Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI


PRODI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
SEMESTER 2
DOSEN : dr. CHAIRULSYAH PUTRA, M.K.M
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

1. Sebutkan dan jelaskan tentang Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan di Indonesia dan Bagaimana
Upaya Kesehatan tersebut !
2. Sebutkan dan jelaskan apa saja permasalahan komunikasi antara Dokter dan Pasien di Rumah
Sakit !
3. Sebutkan dan jelaskan perbedaan Paternalistic Approach dengan Patient Centered Approach!
4. Sebutkan dan jelaskan tentang 6 Sasaran Keselamatan Pasien!
5. Sebutkan dan jelaskan tentang Pendidikan Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit !
Jawaban Pertanyaan :
1. Belum bisa
2. Permasalahan komunikasi antara dokter dan pasien di rumah sakit
Pelanggaran MKDKI seperti diketahui faktanya adalah 45% disebabkan oleh masalah komunikasi.
Issue yang ada bahwa dokter tidak mendengarkan, tak memberi informasi, kurang peduli, pasien
merasa ditinggalkan, perspektif pasien tak dimengerti. Kita ketahui bahwa kebutuhan dasar manusia
itu adalah dihargai, diperhatikan dan didengarkan. Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien
merupakan jenis komunikasi yang berlangsung secara transaksional, face to face, dan berlangsung
secara langsung. Komunikasi dokter dan pasien adalah hubungan yang berlangsung antara
dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di
ruang praktik perorangan, poliklinik, RS, dan Puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah kesehatan pasien. Jenis komunikasi ini melibatkan dua orang yang berbeda posisi, tidak
sukarela, isi pesan yang penting sehingga membutuhkan kerjasama yang baik. Komunikasi antara
dokter dan pasien adalah bentuk komunikasi kesehatan yang sifatnya interpersonal yang komplek.
Bentuk hubungan Komunikasi antara dokter dan pasien ditekankan pada terjadinya komunikasi efektif
antara dokter dan pasien dengan tujuan terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak, pengembangan
rencana perawatan, pilihan penyelesaian masalah, pengertian tentang penyakitnya, dan persetujuan
langkah-langkah dokter. Dokter yang baik adalah dokter berkomunikasi dengan pasien dan
menunjukkan sikap peduli, menjelaskan prosedur medis atau teknis dengan cara yang mudah-
dipahami dan mendengarkan dan meluangkan waktu untuk mengajukan pertanyaan. Dengan adanya
komunikasi yang efektif maka akan meningkatkan kepuasan pasien, kepercayaan pasien, keberhasilan
diagnosa, terapi atau tindakan medis, dan meningkatkan diri pasien terminal.
3. Perbedaan Paternalistic Approach dengan Patient Centered Approach
Paternalistic Approach adalah model kedokteran tradisional, dimana dokter membuat semua keputusan
ke model yang berpusat pada pasien, di mana pengambilan keputusan dibagi antara dokter dan pasien.
Paternalisme dalam tindakan medis dewasa ini menjadi problem karena penerapannya dalam
hubungan dokter-pasien cenderung mengorbankan salah satu prinsip penting dalam etika biomedis
yaitu prinsip otonomi (the principle of autonomy). Problem ini muncul seiring dengan kesadaran
manusia akan otonominya yang berhak menentukan diri sendiri (self/auto-determination). Dalam
hubungan dokter-pasien sikap paternalistis dinyatakan dalam sikap dokter yang tidak memberi
informasi yang dibutuhkan kepada pasien menyangkut tindakan medis yang hendak ditempuh
sehingga di sini tidak ada informed consent atau informed choice.
Sedangkan patient centred approach menekankan pentingnya memahami pengalaman pasien dari
penyakit mereka, serta faktor-faktor sosial dan psikologis yang relevan. Berarti dokter menggunakan
keterampilan mendengarkan aktif. Kunci sukses hubungan dokter dan pasien dan pengambilan
keputusan adalah mengakui bahwa pasien ahli juga. Dokter mungkin akan diberitahu tentang
penyebab penyakit, pilihan 12 pengobatan dan strategi pencegahan, tetapi hanya pasien tahu tentang
penyakitnya, keadaan sosial, kebiasaan, sikap terhadap resiko, nilai-nilai dan preferensi. Ada 4 Konsep
inti yang ada dalam konsep PCC (Patient Centered Care) dalam PFCC 2007, Benchmarking Project,
Executive Summary and Strategy Map yaitu : martabat dan respek, berbagi informasi, partisispasi, dan
kolaborasi.
4. Sasaran keselamatan pasien ada 6 yaitu :
A. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Secara umum tujuannya meningkatkan keselamatan pasien selama perawatan di RS melalui
implementasi standar Identifikasi Pasien dengan tepat dan benar. Hal ini untuk mengembangkan
pola pendekatan agar bisa meningkatkan atau memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien.
Aplikasinya seperti identifikasi sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan
tindakan lainnya. Salah satu pendukung poin ini adalah penggunaan gelang dan stiker tambahan
pada identitas pasien. Jika terjadi salah identifikasi maka akan salah pasien, salah tindakan, salah
terapi yang akan menyebabkan apsien cidera, citra buruk dan tuntutan. Identifikasi pasien
dilakukan secara verbal dengan menanyakan pertanyaan terbuka seperti nama dan tanggal lahir lalu
sesuaikan hasil identifikasi verbal dengan gelang identitas pasien dengan melihat (visual) nama,
tanggal lahir dan nomor rekam medis pasien.
B. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Secara umum tujuannya Untuk meningkatkan keselamatan pasien selama di rumah sakit melalui
implementasi sistem komunikasi yang efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi
dengan akurat, sehingga informasinya bisa diterapkan secara konsisten. Dalam penulisan pesan/
perintah lisan harus menghindari penggunaan singkatan, akronim, simbol yang berpotensi
menimbulkan kesalahan dalam penulisan pesan/ perintah lisan dan dokumentasi medis (misalnya
catatan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisik, pengkajian awal keperawatan, media
elektronik, dan sebagainya), Rumah Sakit mengembangkan sistem terkait dengan komunikasi antar
Profesional Pemberi Asuhan, Rumah Sakit mempunyai suatu kebijakan universal tentang
komunikasi, Memberikan pelatihan khusus bagi seluruh staf terkait pelayanan tentang komunikasi
yang efektif, Pastikan bahwa seluruh komunikasi di dalam rumah sakit adalah seragam, Jangan
lupa TBAK (Tulis Baca Konfirmasi) untuk seluruh perintah lisan via phone, Waktu untuk
konfirmasi sekurang-kurangnya adalah 1 x 24 jam.
C. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT ATAU HIGH ALERT YANG HARUS DIWASPADAI
Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan kepada pasien. Prosedur ini
berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label, penetapan lokasi dan penyimpanannya. Obat
yg Perlu diwaspadai obat yang sering menyebabkan KTD (Kejadian yang Tidak Diharapkan) atau
kejadian sentinel, Obat High Alert, dan NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/ LASA (Look
Alike Sound Alike).
D. KEPASTIAN TERHADAP LOKASI, PROSEDUR DAN PASIEN OPERASI
Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum mendapatkan tindakan operasi.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur,
dan tepat- pasien. Salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien pada operasi adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan Tidak Jarang Terjadi di Rumah Sakit, penyebabnya : komunikasi yang Tidak
Efektif/ tidak adekuat antara Anggota Tim Bedah, Kurang/ Tidak Melibatkan Pasien di Dalam
Penandaan Lokasi (Site Marking), Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi, Asesmen
Pasien Yang Tidak Adekuat, Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat, Budaya yang Tidak
Mendukung Komunikasi Terbuka Antar Anggota Tim Bedah, Tulisan/ Resep yang Tidak Terbaca
(Illegible Handwriting), Pemakaian Singkatan. Ruang lingkup identifikasi yaitu Identifikasi untuk
ketepatan pasien pra pembedahan di kamar operasi, Identifikasi untuk ketepatan dalam penandaan
lokasi pra pembedahan dan Identifikasi untuk ketepatan prosedur pembedahan di kamar operasi.

E. PENGURANGAN TERHADAP RISIKO INFEKSI SETELAH MENGGUNAKAN


PELAYANAN KESEHATAN
Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan infeksi sesuai dengan
pedomannya. Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan. Misalnya hand hygiene dengan tujuan untuk Untuk memutus
transmisi mikroba melalui tangan dan ntuk mencegah kolonisasi patogen. Penerapannya seperti 6
langkah mencuci tangan dan waktu untuk mencuci tangan.
F. PENGURANGAN RISIKO JATUH
Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah langkah untuk memastikan
pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua langkah akan diawasi untuk memastikan
keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko tersebut tidak akan menimpa pasien yang tengah
dirawatnya. Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari
cedera karena jatuh yaitu Melakukan asesmen (pengkajian) pasien risiko jatuh, Melakukan
pencegahan pasien jatuh, dan Melakukan penatalaksanaan pasien jatuh.

5. Pendidikan Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien
dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan
ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup inforrmasi sumber-sumber di
komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan serta bagaimana
akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan. Pendidikan Pasien dan Keluarga harus disampaikan
karena hal ini terkait kepada hak pasien dan keluarga dan pengetahuan sangat mempengaruhi
perubahan perilaku. Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit
yang dideritanya seperti: penyebab penyakit, cara penularannya (bila penyakit menular), cara
pencegahannya, proses engobatan yang tepat dan sebagainya. Apabila pasien dan keluarganya
memahami penyakit yang dideritanya diharapkan akan membatu mempercepat proses penyembuhan
dan tidak akan terserang oleh penyakit yang sama. Standarnya bahwa rumah sakit menyediakan
pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses
pelayanan. Pendidikan pasien dan keluarga termasuk topik berikut ini, terkait dengan pelayanan pasien
: penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat
dengan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi. Hasil wawancara yang
diperoleh oleh dokter dari penderita baik secara langsung yang disebut Auto-Anamnesis ataupun dari
orang-orang terdekat penderita yang jelas mengetahui tentang riwayat penyakit penderita yang disebut
pula Allo-Anamnesis. Hak Pasien dan Keluarga adalah kewenangan atau sesuatu hal yang harus
didapatkan oleh pasien dan keluarga dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini dapat
diberikan oleh Dokter (Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP), Dokter Operator, Dokter Umum),
Perawat, Recepsionist atau Pendaftaran. Pendidikan pasien dan keluarga berguna sebagai :
a. Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien. Dalam proses penyembuhan penyakit,
bukan hanya faktor obat saja, tetapi faktor psikologis dari pasien, terutama penyakit tidak
menular seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jiwa dan sebagainya,
faktor psikologis sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan psikososial ini maka peran
keluarga sangat penting. Oleh karena itu promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga
pasien.
b. Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit. Dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada
keluarga pasien mereka akan mengerahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh pasien
(anggota keluarganya), cara penularannya, dan cara pencegahannya. Keluarga pasien tentu akan
berusaha utnuk menghindari agar tidak terkena atau tertular penyakit seperti yang diderita oleh
anggota keluarga yang sakit tersebut,
c. Membantu agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain Keluarga pasien yang telah
memperoleh pengetahuan dan cara-cara penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat
membantu pasien atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada orang
lain, terutama kepada orang lain, terutama kepada tetangga atau teman dekatnya
Selain berguna bagi pasien dan keluarga juga berguna bagi rumah sakit itu sendiri yaitu
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
b. Meningkatkan citra rumah sakit. Penerapan promosi Kesehatan di rumah sakit
diwujudkan dalam memberikan informasi-informasi tentang berbagai masalah kesehatan
atau penyakit dengan masing-masing jenis pelayanannya. Di masing-masing titik
pelayanan rumah sakit disediakan atau diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan proses penyembuhan pasien. Di tempat loket pendaftaran, di ruang tunggu di
tempat pemeriksaan, di tempat pengambilan obat, di ruang perawatan dan sebagainya,
selalu dilakukan penjelasan atau pemberian informasi terkait dengan apa yang harus
diketahui dan dilakukan oleh pasien.
c. Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR) Dari pengalaman di rumah sakit yang
telah melaksanakan promosi kesehatan, menyatakan bahwa kesembuhan pasien lebih
pendek dari sebelumnya. Hal ini berarti dapat memperpendek hari rawat pasien, yang
akhirnya membawa dampak bahwa rumah sakit bersangkutan baik karena pasien yang
dirawat cepat sembuh

Anda mungkin juga menyukai