Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Nefrotik Sindrome”.
Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
Anak, Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada. Kami menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya.Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat di harapkan dalam penyempurnaan ini.Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dankhususnya
bagi penulis juga.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1....Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2....Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3....Tujuan Penulisan ....................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
nefrotik sensitif steroid dapat mempunyai perilaku normal saat awal pengobatan kemudian
menunjukkan perilaku cemas, depresi dan atau agresif selama relaps. Anak dengan perilaku
abnormal sejak awal juga semakin memperburuk perilakunya selama relaps (Soliday, dkk, 1999).
Identifikasi lebih dini masalah kekerapan relaps pada sindrom nefrotik dan anak yang
mempunyai kualitas hidup yang buruk akan mendorong terhadap intervensi baik fungsi edukasi,
fisik, emosi atau sosial jika terganggu. Identifikasi dan intervensi lebih awal terhadap
permasalahan kualitas hidup pada anak dengan relaps jarang dan relaps sering dapat menurunkan
prevalens luaran fungsi edukasi, pekerjaan, dan sosial yang terganggu saat dewasa (Niaudet,
2009).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengathui apa yang dimaksud dengan Nefrotik syndrome
2. Untuk mengetahui etiologi dari Nefrotik Sindrome
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Nefrotik syndrome
4. Untuk mengetahui komplikasi dari Nefrotik Sindrome
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Nefrotik syndrome
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari Nefrotik syndrome
7. Untuk mengetahui pathway dari Nefrotik Sindrome
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Nefrotik Sindrome
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009). Sindrom
nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
(Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).
Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala
yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbumininemia, hiperlipidemia yang
disertai edema.
2.2 Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen
antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus.
Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh :
a) Malaria quartana atau parasit lainnya
b) Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c) Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
lebah, racun otak, air raksa.
e) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membraneproliferatif hipokomplementemik.
3
3. Sindrome nefrotik idiopatik. Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya
atau juga disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada
biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,
glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis fokal segmental.
Komplikasi yang sering terjadi pada Sindroma nefrotik menurut Betz, Cecily L.2002 dan
Rauf, 2002, antara lain :
Kerusakan kulit.
4
peritonitis
5
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak yang
gagal berespons terhadap steroid.
Penatalaksanaan Medis menurut Mansjoer Arif, 2000 :
a) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1
gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar
makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari.
b) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari),
selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik
dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c) Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut : 1). Selama 28 hari
prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp)
dengan maksimum 80 mg/hari. 2). Kemudian dilanjutkan dengan prednison per
oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan
dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan
ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
d) Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e) Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit, karena memerlukan pengawasan
dan pengobatan yang khusus. Masalah pasien yang perlu di perhatikan adalah edema yang berat
(anasarka), diet, resiko komplikasi, pengawasan mengenai pengobatan atau gangguan rasa aman
dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit pasien atau umum.
6
Pasien dengan sindrom nefrotik dengan anasarka perlu istirahat di tempat tidur karena keadaan
edema yang berat menyebabkan pasien kehilangan kemampuannya untuk bergerak. Selama
edema masih berat semua keperluan harus ditolong di atas tempat tidur.
a) Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan didalam rongga toraks akan
menyebabkan sesak napas.
b) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal di letakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah dan akan
menyebabkan edema hebat).
c) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk mencegah
pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan skrotum akhirnya
pecah dan menjadui penyebab kematian pasien).
Pasien dengan sindrom nefrotik mengalami penurunan daya tahan tubuh yang
mengakibatkan mudah terkena infeksi. Komplikasi pada kulit akibat infeksi streptococcus dapat
terjadi. Untuk mencegah infeksi tersebut, kebersihan kulit perlu diperhatikan dan alat-alat tenun
atau pakaian pasien harus bersih dan kering. Antibiotik diberikan jika ada infeksi, dan diberiakan
pada waktu yang sama. Jika pasien diperbolehkan pulang, orang tua pasien perlu diberikan
penjelasan bagaimana merawat anak yang menderita penyakit sindrom nefrotik. Pasien sendiri
perlu juga diterangkan aktivitas apa yang boleh dilakukan dan kepatuhan tentang dietnya masih
perlu diteruskan sampai pada saatnya dokter mengizinkan bebas diet. Memberikan penjelasan
pada keluarga bahwa penyakit ini sering kambuh atau berubah menjadi lebih berat jika tidak
terkontrol secara teratur, oleh karena itu orang tua atau pasien dianjurkan kontrol sesuai waktu
yang ditentukan (biasanya 1 bulan sekali) (Ngastiyah, 2005).
7
2.7 Pathway
8
2.8 Asuhan Keperawatan Nefrotik Syndrome
A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema
2. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan
berat badan dan kegagalan fungsi ginjal
3. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan
berat badan, edema, bengkak pada wajah ( khususnya di sekitar mata yangtimbul
pada saat bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakanabdomen
(asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudahlelah, perubahan
pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ).
4. Pengkajian diagnostik meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah,
analisa darah untuk serum protein (total albumin/globulin ratio, kolesterol) jumlah
darah, serum sodium
DATA FOKUS
ANALISA DATA
9
kulit pasien tampak
merenggang,
kulit pasien tampak tipis
dan rapuh.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko Infeksi ditandai dengan penuran respon imun dan penyakit kronis
10
2. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilitas d.d
DS: pasien mengatakan kulit menjadi tipis dan rapuh
DO: kulit pasien tampak merenggang, kulit pasien tampak tipis dan rapuh
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism d.d
DS: Nafsu makan menurun
DO: membran mukosa pucat, serum albumin turun
4. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d
DS: dipsnea
DO: edema, bb meningkat dalam waktu singkat, kadar Hb/Ht turun,
ketidakseimbangan cairan
5. Intoleransi Aktifitas b.d Kelelahan d.d
DS: pasien mengeluh lelah, dipsnea setelah/ saat aktivitas
DO: kulit tampak membiru (sianosis), pasien tampak lelah
C. Intervensi Keperawatan
11
dirumah
Jadwalkan waktu
yang tepat untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
dengan pasien
dan keluarga
Berikan
kesempatan
untuk bertanya
E:
Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi local dan
sistemik
Informasikan
hasil
pemeriksaan lab
Anjurkan
mengikuti
tindakan
pencegahan
sesuai kondisi
Anjurkan
kecukupan
nutrisi,cairan,dan
istirahat
Anjurkan
mengelola
antibiotik sesuai
12
resep
13
4. Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan O :
mekanisme regulasi d.d tindakan keperawatan Identifikasi
DS: dipsnea 1x24 jam diharapakan penyebab
DO: volume cairan yang hypervolemia
edema dibutuhkan stabil Monitor intake
bb meningkat dalam dengan kriteria hasil: dan output cairan
waktu singkat, edema T:
kadar Hb/Ht turun, berkurang Timbang bb
ketidakseimbangan bb stabil setiap hari pada
cairan kadar Hb/Ht waktu yang sama
stabil E:
cairan intake Ajarkan cara
dan output mengukur dan
seimbang mencatat asupan
(balance) dan haluan
cairan
14
Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nefrotik Syndrome adalah keadaan klinis yang ditandai oleh keadaan protein urina
masif,hipoproteinemia,edema,dan dapat disertai dengan hiperlipidemia dan dibagi menjadi 3
yaitu sindroma Nefrotik lesi minimal,primer,dan sekunder dengan tanda edema,sakit kepala,dan
kelebihan.
3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini kami berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu,kami berharap kepada pembaca semua agar kiranya
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
iii
DAFTAR PUSTAKA
Trihono PP, Alatas H, Tambunan T, Pardede SO. Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik
Idiopatik pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.
Trihono PP, Putri ND, Pulungan AB. Prognostic factors and survivals of children with steroid-
resistant nephrotic syndrome. Pediatr Indones [Internet]. 2013 [cited 2014 Nov 15 ]; 53:1.
Available from: Paediatrica Indonesiana.
Gilda G. Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Albumin dan Berat
Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. Semarang: Universitas Diponegoro;2014. 19.
Arlanbi NP. Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Kolesterol dan
Berat Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. Semarang: Universitas Diponegoro;2014.
iv