Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994).
Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (1995) komunikasi terapeutik merupakan cara
untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi


antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk
hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat
diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier
et.al, 2000).

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada


komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk
komunikasi. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan
makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi terapeutik yang baik pada tahap pengkajian ?


2. Bagaimana langkan yang baik melaukan pengkajian pada pasien ?
3. Apa saja yang dilakukan perawat dalam komunikasi terapeutik tahap pengkajian ?
4. Apa saja yang perlu ditanyakan dalam pengkajian ?
5. Bagaimana contoh komunikasi terapeutik pada tahap pengkajian ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
membaca dan mempelajari tentang komunikasi terapeutik pada tahap pengkajian.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan
2. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Komunikasi Keperawatan
3. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa perawat dan masyarakat umum
4. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik yang benar pada tahap pengkajian
5. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang komunikasi
terapeutik pada tahap pengkajian.

1
6. Dapat menjadi inspirasi kita dalam praktik keperawatan
7. Menjadi dasar bagi mahasiswa keperawatan
8. Untuk puskesmas, rumah sakit, posyandu dan lain- lain, makalah ini sangatlah
bermanfaat karena lingkungan merupakan hal yang harus di perhatikan dalam
perawatan pasien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Sebagai Proses Keperawatan Pada Tahap Pengkajian

Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses keperawatan. Bahkan,
komunikasi merupakan salah satu barometer sukses dan tidaknya proses keperawatan.
Seorang perawat mustahil bisa menempuh proses keperawatan apabila tidak mampu
membina dan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien.
Lebih dari hal tersebut, perawat diharuskan mampu membina dan menjalin komunikasi
yang baik kepada keluarga pasien, orang terdekat atau yang berpengaruh terhadap pasien,
serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Maka upaya guna menciptakan komunikasi yang baik
bagi perawat tidak hanya fokus dalam hal berbicara kepada pasien, tetapi juga dengan
keluarga atau orang terdekat dan berpengaruh bagi pasien.
Sederhanya, komunikasi yang baik akan menjadi faktor yang sangat penting bagi
keberhasilan proses keperawatan dimana dalam hal ini mencakup beberapa hal tersebut:
1. Tahap pengkajian
2. Tahap perumusan diagnosis
3. Tahap perencanaan
4. Tahap realisasi
5. Tahap evaluasi
Beberapa tahapan proses keperawatan tersebut tidak bisa terlepas dari upaya menciptakan
komunikasi yang baik bagi seseorang perawat dalam menjalankan tugasnya. Adapun dalam
makalah ini kami akan menjelaskan tentang komunikasi terapeutik pada tahap pengkajian.
Tahap pengkajian merupakan tahapan awal bagi seseorang perawat dalam menjalankan
tugas keperawatannya. Dalam tahap ini, perawat pengumpulkan data yang terkait dengan
pasien. Proses pengumpulan data tersebut melalaui beberapa tahapan, diantaranya:
1. Wawancara (anamnesis)
a. Auto anamnesa (mengambil informasi langsung dari pasien)
b. Allo anamnesa (mengambil informasi dari orang terdekat pasien atau
keluarga pasien)
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan diagnostik (laboratorium, foto dan lain sebainya)
4. Informasi atau catatan dari tenaga kesehatan lainnya

3
5. Informasi atau catatan dari keluarga atau orang terdekat bagi pasien.
Hampir bisa dipastikan bahwa dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh
perawat terhadap pasien tidak bisa terlepas dari komunikasi, baik secara langsung
( verbal atau tertulis) maupun tidak langsung (non verbal). Dalam hal ini, kemampuan
berkomunikasi yang dimiliki oleh perawat akan menjadi faktor yang sangat menentukan
dalam hal kelengkapan data yang bisa diperoleh.
Di sisi lain, perawat juga dituntut untuk cerdas dan cakap dalam mengenali sekaligus
memahami keberadaan pasien. Langkah pertama yang harus ditempuh oleh seorang
perawat adalah mempelajari keberadaan pasien, berkenaan dengan kemampuan mereka
dalam komunikasi sekaligus kendala yang dimiliki. Penting bagi seorang perawat benar –
benar memperhatikan bahwa semua itu dilakukan guna menciptakan kelancaran
berkomunikasi dengan pasien.
Menurut beberapa pakar, disebutkan bahwa terdapat beberapa bentuk kendala yang
biasa dimiliki oleh pasien dalam hal berkomunikasi, yaitu :
1. Language deficits
2. Sensory defisits
3. Cognitive impairments
4. Structural deficits
5. Paralysis
Beberapa bentuk hambatan tersebut harus diperhatikan oleh seseorang perawat dalam
melakukan proses pengumpulan data.
Kendala yang biasa dimiliki oleh pasien :
1. Language deficits (keterbatasan bahasa)
Perawat harus memahami batasan kemampuan bahasa pasien. Kemudian, hasil
pemahaman yang diperoleh dijadikan pijakan guna menentukan penggunaan bahasa
yang bisa dipahami dan dicerna oleh pasien, karena bahasa sangat mempengaruhi
persepsi dan interpretasi.
2. Sensory defisits (keterbatasan kemampuan)
Perawat harus memahami kemampuan pasien dalsm hsl mendengarkan atau
menangkap pesan. Perawat harus benar – benar memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Apakah pasien memiliki gangguan dalam hal mendengarkan?
b. Apakah pasien memiliki gangguan dalam hal melihat raut muka dan bibir lawan
bicaranya?

4
c. Apakah pasien menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non verbal?
3. Cognitive impairments
Perawat harus memahami kerusakan yang dapat melemahkan fungsi kognitif pasien.
Semisal, seorang perawat sedang dihadapkan dengan seorang pasien yang menderita
tumor otak, dimana penyakit tersebut bisa mempengaruhi kemampuan dalam hal
memahami. Untuk itu, perawat harus memahami beberapa hal berikut :
a. Apakah pasien memberikan respons saat diajukan pertanyaan, baik secara verbal
maupun nonverbal?
b. Apakah pasien bisa mengungkapkan kata atau kalimat secara tepat dan benar?
c. Apakah pasien mampu mengingat dengan baik dan benar?
4. Structural deficits
Perawat harus memperhatikan mengenai kondisi organ pasien, seperti ada atau
tidaknya gangguan pada struktur tubuh pasien, utamanya yang berhubungan dengan
tempat keluarnya suara, semisal wilayah hidung atau bibir. Tentunya, hal ini akan
berpengaruh dalam hal komunikasi.
5. Paralysis
Gangguan ini berkenaan dengan kelemahan saraf. Untuk itu, perawat harus
memperhatikan kemampuan nonverbal yang dimiliki oleh pasien, yang dapat
ditunjukkan melalui pemberian informasi.
Tentunya, beberapa hambatan yang sudah disebutkan harus jadi pegangan bagi
seorang perawat dalam rangka pengumpulan data.

2.1.1 Langkah Melakukan Pengkajian Yang Baik Pada Pasien

Pengkajian data dasar dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan


pemeriksaan fisik, psikologi serta data penunjang adalah pemeriksaan
laboratorium. Validasi data dilakukan dengan data objektif dan subjektif. Data
subjektif adalah deskripsi verbal klien mengenai masalah kesehatannya sedangkan
data objektif adalah hasil observasi/ pengukuran berdasarkan standard yang telah
diketahui dari status klien. Masalah yang dihadapi pasien diidentifikasi dengan
membandingkan keadaan klien dengan keadaan normal. Setelah data
dikumpulkan, divalidasi selanjutnya dilakukan identifikasi pola/masalah. Melalui
identifikasi masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan dan
penyebabnya yang dapat diselesaikan melalui tindakan keperawatan. analisis data

5
sebagai data dasar untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
Tujuan pengkajian adalah menyusun data dasar. Data yang dikumpulkan
berguna untuk menentukan aktivitas keperawatan dan juga sebagai sumber data
bagi profesi yang lain. Pertukaran data antar profesi sangat penting dalam
peningkatan kualitas dan keabsahan pelayanan kesehatan. Perawat sering
mengutamakan pengkajian fisiologis dan mengabaikan fsikologis, sosiobudaya,
perkembangan, spiritual dan interaksi. Dari kelima area pengkajian tersebut sangat
diperlukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien serta dalam
membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat, 2002).

2.1.2 Hal-hal Yang Dilakukan Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik Tahap


Pengkajian
Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
– Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.

– Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.

– Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.

– Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.

– Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan


bisa realistik.

– Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.

– Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang


dibutuhkan.

2.1.3 Hal-hal Yang Perlu Difokuskan Pada Pasien Saat Pengkajian

Tujuan dari pengkajian adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada
pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.

.>. Jenis data antara lain:

Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.

Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.

6
>. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang


 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2.1.4 Contoh Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Pengkajian

1. METODE WAWANCARA/ AUTO ANAMNESA


Contoh percakapan autoanamnesa kepada pasien :
Perawat : selamat siang mbak,,,
pasien : siang sus,,
perawat : perkenalkan saya perawat nisa yang bertugas pada siang hari ini, ok mbak ,, boleh
saya tau dengan mbak siapa?
Pasien : dengan mbak tini
perawat : Alamatnya dimana mbak?
Pasien : di desa jati no2 banyu manik, semarang
perawat : Mbak tini umurnya berapa?
Pasien : Umur saya 18 tahun
perwat : Sekarang mbak tini sekolah kelas berapa?
Pasien : Saya kelas 3 SMA mbak.
Perawat : Mbak tini datang ke rumah sakit dengan siapa?
Pasien : Dengan ibu saya sus, tapi ibu saya sedang keluar sus.
perawat : Apa yang memebawa mbak tini datang ke rumah sakit?
Pasien : Ini sus saya dari kemarin sakit pada perut sus,,
perawat : Kira- kira mbak tau penyebabnya apa?
Pasien : Saya kemarin makan makanan yang pedas dan asam sus.
perawat : Sakitnya di perut sebelah mana mbak? Apakah sakitnya menyebar atau di satu
daerah?
Pasien : Tidak sus, hanya dibagian bawah ulu hati sus,,
perawat : Bila saya memberikan skala nyeri 1- 10 , dengan 1-3 nyeri biasa 4-6 nyeri sedang
7-10 nyeri berat.
pasien : Skala 6 sus.
perawat : Rasanya seperti apa mbak?
Pasien : Seperti di remas remas sus
perawat : Kapan keluhan nyeri dirasakan mbak?
Pasien : Kemarin sus.
perawat : Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan mbak?
Pasien : Sewaktu waktu mbak, kadang tiba-tiba nyeri sus
perawat : Biasanya untuk mengurangi rasa nyeri, apa yang mbak lakukan? Misal
dibiarkan,atau minum obat atau tidur sebentar?
Pasien : Tiduran sus, biasanya kalau saya tidur bangunya sudah tidak merasakan nyeri lagi
sus.
Perawat : ok mbak terimakasih atas kerja sama nya.

7
2. METODE WAWANCARA /ALLO ANAMNESA

Contoh percakapan alloanamnesa dengan keluarga pasien :


Perawat : Selamat siang bu?
Keluarga : Siang sus.
perawat : Benar ini dengan wali dari mbak tini?
Keluarga : Benar sus, saya ibu dari pasien tini.
Perawat : Kalau boleh tahu siapa nama ibu?
Keluarga : Nama saya ibu Susi .
Perawat : Baiklah Ibu, untuk kelancaran pemeriksaan saya membutuhkan informasi
tentang mbak Tini. Mohon kerjasamanya demi kelancaran pemeriksaan ya bu.
Keluarga : Baiklah Sus.
Perawat : Menurut penjelasan dari mbak tini, mbak tini mengalami sakit pada bagian
perutnya?
Keluarga :Benar sus, anak saya mengeluh sakit pada perutnya semenjak kemarin sesudah
pulang dari sekolah.
Perawat : Jadi sejak kemarin ya bu, sakit perut sepulang sekolah kira-kira anak ibu sakit
perut karena apa?
Keluarga : Kemarin sempat saya tanya, katanya dia makan bakso dan es di kantin sekolah.
Perawat : Apa yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi sakit perutnya? Apakah ibu
memberinya obat ?
Keluarga : iya sus.
Perawat : Apakah mbak tini sebelumnya memiliki riwayat penyakit yang berhubungan
dengan sakit perut?
Keluarga : oh iya sus, dia itu sebenarnya punya maag.
Perawat : Begitu ya bu, sejak kapan mbak tini terkena maag?
Keluarga : Sejak masih kecil, kira-kira waktu kelas 4 SD.
Perawat : Dulu mbak tini pernah dirawat di rumah sakit tidak bu, gara- gara maag?
Keluarga : Tidak sus, hanya periksa ke dokter dan di beri obat.
Perawat : Baiklah ibu, saya rasa data yang saya perlukan sudah cukup, apabila ada data yang
masih saya perlukan saya akan menghubungi ibu lagi. Terimakasih atas kerjasamanya bu.
Keluarga : baik sus.

8
BAB III
PENUTUP

2.2 Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat dalam
proses keperawatan merupakan salah satu fakor keberhasilan dalam melaksanakan
proses keperawatan yang meliputi : tahap pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses keperawatan adalah metode
sistematik dimana secara langsung perawat bersama klien mengidentifikasi dan
menentukan masalah, merencanakan dan melaksanakan tindakan, serta mengevaluasi
keberhasilan tindakan yang dilakukan kepada klien. Sebaiknya aturan komunikasi
dalam proses keperawatan yang telah ditetapkan dijalankan dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan prosedurnya dan mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri
dalam mengumpulkan, memadukan, menyamakan, menyalurkan informasi dalam
pelayanan kesehatan dan meningkatkan kinerja dalam mewujudkan komunikasi yang
asekuat sehingga mampu menjadi mahasiswa yang profesional dalam berkomunikasi
secara verbal maupun non verbal serta diharapkan memiliki pemahaman yang
mendalam tentang tahap-tahap proses keperawatan dalam komunikasi proses
keperawatan.

A. Saran

Sebaiknya aturan komunikasi dalam proses keperawatan yang telah ditetapkan


dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prosedurnya dan mahasiswa
diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengumpulkan, memadukan,
menyamakan, menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan dan meningkatkan
kinerja dalam mewujudkan komunikasi yang asekuat sehingga mampu menjadi
mahasiswa yang profesional dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal
serta diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang tahap-tahap proses
keperawatan dalam komunikasi proses keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://roby-murora.blogspot.com/2012/05/makalah-komunikasi-dalam-proses.html
https://wijanarkosite.wordpress.com/2016/01/01/makalah-komunikasi-terapeutik/
https://www.dictio.id/t/apa-saja-pengkajian-yang-harus-dilakukan-oleh-
perawat/6347/2
https://nuninkwoowh.blogspot.com/2015/04/pengkjian-dalam-kepperawatan.html
http://aryuliasunarti.blogspot.com/2010/04/komunikasi-dan-pengkajian-
kesehatan.html
http://ilmupengetahuandisekitarkita.blogspot.com/2010/10/pengkajian-
keperawatan.html

10

Anda mungkin juga menyukai