Anda di halaman 1dari 17

IMUNITAS ADAPTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika dan Bioreproduksi

Dosen Pengampu : Dr. Heny Astutik, S.Keb., Ns., M.Kes.

Disusun Oleh : Kelompok 2

Sabrina Choirunisya Salsabila (P17311221005)


Zidni Ilmannafi’ (P17311221006)
Catherina Intan Priyaningrum (P17311221021)
Siti Zahrullah Azizah (P17311223031)
Diva Aulia Roisyabillah (P17311223035)
Citra Ayuni Supriyadi (P17311223043)
Windi Alya Naafi’ah (P17311223053)
Annisa Laily Safira (P17311223056)

KELAS 1A
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Imunitas Adaptif”
sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah Genetika dan Bioreproduksi.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada

1. Dr. Heny Astutik, S.Kep.Ns,M.Kes selaku ketua prodi


2. Dr. Heny Astutik, S.Kep.Ns,M.Kes selaku dosen pengempu
3. Serta semua pihak yang terlibat pada penyusunan makalah ini

Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kritik dan
saran sangat yang membangun guna tersusunnya makalah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya yang tengah
mengamban ilmu serupa

Malang, 1 februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan..........................................................................................................................4

A. Latar belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II Pembahasan..........................................................................................................................6

A. Pengertian Sistem Imun........................................................................................................6

B. Respon Imun Adaptif............................................................................................................6

C. Sifat – sifat Respon Imun Adaptif........................................................................................7

D. Komponen dan Jenis – jenis Imunitas Adaptif.....................................................................8

E. Mekanisme Sistem Imunitas Adaptif...................................................................................8

F. Fungsi Respon Imun..............................................................................................................9

G. Pertahanan Imun Tubuh secara Spesifik (Pertahanan Adaptif)..............................................9

H. Faktor Pengubah Mekanisme Imun.....................................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................14

A. Kesimpulan...............................................................................................................................14

B. Saran.........................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem imun diklasifikasikan menjadi imunitas bawaan atau innate dan imunitas
adaptif (spesifik). Kekebalan bawaan menggambarkan garis pertahanan pertama melawan
patogen non-antigen atau nonspesifik. Imunitas adaptif berbeda dengan imunitas innate,
yang bersifat antigen-dependent dan antigen-specific, sehingga akan terjadi respon yang
lambat saat terpapar antigen yang paling reaktif. Fitur utama dari imunitas adaptif adalah
kemampuan untuk mengingat sehingga dapat memberikan respon imun yang lebih cepat
dan lebih efektif pada paparan antigen selanjutnya. Imunitas bawaan dan adaptif saling
melengkapi, sehingga cacat pada kedua sistem mengakibatkan kerentanan inang terhadap
serangan patogen. Sel yang mempengaruhi kekebalan termasuk leukosit dan sel jaringan
yang berasal dari leukosit. Ada dua cara untuk mencegah penyakit pada semua sel ini,
yang pertama adalah menghancurkan bakteri atau virus yang menyerang melalui
fagositosis dan yang kedua adalah membentuk antibodi dan limfosit yang peka. Darah
adalah jalur sel progenitor yang kemudian berkembang menjadi sel kekebalan di jaringan.
Leukosit yang bersirkulasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok sebagai sel myeloid
dan limfosit. Sel myeloid termasuk granulosit (leukosit polimorfonuklear, PMN),
termasuk neutrofil, eosinofil, dan basofil bersama dengan monosit. Limfosit meliputi
beberapa jenis limfosit, antara lain limfosit B (sel B), limfosit T (sel T), sel pembunuh
alami (NK), dan sel plasma. Semua sel ini memperkuat respon imun jaringan setelah
migrasi ekstravaskular, seperti makrofag (dari monosit) dan sel mast (berhubungan dengan
basofil leukosit dan alkalosis). Semua sel ini bekerja sama untuk memberi tubuh
perlindungan yang kuat terhadap tumor dan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
dan parasit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Sistem Imun?
2. Apa itu Respon Imun Adaptif?
3. Apa saja Sifat – sifat Respon Imun Adaptif?
4. Apa saja komponen dan jenis jenis Imunitas Adaptif?
5. Bagaimana mekanisme Sistem Imun Adaptif?
6. Apa Fungsi Respon Imun?
7. Bagaimana Pertahanan Imun Tubuh secara Spesifik (Pertahanan Adaptif)?
4
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Imun?
2. Untuk Mengetahui Respon Imun Adaptif?
3. Untuk Mengetahui Sifat – sifat Respon Imun Adaptif?
4. Untuk Mengetahui Komponen dan Jenis jenis Imunitas Adaptif?
5. Untuk Mengetahui Mekanisme Sistem Imun Adaptif?
6. Untuk Mengetahui Fungsi Respon Imun?
7. Untuk Mengetahui Pertahanan Imun Tubuh secara Spesifik (Pertahanan Adaptif)?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Imun
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah sel yang bertanggungjawab untuk
melindungi tubuh dari serangan substansi asing, baik dari luar maupun dalam tubuh itu
sendiri. Substansi asing yang berasal dari dari luar tubuh (eksogen) adalah bakteri, virus,
parasit, jamur, debu, dan serbuk sari. Sedangkan substansi asing yang berasal dari dalam
tubuh dapat berupa sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk dan fungsinya. Salah satu
mekanisme pertahanan tubuh yaitu ada sistem pertahanan tubuh adaptif.
Sistem imun adaptif atau sistem imun perolehan merupakan mekanisme pertahanan tubuh
berupa perlawanan terhadap antigen tertentu. Sistem imun adaptif berkembang karena
diaktifkan oleh sistem imun bawaan dan memerlukan waktu untuk dapat mengerahkan
respons pertahanan yang lebih kuat dan spesifik. Imunitas adaptif (atau dapatan) membentuk
memori imunologis setelah respons awal terhadap patogen dan membuat perlindungan yang
lebih ditingatkan pada pertemuan dengan patogen yang sama berikutnya. Proses imunitas
dapatan ini menjadi dasar dari vaksinasi. Sistem imun adaptif diperankan oleh limfosit B dan
limfosit T.
B. Respon Imun Adaptif
Respon imun spesifik (adaptif) dimediasi oleh sel limfosit. Melalui dengan cara aktivasi,
proliferasi, dan diferensiasi bermacam-macam sel limfosit meallui AMI (Antibody Mediated
Immune Response) atau CMI (Cell Mediated Immune Response) yang menghasilkan patogen
penyerang. Ketika infeksi dapat teratasi dan disembuhkan, sebagian besar antigen spesifik
limfosit akan mengalami apoptosis, sementara itu sebagaian kecil dari sel limfosit akan
berdiferensiasi menjadi sel limfosit memori yang berumur panjang dan tetap berada di dalam
sirkulasi darah hingga 10 tahunan setelah paparan pertama oleh patogen tertentu. Apabila
terkena paparan antigen untuk kedua kalinya, antigen tersebut dapat dimusnakan dengan cepat
(hitungan jam) dan efisien oleh sel memori dan individu. Dikatakan mengalami kekebalan
spesifik (adatif) terhadap patogen. Namun, bahan patogen mampu mengadakan berbagai
strategi seperti, mutasi atau menurunkan sifat imunogenik antigen untuk mengalahkan
pertahanan tubuh sehingga terjadi peperangan konstan antara penyerang dan hospes.
Terdapat dua respon imun spesifik (adatif), yakni AMI dan CMI. Dan sel yang paling
penting dalam respon imun spesifik adalah limfosit dengan presentase 25-30% dari populasi
leukosit). Ada 2 macam limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T dengan perbandingan 1:5.
Limfosit B bertanggung jawab terhadap respon imun yang dimediasi antibodi.

6
7
1. AMI (Antibody Mediated Immune Responsse)
Limfosit B berkembang menjadi sel imunokompeten dewasa dalam sumsum tulang
merah dan mengekspresikan reseptor antigen tunggal spesifik (contohnya, antibodi)
pada permukaan sel. Pada AMI, ikatan antigen dengan reseptor antigen (antibodi) pada
sel B menyebabkan aktivasi dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma pembentuk
antibodi seabagai respon seabgaian besaar antigen membutuhkan sinyal ko-stimulator
yang dibentuk oleh interakis sel B dengan CD4+ sel T-helper (sel T mengekspresi
molekul CD4). Ikatan molekul CD154 pada CD4+ sel T ke molekul CD40 pada sel B
bersama pem bentukan sitokin (IL-4 dan IL-5) oleh sel CD4+ T-helper menyebabkan
aktivasi penuh dari sel B dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma pembentuk antibodi.
Setiap sel plasma menyekresi sekitar 2000 antibodi tiap detik untuk melawan antigen
asal dan berlanjut sekitar 4-5 hari.
2. CMI (Cell Mediated Immune Response)
Kontras dibandingkan dengan AMI, CMI melawan patogen penyerang dengan
dimediasi oleh limfosit T. Limfosit T bertanggung jawab terhadap imunitas dimediasi
sel (CMI) dalam melawan antigen asing. Mengembangkan respons imun dimediasi sel
T ter hadap antigen spesik untuk melawan antigen tumor merupakan tujuan vaksinasi
kanker.
Sel T berkembang dari pra-sel T dalam sumsum tulang dan menjadi dewasa dalam
timus menjadi sel T pengekspresi CD4+ atau sel T pengekspresi CD8+. Seperti sel B,
aktivasi sel T yang berhasil membutuhkan keberadaan 2 sinyal, sinyal pengenalan dan
sinyal ko-stimulator. Sinyal pengenalan adalah pengenalan antigen oleh reseptor
antigen pada permukaan sel T yang dinamakan reseptor sel T (TCR = T-cell receptors)
yang menghasilkan pergerakan sel T dari farse istirahat (Go ) ke fase G1 dari siklus sel.
Namun, berbeda dengan sel B yang dapat langsung terikat pada antigen dengan reseptor
antigen yang unik (antibodi), TCRs pada sel T CD4+ dan sel T CD8+ hanya dapat
mengenali suatu fragmen antigen yang telah diproses dan disajikan dalam hubungan
dengan antigen self yang unik pada permukaan sel yang dinamakan antigen MHC
(Major Histocomptability Complex)
C. Sifat – sifat Respon Imun Adaptif
- Baru muncul seteah adanya infeksi (memerlukan waktu untuk memproduksinya)
- Bersifat spesifik (missal, antibody terhadap virus influenza tidak dapat melindungi dari
penyakit polio)
- Respon yang dihasilkan berlangsung lama, terdapat mekanisme memori (respon lebih
cepat pada infeksi sama yang berikutnya )
8
D. Komponen dan Jenis Jenis Imunitas Adaptif
Komponen seluler utama imun adalah mikrofag dan limfosit. Sel makrofag berkemampuan
fagositosis dalam respon imun alamiah dan berperan dalam menyajikan antigen kepada limfosit
dalam respon imun spesifik maupun non spesifik oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang
tergolong kedalam system limforetikuler.
Ada dua Jenis imunitas adaptif yaitu imunitas humoral dan imunitas berperantara sel.
Imunitas tersebut diinduksi oleh berbagai jenis limfosit dan berfungsi untuk mengeleminasi
berbagai jenis mikroba.
- Imunitas humoral diproduksi oleh limfosit B dan dimediasi oleh molekul-molekul
dalam darah yang dikenal dengan sebutan antibodi. Limfosit B berasal dari sum sum
tulang dan menghasilkan sel plasma lalu menghasilkan antibodi. Sel B yang
dirangsang oleh benda akan berpoliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi ditemukan dalam humor (cairan) tubuh.
misalnya darah dan cairan limfa yang berfungsi mengikat bakteri dan racun bakteri,
serta menandai virus untuk dihancurkan lebih lanjut oleh sel darah putih. Antibodi
inilah yang melindungi tubuh kita dari virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya.
- Imunitas selular adalah respons imun terhadap antigen yang dimediasi oleh limfosit T
dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Telah banyak diketahui
bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara intra seluler, antara
lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibody. Untuk melawan
mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler, yang diperankan
oleh limfosit T
Interaksi antara respons imun seluler dengan humoral disebut dengan antibody dependent
cell mediated cytotoxicity (ADCC), karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibodi.
Dalam hal ini antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran, sehingga sel natural killer (NK),
yang mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibodi dapat melekat erat pada antigen
sasaran. Perlekatan sel NK pada kompleks antigen antibody tersebut mengakibatkan sel NK
dapat menghancurkan sel sasaran.
E. Mekanisme Sistem Imun Adaptif
Mekanisme sistem imun adaptif ini adalah dengan cara patogen mengecoh atau menekan
mekanisme sistem imun bawaan dengan mempertahankan infeksi yang telah dijangkitnya.
Respon imun adaptif diperankan oleh sel efektor dan molekul terkait pada hari keempat atau
kelima setelah infeksi awal. Setelah kadar antigen menurun ke bawah ambang batas sistem
imun adaptif, respon akan berhenti, namun antibodi dan memori imunologis akan tetap
bertahan dan memberikan perlindungan yang panjang untuk infeksi ulang yang dapat terjadi.
9
Dalam melakukan pertahanan tubuh, sistem pertahanan yang dilakukan oleh tubuh bekerja
bersama-sama. Sel B dan sel T bekerja sama untuk membentuk anti body dan menghancurkan
antigen yang masuk. Secara umum, mekanisme kerja sistem imun tubuh kita adalah sebagai
berikut; saat ada antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa
tipe sel bekerja sama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini
memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan
kepada suatu antigen spesifik. Contohnya Abila pernah terkena cacar maka biasanya individu
tersebut tidak terkena penyakit yang sama lagi atau misalnya terjangkit tidak akan memberikan
komplikasi yang fatal serta cepat pulih. Hal ini juga merupakan mekanisme bagaimana
imunisasi mencegah penyakit tertentu. Sebuah imunisasi mengenalkan tubuh terhadap antigen
dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh memproduksi
antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan penyakit tersebut di masa depan. Hal
ini memberikan makna adanya toleransi.
Terdapat sel B pengingat (memori), berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke
tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua. Adanya sel B
pengingat ini memberikan makna adanya kreativitas yang dikembangkan agar setiap ada
antigen yang masuk tidak harus dideteksi kembali dari awal tapi cukup mengenali berdasarkan
data yang sudah ada.
Setiap mekanisme sistem pertahanan tubuh bekerja secara terprogram dan spesifik sesuai
dengan job deskripsinya. Sel B dan sel T tidak pernah berebutan untuk menghancurkan antigen
yang masuk tetapi bekerja sesuai dengan mekanismenya masing-masing di mana sel B
berperan untuk menghasilkan anti body sementara sel T berperan menghancurkan musuh. Dari
sini dapat memberikan makna adanya disiplin sesuai dengan tugas pokok masing-masing.
F. Fungsi Respon Imun
Menurut pandangan modern respons imu memiliki tiga fungsi utama antara lain,
peratahanan, homeostatis dan pengawasan.
1. Pertahanan
Fungsi pertahanan berhubungan dengan pertahanan terhadap antigen eksternal
tubuh seperti invasi mikroorganisme dan parasit ke dalam tubuh. Terdapat dua
kemungkinan yang terjadi dari hasil ketidak cocokan antara dua pihak yang berhadapan
tersebut., yakni tubuh bisa bebas dari sesuatu yang mengakibatkan kerugian atau
sebaliknya, apabila terdapat pihak yang menyerang dan lebih kuat maka tubuh akan
menderita sakit,

10
2. Homeostatis
Fungsi homeostatis, telah memenuhi persyaratan umum dari semua organisme
multiseluler yang menghendaki terjadinya bentuk seragam dari setiap jenis sel tubuh.
Dalam upaya mencapai keseimbangan tersebut, terjadi proses degradasi dan
katabolisme yang normal sehingga elemen seluler yang telah rusak bisa dibersihkan
dari tubuh. Misalnya dalam proses pembersihan eritrosit dan leukosit yang telah habis
masa hidupnya.
3. Pengawasan
Fungsi pengawasan ini berhubungan dengan pengawasan yang terjadi di seluruh
bagian tubuh, terutama ditujukan guna memantau pengenalan terhadap sel-sel yang
telah berubah menjadi abnormal melalui sebuah proses mutasi. Sel bisa berubah secara
spontan atau dapat diinduksi oleh zat kimia tertentu, radiasi atau infeksi virus. Fungsi
pengawasan (surveillance) sistem kekebalan ini bertugas untuk mewaspadai dan
mengenali setiap perubahan dan kemudian dengan cepat membuang konfigurasi baru
timbul pada permukaan sel abnormal.
G. Pertahanan Imun Tubuh Spesifik (Pertahanan Adaptif)
Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi spesifik yang dikhususkan untuk antigen
tertentu. Antigen singkatan dari antibodi-generators, merupakan suatu molekul penanda yang
terdapat pada permukaan sel yang dapat merangsang produksi antibodi. Sedangkan antibodi
adalah protein plasma yang dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai respon terhadap
keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen tersebut.
Pertahanan spesifik dapat mengenal benda asing atau antigen yang sama pada pertemuan
berikutnya. Hal ini karena terdapat kemampuan mengingat kembali antigen tertentu dan dapat
diaplikasikan pada konsep imunisasi. Imunisasi adalah pemberian perlindungan pada tubuh
dari serangan penyakit dengan memberikan vaksin. Vaksin adalah suatu cairan yang berisi
bakteri atau virus yang telah dilemahkan atau dimatikan sehingga dapat menimbulkan
kekebalan (imunitas) oleh antibodi. Jika kekebalan muncul karena respon dari adanya infeksi
dan dapat sembuh, disebut kekebalan alamiah. Bila kekebalan timbul karena dibuat, contohnya
karena vaksin maka disebut kekebalan buatan. Jenis kekebalan dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu kekebalan aktif dan pasif.
1. Kekebalan aktif terjadi apabila tubuh berkontak langsung dengan toksin atau pathogen
sehingga mampu mengantibodinya sendiri. Kekebalan aktif didapat secara alami atau
buatan.

11
Contoh : Suntik dan Faksin
Kekebalan aktif alami diperoleh jika tubuh terpapar patogen sehingga antibodi
diproduksi. Kekebalan ini akan bertahan seumur hidup. Kekebalan aktif buatan
diperoleh karena pemberian vaksin. Dengan pemberian vaksin, memicu tumbuhnya
sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen yang diberikan dalam vaksin.

2. Kekebalan pasif terjadi jika antibodi satu dipindahkan kepada antibodi yang lain.
Terdapat dua kekebalan pasif diantaranya :

Contoh : Suntik dan Faksin Anti Bisa Ular


Kekebalan pasif alami diperoleh dari pemberian ASI Ibu kepada bayi sehingga bayi
memiliki sistem kekebalan sementara. Kekebalan pasif buatan diperoleh dari injeksi
antibodi manusia atau hewan lain yang tahan terhadap antigen tertentu. Contoh lainnya
adalah pada pemberian serum antibisa ular dan immunoglobulin lainnya dari orang
yang telah kebal. Hal ini hanya bertahan beberapa minggu.
H. Faktor Pengubah Mekanisme Imun
Mekanisme suatu imun dapat berubah, bukan hanya dari faktor genetik melainkan juga dari
faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme imun yakni, faktor
metabolik, lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur dan mikroba (Bellanti, 1985; Subowo
1993; Roiit dkk., 1993).
1. Faktor metabolik
Beberapa hormon dapat mempengaruhi respon imun tubuh, misal pada
keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya
tahan terhadap infeksi. Demikian juga pada orang-orang yang sedang mendapat
pengobatan dengan sediaan streoid ini sangat mudah mendapat infeksi bakteri
maupun virus. Steroid ini akan menghambat fagositosis, produksi antibodi dan
menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk ke dalam golongan
12
hormon sterooid, seperti andorgen, estrogen dan progesterone ini diduga sebagai
faktpr pengaruh terhadap respon imun. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan
jumlah penedirta antara laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakitn imun
tertentu.
2. Faktor lingkungan
Naiknya angka kedakitan penyakit infeksi ini sering terjadi pada masyarakat
yang taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi ini, mungkin
disebabkan oleh banyaknya penyakit atau hilangnya daya tahan tubuh yang
disebabkan oleh buruknya keadaan gizi dari seseorang tersebut.
3. Faktor gizi
Keadaan gizi seseorang sangatlah berpengaruh terhadap status imun
seseorang. Tubuh memburuhkan enam komponen dasar bahan makanan guna
pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh sepertim protein, lemak, vitamin,
mineral dan air. Kondisi gizi yang baik dan cukup ini berperan penting pada sistem
imun agar bekerja secara normal. Salah satu akibat yang timbul karena kurangnya
gizi seseorang adalah imunodefisiensi.
4. Faktor anatomi
Adanya kerusakan pada permukaan kulit atau pada selaput lender akan
memudahkan timbulnya suatu penyakit, karena garis pertahanan pertama dalam
menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat pada kulit dan selaput lender yang
melapisi bagian permukaan dalam tubuh. Struktur jaringan tersebut bertindak
sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif.
5. Faktor fisiologis
Getah lambung pada umumnya bisa menimbulkan suatu lingkungan yang
kurang menguntungkan untuk sebagian besar bakteri patogen. Begitu pula dengan
air kemih yang normal akan membilas saluran kemih singga menurunkan
kemungkinan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zat-
zat yang bersifat bakterisida. Yang mana semua hal itu menunjukkan bahwa faktor
fisiologis adalah faktor yang mempengaruhi mekanisme suatu imun.
6. Faktor umur
Perkembangan sistem imun dimulai semasa dalam kandungan yang
efektifitasnya diawali dari keadaan yang lemah dan meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur. Namun fungsi sistem imun pada usia lanjut akan mulai
menurun dibandingkan dengan orang yang lebih muda, walaupun tidak mengalami
gangguan pada sistem imunnya. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh
13
kemunduran biologik, yang berkaitan dengan menyusutnya kelenjar timus. Keadaan
ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan respon imun seluler dan hormonal.
Pada usia lanjut risiko timbulnya kelainan yang melibatkan sistem imun akan
bertambah, misal adanya risiko mendertita penyakit autoimun, penyakit keganasan,
sehingga mempermudah orang dengan usia lanjut terinfeksi oleh suatu penyakit.
7. Faktor mikroba
Adanya perkembangan koloni mikroba yang tidak berisfat patogen pada
permukaan tubuh, baik di dalam maupun di luar tubuh pasti akan mempengaruhi
suatu sistem imun. Misal, dibutuhkan untuk membantu produksi natural antibody,
flora normal yang tumbuh pada tubuh dapat membantu mengahambat adanya
pertumbuhan kuman yang bersifat patogen. Dan pengobatan antibiotika yang
dilakukan dengan prosedur yang tidak benar, dapat mematikan pertumbuhan flora
normal dan dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selain respon imun non spesifik, tubuh kita juga memiliki respon imun spesifik.
Jenis respon imun ini memiliki karakteristik yang khas, yaitu baru akan terbentuk setelah
adanya stimulasi antigen/patogen, atau dengan kata lain setelah terjadinya infeksi. Oleh
karena itu, respon imun ini bersifat sangat spesifik terhadap jenis patogen yang
menginfeksi, contohnya pada kejadian infeksi virus polio di dalam tubuh. Maka respon
imun spesifik yang terbentuk akan bersifat spesifik terhadap virus polio saja, tidak dapat
bekerja untuk patogen yang lain. Selain bersifat spesifik, respon imun ini juga dapat
bertahan lama di dalam tubuh, bahkan dapat menetap seumur hidup. Prinsip inilah yang
digunakan dalam proses vaksinasi.
B. Saran
Kita hidup berdampingan dengan virus, bakteri dan partikel partikel lainnya yang
mungkin dapat merugikan kita. Oleh karena itu imun berperan penting dalam menjaga
kesehatan tubuh kita. Entah itu imun non spesifik maupun spesifik. Disarankan agar kita
lebih waspada dan menjaga imun kita dengan cara mulai melakukan hidup sehat yang
mungkin sulit di lakukan untuk anak muda. Serta mempelajari lebih dalam seberapa
berpengaruhnya lingkungan dengan imun kita.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. L. (2018). Cellular and Molecular Immunologi. Philadelphia : Elsevier.


Dian Rahadianti, H. (2022). SISTEM IMUNITAS ALAMIAH DAN SISTEM IMUNITAS
ADAPTIF. Volume 2 No. 3 (Agustus 2022), 98-106.
Dorian J, P. (2018). Medical Genetics at a Glance. Blackwell Publishing.
Federika Kondororik, M. M. (2017). Peranan β-karotendalam Sistem Imun untuk Mencegah
Kanker. Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.1, April 2017, pp. 1-8, 1-8.
Sudiono, J. (2014). Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai