2.2.1. Pengertian
Potter (2005) menyebutkan bahwa periode pra sekolah merupakan periode usia antara 3-6
tahun dimana anak menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh dan merasa cemas
menunggu awal pendidikan formal. Pendapat serupa disampaikan oleh Wong (2008), yang
menjelaskan anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun yang memiliki
karakteristik tersendiri dalam segipertumbuhan dan berkembangannya dengan kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Hurlock (1978) menjelaskan bahwa anak usia 3-6 tahun
adalah anak yang sedang berada pada periode sensitif atau masa peka yaitu masa dimana
suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terlambat perkembangannya.
Golden Age adalah istilah yang sering digunakan bagi anak pra sekolah. Hal ini dikarenakan
masa anak merupakan fase penting, berharga dan sangat fundamental bagi perkembangan
individu, masa pembentukan periode kehidupan manusia serta adanya peluang sangat besar
untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.
Potter (2005) membagi perkembangan anak usia pra sekolah menjadi tiga bagian yaitu
perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial. Perkembangan
fisik pada anak pra sekolah berfokus pada bentuk dan fungsi organ tubuh yang meliputi
denyut jantung dengan rata-rata 90x/menit, rata-rata pernapasan 22-24x/menit, rata-rata
tekanan darah 95/58mmHg, berat badan meningkat + 2,5 kg per tahun, panjang badan pada
usia 4 tahun 2 kali panjang lahir, ukuran kepala anak 90% ukuran dewasa pada usia 6 tahun,
anak dapat berlari dengan baik, berjalan naik dan turun tangga, melompat, melempar dan
menangkap bola.
Piaget (1952 dalam Potter 2005) juga menjelaskan perkembangan kognitif anak pra sekolah
berkembang sesuai dengan pertambahan usianya. Sampai dengan usia 4 tahun, kognitif
berkembang sebagai pemikiran prakonseptual yang ditandai dengan kemampua anak menilai
orang, benda, dan kejadian di luar mereka atau apa terlihat oleh anak. Sekitar usia 4 tahun,
pemikiran pra operasional anak berkembang menjadi kemampuan untuk berpikir lebih
kompleks dengan mengklasifikasikan benda-benda menurut ukuran atau warna. Pada saat
usia anak mendekati 5 tahun, mereka mulai memahami penyebab dan alasan dari hal yang
umum ke arah yang lebih khusus. Kosakata anak pra sekolah juga terus meningkat cepat
dimana pada usia 5 tahun, anak sudah memiliki lebih dari 2000 kata yang dapat digunakan
untuk menentukan nama benda yang dikenal, mengidentifikasi warna, mengekspresikan
keinginan dan perasaan mereka. Kemampuan bahasa anak juga berkembang menjadi lebih
sosial. Selain itu juga dijelaskan bahwa perkembangan moral anak akan meningkat dengan
kemampuan mengidentifikasi perilaku yang dapat memberikan hadiah atau malah hukuman
dan mulai melabel perilaku tersebut sebagai sesuatu yang benar atau salah.
Potts dan Mandleco (2012) membangi perkembangan pra sekolah menjadi 5 yaitu
Pada usia 3 tahun, pertumbuhan rata-rata berat badan 14,6 kg dengan tinggi badan 95 cm,
anak mampu mengontrol BAB dan BAK malam hari, mampu
berjalan, berlari, melompat dan mengangkat satu kaki dalam beberapa detik,
anak mampu menumpuk 9-10 kubus, mampu membuat coretan lingkaran namun
belum mampu membuat garis. Pada umur 4 tahun, pertumbuhan anak pra
sekolah ditandai dengan rata-rata berat badan 16,7 kg, tinggi badan 103 cm,
mampu berdiri dengan satu kaki, berjalan melingkar, jinjit, menangkap bola
dengan model sederhana. Pada usia 5 tahun pertumbuhan rata-rata berat badan
anak 18,7 kg, gigi sudah mulai keropos atau geripis, mampu melompat tinggi,
b. Perkembangan Psikoseksual
Pada usia 3 tahun, anak mampu mengenal jenis kelamin sendiri dan orang lain dan mulai
meniru peran dan sikap di lingkungan sekitarnya. Pada usia 4 tahun, perkembangan seksual
semakin matang ditandai dengan kemampuan mengenal dan menjelaskan perbedaan jenis
kelamin, serta bermain peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Pada usia 5 tahun, anak mulai
belajar memahami peran dari setiap jenis kelamin dan dapat menerima penjelasan tentang
adanya kemungkinan kekerasan seksual pada anak.
c. Perkembangan Kognitif
Karakteristik perkembangan kognitif anak pra sekolah adalah berkembangnya pemikiran pra
operasional yang ditandai dengan pemikiran yang berpusat pada diri sendiri (egosentris),
berpikir nyata, memahami alasan dan berkhayal. Pada usia 3 tahun, anak mulai belajar
melihat dan meniru sesuatu di sekitarnya, memahami konsep waktu, banyak bertanya tentang
lingkungan, takut pada sesuatu yang spesifik, berimajinasi dan belajar mengenal warna dan
angka. Pada usia 4 tahun, egosentris anak mulai berkurang, perhatian terhadap lingkungan
berkembang, beranalogi dengan sifat yang berlawanan semisal panas dan dingin, lebih
memahami konsep waktu dan konsep ukuran atau bentuk seperti panjang, pendek dan berat.
Pada usia 5 tahun, anak mulai belajar memahami peran dalam lingkungannya,
mengelompokkan benda sesuai dengan persamaannya. Perkembangan bahasa pada usia 3
tahun ditandai dengan anak mengerti nama, umur, membuat kalimat dari 3-4 kata, banyak
bertanya, dan mempunyai kosakata + 900 kata. Sedangkan di usia 4 tahun, perkembangan
bahasa terlihat dari kemampuan membuat kalimat panjang yang terdiri 4-5 kata, mengerti
minimal 1 warna dan mempunyai 1500 kosakata. Pada usia 5 tahun, perkembangan bahasa
semakin meningkat dengan 2100 kosakata, mengenal minimal 4 warna, mengenal nama hari
dalam seminggu, nama bulan dan dapat mengikuti 3 perintah sekaligus.
d. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson (dalam Pott dan Mandleco, 2012), karakteristik perkembangan psikososial
anak pra sekolah adalah rasa inisiatif vs rasa bersalah, dimana anak sangat energik dalam
bermain dan merasa puas dengan aktivitasnya. Anak mulai belajar bermain dengan meniru
sikap orang dewasa, bermain bersama teman, berbagi mainan dan bermain dengan aturan
sederhana. Pada usia 3 tahun, anak senang melewatkan waktu bersama orang tua, cemburu
atau sibling terhadap adiknya, mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang sederhana,
mempunyai cara penyelesaian masalah yang cenderung regression, denial, projection,
displacement, attack, ratinalization dan sublimation. Pada usia 4 tahun, rasa sibling semakin
terlihat dengan munculnya rasa bersaing dengan saudara, dan dapat berkembang menjadi
perasaan frustasi terhadap orang tua dan saudara, namun demikian anak mulai mandiri dalam
berpakaian dan makan, mudah bercerita terhadap orang lain, dan mulai mengungkapkan rasa
takut terhadap hewan, kondisi gelap dan rasa sakit. Pada usia 5 tahun, anak merasa nyaman
bersama orang tua, senang beraktivitas dengan keluarga, belajar menjalankan aturan, belajar
bertanggungjawab, dan mampu mengungkapkan secara verbal tentang perasaannya.
e. Perkembangan Moral
Anak usia pra sekolah mulai belajar meminta maaf, mengucapkan terima kasih dan mulai
perhatian terhadap orang lain. Spiritual anak pun mulai berkembang dengan meniru kegiatan
agama, sikap orang tua, dan belajar memahami konsep Tuhan dalam bahasa anak.
Keliat, et al (2011) menjelaskan perkembangan inisiatif anak pra sekolah antara lain
mengkhayal, kreatif, berinisiatif bermain dengan alat-alat di rumah, belajar ketrampilan fisik
baru, bermain bersama anak seusia, mudah berpisah dengan orang tua, mengetahui salah dan
benar, mengikuti aturan, mengenal minimal 4 warna, merangkai kata menjadi kalimat,
melakukan pekerjaan rumah yang sederhana dan mengenal jenis kelamin.
Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi sumber stress, yang terdiri dari biologis, psikologis
dan social cultural. Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya kesehatan janin menurut
Stuart (2009) pada saat sedang hamil.
Faktor Predisposisi:
a. Biologis
Faktor biologis meliputi Genetik ada riwayat penyakit keturunan ( DM, hypertensi, jantung,
kelainan kromosom). Riwayat prenatal ( gizi saat ibu hamil, trouma, keracunan obat atau
makanan), perokok, minum alkohol, kelainan hormone ( tyroid dan DM), paparan radiasi,
infeksi ( TROCH, varisella, HIV, campak dan penyakit hepatitis), riwayat Intranatal ( lahir
spontan/ caesar, BB & TB lahir, riwayat trouma dalam persalinan, pemberian ASI. Riwayat
gangguan jiwa.
b. Psikososial
Faktor lingkungan psikososial yang berupa stimulasi yang dapat diberikan oleh ibu atau
pengasuh dalam situasi formal diharapkan dapat menunjang optimalnya perkembangan
anak
c. Sosialkultural
Usia ibu, anak yang keberapa, pendidikan ibu dan ayah (SD, SMP, SMA, PT), pendapatan
kurang/lebih, pekerjaan tetap atau tidak tetap, status peran social: kegagalan berperan
social, latar belakang agama dan keyakinan, keikutsertaan politik, pola komunikasi dengan
keluarga.
Faktor Presipitasi
a. Faktor-faktor biologis : Status nutrisi ( gizi seimbang, mendapatkan ASI ekslusif, makanan
tambahan pada usia 6 bulan, makanan padat setelah usia 12 bulan. Berat Badan (BB 5
bulan=2 x BB lahir, BB 1 tahun = 4 x BB lahir) TB 1 tahun 1,5 x TB lahir), immunisasi lengkap,
kesehatan secara umum.
b. Faktor-Faktor Psikologis Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk
mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu
tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan
bersalah pada diri anak (Wong, 2008, hlm 118).
c. Faktor sosialkultura Umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, penghasilan anak
keberapa, menerima anak dengan senang, mengajak anak bergaul, melambaikan tangan dan
memberi salam, mengajak anak bermain bersama contohnya ciluk….ba…mengajak anak
mengenal lingkungan
Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan meknisme pertahanan yang
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013 21 Universitas Indonesia
digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2009). Terdapat 3 macam mekanisme koping
yaitu : a. Mekanisme koping problem focusing (berfokus pada masalah) merupakan
mekanisme koping yang meliputi tugas dan usaha langsung dalam mengatasi masalah yang
mengancam individu ( Stuart, 2009) b. Mekanisme koping cognitively focused ( yang
berfokus pada kognitif), mekanisme koping seseorang berusaha untuk mengontrol dan
berusaha untuk mengontrol arti masalah dan berusaha untuk menentralkan ( Stuart, 2009)
c. Mekanisme koping Emotion Fecused ( yang berfokus pada emosi), dimana individu
diorentasikan untuk menenangkan emosi yang mengancam ( Stuart, 2009). Pada usia bayi
mekanisme koping anak menangis saat basah, lapar atau haus.