Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, tantangan sebagai tenaga kesehatan semakin memengaruhi kinerja
tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan,
khususnya seorang bidan, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani melakukan
tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan pasiennya.Pada umumnya
kontak pertama antara seorang bidan dan pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini
hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-
tahap pemeriksaan berikutnya.

Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan yang


sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk
menegakkan iasris.Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar
sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.Pemeriksaan anamnesis
adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan bidan dan
pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien
untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

Anamnesis yang baik akan mengalir dan spontan layaknya sebuah obrolan.
Suasana anamnesis yang nyaman seperti itu hanya bisa dicapai jika bidan maupun
pasien bersikap ramah dan santun serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik.

Oleh karena itu, kami memilih pembahasan mengenai anamnesis ini


dikarenakan kebanyakan para tenaga kesehatan kurang lengkap dalam melakukan
anamnesis kepada pasiennya bahkan ada juga yang tidak melakukannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara yang benar dalam menganamnesis pasien?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui cara yang benar dalam menganamnesis pasien.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memberikan gambaran umum kepada mahasiswa kebidanan mengenai cara
menganamnesis pasien yang baik dan benar sehingga pasien merasa nyaman
menceritakan semua keluhan penyakitnya.
2. Memberikan gambaran kepada masyarakat umum agar tidak perlu takut dan
canggung dalam mengemukakan keluhan kepada dokter maupun perawat,
karena setiap keluhan yang diceritakan oleh pasien merupakan kunci diagnosis
seorang dokter.

2
BAB II
ISI / PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anamnesa


Menurut Patricia A Potter tahun 2005, anamnesa adalah pola komunikasi yang
dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik.
Anamnesa juga diartikan sebagai mekanisme dimana klien juga bisa mendapatkan informasi.
Suatu anamnesa dapat terfokus, seperti dalam kasus klien masuk ruang kedaruratan, atau
wawancara dapat bersifat komprehensif.
Dokter atau bidan mengumpulkan informasi tentang kesehatan klien, gaya hidup,
sistem pendukung, pola penyakit, pola adaptasi, kekuatan dan keterbatasan dan sumber-
sumber. Dengan perawat mendengarkan dan mempertimbangkan informasi yang
dikemukakan, klien mungkin diarahkan untuk memberikan lebih rinci atau mendiskusikan
topik yang tampaknyadapat mengungkapkan masalah yang mungkin ada. Karena laporan
klien dapat mencakup informasi subjektif, perawat menggunakan data dari anamnesa untuk
validasi kemudian dengan informasi objektif.
Ketika melakukan anamnesa, perawat menggunakan keterampilan berkomunikasi
spesifik untuk memfokuskan perhatian pada tingkat kesejahteraan klien. Perawat juga
membantu klien memahami perubahan yang sedang terjadi atau akan terjadi bila mulai
diberikan asuhan.
Anamnesa keperawatan mencapai beberapa objektif. Pertama, hubungan perawat-
klien dibentuk. Hubungan perawat-klien adalah asosiasi antara perawat dan klien yang
mempunyai pertimbangan mutual, yaitu tentang kesejahteraan klien. Hubungan ini
membentuk keeratan interpersonal profesional yang mengembangkan dan membantu dala
penyelidikan dan diskusi tentang respon klien terhadap kesehatan dan penyakit. Hubungan ini
menggalakkan pertukaran informasi, ide-ide, dan emosi, serta memberdayakan perawat untuk
mengekspresikan tingkat perawatan untuk klien.

Selama anamnesa perawat mendapatkan informasi tentang dimensi fisik,


perkembangan, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual klien. Informasi fisik dan
perkembangan mencerminkan fungsi normal dan perubahan patologis pada pola kehidupan
individu yang disebabkan oleh penyakit, trauma, atau krisis perkembangan. Informasi emosi
mencakup respons perilaku terhadap perubahan dalam kesehatan dan pola kehidupan.
Informasi emosi yang relevan mencakup alam perasaan, persepsi, citra tubuh, konsep diri,
dan sikap tentang seksualitas.
Informasi intelektual yang mencakup kinerja intelektual, kemampuan
pemecahan masalah tingkat pendidikan, pola komunikasi, dan rentang perhatian. Informasi
sosial mencakup lingkungan, pola kultur, etnik, atau sosial yang dapat mempengaruhi tingkat
kesejahteraan saat ini dan dimasa mendatang. Perawat juga mengumpulkan informasi tentang
nilai-nilai, keyakinan, dan praktek religius, yang merupakan bagian dari dimensi spiritual.
Anamnesa juga memberikan perawat kesempatan untuk mengobservasi klien.
Perawat mengamati interaksi antara klien dan keluarga dan antara klien dengan lingkungan
layananan kesehatan; perawat juga mengamati penggunaan kotak mata, komunikasi non-
verbal, dan bahasa tubuh lainnya. Sementara mengamati perilaku ini, penampilan dan
interaksi dengan lingkungan, perawat menentukan apakah data yang didapatkan melalui
pengamatan sesuai dengan data yang didapatkan melalui komunikasi verbal. Pengamatan
selama anamnesa mengarahkan perawat untuk mengumpulkan informasi objektif tambahan
untuk membentuk konklusi yang akurat.

2.2 Jenis Teknik Anamnesa


Menurut Patricia A Potter tahun 2005, jenis teknik anamnesa meliputi :
1. Teknik Mencari Masalah.
Anamnesa mencari masalah mengidentifikasi masalah potensial klien, dan
pengumpulan data selanjutnya difokuskan pada masalah tersebut. Sebagai contoh, perawat
menanyakan pada klien tentang perubahan yang dialami dalam pecernaan, seperti kurang
nafsu makan, mual, muntah atau diare. Jika klien mengatakan bahwa sebagian dari gejala ini
dialaminya, perawat

4
melanjutkan dengan pertanyaan pemecahan masalah yang difokuskan pada perubahan
spesifik pada pencernaan.
2. Teknik Pemecahan Masalah.
Teknik anamnesa pemecahan masalah difokuskanpada pengumpulan data yang lebih
mendalam pada masalah spesifik yang diidentifikasi oleh klien atau perawat (lvey,1988).
Sebagai contoh, jika klien melaporkan bahwa muntah telah dalam 2 hari, perawat
menanyakan apa pencetus muntah pertama kalinya, apakah klien mengalami gejala lain,
apakah terjadi setiap kali klien makan atau minum dan bagaimana karasteritik
muntah.Informasi tentang awitan, faktor pemberat, gejala yang berkaitan, tindakan pereda
yang telah klien coba, dan keefektifan tindakan ini pada akhirnya memadu pemilihan perawat
tentang interverensi keperawatan.
3. Teknik Pertanyaan Langsung.
Anamnesa pertanyaan langsung adalah format strukstur yang membutuhkan jawaban
satu atau dua kata dan sering kali digunakan untuk mengklarifikasi informasi sebelumnya
atau memberikan informasi tambahan (lvey,1998). Sebagai contoh "apakah anda mengalami
nyeri ketika muntah?" adalah suatu pertanyaan langsung.Dengan teknik ini pertanyaan tidak
mendorong klien untuk secara suka rela memberikan informasi lebih banyak dari yang
ditanyakan langsung.Tipe pertanyaan seperti ini sangat berguna dalam mengumpulkan data
biografi dan informasi spesifik mengenai masalah kesehatan seperti, gejala, faktor pencetus
dan tindakan pereda.
4. Teknik Pertanyaan Terbuka.
Anamnesa pertanyaan terbuka ditunjukan untuk mendapatkan respons lebih dari satu
kata atau dua kata. Teknik ini mengarah pada diskusi di mana klien secara aktif menguraikan
status kesehatan mereka. Metode ini menguatkan hubungan perawat klien karena teknik ini
menunjukkan bahwa perawat ingin meluangkan waktu untuk mendengarkan pikiran klien.
Contoh-contoh pertanyaan terbuka adalah sebagai berikut :
a. "Perawat kesehatan apa yang anda butuhkan?"
b. "Bagaimana perasaan Anda?"
c. "Ceritakan pada saya apa makna kedatangan ke rumah sakit bagi Anda?"

5
2.3 Fase – Fase Anamnesa
Menurut Patricia A Potter tahun 2005, fase-fase anamnesa adalah sebagai berikut :
a. Fase Orientasi
Perawat membuka wawancara dengan menjelaskan tujuan dari wawancara. Perawat
juga mendiskusikan tipe pertanyaan yang akan ditanyakan dan para klien dalam proses
wawancara. Kemudian perawat meluangkan waktu beberapa menit untuk saling mengenal
dengan klien.

b. Fase Kerja
Dengan berkembangnya wawancara, perawat mengajukan pertanyaan untuk
membentuk data dasar yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan.

c. Fase Terminasi
Terminasi membutuhkan keterampilan dari pihak wawancara. Idealnya klien harus
diberi isyarat bahwa wawancara akan segera berakhir.

1.4 Aspek Sikap


Menurut G.A Mandriwati tahun 2007 aspek sikap yang harus tampak dalam setiap kegiatan
anamnesa, yaitu :
a. Sopan dan ramah
Sopan berarti memberi penghargaan, ramah memberi kesan menarik, dengan
demikian ibu akan tertarik datang ke unit pelayanan.
b. Menunjukkan niat membantu
Sikap ini memberi jaminan kepada ibu untuk mendapat pelayanan yang memuaskan.
c. Menghargai
Sikap ini akan meletakkan martabat ibu sesuai dengan kondisinya.
d. Tanggap
Dengan bersikap tanggap bisa lebih cepat mengenal kondisi ibu karena bosan atau
tidak nyaman.
6
e. Menjaga privasi.
Privasi ibu sebagai wanita harus tetap dijaga selama memberikan asuhan.

1.5. Komponen Anamnesa


Menurut Patricia A Potter tahun 2005, riwayat kesehatan keperawatan adalah data
yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu).Riwayat
keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial budaya, keseatan spiritual dan
reaksi mental serta emosi terhadap penyakit.Riwayat keperawatan dikumpulkan selama
anamnesa, dan merupakan langkah pertama dalam melakukan pengkajian. Macam-macam
riwayat kesehatan keperawatan :
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat masa lalu memberikan data tentang
pengalaman kesehatan klien. Perawat mengkaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit
atau pernah menjalani operasi. Perawat juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup.

Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat-obatan atau medikasi yang secara rutin
digunakan dapat membuat klien beresiko terhadap penyakit yang menyerang hepar, paru-
paru, jantung, sitem saraf, atau proses berfikir. Dengan membuat catatan tentang tipe
kebiasaan, juga frekuensi dan durasi penggunaan akan memberikan data yang penting.
Rencana perawatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan gaya hidup
klien sedapat mungkin. Sering kali variasi dalam tidur,aktivitas, dan pola nutrisi dapat
diakomodasi.

b. Riwayat Keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan
kekeluargaan langsug dan hubungan darah. Sasaranya untuk menentukan apakah klien
berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk mengidentifikasi
area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

7
Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga,interaksi,
dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan. Sebagai contoh, keluarga
yang akrab suportif dapat menjadi dapat menjadi sumber dalam membantu klien
menyesuaikan diri terhadap penyakit atau kecacatan dan harus dilibatkan ke dalam rencana
perawatan.

c. Riwayat Lingkungan
Riwayat lingkungan memberikan data tentang lingkungan rumah klien dan segala
sistem pendukung yang anggota keluarga dan klien dapat digunakan. Riwayat lingkungan
misalnya mengidentifikasi pemajanan polutan yang dapat mempengaruhi kesehatan, tingkat
kriminalitas yang tinggi sehingga menghambat klien untuk berjalan-jalan sekitar lingkungan
rumah dan sumber yang dapat membantu klien dalam kembai ke komunitas.

d. Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial yang lengkap menunjukkan siapa sistem pendukung klien,
termasuk pasangan, anak-anak anggota keluarga lain, atau teman dekat.
Riwayat psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang biasanya klien dan
anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stres.perilaku yag sama seperti berjalan-jalan,
membaca, atau berbicara dengan teman, dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan jika
klien mengalami stres ketika menerima perawatan kesehatan.perawat juga belajar apakah
klien telah mengalami suatu kehilangan baru-baru ini yang dapat menciptakan suatu rasa
berduka.

Menurut Helen Varney tahun 2007, komponen anamnesa adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi informasi
1. Nama
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.

8
2. Usia
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk
menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit
yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
3. Ras/etik
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras/suku bangsa tertetu.
4. Alamat/telepon
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat
sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data
ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data
epidemiologi penyakit.
5. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan)
seorang pasien menurut agamanya.
6. Status pernikahan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien.
7. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan
pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-
pekerjaan sebelumnya.
8. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya.

b. Keluhan Utama (KU)


Alasan wanita tersebut mengunjungi anda di klinik, kantor, kamar gawat darurat,
pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan
kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh).

9
c. Riwayat Penyakit Saat ini (RPS)
Dari seluruh tahapan anamnesa bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan
diagnosis. Seperti :
1. Tanggal dan waktu awitan
2. Bentuk awitan
3. Faktor pencetus atau latar belakang, yang berhubungan dengan awitan
4. Perjalanan penyakit sejak awitan, termasuk durasi dan kekambuhan
5. Lokasi spesifik
6. Jenis nyeri atau ketidaknyamanan dan keparahan atau intensitas
7. Gejala lain yang berkaitan
8. Hubungan dengan fungsi dan ativitas tubuh
9. Gambaran kualitas (warna, konsentrasi) dan kuantitas (jumlah,isi,) jika ada (mis, ruam, rabas,
perdarahan)
10. Faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang memperparah atau yang meredakan
11. Bantuan medis sebelumnya (dan dari siapa) untuk masalah ini, diagnosis dan perawatan
12. Keefektifan suatu terapi atau obat yang digunakan (dimulai atas inisiatif diri sendiri atau
yang diprogramkan dokter)

d. Riwayat Medis Terdahulu dan Perawatan Primer


Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu
secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini
merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
1. Penyakit pada masa kanak-kanak/imunisasi seperti campak (tipe), gondongan, dan cacar air
2. Uji skrining laboratorium yang dilakukan baru-baru ini untuk penyakit infeksi (hepatitis,
campak, tuberkulosis, HIV) : tanggal, hasil
3. Penyakit utama (pneumonia, hepatitis, demam reumatik, difteri, polio)

10
4. Rawat inap ; tanggal, alasan
5. Pembedahan ; tanggal, alasan
6. Kecelakaan ; fraktur, cedera, tidak sadar
7. Tranfusi darah ; tanggal, alasan, reaksi
8. Alergi (makanan, demam Hay, lingkungan, debu, binatang ; asma)
9. Alergi obat
10. Penyalahgunaan alkohol/alkoholisme; perawatan
11. Penyalahgunaan/ ketergantungan obat; zat, perawatan
12. Kebiasaan
a. Merokok (jumlah,durasi)
b. Alkohol (jumlah, durasi)
c. Kafein (kopi, teh, soda, coklat)
d. Obat "reaksi" (zat,jumlah;lama)
e. Keamanan (sabuk pengaman,helm)
13. Pola tidur
Kantuk saat siang hari sering muncul terutama pada trimester pertama. Hal ini membuat
wanita hamil tidur siang cukup lama, tetapi pada malam hari, justru sulit tidur. Untuk itu, saat
kantuk muncul, lakukanlah kegiatan lain, agar Anda tidak tidur siang terlalu lama.
14. Diet/malnutrisi
15. Olahraga/ aktivitas bersenang-senang
16. Bahaya ditempat kerja : posisi (berdiri,duduk) tegangan (mata,otot), ventlisasi, terpajan zat
kimia beracun
17. Bahayan lingkungan : udara, air, pembuangan limbah, jumlah jendela kurang, tempat perapian
yang tebuka, cat
18. Penganiayaan fisik/seksual pada masa kanak-kanak
19. Kekreasan rumah tangga/ pemukulan/ pemerkosaan/ isolasi pada masa yang lalu, saat ini
keamanan
20. Uji skrining genetik, jika didapat lakukan (mis. Sel sabit,tay sachs, fibrosis kritis); hasil

11
21. Penyakit spesifik
a. Diabetes
b. Penyakit jantung (diagnosis, mis prolaps katup mitral) termasuk demam reumatik
c. Tuberkulosis
d. Asma
e. Hepatitis
f. Ginjal/infeksi saluran kemih
g. Varises/ tromboflebitis
h. Kelenjar/endokrin (diagnosis, seperti hipo/hipertiroid)
i. Kanker
j. Hipertensi
k. HIV/AIDS
l. Penyakit kejiwaan
22. Pengobatan
a. Diprogramkan
b. Tidak diprogramkan

e. Riwayat Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak
cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat
kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang
langka bahkan dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi
siapa saja yang mempunyai potensi untuk me nderita penyakit yang sama. Misalnya :
1. Ibu, ayah, saudara kandung
a. Usia
b. Status, misal, kehidupan dan kesejaheraanya? Jika telah meninggal, apa penyebab
kematiannya?
2. Retardasi metal
3. Kanker

12
4. Penyakit jantung
5. Hipertensi
6. Diabetes
7. Penyakit ginjal
8. Penyakit mental
9. Kelainan kengenital
10. Kehamilan lebih dari satu
11. Tuberkulosis
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anamnesa adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan
difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Anamnesa juga diartikan sebagai mekanisme
dimana klien juga bisa mendapatkan informasi. Suatu anamnesa dapat terfokus, seperti dalam
kasus klien masuk ruang kedaruratan, atau wawancara dapat bersifat komprehensif.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini dapat dijabarkan
sebagai berikut :

1. Kepada tenaga kesehatan khususnya yang memiliki ijin untuk menganamnesa pasien
hendaknya memiliki sikap yang ramah dan mudah akrab, sehingga pasien tidak merasa
canggung dan mengutarakan semua keluhannya dengan nyaman.

2. Kepada masyarakat umum hendaknya tidak perlu takut dan canggung dalam menanggapi
pertanyaan dari dokter maupun perawat. Jawaban dari pasien lah yang nantinya akan sangat
membantu dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit.
14

DAFTAR PUSTAKA

Jonathan, Gleadle, (2007), Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta : Erlangga.


Mandriwati, G.A, (2007), Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Jakarta : EGC.)
Matondang, Corry S., Wahidiyat, Iskandar, dkk, (2009), Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi 2,
Jakarta : CV Sagung Seto.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental
Keperawatan,Edisi 4, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Varney Helen, Kriebs, Jan M., dkk, (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai