Anda di halaman 1dari 18

ANATOMI FISIOLOGI

“CELL-MEDIATED IMMUNITY”

Disusun Oleh:
Kelompok 4 :
Artita Mawarni (19014)
Domas Andini (19023)
Hardyanti Marshafira (19032)
Lia Wantik (19045)
Oktaviani Mega Utami (19061)
Priska Helena (19066)
Redho Rahmadani (19073)
Sekar Ratu Bunga (19081)
Vemi Mariyana (19087)

Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada


Program Studi D-III Keperawatan
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Biomedik yang berjudul
“Cell-Mediated Immunity” kemudian shalawatbeserta salam kita
sampaikan kepada Nabi bear Myhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakini al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia.

Makalah tersebut saya sajikan berdasarkan pengamatan dari


berbagai sumber. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari dalam maupun dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertollongan dari Allah SWT akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.

Akhir kata,kami menyadari makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan dan terdapat banyak kekurangan,namun semoga makalah
ini dapat membeikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta,17 November 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………........... 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2. Rmusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
2.1. Sistem Imun............................................................................................................ 4
2.2. Cell-Mediated Imunity............................................................................................ 5
2.3. Kekebalan Seluler................................................................................................... 6
BAB III KASUS …………………………………………………………….. 10
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 14
4.2 Saran........................................................................................................................ 14
Daftar Pustaka………………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem limfatik adalah jaringan dan organ yang membantu
membersihkan tubuh dari racun, limbah dan bahan-bahan lainnya yang
tidak diinginkan. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfatik, yang
mirip dengan pembuluh darah dan pembuluh peredaran darah. Pembuluh
darah terhubung ke kelenjar getah bening, dimana getah bening disaring.
Amandel, kelenjar gondok, limpa dan timus adalah bagian dari sistem
limfatik.

Sistem limfatik merupakan subsistem peredaran darah di tubuh


vertebrata yang terdiri dari jaringan pembuluh dan organ yang kompleks.
Sistem limfatik membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
dengan mengumpulkan kelebihan cairan dan partikulat dari jaringan dan
menyodorkannya ke dalam aliran darah. Ini juga membantu
mempertahankan tubuh terhadap infeksi dengan menyediakan sel-sel
yang melawan penyakit disebut dengan limfosit.
Sistem limfatik atau getah bening adalah cairan yang terbentuk
saat cairan interstisial memasuki pembuluh limfatik awal sistem limfatik.
Getah bening kemudian dipindahkan di sepanjang jaringan pembuluh
limfatik oleh kontraksi intrinsik dari bagian limfatik atau dengan
kompresi ekstrinsik pembuluh limfatik melalui kekuatan jaringan
eksternal (misalnya, kontraksi otot kerangka), atau oleh hati getah bening
pada beberapa hewan.

Sistem limfatik dan kekebalan tubuh ialah sistem yang terkait erat
dalam tubuh manusia dan kadang-kadang disebut dengan sebagai sistem
limfatik-imunitas. Untuk fungsi sistem kekebalan tubuh ini melalui sel-
sel dari sistem limfatik dan produk dari sistem kekebalan tubuh biasanya
dibawa dalam pembuluh limfatik.

Pada sistem kekebalan tubuh memberikan kekebalan jangka


panjang terhadap penyakit tertentu dan membela terhadap invasi bakteri
dan virus. Sel-sel dan agen lain dari sistem ini terletak di sistem limfatik
termasuk, kelanjar getah bening, limpa, tonsil dan getah bening-terkait
organ lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu sistem imun ?
2. Apa itu Cell Mediated Immunity ?
1.3. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui tentang dari sistem imun
2. Untuk dapat mengetahui tentang cell mediated immunity
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Imun
Sistem imun ialah sistem yang berfungsi melindungi tubuh
terhadap unsur-unsur patogen. Sistem imun atau sistem kekebalan adalah
sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggung jawab atas
imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari
pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen.

Sistem ini sangat bergantung pada kemampuannya untuk


mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada
permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang
tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh
komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan
limforetikuler yang letaknya tersebar diseluruh tubuh.

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hamper


semua organisme atau toksin yang cenderung masuk ke jaringan dan
organ. Kemampuan ini dinamakan imunitas(kekebalan) yang khusus
untuk membentuk antibodi serta limfosit untuk menyerang dan
menghancurkan mikroorganisme spesifik atau toksin.

2.2. Cell-Mediated Immunity


Cell-mediated (imunitas yang dimediasi sel) sistem kekebalan
yang diperantarai sel atau sistem imun yang diperantarai sel adalah
respon imun yang tidak melibatkan antibodi,tetapi melibatkan komponen
seluler seperti aktivasi makrofag,sel NK,sel T sitotoksik yang mengikat
antigen tertentu,dan sekresi berbagai sitokin sebagai respon terhadap
antigen.
Respons imun spesifik merupakan respons didapat ( dari luar
organisme). Respons imun spesifik dimulai dengan aktivitas makrofag
(antigen presenting cell) yang memproses antigen,sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel sistem imun
spesifik.
Respons imun spesifik adalah serangan selektif yang ditunjukkan
untuk membatasi atau menetralisasi serangan tertentu yang oleh tubuh
telah disiapkan untuk dihadapi,karena tubuh sebelumnya sudah pernah
terpajan ke sasran tersebut. Terdapat 2 (dua) kelas respons imun spesifik:
1) Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral
yang melibatkan pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B.
2) Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas
seluler,melibatkan pembentukan lmfosit T aktif yang secara
langsung menyerang sel-sel yang tidak diinginkan.

Imunitas yang diperantarai sel merupakan respon imuun yang


melibatkan sel-sel yang menyerang lagsung organisme asing. Sel-sel
yang terlilbat adalah sel limfosit T,yang ketika teraktivasi akan
mematikan beberapa organisme. Namun kebanyakkan menyerang sel-sel
tubuh yang terinfeksi.

2.3. Kekebalan Seluler


Kekebalan seluler melibatkan sel T Yang bertugas menyerang sel
– sel asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.
Berdasarkan cara memperolehnya kekebalan tubuh digolongkan menjadi
dua kelompok yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

 1.            Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh
itu sendiri, Tubuh membentuk antibody sendiri karena infeksi antigen.
Kekebalan ini dapat diperoleh secara alami dan buatan sebagai contoh
secara alami melalui penyakit seperti halnya penyakit cacar dan secara
langsung tubuh membentuk vaksinasi virus cacar dengan cara didalam
tubuh penderita dikembangkan kekebalan humoral dan kekebalan seluler,
setelah mengidap penyakit cacar  penderita tidak akan terkena dua kali
penyakit cacar.  Sedangkan cara buatan dengan adanya vaksinasi
(imunisasi) terhadap mikroorganisme tertentu dengan cara dimasukkan
antigen yang telah dilemahkan atau telah mati kedalam tubuh.
Imunitas aktif didapatkan akibat kontak langsung dengan
mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya
sendiri.

1) Imunitas aktif dapatan secara alamiah,terjadi jika seorang


terpapar satu penyakit dansistem imun memproduksi antibodi
secara limfosit khusus.
2) Imunitas aktif dapat secara buatan (terinduksi),merupakan hasil
vaksinasi. Vaksin ini dapat merangsang respons imun,tetapi tidak
menyebabkan penyakit.

 2.         Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh setelah
menerima antibody dari luar. Kekebalan ini dapat diperoleh dengan cara
alami yaitu dengan cara pemberian ASI ( Air Susu Ibu ) dan secara
buatan melalui penyuntikkan antiserum yang mengandung antibody IgG
atau immunoglobulin lainnya. Kekebalan pasif buatan ini hanya bertahan
beberapa minggu saja karena immunoglobulin yang berasal dari tubuh
akan diuraikan oleh tubuh orang tersebut.

Imunitas Pasif terjadi jika antibody dipindahkan dari satu individu


ke individu lain.

 Imunitas pasif alami terjadi pada janin saat antibody IgG ibu
masuk menembus plasenta
 Imunitas Pasif Buatan adalah imunitas yang diberikan melalui
iinjeksi antibody yang diproduksi oleh orang atau hewan yang
kebal karena pernah terpapar suatu antigen.
 Imunitas Pinjaman diperoleh segera setelah menerima antibody
yang sudah dikenal.
Sistem imun adaptif terdiri dari humoral dan imunitas yang
dimediasi sel. Kekebalan humoral adalah mekanisme di mana antibodi
khusus untuk mikro-organisme diproduksi dan menjadi khusus reaktif.
Produksi antibodi dan pengembangan sel yang menghasilkan antibodi ini,
sebagian besar,dikendalikan oleh sel-sel dari sistem kekebalan yang
dimediasi sel.

Sistem imun adaptif terdiri dari imunitas yang diperantarai sel dan
humoral. Limfosit T adalah komponen kunci dari imunitas yang
diperantarai sel. Limfosit T helper CD4 + membantu sel-B untuk
berdiferensiasi dan memproduksi antibodi spesifik, sedangkan limfosit T
sitotoksik CD8 + membunuh sel yang terinfeksi virus. Penyakit
periodontal telah dikaitkan dengan berbagai ketidakseimbangan dalam
pengaturan respons imun. Perubahan rasio limfosit darah perifer CD4 +
dan CD8 +, penurunan respons proliferasi limfosit darah tepi, dan
peningkatan frekuensi memori CD45RO + Limfosit T dalam jaringan
yang sakit telah dilaporkan pada individu dengan berbagai bentuk
penyakit periodontal. Sementara beberapa penelitian telah menunjukkan
peningkatan frekuensi 'y + sel-T dalam lesi periodontal, peran sel T + y8
dalam penyakit periodontal tetap kontroversial. Kemampuan bakteri
periodontopatik diduga secara selektif untuk merangsang sel T yang
mengekspresikan VP3 tertentu menarik dan dapat menentukan apakah
tanggapan sel CD4 + Th 1 atau CD4 + Th2 diperoleh. Keunggulan
seorang tertentu subset sel T helper dalam lesi periodontal dapat menjadi
refleksi dari tahap dan aktivitas penyakit, atau jenis-jenisnya. bakteri
hadir. Apapun, studi longitudinal tentang keterlibatan himpunan bagian
sel T dan sitokin dalam penyakit periodontal jelas dibutuhkan.
BAB III
KASUS

RESPONS IMUNITAS YANG RENDAH


PADA TUBUH MANUSIA USIA LANJUT
Penuaan (aging) dikaitkan dengan sejumlah besar perubahan
fungsi imunitas tubuh, terutama penurunan Cell Mediated Immunity
(CMI) atau imunitas yang diperantarai sel. Kemampuan imunitas
kelompok lanjut usia menurun sesuai peningkatan usia termasuk
kecepatan respons imun melawan infeksi penyakit. Hal itu berarti bahwa
kelompok lansia beresiko tinggi terserang penyakit seperti infeksi,
kanker, jantung koroner, kelainan autoimmun atau penyakit kronik
lainnya. Seluruh penyakit ini mudah terjadi pada lansia karena produksi
imunoglobulin menurun. Akibatnya vaksinasi yang diberikan pada
kelompok orang tua seringkali tidak efektif melawan penyakit. Orang-
orang tua yang umumnya menderita kekurangan gizi makro dan mikro
akan memiliki respons sistem dan fungsi imun yang rendah. Oleh karena
itu, kasus malnutrisi pada lansia seharusnya memiliki perhatian khusus
secara dini, termasuk pemberian vaksinasi untuk pencegahan penyakit.
Penyakit infeksi yang dialami oleh lansia dapat dicegah atau diturunkan
melalui upayaupaya perbaikan gizi karena sistem imun akan meningkat.
Jika fungsi imun lansia dapat ditingkatkan, maka kualitas hidup individu
meningkat dan biaya pelayanan kesehatan dapat ditekan.

Upaya Pemeliharaan Kesehatan Lansia terhadap Sistem


Imunitas Tubuh: Vaksinasi dan Nutrisi
Sistem imunitas tubuh orang tua ditingkatkan melalui upaya imunisasi
dan nutrisi. Tujuan imunisasi untuk memelihara sistem imunitas melawan
agen infeksi. Imunisasi/vaksin mengandung substansi antigen yang sama
dengan patogen asing agar sistem imun kenal patogen asing dengan
menghasilkan sel T dan sel B. Influenza dan pneumonia adalah dua
penyakit yang paling sering diderita oleh orang tua sehingga perlu
diberikan vaksinasi influenza bagi mereka. Tetapi respons antibodi tubuh
dan response sel T orang tua terhadap vaksin lebih rendah daripada orang
muda mempengaruhi efek pemberian vaksin tersebut.
1. Nutrisi berperan penting dalam peningkatan respons imun. Orang
tua rentan terhadap gangguan gizi buruk (undernutrition),
disebabkan oleh faktor fisiologi dan psikologi yang
mempengaruhi keinginan makan dan kondisi fisik serta ekonomi.
Gizi kurang pada orang tua disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan penyerapan zat gizi atau konsumsi makanan bergizi
yang tidak memadai. Berkurangnya asupan kalori diketahui dapat
memperlambat proses penuaan dan membantu pemeliharaan
sejumlah besar sel T naive dan tingkat IL-2. Konsumsi protein
dan asam amino yang tidak cukup mempengaruhi status imun
karena berhubungan dengan kerusakan jumlah dan fungsi imun
selluler, serta penurunan respons antibodi. Vitamin E dan Zn
khususnya berperan penting dalam memelihara sistem imun.
Defisiensi Zn jangka panjang menurunkan produksi cytokine dan
merusak pengaturan aktivitas sel helper T. Vitamin E merupakan
treatment yang baik dalam mencegah penyakit Alzheimer,
meningkatkan kekebalan tubuh, dan sebagai antioksidan yang
melindungi limfosit, otak, dan jaringan lain dari kerusakan radikal
bebas.
2. Lemak. Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan
respons antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat
menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega
3 dapat menurunkan sel T helper, produksi cytokine.
3. Asam Folat . Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia.
Studi di Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian
asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons
mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun).
Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin
meningkatkan memori populasi lansia
Aging (penuaan) dihubungkan dengan sejumlah perubahan pada
fungsi imun tubuh, khususnya penurunan imunitas mediated sel. Fungsi
sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur.
Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk
kecepatan respons immun dengan peningkatan usia. Hal ini bukan berarti
manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua
maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker,
kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan oleh
perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan
gejalagejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di
samping itu, produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang
tua juga berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada
kelompok lansia kurang efektif melawan penyakit. Masalah lain yang
muncul adalah tubuh orang tua kehilangan kemampuan untuk
membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang
benda itu bagian dari dalam tubuhnya sendiri (autobody immune).
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang
berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Sistem
limfatik berfungsi untuk absorbsi zat-zat makanan dari traktus
gastrointestinal, bertanggung jawab untuk absorbsi lemak, dan salah satu
mekanis pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sistem limfatik manusia
meliputi saluran limfe, pembuluh limfe dan organ limfe.
Sistem imunitas adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ
limfatik primer (sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ
limfatik sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil). Didalam tubuh, sistem
tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing yang
berasal dari luar tubuh (ular, debu, virus dan mikroba) dengan materi dari
dalam tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas
respons nonspesifik dan respons spesifik.

4.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu
mahasiswa dalam proses pembelajaran dan semoga bisa menambah ilmu
fisiologi tentang sistem limfatik dan sistem pertahanan tubuh manusia
lebih mendalam dan bisa diterapkan kedunia kesehatan khususnya dunia
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_imun

https://en.wikipedia.org/wiki/Cell-mediated_immunity

Syaifuddin,H.(2011).Anatomi Fisiologi:Kurikulum Berbasis Kompetensi


Untuk Keperawatan & Kebidanan,Ed.4.Jakarta:EGC.

Mathur.,A.Michalowicz.,B.(1997).Cell-Mediated Immune System


Regulation in Periodontal Diseases. 'Department of Oral Science and
Department of Pediatrics, School of Dentistry, University of Minnesota,
17-252 Moos Tower, 515 Delaware Street SE, and Minnesota (linical
Dental Research (enter, University of Minnesota, Minneapolis,
Minnesota 55455, USA.Vol.8.Issue 1.

Doi:
https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/10454411970080010401

Fatmah.(2006).Respon Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia


Lanjut.Jurnal Makara Kesehtan. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424,
Indonesia.Vol.10.Issue 1.

Anda mungkin juga menyukai