Anda di halaman 1dari 25

Mioma Uteri

1. ARTITA MAWARNI 5. OKTAVIANI MEGA UTAMI


2. FRANSISKA YUWANA PUTRI 6. SISKA IVANALI
3. LIA WANTIK 7. VANIA SALSABILA
4. MARIA ANTHONETA AMTOK BANDIM
Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas,
lebih sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis
tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim,
pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam rahim
sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada
wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Klasifikasi Mioma Uteri

Mioma Sub Mukosa Mioma Intramural Formal


Si sub serosa korpus uteri
Di bawah lapisan Diantara serabut Pertumbuhan kearah
mukosauterus, tumbuh miometrium lateral akan mengisi rongga
kearah kavum uteri. Menyebabkan uterus besar peritoneum, Disebut mioma
Memberikan keluhan dan berubah bentuknya. jenis parasitik. Tumbuh
perdarahan melalui vagina., gejala klinis yang timbul : menonjol ke permukaan
dapat tumbuh menjadi rasa tidak enak karena uterus diliputi serosa.
polip, kemudian dilahirkan adanya massa tumor di dapat tumbuh pada
melalui serviks (mioma daerah perut bawah. jaringan lain setelah lepas
geburt). dari uterus
• Tak pernah dijumpai sebelum
menstruasi
• Atropi setelah menopause
• Cepat membesar saat hamil
• Sebagian besar masa reproduktif
(Bagus, 2002).
• Usia : >35 tahun
• Paritas : Multipara . Infertilitas
• Ras dan Genetik
• Sel otot imatur yang dirangsang
terus-menerus oleh estrogen.
Tanda dan Gejala Mioma Uteri

Perdarahan Tidak Normal Penekanan Rahim Yang Membesar


Menoragia, metrorargia, Hipermenorea Berat di abdomen bawah., Sukar miksi atau
defekasi, Nyeri

Gangguan Tumbang kehamilan Penekanan Uterus


Keguguran. Persalinan prematurus, Gangguan retensio urine,, obstipasi dan tenesmia, pada
persalinan, pelepasan plasenta dan perdarahan pembuluh darah dan pembuluh limfe
Patofisiologi Mioma Uteri

● Pemberian estrogen menimbulkan tumorfibromatosa.


Ammature muscle cell akan berproliferasihal .
● Perubahan sekunder terjadi karena berkurangnya aliran
darah ke mioma uteri.
Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri

Darah Lengkap Ultrasonografi Vagina toucher


Hb, Albumin, meningkat, terlihat massa pada daerah Pengkajian vagina
Eritrosit turun. uterus.

Sitologi Rongent Histeroskopi


menentukan tingkat keganasan untuk mengetahui kelainan Melihat besar kecilnya miom
yang mungkin ada
Komplikasi Mioma Uteri

• Perdarahan sampai terjadi anemia.


• Mioma uteri subumatosa.
• Mioma uteri, subsemsa
• Nekrosis dan infeksi
• Pengaruh timbale balik mioms dan
kehamilan
• Pengaruh kehamilan terhadap
mioma uteri bertangkai
Penatalaksanaan Mioma Uteri

Koservatif Operatif Radioterapi

Penggunaan agonis GnRH Hipermenoria, Miomeltomi, Bukan untuk mioma jenis


lenprotid ini mengakibatkan histerektomi, abdominal, submukosa.
pengerutan tumor dan histerektomi vaginal dapat menyebabkan
menghilangkan gejala menopause
Pencegahan Mioma Uteri

Primodial Primer
Dilakukan sebelum menarche,
Penyuluhan faktor resiko mioma
mengkonsumsi makanan yang tinggi
pengawasan pemberian hormone
serat seperti sayuran dan buah
estrogen dan progesterone

Sekunder Tersier
menghindari terjadinya komplikasi Rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hi
dengan melakukan diagnosa dini dup dan mencegah timbulnya komplikasi
dan pengobatan yang tepat
Pengkajian Keperawatan

• Biasanya terjadi pada usia reproduktif, pada usia 35 tahun


keatas.
Pengumpulan • Nyeri
Data • Mekanisme koping diri terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.

Keluhan rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Kaji
Utama PQRST Nyeri
Pengkajian Keperawatan

• Perasaaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu


ditangani
Data • Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat
perlu persiapan psikologi klien.
Psikologi

Status respirasi Pemeriksaan Abdomen


Pemeriksaan Tingkat kesadaran Pemeriksaan Luar
Status Urinari Pemeriksaan Dalam
Fisik Status gastrointesgtinal Pemeriksaan Penunjang
Pengkajian Keperawatan

• Biasanya terjadi pada usia reproduktif, pada usia 35 tahun


keatas.
Pengumpulan • Nyeri
Data • Mekanisme koping diri terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.

Keluhan rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Kaji
Utama PQRST Nyeri
Pre Operasi:
• Nyeri b.dnekrosa dan perkengketan.
• Resiko kekurangan volume cairan tubuh b.d pendarahan dan muntah
• Cemas b.d kurangnya informasi tentang proses atau tindakan operasi.

Post Operasi:
• Nyeri akut b.d robekan pada jaringan saraf perifer.
• Pola nafas tidak efektif b.d ketidaknyamanan pasca.
• Perubahan pola aktivitas b.d pembatasan aktivitas setelah operasi .
• Resiko tinggi infeksi b.d trauma pada kulit atau tindakan operasi.
Intervensi Keperawatan

Nyeri b.d Penurunan agtau berkurang


Tujuan : Nyeri dapat mengalami penurunan atau berkurang.
Kriteria Hasil : Ketidaknyamanan hilang /terkontrol, menunjukkan postur tubuh
rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan cukup.
• Intervensi: Kaji tingkat nyeri pasien (skala) Rasional : Untuk mengetahui
skala nyeri.
• Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.
Rasional : Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri pada pasien.
• Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi nyeri.
Rasional : Pasien bisa dengan mandiri mengurangi rasa nyeri.
Intervensi Keperawatan

Gresiko Kekurangan Volume Cairan b.d Perdarahan dan muntah


• Keseimbangan cairan yang adekuat.
• Turgor kulit baik.
• Kriteria Hasil: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, misal,
membran mukosa lembab, turgot kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
• Intervensi: Hitung balance cairan. Rasional : Untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien.
• Intervensi: Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
• Intervensi: Kolaborasi pemberian cairan parentera. Rasional : Untuk meminimalkan tingkat
dehidrasi pasien .
• Intervensi: Berikan antiametik sesuai kebutuhan. Rasional : Untuk meminimalkan iritasi pada
lampu.
• Intervensi: Pantau hasil laboratorium. Rasional: Untuk mengetahui peningkatan hasil laboratorium.
Intervensi Keperawatan

Nyeri b.d Penurunan agtau berkurang


Tujuan: Pasien paham terhadap proses penyakit atau operasi dan harapan operasi., Cemas berkurang.
Kriteria Hasil : Menyatakan kesadaran perasan ansietas dan cara sehat sesuai , Melaporkan ansietas
menurun sampai tingkat yang dapat diatasi., Menunjukkan strategi koping efektif\
• Intervensi: Kaji ulang tingkat pehaman pasien . Rasional: Untuk mengetahui seberapa jauh
peningkatan pengetahuan pasien.
• Intervensi: Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran sesuai keadaan . Rasional : Untuk
mengetahui sumber teori.
• Intervensi: Pengajaran pra opersi secara individu tentang pembatasan dan prosedur pra operasi.
Rasional : Untuk memberikan gambaran kepada pasien.
• Intervensi: Informasi kepada pasien keluarga atau orang terdekat tentang rencana prosedur
tindakan .. Rasional : Meminimalkan tingkat kecemasan keluarga
Intervensi Keperawatan

Nyeri Akut b.d Robekan Pada Jaringan Saraf Perifer


Tujuan: Ekspresi wajah pasien rilek, Mengungkapkan penurunan nyeri
Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri/ ketidaknyaman hilang / terkontrol, Mendemonstrasikan penggunaan
teknik relaksasi , Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak

• Intervensi: Kaji tingkat nyeri pasien (skala). Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri
• Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
• Intervensi: Atur posisi tidur semalaman mungkin . Rasional : Dengan posisi yang nyaman nyeri
dapat berkurang
• Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi nyeri. Rasional:
untuk mengurangi rasa nyeri
Intervensi Keperawatan

Pola Nafas Tidak Efektif b.d Ketidaknyamanan Pasca Operasi


Tujuan: Bunyi nafas normal, nafas tidak koping hidung, tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernapasan normal /efektif, bebas sianosis, dengan
GDA dalam batas normal pasien .
• Intervensi: Atur posisi kepala ekstensi, atau sesuai kebutuhan untuk
mempertahankan ventilasi. Rasional : Untuk memperlancar jalan nafas
• Intervensi: Bantuan pasien untuk merubah posisi bentuk dan nafas dalam. Rasional :
Untuk mengefektifan jalan nafas
• Intrvensi: Kaji adanya hipoksia. Rasional : Untuk mengurangi terjadinya henti nafas
• Intervensi: Monitor respiratori rate. Rasional: Untuk mengetahui perkembangan jalan
nafas
Intervensi Keperawatan

Perubahan Pola Aktivitas b.d Pembatasan Aktivigtas Setelah Operasi


Tujuan : Melakukan aktivitas sesuai kemampuan, Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi.
Kritria Hasil :Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan .

• Intervensi: Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Rasional : Untuk mengetahui tingkat
kelemahan pasien
• Intervensi: Bantu pasien untuk ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan pasien .
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas pasien.
• Intrvensi: Bantuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Rasional : Untuk membantu
dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
Intervensi Keperawatan

Resiko Tinggi Infeksi b.d Trauma pada Kulit atau Jaringan


Tujuan : Penyembuhan luka tepat waktu , Tidak ada tanda-tanda infeksi .
Kriteria Hasil : Dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi ,
Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
• Intervensi: Monitor luka operasi. Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.
• Intervensi: Rawat luka sesuai prinsip . Rasional : Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan.
• Intervensi: Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Untuk
menghindari terjadinya penularan penyakit .
• Monitor tanda- tanda vital. Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
• Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional : Untuk mmencegah terjadinya infeksi.
Kesimpulan

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa. Karenanya
sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara dini untuk menghindari dan mencegah
timbulnya penyakit ini, Paling tidak dapat dideteksi secara dini sebelum penyakit ini bertambah
hebat dan menyebabkan komplikasi yan serius bagi organ-organ disekelilingnya yakni dengan
melakukan pemeriksaan ginekolois rutin
Referensi

● Desen, W. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
● Bulun, E.S. 2013. Uterine Fibroid, Mechanism of Disease. The New England Journal of
Medicine. Vol.1. No.14. Oktober 2013 : 1345-1356.
● Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC;
2012. h. 268.
● Prawirohardjo. Ilmu kandungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Edisi 3; 2012. h.229-322.
● Anggraini, Y dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press
● Anwar. Degenerasi of Myoma Uteri. Jakarta : EGC; 2011. h.275.
● Manuaba, I.B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai