Anda di halaman 1dari 18

TINDAKAN KEPERAWATAN LANSIA

TERAPI KOGNITIF

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. 19007 ALVIENA PUTRI CHANTIKA


2. 19011 AMELIA HOLLY DEBORA
3. 19014 ARTITA MAWARNI
4. 19015 ASRI NURANI
5. 19016 AULIA RAHMA NISSAFIA
6. 19020 DINA ERIZA
7. 19021 DINI AVILIANI
8. 19023 DOMAS ANDINI DYAH PANGESTUTI
9. 19029 FRANSISKA YUWANA PUTRI
10. 19031 HANI NURAENI
11. 19030 GRACE SELLA MELANIA AUN

Tingkat : III B
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

AKADEMI KEPERAWATAN HERMINA MANGGALA HUSADA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya
makalah ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak.
Baik bersifat moril maupun materil. Oleh karenanya kami menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. Musripah, M. Kep. selaku Direktur Akademi Keperawatan Hermina Manggala
Husada Jakarta.
2. Ns. Musripah, M. Kep. selaku Koordinator mata kuliah Keperawatan Gerontik, di
Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada Jakarta.
3. Ns. Musripah, M. Kep selaku Dosen Pengampu mata Keperawatan Gerontik, di
Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada Jakarta.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Jakarta, 10 Desember 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4


A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5


A. Konsep Kebutuhan Kognitif ................................................................................................ 5
B. Fungsi Kognitif Pada Lansia................................................................................................ 7
C. Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia .............................................................................. 7
D. Faktor Yang Berpengaruh Pada Fungsi Kognitif ................................................................ 8
E. Cara menstimulasi fungsi kognitif lansia............................................................................. 9
F. Indikasi Terapi Kognitif................................................................................................................. 10
G. Teknik Pelaksanaan Terapi Kognitif ............................................................................................. 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................. 12


A. Pengkajian .......................................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 14
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................................................. 15
D. Implementasi Keperawatan.................................................................................................. 9
E. Evaluasi Keperawatan........................................................................................................ 16

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 17


A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck


danberkaitan dengan terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan
lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di
disatukan dan dikenal dengan terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy).
Terapi ini memperlakukan individu sebagai agen yang berpikir positif dan berinteraksi
dengan dunianya.

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif,


derektif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam
kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa
afek (keadaan emosi, perasaan) dan tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan
oleh bagaimana seseorang tersebut membentu dunianya. Pikiran manusia memberi
gambaran tentang rangkaian kejadian di dalam kesadarannya.

Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan erat dengan


isi pikiran, misalnya, seorang menderita ansietas karena mengantisipasi akan
mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya. Dalam hal seperti ini, terapi kognitif
dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki gejala prilaku dan fungsi kognisi
yang terhambat, yang mendasari aspek kongnitifnya yang ada. Terapi dengan
pendekatan kognitif mengajar pasien atau klien agar berpikir lebih realistis dan sesuai
sehingga dengan demikian akan menghilangkan atau mengurangi gejala yang
berlebihan.

B. Tujuan Penulisan

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mengetahui dan memahami


tentang Terapi Kognitif

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Kognitif


1. Definisi kognitif
Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi
populer sebagai salah satu domain psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengelolaan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyaknan
(Musaa’diyah, 2014).
2. Pengertian fungsi kognitif
Fungsi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
semua masukan sensori (taktil, visual, dan auditorik) akan diubah, diolah,
disimpan dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara
sempurna sehingga individu meampu melakukan penalaran terhadap
masukan sensori tersebut. Fungsi kognitif menyangkut kualitas
pengetahuan yang dimiliki seseorang. Modalitas dari kognitif terdiri dari
sembilan modalitas yaitu, memori, bahasa, praktis, visuospasial, antensi
serta konsentrasi, kalkulasi, mengambil keputusan, reasoning dan abstrak.
Kemampuan kognitif berubah secara bermakna bersama dengan
lajunya proses penuaan, tetapi perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar
50% dari selutuh popilasi lansia menunjukan penurunan kognitif
sedangkan sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif sama seperti usia
muda. Penurunan kognitif tidak hanya terjadi padea individu yang
mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif
tersebut, namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat. Pada
beberapa individu, proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat
berlanjut sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau demensia
(Ekasari, 2018).

3. Aspek-aspek kognitif
a. Orientasi

5
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan
waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan nama
sendiri ketika ditanya) menunjukan informasi yang “overlearned”.
Kegagalan dalam menyebutkan nama sendiri sering merefleksikan
negatifism, distrakti, gangguan pendengaran, ataungangguan
penerimaan bahasa. Orientasi tepat dinilai dengan menanyakan negara,
provinsi kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi
waktu dinilai dengan menyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal.
Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu
dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.
b. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kempuan yang meliputi 4 paramenter,
yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan
kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu
metode yang dapat membantu menilai kelancaran klien menulis atau
berbicara secara spontan.
2) Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami
suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seorang
untuk melakukan perintah tersebut.
3) Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pertanyaan
atau kalimat yang diucapkan sesorang.
4) Naming
Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai
suatu objek beserta bagian-bagiannya.

c. Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon
stimulasi dengan mengabaikan stimulus yang lain dilingkungannya.
d. Memori

6
1) Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi yang diperoleh.
2) Memori visual, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi berupa gambar.
e. Fungsi konstruksi
Fungsi kontruksi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta
orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau
membangun kembali sesuatu bangunan balok yang telah rusak
sebelumnya.
f. Kalkulasi
Kemampuan seseorang untuk menghitung angka
g. Penalaran
Kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu
hal, serta berpikir abstrak.

B. Fungsi kognitif pada lansia


Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya
kemampuan mengingat fungsi intelektual, berkurangnya efesiensi transmisi
saraf di otak (menyebabkan, proses informasi melambat dan banyak informasi
hilang selama transisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi
baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat
kejadia masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat yang baru
saja terjadi.Penurunan terkait penuaan ditunjukan dalam kecepatan, memori
jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini telah
dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak

C. Gangguan fungsi kognitif pada lansia

a. Mudah lupa (forgetfulness)


Mudah lupa merupakan tahap yang paling ringan dan sering
dialami pada orang uusia lanjut. Berdasarkan data statistik 39% orang
pada usia 50-60 tahun mengalami mudah lupa dan angka ini menjadi
85% pada usia diatas 80 tahun.
b. Mild congnitive impairment (MCI)

7
Mild congnitive impairment merupakan gejala yang lebih berat
dibandingkan dengan mudah lupa. Pada Mild congnitive impairment
sudah mulai muncul gejala gangguan fungsi memori yang menggangu
dan dirasakan oleh penderita, Mild congnitive impairment merupakan
perantara antara gangguan memori atau kognitif terkait usia dan
demensia. Keluhan pada umumnya berupa frustasi, lambat dalam
menemukan benda atau mengingat nama orang dan kurang mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari yang kompleks.
c. Demensia
Demensia adalah suatu sindrom penurunan kempuan intelektual
progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional,
sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari. Gejala klinis berupa kemunduran dalam hal
pemahaman seperti hilangnya kemampuan untuk emmahami
pembicaraan yang cepat, percakapan yang kompleks atau abstrak,
humor yang sarkastis atau sindiran. Dalam kemampuan bahasa dan
bicara terjadi kemunduran pula yaitu kehilangan ide apa yang sedang
dibicarakan, kehilangan kemampuan pemrosesan bahasa secara cepat,
kehilangan kemampuan penamaan dengan cepat.

D. Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif


a. Usia
Semakin tua usia seorang maka secara alamiah akan terjadi
apoptosis pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak
yang dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas subtantia

alba dan peraventrikuler. Mengakibatkan penurunan fungsi kognitif pada


seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh radikal bebas,
penurunan distribusi energi dan nutri otak.
b. Stres, depresi, ansietas
Depresi, stres dan ansietas akan menyebabkan penurunan
kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon
glukokortikoid yang dapat menurunkan fungsi kognitif.
c. Latihan memori

8
Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih
memorinya makan sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk
sehingga kapasitas memori seseorang akan bertambah.
d. Lingkungan
Pada orang yang tinggal di daerah maju dengan sistem
pendidikan yang cukup maka akan memiliki fungsi kognitif yang lebih
baik dibandingkan pada orang dengan fasilitas pendidikan yang
minimal, semakin kompleks stimulus yang didapat makan akan
semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang.
e. Obat-obatan
Beberapa zat seperti alkohol bersifat toksik bagi sel neuron
selain itu defesiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan
penurunan fungsi kognitif seseorang.

E. Cara menstimulasi fungsi kognitif lansia


a. Senam otak
Senam otak merupakan gerakan tubuh sederhana yang
digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang sistem
yang terikat dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang
ataupun depan.
Manfaat dan tujuan senam otak adalah:
1) Memperlambat kepikunan.
2) Menghilangkan stres.
3) Meningkatkan konsentrasi.
4) Membuat emosi yang tenang.
b. Terapi orientasi realitas
Terapi orientasi realitas adalah upaya untuk mengonsentasiakan
keadaan nyata kepada klien, yaitu dari diri sendiri, orang lain,
lingkungannya/tempat, dan waktu. Manfaat dan tujuan orientasi
realitas adalah mengorintasikan keadaan nyata kepada lansia baik diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (waktu, tempat).
c. Terapi kenangan

9
Terapi kenangan adalah teknik yang digunakan untuk mengingat
dan mebicarakan tentang kehidupan seseorang. Trrapi ini digunakan
untuk lansia yang mengalami ganggua kognitif, kesepian dan
pemulihan psikologis. Terapi ini dapat diberikan pada lansia secara
individu, keluarga, maupun kelompok. Pelaksanaa kegiatan terapi
secara kelompok memberi kesempatan kepada lansia untuk mebagi
pengalamannya pada anggota kelompok, emningkatkan kemampuan
komunikasi, dan sosialisasi dalam kelompok serta efesiensi biaya
maupun efektifitas waktu. Tujuan dari terapi ini adalah meningkatkan
hubungan lansia dengan orang lain, memberi stimulus kognitif dan
meningkatkan kepuasaan hidup lansia.

F. Indikasi Terapi Kognitif

a. Depresi (ringan sampai sedang)

b. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan

c. Individu yang mengalami stress emosional

d. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang


sering terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi
perilaku dan antidepresan jarang terjadi pada awal masa anak-anak,
meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi

e. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)

f. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)

g. Gangguan makan

h. Gangguan mood

i. Gangguan psikoseksual

j. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya

G. Teknik Pelaksanaan Terapi Kognitif

a. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area


berpikir dan keyakinan yang menyebabkannnya khawatir

10
b. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri sendiri,
nilai diri dan dunia. Dengan demikian klien membentuk nilai dan
keyakinan baru dan distress emosional menjadi hilang

c. Menggunakan teknik pertanyaan Socratic yaitu meminta klien untuk


menggambarkan, menjelaskan, dan menegaskan pikiran negative
yang merendahkan dirinya. Dengan demikian klien mulai melihat
bahwa asumsi tersebut tidak logis dan tidak rasional

Terapi kognitif dipraktekkan diluar sesi terapi dan menjadi modal


utama dalam mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi
yang terdiri atas 3 fase :

Fase awal (sesi 1-4)

a. Membentuk hubungan terapeutik dengan klien

b. Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta


pengaruhnya terhadap emosi dan fisik

c. Menentukan tujuan terapi

d. Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikiran yang


otomatis

Fase pertengahan (sesi 5-12)

a. Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang


salah

b. Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta


mempraktekkan keterampilan berespon terhadap hal-hal yang
menimbulkan depresi dan memodifikasinya.

Fase akhir (sesi 13-16)

a. Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi


beresiko tinggi yang relevan untuk terjadinya kekambuhan.

b. Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
- Identitas Pasien

1. Nama : Ny. F

2. Umur : 67 th

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Kristen

5. Pendidikan : SD

6. Status Perkawinan : Menikah

7. Alamat : Jl. Rambutan no 9, RT 01/01


- Riwayat keluarga
Ia mengatakan suaminya sudah meninggal, ia lupa kapan suaminya meninggal, ia
memiliki 2 orang anak laki-laki yang sudah menikah dan tinggal berjauhan.
- Riwayat pekerjaan
Ia mengatakan dahulu bekerja sebagai petani. Status pekerjaan saat ini: penghuni
wiswa, Pekerjaan sebelumnya petani, Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan : kebutuhan ditanggung oleh Panti Werda Budi Agung Kupang
- Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal Permanen, Jumlah kamar di ruangan teratai 5 Kamar tidur
dengan 2 kamar mandi, jumlah yang tinggal dipanti 4 orang.
- Riwayat Rekreasi
Hobi/minat hanya berjalan sendiri-sendiri kalo ada kegiatan diwisma diikuti,
Liburan/perjalanan mengikuti perjalanan wisata yang dibuat di panti werda.
- Riwayat Kesehatan Saat ini
Keluhan Status kesehatan umum selama setahun terakhir mengalami gatal-gatal di
tangan kaki, Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir mengatakan
mengalami sakit badan contohnya demam
Keluhan utama saat ini : gatal-gatal di kaki dan tangan,
Klien tidak mengetahui tentang masalah kesehatan yang ia hadapi Pola konsumsi

12
makana Ny. F. Makan 3 kali sehari , Pola istirahat tidur Ny. F. mengatakan dapat
tidur setiap hari tanpa ada gangguan. Keluhan-Keluhan Saat Ini Ny. F mengatakan
sering lupa, dan badan gatal-gatal sudah ±3 bulan dan sering Lupa
- Pola Kebiasaan
Ny. F biasanya mengkonsumsi makanan bubur, sayur, tahu, dan
tempe 3x sehari setiap pagi,siang,dan sore. Pasien juga mengatakan
istirahatnya 2 kali sehari siang dan malam dan tidak pernah
mengalami gangguan tidur. Untuk buang besar biasanya 1 kali sehari
sedangkan buang air kecil 3-4x sehari. Kebersihan diri dilakukan
setiap hari tapi harus di jaga untuk mandi
- Hasil Observasi
Tingkat kesadaran compos mentis E: 5 V : 4 M: 6, tekanan darah 120/
80, RR 20 kali/ menit, suhu 36 °C, Nadi : 90 kali/menit. BB : 45 kg, TB
148cm.
- Tinjauan Sistem
1. Integumen : Ny F. mengalami gatal-gatal (pruritus), terdapat perubahan
pigmentasi(warna kulit menjadi seperti bersisik ), terjadinya perubahan tekstur
kulit menjadi kasar
2. Kepala : tampak berambut putih, gunting rambut pendek karena tidak cuci
rambut.Rambut tampak kotor.
3. Mata : dari hasil pengkajian didapatkan konjungtiva merah muda, sklera putih,
jika melihat jauh pandangan kabur, visus: 2/6
4. Telinga : dari hasil pengkajian Pasien mengalami perubahan pendengaran
sehingga kemampuan pasien untuk mendengar menurun pada saat pengkajian
menggunakan tessrine menggunakan garputala penghantar udara lebih lama
dari pengantar tulang tetapi tidak sampai dua kali lebih lama, kemungkinann
besar pasien mengalami masalah pendengaran.
5. Hidung : dari hasil pengkajian didapatkan hidung bersih, tidak ada luka atau
lessi, tidak ada masa.
6. Mulut dan tenggorokan :tidak ada karien gigi karena sudah ompong.
7. Leher : dari hasil pengkajian tidak ada kaku kuduk pada pasien tidak ada nyeri
tekan, benjolan atau masa pada leher, keterbatasan gerak, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.

13
8. Payudara : dari hasil pengkajian payudara tidak ada benjolan pada payudara,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak, adanya perubahan puting susu
(payudara
menyusut).
9. Gastrointestinal : dari hasil pengkajian tidak ada hemoroid, tidak ada
perdarahan, rektum, peristaltik usus 24 kali/menit, napsu makan baik tidak ada
mual muntah.
10. Kardiovaskuler : dari hasil pengkajian tidak didapatkan nyeri dada, sesak
napas, bunyi jantung normal.
11. Genitalia : dari hasil pengkajian pasien sudah menopause, tidak ada nyeri
panggul,tidak adanya luka, tidak ada perdarahan. Perkemihan : BAB : 1 kali/
hari, tidak mengalami gangguan saat BAB, BAK 3-4 kali/ hari. Tidak ada
nyeri saat berkemih.
12. Riwayat Psikososial : hasil pengkajian pasien tidak mengalami cemas, tidak
menangis, tidak mudah marah.
- Pengkajian Aspek Kognitif
Pasien tidak mampu mengenal jam, hari, tanggal, bulan serta tahun. Untuk tempat,
kelurahan, kabupaten, dan provinsi tetapi lupa nama kecamatan Ny. F. megatakan
tidak tau. Pada fase registrasi, pasien mampu menyebutkan 3 dari 3 objek yang
disebutkan petugas. Pada fase peratian dan peritungan, pasien tidak mampu
menjawab 5 pertanyaan dari 5 pertanyaan pengurangan. Pada fase mengingat
kembali, pasien mampu menyebutkan 1 dari 3 benda yang ditunjuk petugas. Pada
fase pengertian verbal, pasien tidak mampu mengulang kata-kata yang diucapkan
petugas.
Pada fase pengertian verbal, pasien tidak mampu melakukan perintah yang ditulis
petugas. Pada fase perintah tertulis, pasien tidak mampu melakukan perintah yang
ditulis petugas. Pada fase menulis kalimat, pasien tidak mampu menulis
satu kalimat yang bermakna. Pada fase menggambar kontruksi, pasien
tidak menirukan gambar yang diberikan petugas. Kesimpulannya pasien
memiliki kognitif Berat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan memori
2. Defisit Perawatan diri mandi

14
3. Risiko jatuh

C. Intervensi Keperawatan
1. DX 1 Gangguan Memori
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kesadaran
klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat atau baik
Intervensi :
Observasi :
-Identifikasi masalah memori yang dialami
-Monitor perilaku dan perubahan memori
Terapeutik :
-Recanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
-Fasilitasi tugas pembelajaran dan kemampuan konsentrasi
Edukasi :
-Ajarkan teknik memori yang tepat
Kolaborasi :
-Kolaborasi pada terapi okupasi jika perlu
2. DX 2 Defisit Perawatan Diri (Mandi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien
mampu merawat diri
Intervensi :
Observasi :
-Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
-Monitor tingkat kemandirian
Terapeutik :
-Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
-Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
-Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

3. DX 3 Risiko Jatuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, jatuh
tidak terjadi

15
Intervensi :
Observasi :
-Identifikasi faktor risiko jatuh
-Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
-Monitor kemampuan berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan
sebaliknya
Terapeutik :
-Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
-Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda dalam kondisi terkunci
-Gunakan alat bantu berjalan
Edukasi :
-Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
-Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membentuk klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan klien terhadap
pencapaian hasil dari tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi
meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien, membandingkan
respon klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan
masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi kognitif mempunyai pengaruh terhadap tingkat depresi pada lansia dengan
memberikan stimulus berupa merubah pemikiran lansia yang negatif terhadap
permasalahan yang mereka hadapi dengan merubah kognisi lansia yang negatif
(buruk) terhadap diri, lingkungan serta masa depan mereka sehingga menjadi kognisi
yang positif (baik). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan tingkat depresi
dan dimensi kognitif lansia ke arah yang lebih baik setelah diberikan terapi kognitif.

B. Saran

Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini.
Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk
menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini

17
DAFTAR PUSTAKA

- Suhardi. (2016). Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Depresi Pada Lansia Di Panti
Wredha Budi Dharma Yogyakarta.

- IPKJI. (2014). Modul Terapi Keperawatan Jiwa. Universitas Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai