Anda di halaman 1dari 20

NEFROTIK SINDROME

Disusun Oleh :

Tingkat 2B/ Kelompok 3

1. Artita Mawarni (19014)

2. Elna Fitria Tsaniya R. (19027)

3. Fransiska Yuwana P (19029)

4. Maria Orlinda (19050)

5. Pramudita Budiarti (19064)

6. Priska Helena (19066)

7. Redho Rahmadani (19073)

8. Widya Utami (19088)

AKADEMI KEPERAWATAN HERMINA MANGGALA HUSADA


MEI, 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Nefrotik Sindrome”.

Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Suryani Hartati, M.Kep.Sp.Kep.Mat selaku Direktur Akademi Keperawatan Hermina


Manggala Husada.
2. 2. Ns. Ajeng Dwi Retnani,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan

Anak, Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada. Kami menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya.Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat di harapkan dalam penyempurnaan ini.Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dankhususnya
bagi penulis juga.

Jakarta, 30 Mei 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1....Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2....Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3....Tujuan Penulisan ....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................


2.1....Pengertian...............................................................................................................................3
2.2....Etiologi....................................................................................................................................3
2.3....Tanda dan Gejala....................................................................................................................4
2.4....Komplikasi..............................................................................................................................4
2.5....Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................5
2.6....Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan............................................................................5
2.7....Pathway...................................................................................................................................8
2.8....Asuhan Keperawatan Nefrotik Sindrome...............................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................iii


3.1....Kesimpulan...............................................................................................................................
3.2....Saran.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak.
Penyakit sindrom nefrotik merupakan salah satu sindrom klinik dengan gejala proteinuria masif,
hipoalbuminemia, udem dan hiperkolesterolemia. Perjalanan penyakit sindrom nefrotik dapat
memengaruhi kualitas hidup anak tersebut.
Sindrom nefrotik merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan timbulnya relaps dan
remisi. Perjalanan penyakit sindrom nefrotik, 76-93% akan mengalami relaps, 30% diantaranya
akan mengalami relaps sering/frekuen, 10-20% akan mengalami relaps jarang, sedangkan
sisanya akan mengalami dependen steroid (Wirya, 2002). Perjalanan kasus sindrom nefrotik
yang berat dapat menimbulkan banyak komplikasi, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
frekuensi opname yang meningkat dan gagal ginjal. Perawatan dan pengobatan yang lama, sering
di rumah sakit, dan pikiran tentang masa depan yang tidak jelas merupakan hal-hal yang
memiliki implikasi yang serius bagi kesehatan sehubungan dengan kualitas hidupnya (Eiser,
1997). Penelitian oleh Selewski (2015) diperoleh data skor kualitas hidup pada pasien lama,
lebih rendah dibandingkan pasien baru, terutama fungsi sosial dan sekolah.
Penilaian kualitas hidup merupakan suatu konsep yang mencakup karakteristik fisik dan
psikologis secara luas yang menggambarkan kemampuan individu berperan dalam
lingkungannya dan memperoleh kepuasan dari yang dilakukannya. Penilaian kualitas hidup
dipengaruhi oleh keadaan fisik, mental, sosial dan emosional. Instrumen pengukur kualitas hidup
spesifik untuk sindrom nefrotik saat ini belum dikembangkan, sehingga dipilih instrumen generik
yaitu Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQLTM).
Penelitian sebelumnya oleh Gibson dkk, (2013) mendapatkan penurunan kualitas hidup
anak dengan sindrom nefrotik terutama adanya kecemasan, kelelahan, nyeri, dan mobilitas yang
terbatas, namun tidak mencari pengaruh lamanya sakit pada kualitas hidup. Pengaruh lama sakit
dengan kualitas hidup anak sindrom nefrotik diteliti oleh Selewski, dkk (2015) mendapatkan
gangguan kualitas hidup pada anak yang lebih lama menderita penyakit secara signifikan.
Penelitian lain oleh Rosita (2011) menemukan tidak terdapat perbedaan kualitas hidup anak
dengan sindrom nefrotik resisten steroid dan sindrom nefrotik relaps. Pada penelitian ini tidak
dibedakan antara relaps jarang dan relaps sering. Hampir 65% anak yang mengalami sindrom

1
nefrotik sensitif steroid dapat mempunyai perilaku normal saat awal pengobatan kemudian
menunjukkan perilaku cemas, depresi dan atau agresif selama relaps. Anak dengan perilaku
abnormal sejak awal juga semakin memperburuk perilakunya selama relaps (Soliday, dkk, 1999).
Identifikasi lebih dini masalah kekerapan relaps pada sindrom nefrotik dan anak yang
mempunyai kualitas hidup yang buruk akan mendorong terhadap intervensi baik fungsi edukasi,
fisik, emosi atau sosial jika terganggu. Identifikasi dan intervensi lebih awal terhadap
permasalahan kualitas hidup pada anak dengan relaps jarang dan relaps sering dapat menurunkan
prevalens luaran fungsi edukasi, pekerjaan, dan sosial yang terganggu saat dewasa (Niaudet,
2009).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan Nefrotik syndrome ?
2) Bagaimana etiologi dari Nefrotik syndrome ?
3) Apa tanda dan gejala dari Nefrotik syndrome ?
4) Bagaimana komplikasi dari Nefrotik syndrome ?
5) Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Nefrotik syndrome ?
6) Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan dari Nefrotik syndrome ?
7) Bagaimana pathway dari Nefrotik syndrome ?
8) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Nefrotik syndrome ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengathui apa yang dimaksud dengan Nefrotik syndrome
2. Untuk mengetahui etiologi dari Nefrotik Sindrome
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Nefrotik syndrome
4. Untuk mengetahui komplikasi dari Nefrotik Sindrome
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Nefrotik syndrome
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari Nefrotik syndrome
7. Untuk mengetahui pathway dari Nefrotik Sindrome
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Nefrotik Sindrome

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009). Sindrom
nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
(Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).
Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala
yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbumininemia, hiperlipidemia yang
disertai edema.

2.2 Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen
antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus.
Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh :
a) Malaria quartana atau parasit lainnya
b) Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c) Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
lebah, racun otak, air raksa.
e) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membraneproliferatif hipokomplementemik.

3
3. Sindrome nefrotik idiopatik. Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya
atau juga disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada
biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,
glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis fokal segmental.

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Hidayat (2006), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
terdapat adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan meningkat, edema periorbital,
edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine, urine tampak berbusa dan gelap,
hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan.

2.4 Komplikasi Nefrotik Sindrome


Nefrotik sindrome yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi, seperti:
Hipertensi akibat gangguan pada ginjal.
Malnutrisi akibat banyaknya protein di dalam darah yang terbuang bersama urine.
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
Terbentuknya gumpalan darah akibat protein pengencer darah alami ikut terbuang
bersama urine.
Rentan terkena infeksi akibat antibodi di dalam darah ikut terbuang bersama urine.
Penyakit gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis akibat ginjal tidak dapat menyaring
darah dengan optimal.

Komplikasi yang sering terjadi pada Sindroma nefrotik menurut Betz, Cecily L.2002 dan
Rauf, 2002, antara lain :

Penurunan volume intravaskular (syok Hipovolemik).

Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena ).

Perburukan pernapasan (berhubungan dengan retensi cairan).

Kerusakan kulit.

Infeksi sekunder karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.

4
peritonitis

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Betz & Sowden (2009),Pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Ujin Urine :
a) Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari), bentuk hialin dan
granular, hematuria
b) Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
c) Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria
d) Osmolalitas urine : meningkat
2. Uji darah :
a) Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)
b) Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)
c) Kadar trigliserid serum : meningkat
d) Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
e) Hitung trombosit : meningkat (mencapai 500.000 sampai
1.000.000/ul)
f) Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan
3. Uji diagnostik :
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)

2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.


1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2008), penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup :
1. Pemberian kortikosteroid (prednisone) atau prrednisolon) untuk menginduksi remisi.
Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan diatasi dengan
kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema :
a) Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakaan secara cermat untuk mencegah
terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan trombus, dan atau
ketidakseimbangan elektrolit)
b) Pembatasan natrium (mengurangi edema)

5
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak yang
gagal berespons terhadap steroid.
Penatalaksanaan Medis menurut Mansjoer Arif, 2000 :
a) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1
gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar
makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari.
b) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari),
selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik
dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c) Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut : 1). Selama 28 hari
prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp)
dengan maksimum 80 mg/hari. 2). Kemudian dilanjutkan dengan prednison per
oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan
dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan
ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
d) Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e) Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit, karena memerlukan pengawasan
dan pengobatan yang khusus. Masalah pasien yang perlu di perhatikan adalah edema yang berat
(anasarka), diet, resiko komplikasi, pengawasan mengenai pengobatan atau gangguan rasa aman
dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit pasien atau umum.

6
Pasien dengan sindrom nefrotik dengan anasarka perlu istirahat di tempat tidur karena keadaan
edema yang berat menyebabkan pasien kehilangan kemampuannya untuk bergerak. Selama
edema masih berat semua keperluan harus ditolong di atas tempat tidur.

a) Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan didalam rongga toraks akan
menyebabkan sesak napas.
b) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal di letakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah dan akan
menyebabkan edema hebat).
c) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk mencegah
pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan skrotum akhirnya
pecah dan menjadui penyebab kematian pasien).

Bila edema telah berkurang diperbolehkan pasien melakukan kegiatan sesuai


kemampuannya , tetapi tetap didampingi atau dibantu oleh keluarga atau perawat dan pasien
tidak boleh kelelahan. Untuk mengetahui berkurangnya edema pasien perlu ditimbang setiap
hari, diukur lingkar perut pasien. Selain itu perawatan pasien dengan sindrom nefrotik, perlu
dilakukan pencatatan masukan dan pengeluaran cairan selama 24 jam. Pada pasien dengan
sindrom nefrotik diberikan diet rendah protein yaitu 1,2-2,0 g/kg BB/hari dan cukup kalori yaitu
35 kal/kg BB/hari serta rendah garam (1g/hari). Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan
pasien, dapat makanan biasa atau lunak (Ngastiyah, 2005).

Pasien dengan sindrom nefrotik mengalami penurunan daya tahan tubuh yang
mengakibatkan mudah terkena infeksi. Komplikasi pada kulit akibat infeksi streptococcus dapat
terjadi. Untuk mencegah infeksi tersebut, kebersihan kulit perlu diperhatikan dan alat-alat tenun
atau pakaian pasien harus bersih dan kering. Antibiotik diberikan jika ada infeksi, dan diberiakan
pada waktu yang sama. Jika pasien diperbolehkan pulang, orang tua pasien perlu diberikan
penjelasan bagaimana merawat anak yang menderita penyakit sindrom nefrotik. Pasien sendiri
perlu juga diterangkan aktivitas apa yang boleh dilakukan dan kepatuhan tentang dietnya masih
perlu diteruskan sampai pada saatnya dokter mengizinkan bebas diet. Memberikan penjelasan
pada keluarga bahwa penyakit ini sering kambuh atau berubah menjadi lebih berat jika tidak
terkontrol secara teratur, oleh karena itu orang tua atau pasien dianjurkan kontrol sesuai waktu
yang ditentukan (biasanya 1 bulan sekali) (Ngastiyah, 2005).

7
2.7 Pathway

8
2.8 Asuhan Keperawatan Nefrotik Syndrome

A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema
2. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan
berat badan dan kegagalan fungsi ginjal
3. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan
berat badan, edema, bengkak pada wajah ( khususnya di sekitar mata yangtimbul
pada saat bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakanabdomen
(asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudahlelah, perubahan
pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ).
4. Pengkajian diagnostik meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah,
analisa darah untuk serum protein (total albumin/globulin ratio, kolesterol) jumlah
darah, serum sodium

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien mengatakan kulit menjadi tipis  Kulit pasien tampak merenggang
dan rapuh  Kulit pasien tampak tipis dan rapuh
 Nafsu makan menurun  Membrane mukosa pucat
 Dipsnea saat/setelah aktivitas  Serum albumin menurun
 Pasien mengatakan lemah  Edema
 Bb meningkat dalam waktu singkat
 Kadar Hb/Ht turun
 Ketidakseimbangan cairan

ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Etiologi


1.
2. DS: pasien mengatakan kulit Resiko gangguan immobilitas
menjadi tipis dan rapuh integritas kulit
DO:

9
 kulit pasien tampak
merenggang,
 kulit pasien tampak tipis
dan rapuh.

3. DS: Nafsu makan menurun Defisit nutrisi Peningkatan


DO: kebutuhan
 membran mukosa pucat metabolisme
 serum albumin turun
4. DS: dipsnea Hypervolemia Gangguan mekanisme
DO: regulasi
 edema
 bb meningkat dalam
waktu singkat
 kadar Hb/Ht turun
 ketidakseimbangan
cairan

5. DS: Intoleransi aktivitas kelelahan


 pasien mengeluh lelah
 dipsnea setelah/ saat
aktivitas
DO:
 kulit tampak membiru
(sianosis)
 pasien tampak lelah

B. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko Infeksi ditandai dengan penuran respon imun dan penyakit kronis

10
2. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilitas d.d
DS: pasien mengatakan kulit menjadi tipis dan rapuh
DO: kulit pasien tampak merenggang, kulit pasien tampak tipis dan rapuh
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism d.d
DS: Nafsu makan menurun
DO: membran mukosa pucat, serum albumin turun
4. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d
DS: dipsnea
DO: edema, bb meningkat dalam waktu singkat, kadar Hb/Ht turun,
ketidakseimbangan cairan
5. Intoleransi Aktifitas b.d Kelelahan d.d
DS: pasien mengeluh lelah, dipsnea setelah/ saat aktivitas
DO: kulit tampak membiru (sianosis), pasien tampak lelah

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis keperawatan Tujuan/kriteria hasil intervensi


1. Risiko Infeksi ditandai dengan : Setelah diakukan O :
penuran respon imun dan tindakan keperawatan  Periksa Kesiapan
penyakit kronis 3x24 jam diharapkan dan keemampuan
risiko Infeksi menurun menerima
dengan kriteria hasil : informasi
 Kultur Urine T :
membaik  Siapkan
materi,media
tentang faktor-
faktor
penyebab,cara
identifikasi dan
pencegahan
risiko infeksi di
rs maupun

11
dirumah
 Jadwalkan waktu
yang tepat untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
dengan pasien
dan keluarga
 Berikan
kesempatan
untuk bertanya
E:
 Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi local dan
sistemik
 Informasikan
hasil
pemeriksaan lab
 Anjurkan
mengikuti
tindakan
pencegahan
sesuai kondisi
 Anjurkan
kecukupan
nutrisi,cairan,dan
istirahat
 Anjurkan
mengelola
antibiotik sesuai
12
resep

2. Resiko gangguan integritas Setelah diakukan O :


kulit b.d imobilitas d.d tindakan keperawatan  identifikasi
DS: pasien mengatakan kulit 3x24 jam diharapkan penyebab
menjadi tipis dan rapuh integritas kulit gangguan
DO: membaik dengan integritas kulit
 kulit pasien tampak kriteria hasil: T:
merenggang,  integritas kulit E :
 kulit pasien tampak tipis tidak  Anjurkan
dan rapuh. terganggu meningkatkan
 tidak ada lesi asupan nutrisi
pada kulit  Anjurkan minum
 perfusi air putih yang
jaringan tidak cukup
terganggu
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan Setelah dilakukan O :
kebutuhan metabolism d.d tindakan 3x24 jam  identifikasi status
DS: Nafsu makan menurun diharapkan kebuthan nutrisi
DO: nutrisi membaik T :
 membran mukosa pucat, dengan kriteria hasil :  berikan makanan
 serum albumin turun  membrane tinggi kalori dan
mukosa tidak protein
pucat E:
 serum albumin  ajarkan diet yang
meningkat diprogramkan
K:
 kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan,
jika perlu

13
4. Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan O :
mekanisme regulasi d.d tindakan keperawatan  Identifikasi
DS: dipsnea 1x24 jam diharapakan penyebab
DO: volume cairan yang hypervolemia
 edema dibutuhkan stabil  Monitor intake
 bb meningkat dalam dengan kriteria hasil: dan output cairan
waktu singkat,  edema T:
 kadar Hb/Ht turun, berkurang  Timbang bb
 ketidakseimbangan  bb stabil setiap hari pada
cairan  kadar Hb/Ht waktu yang sama
stabil E:
 cairan intake  Ajarkan cara
dan output mengukur dan
seimbang mencatat asupan
(balance) dan haluan
cairan

5. Intoleransi Aktifitas b.d Setelah dilakukan O :


Kelelahan d.d tindakan keperawatan  monitor
DS: 3x24 jam diharapkan kelelahan fisik
 pasien mengeluh lelah lelah pasien berkurang dan emosional
 dipsnea setelah/ saat dengan kriteria hasil:  monitor lokasi
aktivitas  pasien tampak dan
DO: segar ketidaknyamana
 kulit tampak membiru  dipsnea pada n selama
(sianosis), saat aktifitas melakukan
 pasien tampak lelah berkurang aktifitas
 sianosis T:
berkurang  lakukan latihan
rentang gerak
aktif/pasif
E:

14
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nefrotik Syndrome adalah keadaan klinis yang ditandai oleh keadaan protein urina
masif,hipoproteinemia,edema,dan dapat disertai dengan hiperlipidemia dan dibagi menjadi 3
yaitu sindroma Nefrotik lesi minimal,primer,dan sekunder dengan tanda edema,sakit kepala,dan
kelebihan.

3.2 Saran

Dengan penulisan makalah ini kami berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu,kami berharap kepada pembaca semua agar kiranya
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Trihono PP, Alatas H, Tambunan T, Pardede SO. Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik
Idiopatik pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.

Trihono PP, Putri ND, Pulungan AB. Prognostic factors and survivals of children with steroid-
resistant nephrotic syndrome. Pediatr Indones [Internet]. 2013 [cited 2014 Nov 15 ]; 53:1.
Available from: Paediatrica Indonesiana.

Gilda G. Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Albumin dan Berat
Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. Semarang: Universitas Diponegoro;2014. 19.

Arlanbi NP. Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Kolesterol dan
Berat Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. Semarang: Universitas Diponegoro;2014.

iv

Anda mungkin juga menyukai