilaris Sel Mast Histosit adalah makrofag yang berkelana yang
(Tipis) Lapisan mengumpulkan pigmen dan debris inflamasi
Histiosit
Retikular (Tebal) jaringan subkutan atau fascia superfisial
Lapisan Subkutan dengan ketebalan yang bervariasi yang
(Hipodermis) menghubungkan dermis di atasnya dengan
otot dibawahnya, mengandung makfofag,
fibroblas, sel lemak, pembuluh darah,
limfatik, dan akar folikel rambut.

2.2 Fisiologi Sistem Integumen


Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi :
A. Fungsi Proteksi
Kulit membentuk lapisan anti-air, yang disusun terutama oleh
epitelium berkeratin, yang melindungi struktur yang lebih dalam dan lebih
lunak. Sebagai mekanisme pertahanan non-spesifik, kuku bekerja sebagai
barier terhadap invasi mikroba; zat kimia; agen fisik (misalnya trauma
ringan dan cahaya ultraviolet; serta dehidrasi).
B. Regulasi Suhu Tubuh
Sistem termoregulator tubuh harus dapat mencapai dua gradien
suhu yang sesuai, yaitu: 1) antara suhu inti dengan suhu permukaan, 2)
antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan. Suhu tubuh tetap konstan
sekitar 36,8ᵒC di berbagai rentang suhu lingkungan. Dalam keadaan sehat,
variasi suhu tubuh biasanya berkisar antara 0,5-0,75ᵒC, walaupun biasanya
sedikit meningkat di sore hari, saat latihan fisik, dan pada wanita tepat
setelah ovulasi. Saat laju metabolisme meningkat, suhu tubuh meningkat,
dan saat laju metabolisme menurun, suhu menurun. Untuk memastikan

10
suhu tubuh ini konstan, keseimbangan dipertahankan di antara panas yang
dihasilkan tubuh dan panas yang hilang pada lingkungan.
C. Produksi Panas
Sebagian energi dilepaskan dalam sel saat aktivitas metabolik
dalam bentuk panas dan organ yang palng aktif menghasilkan panas yang
paling tinggi. Organ penting yang terlihat adalah sebagai berikut :
1. Otot, kontraksi otot rangka menghasilkan jumlah panas yang besar
dan semakin berat otot dilatih, semakin besar panas yang diproduksi.
Menggigil juga melibatkan kontraksi otot rangka dan produksi panas
saat terdapat risiko penurunan suhu tubuh di bawah normal.
2. Hati, mengalami metabolisme yang sangat aktif, dan panas dihasilkan
sebagai produk samping. Laju metabolisme dan produksi panas
meningkat setelah makan.
3. Organ Pencernaan, menghasilkan panas saat melakukan gerakan
peristaltik dan saat reaksi kimia terlibat dalam pencernaan
D. Pengeluaran Panas
Sebagian besar panas yang hilang dari tubuh terjadi pada kulit.
Sebagian kecil panas hilang di udara, urin, dan feses yang dikeluarkan.
Hanya panas yang hilang dari tubuh yang dapat diatur; tidak ada
pengendali panas yang hilang kulit oleh rute lain. Panas yang hilang
melalui kulit hitam oleh perbedaan antara suhu tubuh dan lingkungan,
jumlah permukaan tubuh yang terpapar udara, dan jenis pakaian yang
dikenakan. Udara merupakan konduktor panas yang buruk dan saat lapisan
udara terperangkap pada pakaian serta antara kulit dan pakaian,
Keseimbangan dipertahankan melalui produksi panas dan panas yang
hilang. Mekanisme hilangnya panas dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu evaporasi, radiasi, konduksi, dan konveksi.
Pada evaporasi (penguapan), tubuh didinginkan saat air dalam
tubuh diuapkan didalam keringat. Pada radiasi, bagian tubuh yang terpapar
menyebarkan panas sehingga panas hilang dari tubuh. Pada konduksi,
pakaian dan objek lain yang bersentuhan dengan kulit melepaskan panas.
Pada konveksi, udara melalui bagian tubuh yang terpapar dipanaskan dan
ditingkatkan, udara yang dingin menggantikan panas ini. Panas juga
hilang dari pakaian oleh konveksi.
E. Pengendalian Suhu Tubuh Melalui Kontrol Saraf

11
Pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus berespons terhadap suhu
darah yang beredar. Pusat ini mengendalikan suhu tubuh melalui stimulasi
saraf otonom kelenjar keringat saat suhu tubuh meningkat. Pusat
vasomotor di medulla oblongata mengendalikan diameter arteri kecil dan
arteriol sehingga sejumlah darah dapat bersikulasi di kapiler pada dermis.
Pusat vasomotor dipengaruhi oleh suhu pembuluh darah yang
memperdarahi dan oleh impuls saraf dari hipotalamus.
F. Pembentukan Vitamin D
Tubuh dirancang untuk memproduksi vitamin D secara otomatis
ketika kulit terpapar sinar matahari. Sinar matahari mengandung sinar
ultraviolet B (UVB). Saat UV B terkena kulit, maka kulit akan membentuk
vitamin D3 (cholecalciferol) dalam jumlah besar. Vitamin D3 merupakan
previtamin dari vitamin D yang akan langsung disalurkan ke hati dan
ginjal untuk menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh.
G. Sensasi Kutan
Reseptor sensori terdiri atas ujung saraf di lapisan dermis yang
peka terhadap sentuhan, tekanan, suhu, atau nyeri. Stimulasi
membangkitkan impuls saraf di saraf sensoris yang dihantarkan ke korteks
serebri. Sebagian area yang memiliki reseptor sensoris lebih banyak
daripada area lainnya menyebabkan area tersebut sensitive (peka), misal
pada bibir dan ujung jari.
H. Absorbsi
Fungsi ini terbatas pada kulit, tetapi substansi yang dapat diabsorbsi
meliputi :
1. Beberapa obat, pada koyok transdermal, missal terapi sulih hormone
(hormone, replacement therapy) saat menopause, nikotin sebagai
bantuan untuk berhenti merokok.
2. Beberapa zat kimia toksik, missal merkuri.
I. Ekskresi
Kulit merupakan organ ekskresi minor bagi sebagian zat, meliputi :

1. Natrium klorida dalam keringat. Keringat berlebihan dapat


menyebabkan kadar narium darah yang rendah (hiponatremia).
2. Urea khususnya saat fungsi ginjal terganggu
3. Substansi aromatic, misal bawang putih dan rempah-rempah lainnya.

12
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kulit adalah organ pembungkus seluruh permukaan tubuh, merupakan


organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit menjadi ratnya sekitar
16% berattubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 -3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
-1,9 meter persegi. Mulai dari 0,5 mm hingga 6 mm tergantung dari letak,
berumur dan jenisgender. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagianmedial lengan atas. Sedangkan kulit tebal berada pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.Secara embriologis
kulit lebih dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan lapisan
jaringan ikat

13
DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, Elly, dkk. 2013. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:


Salemba Medika
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: EGC
Waugh, Anne, dkk. 2017. Ross dan Wilson Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi
Ed. Indonesia Ke-12. Singapur: Elsevier

14

Anda mungkin juga menyukai