Anda di halaman 1dari 12

NAMA :

1. ARTITA MAWARNI (19014)


2. SOLEH RIZKY PRATAMA (19084)
TINGKAT :2B
MATA KULIAH : METODOLOGI KEPERAWAYAN

1. Definisikan assesmen
Asuhan keperawatan harus dilaksanakan sesuai standar keperawatan , yaitu proses
keperawatan, agar klien mendapatkan pelayanan / asuhan keperawatan yang bermutu dan
dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan proses keperawatan adalah metode sistematis
yang mengarahkan klien dan perawat untuk bersama – sama menetapkan kebutuhan
terhadap asuhan, merencanakan dan melaksanakan asuhan, serta mengevaluasi hasil
asuhan.Asesmen merupakan salah satu cara kegiatan pengukuran suatu proses yang harus
dilakukan sebelum, selama dan setelah dilakukan suatu kegiatan atau tindakan.
Asesmen keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan tenaga keperawatan
kepada pasien secara terus menerus untuk mengumpulkan informasi atau data dalam
menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh pasien.Proses asesmen keperawatan
pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang asuhan keperawatan pasien
yang segera dilakukan dan kebutuhan pasien berkelanjutan untuk emergency, elektif atau
pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.
Asesmen keperawatan adalah proses yang dilakukan oleh tenaga keperawatan
sesuai dengan standar praktik keperawatan yang ditetapkan dengan mengacu pada proses
keperawatan meliputi Standar I : dokumentasi pengkajian keperawatan, Standar II :
dokumentasi diagnosa keperawatan , Standar III : dokumentasi perencanaan keperawatan.
Standar IV : dokumentasi implementasi , Standar V : dokumentasi evaluasi.
Assesmen adalah proses yang terus menerus dan dinamis yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi dari keadaan fisik pasien, psikologis, sosial dan riwayat
kesehatan pasien sebagai bahan analisis informasi dan data untuk mengidentifikasi dan
merencanakan kebutuhan pelayanan medis yang dilakukan saat pasien baru pertama
dirawat inap di rumah sakit.
2. Diskusikan peran asesmen sebagai bagian dari proses keperawatan.
Pengkajian ini sangat penting dilakukan saat akan melakukan sebuah tindakan.
Dikarenakan pengkajian merupakan data awal yang harus kita miliki sebagai seorang
perawat. Perawat merupakan langkah awal dan langkah dasar dari pemberian askep.
Pengkajian yang dikerjakan yaitu mengumpulkan informasi supaya dapat diketahui
situasi, kondisi, kebuthan dari pada pasien tersebut.
Penting dilakukan untuk mengetahui langkah awal apa yang akan dilakukan
perawat saat akan melakukan proses keperawatan asuhan keperawatan. Dan juga dapat
dilakukan agar perawat dapat mengetahui datadata pasien sebelum melakukan proses
keperawatan yang bersifat luas dan lengkap, agar tidak terjadinya kesalahan saat proses
keperawatan dilakukan.
3. Identifikasi keterampilan yang dibutuhkan untuk assesmen
Dibutuhkan kemampuan analisis yang tinggi sehingga diperlukan sumber daya
manusia yang capable dan mempunyai motivasi kuat untuk maju serta berpandangan
maju. Hal ini menjadikan perawat lebih inisiatif dan kreatif dalam melakukan klasifikasi
dan analisis data sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, sehingga hasil rumusan
diagnosa keperawatan yang diperoleh lebih akurat dan sesuai dengan kondisi pasien.
4. Bedakan asesmen keperawatan dengan asesmen medis
 Asesmen Keperawatan adalah asesmen yang dilakukan oleh perawat yang
kompeten. Asesmen Keperawatan adalah untuk mengarahkan rencana asuhan
untuk membantu klien dan keluarganya beradaptasi terhadap penyakit yang
diderita klien dan untuk menghilangkan masalah kesehatan.
 Asesmen medis adalah asesmen yang dilakukan oleh dokter yang kompeten.
Asesmen medis adalah untuk mengidentifikasi dan untuk merancang rencana
pengobatan untuk menyembuhkan
5. Identifikasi peran asesmen di semua tingkat perawatan kesehatan preventif
Peran asesmen pada tingkat perawatan preventif yakni untuk,suatu upaya
melakukan berbagai tindakan keperawatan untuk menghindari atau mengatasi terjadinya
berbagai masalah kesehatan yang mengancam di masa yang akan datang.Usaha
pencegahan suatu penyakit lebih baik dari pada mengobati, hal ini dikarenakan usaha
pencegahan suatu penyakit akan memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih
murah.
6. Membedakan data subjektif dan objektif
 Data Subjektif adalah data yang didapat dari klien/pasien melalui wawancara atau
dengan cara menanyakan keluhan apa yang sedang dirasakan klien/pasien. Atau
data yang di dapat dari ucapan klien/pasien langsung tentang masalah
kesehatannya. Berupa ungkapan keluhan dari klien secara langsung dan dapat
diperoleh dari orang lain yang mengetahui keaadaan klien secara langsung.
contoh : merasa pusing, mual, nyeri dada, dan lain lain.
 Data Objektif adalah data yang didapat dengan cara melakukan pengukuran
terlebih dahulu atau data yang didapat dengan cara melihat langsung tanda&gejala
yang timbul pada klien/pasien tersebut. Berupa data yang diperoleh oleh perawat
secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan pada klien. contoh : tekanan
darah 120/80 mmHg, konjungtiva anemis
7. Membedakan sumber data primer dan sekunder
 Sumber data primer adalah data yang didapat langsung dari klien/pasien yang
mengalami masalah keperawatan,Sedangkan
 Sumber data sekunder adalah data yang didapat dari orang lain atau orang yang
mengantar pasien/klien ke rumah sakit,atau bisa juga didapat dari riwayat
keperawatan sebelumnya.
8. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
1) Perkembangan. Lingkungan yang diciptakan oleh orang tua mempengaruhi
kemampuan anak untuk berkomunikasi. Perawat menggunakan teknik khusus
ketika berkomunikasi pada anak sesuai dengan berbagai tahap perkembangannya.
Oleh karena itu, agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak, perawat
harus mengerti pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir yang
mempengaruhi cara dan sikap dalam berkomunikasi.
2) Persepsi. Persepsi merupakan pandangan personal terhadap suatu kejadian.
Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Perbedaan persepsi menghambat
komunikasi.
3) Sistem nilai. Faktor ketiga yang menjadi faktor yang mempengaruhi komunikasi
terapeutik adalah sistem nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku
sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Berusaha
mengetahui dan mengklarifikasi nilai adalah penting dalam membuat keputusan
dan interaksi. Jangan sampai perawat dipengaruhi oleh nilai personalnya dalam
hubungan profesional.
4) Latar belakang sosial budaya. Seringkali ketika memberi asuhan keperawatan
kepada klien, perawat menggunakan bahasa dan gaya komunikasi yang berbeda.
Gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga membatasi
cara bertindak dan berkomunikasi.
5) Faktor emosi. Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara
seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh
keadaan emosinya. Emosi mempengaruhi kemampuan salah tafsir atau tidak
mendengarkan pesan yang disampaikan. Perawat dapat mengkaji emosi klien
dengan mengobservasi klien ketika berinteraksi dengan keluarga, dokter atau
perawat lain. Perawat juga perlu mengevaluasi emosinya, karena sangat sulit
untuk menyembunyikan emosi, sementara klien sangat perseptik terhadap emosi
yang terpindahkan melaluikomunikasi interpersonal.
6) Pengetahuan. Faktor keenam adalah pengetahuan. Komunikasi sulit dilakukan
jika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dengan memperhatikan respon klien
terhadap pernyataan yang diajukan. Setelah pengkajian, perawat mempergunakan
istilah dan kalimat yang dimengerti oleh klien sehingga dapat menarik perhatian
dan minatnya.
7) Faktor Peran. Cara berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan orang
yang berkomunikasi. Gaya perawat berkomunikasi dengan klien akan berbeda
dengan caranya berbicara dengan dokter dan perawat lain. Perawat perlu
menyadari perannya saat berhubungan dengan klien ketika memberikan asuhan
keperawatan. Perawat menyebut nama klien untukmenunjukkan rasa hormatnya
dan tidak menggunakan humor jika baru mengenal klien.
8) Tatanan Interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan
dalam suatu lingkungan yang menunjang, karena bising, kurang keleluasaan
pribadi dan ruang yang sempit dapat menimbulkan kerancuan, ketegangan dan
ketidaknyamanan. Perawat perlu memilih tatanan yang memadai ketika
berkomunikasi dengan klien.
9. Diskusikan pengaruh budaya pada komunikasi
Nilai dan budaya/adat menjadi kacamata yang dijadikan tolak ukur untuk
komunikasi agar komunikasi terjalin dengan baik. Sebelum berbicara dengan orang
lain,lebih baik kita mengetahui bagaimana latar belakang budaya/adat yang dianut oleh
klien/pasien. Misalnya: orang Batak yang terbiasa dengan suara keras dan intonasi tinggi.
Sedangkan orang jawa terbiasa dengan bahasa yang halus dengan intonasi yang renah.
10. Peragakan teknik komunikasi
1) Mendengarkan Secara Aktif. Salah satu cara komunikasi multidisiplin dalam
keperawatan adalah mendengarkan secara aktif. Mendengarkan secara aktif
adalah mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang disampaikan oleh pasien
baik secara verbal maupun nonverbal. Ketika berbicara dengan pasien, perawat
hendaknya menunjukkan sikap terbuka, memandang atau menatap pasien,
melakukan kontak mata, menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh lebih
dicondongkan ke arah pasien, dan menganggukkan kepala saat pasien
membutuhkan umpan balik atau membicarakan hal yang dirasa sangat penting.
2) Memperlihatkan Sikap Menerima. Teknik dalam komunikasi keperawatan
selanjutnya adalah memperlihatkan sikap menerima. Sikap menerima adalah
sikap bersedia untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh pasien tanpa
keraguan. Ketika menerapkan teknik ini hendaknya perawat mengindari bahasa
tubuh dalam komunikasi yang menunjukkan ketidaksetujuan. Sebaliknya, perawat
hendaknya memperlihatkan sikap menerima dengan cara menganggukkan kepala
tanda setuju atau memahami apa yang disampaikan oleh pasien, memastikan
kesesuaian antara komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal, memberikan
umpan balik verbal yang menunjukkan pengertian, menghindari berdebat,
mendengarkan tanpa interupsi, dan menghindari setiap usaha untuk mengubah
pikiran pasien.
3) Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan. Teknik berikutnya yang diterapkan
dalam komunikasi keperawatan adalah memberikan pertanyaan yang berkaitan.
Teknik ini bertujuan untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk mengambil
keputusan. Ketika memberikan pertanyaan yang berkaitan, hendaknya perawat
hanya menanyakan satu pertanyaan dan menggali lebih dalam topik yang
ditanyakan tersebut sebelum beranjak ke topik selanjutnya. Memberikan
pertanyaan kepada pasien dapat dilakukan dengan pertanyaan terbuka maupun
tertutup.
4) Mengulang. Teknik mengulang dalam komunikasi keperawatan yang digunakan
perawat umumnya bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada pasien agar
pasien mengetahui bahwa perawat memahami apa yang disampaikan oleh pasien
sehingga komunikasi dapat terus berlanjut. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali apa yang dikatakan oleh pasien dengan menggunakan kata-
kata perawat sendiri. Misalnya, pasien mengatakan, “Perut saya perih”. Perawat
menjawab, “Apakah Ibu memiliki sejarah sakit maag?”.
5) Klarifikasi. Teknik klarifikasi dalam komunikasi keperawatan adalah teknik yang
digunakan untuk mengecek kembali atau memeriksa apakah pasien benar-benar
memahami apa yang dibicarakan dengan tepat atau memahami lebih baik lagi
mengenai topik yang dibicarakan. Teknik klarifikasi dalam komunikasi
keperawatan dilakukan dengan cara menyatakan kembali pesan yang ambigu atau
tidak jelas oleh perawat dengan tujuan mengklarifikasi makna yang dimaksud
oleh pasien. Misalnya, “Saya tidak paham dengan apa yang dimaksud dengan
‘lebih sakit dari yang biasanya’, apa bedanya dengan sekarang?”
6) Memfokuskan. Teknik dalam komunikasi keperawatan berikutnya adalah
memfokuskan pembicaraan antara pasien dan perawat. Teknik ini dilakukan
dengan cara memberikan perhatian pada satu topik gagasan atau bahkan hanya
satu kata saja. Misalnya, “Pada skala 1 sampai 10, bagaimanakah rasa sakit yang
Anda alami di kaki Anda?”.
7) Merefleksikan. Teknik refleksi pertama kali diterapkan dalam komunikasi
pendidikan atau komunikasi pembelajaran terkait dengan interaksi antara guru
dan peserta didik. Dalam komunikasi perawatan, teknik ini menitikberatkan pada
interaksi yang terjadi antara perawat dan pasien dan merupakan jalan untuk
memahami kepercayaan dan nilai-nilai pasien. Tujuan teknik refleksi dalam
komunikasi keperawatan adalah untuk memberikan umpan balik kepada pasien
dengan cara menyampaikan hasil pengamatan perawat kepada pasien sehingga
dapat diketahui pesan diterima dengan baik oleh pasien. Misalnya, “Adik kok
sedih?”.
8) Menyediakan atau Memberi Informasi. Memberikan informasi yang sesuai
bagi pasien adalah salah satu teknik atau cara komunikasi efektif dengan pasien.
Teknik menyediakan atau memberi informasi adalah teknik yang digunakan oleh
perawat untuk memberikan jenis-jenis informasi yang berkaitan atau sesuai dan
sangat penting dalam proses pengambilan keputusan, mengurangi kecemasan, dan
memberikan rasa aman bagi pasien.
9) Diam. Makna diam dalam komunikasi khususnya komunikasi keperawatan
mengacu pada waktu yang disediakan bagi perawat dan pasien untuk mengamati
satu sama lain, memikirkan apa dan bagaimana mengatakan sesuatu, dan
menyadari apa yang telah dikomunikasikan secara verbal. Perawat handaknya
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpikir dan mengekspresikan
dirinya.
10) Mengidentifikasi Tema. Mengidentifikasi tema dalam komunikasi keperawatan
adalah membuat kesimpulan mengenai topik yang dibicarakan. Teknik ini
bertujuan untuk membantu pembahasan topik tertentu sebelum beranjak untuk
membahasa topik berikutnya. Biasanya teknik ini dilakukan sebelum pembicaraan
mengenai topik yang berkaitan dilanjutkan.
11) Memberikan Penghargaan. Teknik memberikan penghargaan kepada pasien
dalam komunikasi keperawatan adalah teknik yang diterapkan oleh perawat
dengan memperlihatkan perubahan yang terjadi pada pasien. Penghargaan yang
diberikan oleh perawat kepada pasien hendaknya tidak menjadi beban tersendiri
bagi pasien. Hal ini dimaksudkan agar pasien tidak melakukan berbagai macam
hal untuk memperolah pujian dari perawat. Misalnya, “Selamat, ya. Bapak sudah
pulih dan bisa pulang hari ini”.
12) Menawarkan Diri. Menawarkan diri merupakan salah satu contoh komunikasi
interpersonal dalam keperawatan. Menawarkan diri adalah teknik dalam
komunikasi keperawatan yang mengacu pada menyediakan diri kepada pasien
tanpa pamrih. Teknik ini dilakukan ketika pasien dirasa belum siap untuk
berkomunikasi dengan perawat secara verbal. Misalnya, “Saya ingin Ibu merasa
tenang”.
13) Memberi Kesempatan kepada Pasien untuk Memulai Pembicaraan. Teknik
selanjutnya dalam komunikasi keperawatan adalah memberi kesempatan kepada
pasien untuk memulai pembicaraan. Melalui teknik ini perawat memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memilih topik pembicaraan dan memulai
pembicaraan. Misalnya, “Apakah Ibu ingin menyampaikan sesuatu?”.
14) Menganjurkan untuk Meneruskan Pembicaraan. Teknik menganjurkan
kepada pasien untuk meneruskan pembicaraan adalah salah satu teknik
mendengarkan dengan aktif. Melalui teknik ini perawat menganjurkan dan
mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini juga sekaligus menunjukkan
bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan oleh pasien dan tertarik dengan
apa yang disampaikan oleh pasien. Misalnya, “Bagaimana kelanjutan ceritanya,
Bu?”
15) Membuka Diri. Membuka diri atau self-disclosure adalah salah satu konsep
penting dalam teori penetrasi sosial yang diterapkan dalam komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi maupun komunikasi keperawatan.
Membuka diri mengacu pada pengalaman pribadi tentang diri yang dikemukakan
kepada orang lain dengan tujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan
pengalaman masing-masing orang yang berkomunikasi. Dalam komunikasi
keperawatan, pertukaran pengalaman ini ditawarkan sebagai bentuk ekspresi
kesopanan dan kejujuran perawat kepada pasien. Namun perlu dipahami pula
bahwa teknik membuka diri perawat ini harus dilakukan dengan sesuai dan
relevan dengan pasien agar pasien juga tetap fokus pada proses interaksi yang
tengah berlangsung. Misalnya, “Hal itu juga pernah terjadi padaku. Bahkan aku
harus bertemu dengan konselor untuk mengatasi masalah yang aku hadapi.
Melakukan konseling sungguh sangat membantuku. Bagaimanakah pendapat
Anda mengenai konseling?”
16) Konfrontasi. Konfrontasi adalah salah satu teknik komunikasi dalam konseling
yang juga dapat diterapkan dalam komunikasi keperawatan. Teknik komunikasi
yang satu ini digunakan untuk membantu pasien agar lebih memperhatikan
ketidakkonsistenan dalam perasaan, sikap, kepercayaan, dan perilakunya. Teknik
konformasi hanya digunakan setelah pasien memberikan kepercayaan kepada
perawat dan harus dilakukan secara baik, sopan, dan peka. Misalnya, “Anda telah
memutuskan apa yang akan dilakukan namun Anda masih berbicara tentang
berbagai pilihan yang Anda miliki”.
17) Menyimpulkan. Teknik dalam komunikasi keperawatan yang terakhir adalah
menyimpulkan. Yang dimaksud dengan menyimpulkan adalah mengumpulkan
seluruh informasi dari percakapan yang telah dilakukan antara pasien dan
perawat. Teknik ini merupakan teknik untuk membantu pasien memahami apa
yang telah dibicarakan.
11. Identifikasi tahapan wawancara
Tahapan Wawancara / Komunikasi :
1) Persiapan. Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak
mempunyai prasangka buruk terhadap klien, karena akan mengganggu dalam
membina hubungan saling percaya dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk
berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan
klien sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam
wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
2) Pembukaan atau perkenalan. Langkah pertama perawat dalam mengawali
wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara,
waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan.
Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul
dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
3) Isi / tahap kerja. Fokus wawancara adalah klien
 Mendengarkan dengan penuh perhatian. Menanyakan keluhan yang paling
dirasakan oleh klien
 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
 Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
 Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
 Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik,
yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual, merasa
diperhatikan.
12. Menjelaskan metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data terdiri dari :
a) Observasi
Mengobservasi data merupakan suatu metode pengumpulan data dengan
menggunaka indra. Observasi ini dilakukan dengan sengaja dan sadar dengan
upaya pendekatan. Selama metode observasi berlangsung perawat melibatkan
semua panca indra baik itu melihat dan mendengar apa yang dikatakan pasien.
Pada saat perawat menggunakan indra penglihatan contohnya itu, ukuran tubuh,
berat badan, postur dan kerapian pasien. gestus wajar dan ekspresi pasien apakah
pasien tidak nyaman. Dan kedua pada saat menggunakan panca indra penciuman
contohnya itu, bau tubuh atau bau napas. Dan indra pendengar contohnya, bunyi
jantung, suara paru, bising usuu, kemampuan untuk berkomunikasi, bahasa yang
dipakai dan kemamnpuan untuk memulai percakapan. Teralhir adalah indra
peraba contohnya, suhu dan kelembapan kulit. Observasi juga harus berurutan
antara lain sebagai berikut:
1) Tanda klinis adanya masalah pada pasien
2) Ancaman terhadap keamanan pasien, actual atau potensial
3) Adanyan dan berfungsinya peralatan yang terkait
4) Lingkungan sekitar termasuk orang-orang didalamnya.
b) Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang direncanai dan disepkati oleh
kedua pihak pasien dan perawat. Tujuan dari metode wawancara ini adalah untuk
mengetahui informasi mengenai kesehatan pasien, mengidentifikasi masalah
pasien, dan mengevaluasinya. Salah satu contoh wawancara yaitu riwayat
kesehatan keperawatan pasien. Pada saat melakukan wawancara perawat juga
harus merencanakan wawancara tersebut dan tempatnya dimana, waktu, dam
susunan tempat duduk serta bahasa yang digunakan, perawat alangkah baiknya
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien. Kemudian tahap
wawancara juga harus diperhatikan dengan baik, ada tahap pembukaan dan
penutup.
c) Pemeriksaan Penyakit sebelumnya
Pemeriksaan dengan cara melihat riwayat keperawatan sebelumnya,sebelum ia
masuk atau menjalani perawatan di rs.
d) Pemeriksaan fisik
Metode dengan memeriksa langsung keadaan fisik pasien. Metode ini juga
menggunakan observasi dengan panca indra untuk mengetahui masalah kesehatan
pasien. Pemeriksaannya dengan sistematis dengan pendekatan sistem tubuh
dengan pasien. pada saat melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
metode ini perawat harus langsung mencatat hasil dari pemeriksaan. Misalnya
pemeriksaan tanda-tanda vital seperti suhu tubuh,Tekanan Darah,Nadi,Pernapasan
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cara melihat hasil pemeriksaan
penunjang klien/pasien. Misalnnya hasil rotgen,hasil laboratorium,Ct Scan,Usg
dsb
13. Definisikan empat teknik pemeriksaan fisik
a) Inspeksi. Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan menentukan apakah
seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Inspeksi dilakukan
secara langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan tidak
langsung (dengan alat bantu).
b) Palpasi. Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan
bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari,
dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu,
posisi, ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
c) Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk
membedakan suara normal dan abnormal menggunakan alat bantu stetoskop.
Suara yang didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan
gastrointestinal.
d) Perkusi. Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa
kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
14. Peragakan empat teknik pemeriksaan fisik
a) Inspeksi : Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll.
b) Palpasi : pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c) Perkusi : pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh
menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui
reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang
berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung,
batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
d) Auskultasi : pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
15. Diskusikan metode yang digunakan untuk memvalidasi data pengkajian
Pada pengkajian ini digunakan metode kualitatif, yang dimana metode ini lebih
cenderung bersifat memberikan penjelasan dengan menggunakan analisis berdasarkan
landasan teori. Hasil yang dapat disimpulkan dari kajian ini bahwa analisa data
merupakan suatu kemampuan untuk mengkaitkan serta menghubungkan data dengan
konsep dan prinsip yang relevan. Terdapat empat (4) cara untuk menganalisi data yaitu:
Memvalidasi data dan Observasi , Mengenali Pola atau Pengelompokan, Membuat
kesimpulan.Kesimpulan: Analisis data bertujuan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pasien sehingga membantu perawat dalam menentukan
diagnosa keperawatan. Dalam analisis data perawat juga berpikir kritis untuk memeriksa
setiap informasi dari data-data yang telah di terkumpul.
16. Jelaskan berbagai metode dokumentasi untuk membuat grafik data pengkajian
Untuk memperoleh data pada tahap pengkajian metode yang dapat digunakan
perawat adalah:
1) Komunikasi Efektif
2) Observasi
3) Pemeriksaan fisik
Mendokumentasikan tahapan pengkajian, ada beberapa format yang disediakan
antara lain format catatan masuk, format data dasar, flow sheet, daN format data
fungsional.

Referensi :
 Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Pubsdik SDM Kesehatan.
 Carrol. (2010). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
 Christensen, P. J., & Kenney, J. W.(2009). Proses KeperawatanAplikasi Model
KonseptualEdisi 4. Jakarta: SalembaMedika.
 Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
 Ariyani,dkk, (2011) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
 Dinarti, dkk (2009). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media Dharma,
 Handayaningsih, Isti. ( 2009 ) Dokumentasi Keperawatan (panduan, konsep dan aplikasi),
 Mitra Cendikia Press, Yogyakarta.
Iyer. P.W and Camp.N.H, (2005). Dokumentasi Keperawatan Suatu Pendekatan Proses
 Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
 Nursalam. (2009). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
 Setiadi. (2012. ) Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan(teori dan
praktik).Graha Ilmu, Yogyakarta,

Anda mungkin juga menyukai