Anda di halaman 1dari 11

ORAL HYGIENE

NAMA KELOMPOK:

1. ALDA PERMATASARI

2. ANGGI PUTRI DEWI

3. ARIFA PUTRI ISLAMIATI

4. CHOIRUNNISA

5. DEWI ARYANI

6. DIANA RAHMAWATI

7. FEI NOSITTA SARI

8. INTAN PUSPA

9. RIZQA NURAWALIA

10. RAHMA SUKMAWATI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

ORAL HYGIENE

I. DEFINISI

Perawatan mulut merupakan intervensi keperawatan yang penting. Kesehatan


mulut akan mempengaruhi tingkat kesehatan umum dan kecepatan pemulihan.
Menggosok gigi, lidah, dan penggunaan benang gigi (flossing) tidak cukup
untuk mencapai kesehatan mulut. Dibutuhkan pemeriksaan dan intervensi yang
teliti bagi klien yang tidak mampu mencapai kesehatan mulut. Keberhasilan
higiene mulut ditentukan oleh volume saliva, plak gigi, dan flora mulut.

Oral hygiene (kebersihan mulut) adalah melaksanakan kebersihan rongga


mulut, lidah dari semua kotoran/sisa makanan dengan menggunakan kain kassa
atau kapas yang dibasahi dengan air bersih (Eni Kusyati, 2006).

Oral hygiene adalah suatu perawatan mulut dengan atau tanpa menggunakan
antiseptik untuk memenuhi salah satu kebutuhan personal hygiene klien. Secara
sederhana oral hygiene dapat menggunakan air bersih, hangat dan matang. Oral
hygiene dapat dilakukan bersama pada waktu perawatan kebersihan tubuh yang
lain seperti mandi, menggosok gigi dll. Perawat perlu membantu
penderita/keluarga u ntuk melakukan perawatan tersebut guna meningkatkan
peran serta aktif dalam memberikan perawatan kepada penderita. Mulut
merupakan bagian pertama dalam saluran makanan dan bagian dari sistem
pernafasan (Wolf. 19840. Didalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi
sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997).
II. TUJUAN

1. Agar mulut tetap bersih / tidak berbau

2. Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah, stomatitis

3. Membantu merangsang nafsu makan

4. Meningkatkan daya tahan tubuh

5. Melaksanakan kebersihan perorangan

6. Merupakan suatu usaha pengobatan

7. Menghilangkan sisa-sisa makanan yang ada di sekitar atau di anatara gigi

8. Menghilangkan sisa-sisa plak gigi

9. Meningkatkan kenyamanan klien

I. FOKUS PENGKAJIAN

1. Kaji integritas mukosa mulut, keadaan gigi, bibir, gusi dan lidah

2. Kaji adanya risiko yang dapat menyebabkan masalah mulut dan


kebersihannya

3. Kaji adanya masalah mulut yang sering terjadi

4. Kaji perhatian kjlien terhadap kebersihan gigi dan mulut, seperti


frekuensi melakukan sikat gigi, tipe atau jenis pasta gigi yang digunakan,
kunjungan terakhir ke dokter gigi, frekuensi kunjangan ke dokter gigi dan
jenis pembersih mulut dan pelembutnya yang digunakan klien
5. Kaji kemampuan klien untuk memegang alat bantu untuk menggosok
gigi, seperti memegang sikat gigi dan pasta gigi (jika klien sadar)

6. Kaji adanya reflek menelan dengan cara menempelkan spatel di belakang


mulut klien (jika klien dengan penurunan kesadaran). Hal ini dilakukan
untuk menilai adanya kemungkinan aspirasi pada saat dilakukan prosedur

I. PERALATAN

1. Sikat gigi dengan bulu sikat lembut (bulu yang keras akan merusak email
dan gusi)

2. Pasta gigi berfluorida non-abrasif

3. Benang gigi

4. Spatula lidah

5. Segelas air yang dingin

6. Garam fisiologis atau obat kumur antiseptik dengan minyak esensial


(sesuaikan dengan pilihan klien)

7. Mangkuk muntah

8. Handuk wajah

9. Handuk kertas

10.Sarung tangan bersih

I. TINDAKAN / PROSEDUR
Langkah Rasional
1. Memberi salam panggil Agar pasien merasa dihargai dan

pasien dengan namanya. menambah keakraban perawat dan klien.

2. Beri penjelasan mengenai


Agar pasien mengetahui tindakan apa
tujuan, prosedur dan lama
yang akan dilakukan perawat.
tindakan, libatkan keluarga
bila perlu.
3. Lakukan hygiene tangan dan Mengurangi transisi mikroorganisme.

kenakan sarung tangan bersih.


Menentukan status rongga mulut klien
4. Intruksikan klien untuk tidak
dan kebutuhan higiene oralnya.
menggigit. Inspeksi integritas
bibir, gigi, mukosa bukal,
gusi, palatum dan lidah.
5. Identifikasi masalah umum : Membantu menentukan jenis higiene

a. Karies gigi : perubahan yang dibutuhkan dan informasi yang


dibutuhkan klien tentang perawatan diri.
warna puth kapur pada gigi
atau adanya warna coklat
atau hitam.
b. Gingvitis : inflamasi pada
gusi.
c. Periodontitis : garis gusi Gusi yang menurun terjadi seiring
menurun, inflamasi, celah penuaan, sehingga klien lansia

di anatar gigi. membutuhkan higiene mulut yang teliti


(Miller, dan Tordecilia, 2002).
d. Halitosis : napas berbau.
e. Cheilosis : bibir pecah-
pecah.
f. Stomatitis : inflamasi Klien kemoterapi atau dengan
mulut. imunosupresi berisiko menderita

g. Lidah kering, pecah dan stomatitis (Fulton, Middleton, dan


berlapis. McPhail, 2002).

1. Periksa risiko aspirasi pada


Penumpukan sekresi atau pasta gigi
klien : gangguan menelan,
meningkatkan risiko aspirasi karena tidak
penurunan refleks muntah.
mampu mengatur bsekresi oral.
Lepaskan dan buang sarung
tangan.
2. Periksa risiko masalah higiene
mulut. Kondisi tertentu meningkatkan
kemungkinan gangguan integritas rongga
mulut dan kebutuhan perawatan preventif.
3. Lepaskan sarung tangan dan
lakukan higiene tangan.
4. Tentukan praktik higiene oral Mencegah penyebaran mikroorganisme.
klien :
a. Frekuensi menyikat gigi dan Memungkinkan idenmtifikasi kesalahan
teknik, kekurangan dalam higiene oral
flossing.
preventif, dan tingkat pengetahuan klien
b. Jenis sikat gigi dan pasta gigi
tentang perawatan gigi
yamg digunakan.
c. Kunjangan tekahir ke dokter
gigi.
d. Frekuensi kunjungan ke
dokter gigi.
e. Jenis obat kumur atau
pelembut yang digunakan.
Sediaan lemon-gliserin dapat merusak.
Gliserin bersifat mengeringkan dan
mengerutkan membran mukosa dan gusi.
Lemon menghilangkan refleks saliva dan
1. Periksa kemampuan klien
mengerosi enamel gigi (Polamd, 1987).
menggenggam dan
memanipulasi sikat gigi. Pemeriksaan ini akan mengkaji
(Untuk lansia, terapkan ketangkasan dan kekuatan. Menentukan

pemeriksaan selama 30 detik). tingkat bantuan yang dibutuhkan.


2. Lakukan higiene tangan.
Siapakan perlengkapan di sisi
tempat tidur.
3. Jelaskan prosedur pada klien
dan diskusikan preferensi
tentang penggunaan alat bantu Beberapa klien merasa tidak nyaman jika
perawat melayani kebutuhan dasarnya.
higiene.
Keterlibatan klien akan meminimalkan
4. Letakkan handuk kertas di
rasa gelisah.
meja tempat tidur dan susun
agar berada dalam jangkauan.
5. Naikkan tempat tidur ke
posisi kerja yang nyaman.
Elevasikan bagian kepala
tempat tidur (jika
Posisi tempat tidur dan klien akan
diperbolehkan), dan turunkan mencegah perawat meregangkan otot
pembatas tepi. Posisikan klien terlalu banyak. Posisi Semi-Fowler
agar mendekat. Gunakan membantu mencegah klien tersedak atau

posisi menyamping jika mengalami aspirasi.

dibutuhkan.
6. Letakkan handuk di atas dada
klien.

7. Kenakan sarung tangan.


8. Pasta gigi dibubuhkan ke sikat
gigi, sikat gigi dipegang di
Mencegah kontak dengan
atas mangkuk muntah,.
mikroorganisme atau darah di saliva.
Berikan sedikit air di pasta Kelembapan membantu distribusi pasta
gigi. gigi di seluruh permukaan gigi.

9. Klien dapat membantu


menggosok gigi. Bulu sikat
berada pada sudut 45 derajat
dari gusi. Pastikan ujung bulu Sudut ini memungkinkan jangkauan ke
sikat dapat menembus garis seluruh permukaan gigi dan
gusi. Gosok permukaan dalam membersihkan di bawah garis gusi di
dan luar gigi bawah dan atas mana plak dan tartar menumpuk. Gerakan
bolak-balik melepaskan partikel makanan
dengan arah dari gusi ke
yang terperangkap di anatar gigi dan
mahkota gigi. Bersihkan
sepanjang permukaan mengunyah.
permukaan gigitan gigi
dengan cara menggosok bulu
sikat paralel dengan gigi
dengan gerakan bolak-balik.
Gosok samping gigi dengan
menggerekan bulu sikat
secara bolak-balik.
10.Minta klien menggosok
dengan susuk 45 derajat dan
menggosok perlahan
Mikroorganisme munumpuk dan tumbuh
permukaan dan samping
di permukaan lidah dan menyebabkan bau
lidah. Hindari refleks muntah.
mulut. Muntah mengakibatkan aspirasi
11.Klien mencuci mulut dengan pasta gigi.
air yang didistribusikan ke
seluruh permukaan gigi dan
meludah ke mangkuk muntah. Irigasi melepaskan partikel makanan.
12.Biarkan klien berkumur
dengan obat kumur sesuai
keinginannya. Obat kumur meninggalkan rasa yang
nyaman namun membuat mukosa kering
setelah pemakaian yang lama pada obat
kumur berbasis alkohol. Obat kumur
antiseptik dengan minyak esensial efektif
mengurangi plak dan gingivitis (Bauroth
13.Bantu klien membersihkan et al,; 2003)
mulut dengan lap.
14. Biarkan klien melakukan
flossing.
Mewujudkan rasa nyaman.
15.Biarkan klien mencuci mulut
dengan air dingin dan
Mengurangi tartar di permukaaan gigi.
meludah ke mangkuk muntah.
Bantu melap mulut klien.
16.Bantu klien mengambil posisi Irigasi melepaskan plak dan tartar dari

nyaman, pindahkan mangkuk rongga mulut.

muntah ke meja, naikkan


pembatas tepi dan turunkan
kembali posisi tempat tidur. Memberikan kenyamanan dan keamanan
17.Bersihkan meja tempat tidur, bagi klien.
buang sprei dan handuk kertas
yang kotor, buang sarung
tangan dan simpan kembali
perlengkapan.
Pembuangan yang tepat akan, mencegah
18.Lakukan higiene tangan. penyebaran infeksi.
19.Tanyakan apakah ada rongga
mulut yang terasa tridak
nyaman.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
20.Kenakan sarung tangan dan
inspeksi kondisi rongga
Nyeri mengidentifikasi masalah kronis.
mulut.
21.Minta klien mendeskripsikan
teknik higiene yang benar. Menentukan efektivitas higiene dan
cucian.
22.Perhatikan cara klien
menggososk gigi.

Mengevaluasi pembelajaran klien.

Mengevaluasi kemampuan klien


menggunakan teknik yang benar.

VI. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Pada klien dengan tingkat kesadaran baik :

1. Pada klien dengan masalah gusi sensitif atau perdarahan dapat dilakukan
perawatan mulut dengan memakai sponge yang lembut atau dapat pula
dilakukan pemberian cairan sorbital, sodium, carboksimetilselulosa, dan
elektrolit.

2. Klien dengan penyakit Diabetes Melitus, dianjurkan untuk melakukan


kontrol gigi tiap 3-4 bulan sekali. Mereka harus diajarkan pula cara
membersihkan gigi dengan benar sesuai jadwal untuk mengantisipasi atau
mengatasi kerusakan gigi karena pada penyakit ini menekan respon imun
dan menurunkan sirkulasi ke mukosa mulut (Blamey, 1986).

3. Ajarkan klien cara mencegah kerusakan gigi, misalnya menurunkan


intake glukosa, khususnya konsumsi snack yang manis diantara jadwal
makan, menyikat gigi maksimal 30 menit setelah makan makanan yang
manis, menggunakan air yang mengandung fluorida, dan membasuh
mulut dengan air.
4. Cheilosis dapat dicegah dengan cara memakai minyak khusus bibir dan
tidak menggigit-gigit bibir.

5. Perawatan mulut juga harus dilakukan pada klien yang masih anak-anak.
Perawatan mulut sedini mungkin adalah cara terbaik mengatasi karies
gigi dan masalah gigi lainnya. Fluorida dapat diberikan pula untuk
mencegah terjadinya kavitis dan merawat kesehatan gusi. Jika air yang
dikonsumsi tidak mengandung flouride , maka perawat dapat
memberikan suplemen atau vitamin sesuai dengan kolaborasi dokter.
Lakukan perawatan gigi minimal 2kali perhari, yaitu setelah sarapan pagi
dan setelah makan terakhir karena dapat menurunkan potensi timbulnya
plak.

6. Ajarkan pula pada orang tua untuk memberikan botol hanya berisi air
putih pada saat jam tidur. Jangan berikan susu atau jus buah karena kaya
akan karbohidrat yang dapat menyebabkan kavitis dan peubahan warna
pada gigi.

7. Pada anak dengan usia mulai 8 tahun maka anak dapat melakukan sikat
gigi secara lebih mandiri karena pada umur ini anak tidak ada lagu
masalah koordinasi pergerakan.

8. Mengunjungi dokter gigi dapat dimulai sejak anak usia 2 tahun, setelah
itu kunjungan dapat dilakukan tiap 6 bulan sekali (Moss. 1988).

9. Pada klien manula, berisiko mempunyai masalah injury rongga mulut dan
penyakit periodontal karena terjadi penurunan vaskularisasi ke gusi dan
penipisan mukosa mulut. Kehilangan elastisitas jaringan dan penurunan
massa otot dapat menurunkan kemampuan manula untuk mengunyah dan
menelan.

Anda mungkin juga menyukai