Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Disusun Oleh
Ismiyati Tanjung
2016730053

Pembimbing
dr. Nur Hakim Basuki, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PSIKIATRI


RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya saya
dapat menyelesaikan Tugas Referat tentang “Tatalaksana Skizofrenia”.

Sholawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang
modern ini dan selalu menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta alam di muka
bumi.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas referat yang menjadi
tugas kepaniteraan klinik stase psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.

Disamping itu, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama pembuatan tugas referat ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan
referat ini.

Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima apabila ada saran dan kritik yang
membangun.

Penulis,
Jakarta, Juni 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................2
A. Latar Belakang............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................2
A. Pemeriksaan Psikiatri.................................................................................................................2
B. Prosedur pemeriksaan.................................................................................................................2
C. Pemeriksaan Status Mental........................................................................................................2
BAB III SIMPULAN...........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan psikiatri berbeda dengan pemeriksaan pemeriksaan medis umum lainnya
karena pasien tidak sepenuhnya memiliki kemampuan untuk menyadari adanya
gangguan psikiatri dan bahkan pasien datang dengan beberapa keluhan somatic/fisik.
Pada pemeriksaan psikiatri perlu adanya wawancara psikiatrik yang bertujuan untuk
untuk tujuan diagnostic dan/ atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan pengaruh
dokter terhadap pasien melainkan juga sebaliknya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Psikiatri
Pemeriksaan psikiatri lengkap berbeda dari pemeriksaan medic umum, dalam hal
perhatian khusus yang diarahkan pada menifestasi fungsi ental, emosional, dan perilaku.
Pemeriksaan dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan
psikopatologik pasien (status psikiatrikus).

Kerangka umum pemeriksaan lengkap terdiri atas:

1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination)


a. Anamnesis-keluhan tentang gangguan sekarang dan laporan pasien mengenai
perkembangan keluhannya itu, serta riwayat situasi hidup pasien
b. Keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari pihak keluarga atau orang-orang
lain yang mengenalnya
2. Pemmeriksaan langsung (direct examination)
a. Pemeriksaan fisik-terutama status internus dan neurologic
b. Pemeriksaan khusus psikik
i. Penampilan umum
ii. Bidang emosi, afek (emotion affect)
iii. Bidang pikiran/ideasi (thought/ideation)
iv. Bidang motoric/perilaku (motor action/behaviour)
3. Pemeriksaan tambahan, yang dilakukan apabila ada alas an khusus untuk
melaksanakan pemeriksaan seperti uji psikologik, elektroensefalografi, foto sinar
tembus, CT scan, pemeriksaan zat kimia tubh (hormone), dan lain-lain.

Inti prosedur pemeriksaan psikiatrik adalah pemeriksaan khusus psikik, yaitu


penampilan umum, bidang emosi-afek, pikiran-ideasi, motoric-perilaku, selanjutnya
evaluasi daa yang diperoleh harus dibuat dalam konteks keseluruhan data yang
dihasilkan dari pemeriksaan lengkap.

Data khusus psikiatrik yaitu dihasilkan dari suatu pemeriksaan psikiatrik ialah data
perihal fungsi kejiwaan, yang diperoleh melalui observasi penampilan dan perilaku
pasien, pengamatan interaksi antara dokter dan pasien, pengamatan interaksi antara
pasien dengan lingkungannya, dan pemahaman humanistic sang dokter mengenai
pasiennya. Alat emeriksaan psikiatrik adalah kepribadian dokter sendiri. Pemeriksaan ini
diarahkan, dan data diungkapkan dalam pembicaraan antara dokter dan pasien, yang
disebut wawancara psikiatrik.

Wawancara merupakan teknik yang diterapkan oleh dokter terhadap pasien untuk
tujuan diagnostic dan/ atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan pengaruh dokter
terhadap pasien melainkan juga sebaliknya. Disadari atau tidak, seorang dokter akan
terpengaruh pula oleh sikap dan perkataan pasien; hal ini akan tercermin dalam sikap,
perkataan, dan perasaan dokter. Dipicu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya
(belum lagi dipacu oleh kehidupan fantasinya sendiri), dokter dapat menjadi tegang,
tenang, kuartir, santai, tertutup, terbuka, bosan, kesal, sedih, malu, tersinggung, dll; hal
ini turut menentukan apa yang dikatakan seorang dokter terhadap pasiennya (atau tidak
dikatakannya), dan bagaimana dokter mengatakannya. Dokter perlu belajar untuk
memantau perasaan-perasaan relative tersebut, agar ucapan-ucapannya kepada pasien
sedapat-dapatnya beralasan professional dan sesedikit mungkin tercampur dengan unsur-
unsur yang berasal dari respons emosional subjektifnya sendiri.

Riwayat psikiatrik

Ialah catatan tentang riwayat penyakit, riwayat gangguan jiwa, serta riwayat hidup
pasien yang diperlukan untuk memahami apa pasien sebenarnya, darimana pasien berasal
dan kira-kira akan ke arah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Riwayat ini
didapatkan selama wawancara psikiatrik, diceritakan oleh pasien dari sudut pandang
pasien sendiri. Hal-hal yang ditelusuri dalam pengumpulan keterangan tentang riwayat
penyakit adalah data konkrit tentang kronolhi gejala atau gangguan yang dialami pasien,
riwayat tentang gangguan psikiatrik dan riwayat medis, ciri-ciri kepribadian termasuk
kekuatan dan kelemahan pasien, hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat
dengannya di masa sekarang dan masa lampau, serta riwayat perkembangan pasien.
Teknik yang paling penting dalam wawancara psikiatrik adalah dengan membiarkan
pasien bicara dengan perkataannya sendiri, sesuai dengan urutan yang dirasakannya
penting. Terapis perlu cukup sensitif untuk mendeteksi hal-hal bermakna yang ingin
disampaikan pasien. Terapis harus terampil untuk bertanya dan menelusuri lebih lanjut
tentang hal-hal bermakna yang diungkapkan pasien baik yang tersurat maupun yang
tersirat dalam menceritakan riwayat psikiatrik dan status mentalnya.
B. Prosedur pemeriksaan
Pemeriksaan psikiatrik dilakukan untuk memeroleh gambaran menyeluruh mengenai
pasien sebagai pribadi, jiwa dan raga tak terpisahkan, bukan semata-mata untuk
menentukan “keadaan jiwanya” atau “apa penyakit jiwanya”. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang pemeriksa agar dapat memberikan penatalaksanaan psikiatrik
adalah:

1. Memiliki pengertian yang jelas mengenai data-data yang diperlukan untuk memahami
kasus yang dihadapi
2. Sanggup melaksanakan pemeriksaan secara berkesinambungan dan arah tujuan
3. Menghadapi pasien dengan keikhlasan dan minat untuk menolong
4. Kesediaan untuk mencurahkan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk meletakkan
hubungan yang baik untuk mengatasi persoalan yang dihadapi pasien (demi
keberhasilan terapi)

Pemeriksa membuka percakapan wawancara dengan perkenalan yang dilanjutkan


dengan masa anamnesis yang terdiri atas keluhan utama, hal mengenai penyakit saat ini,
riwayat lampau, dan riwayat keluarga. Garis besar riwayat psikiatrik yang perlu
didapatkan dalam pemeriksaan adalah:

I. Data pribadi
II. Keluhan utama
III. Riwayat gangguan sekarang
a. Awitan
b. Faktor presipitasi / pencetus
IV. Penyakit / gangguan sebelumnya
a. Psikiatrik
b. Medic
c. Penggunaan zat
V. Riwayat hidup
a. Prenatal dan Perinatal
b. Masa Kanak Awal (sampai 3 tahun)
c. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
d. Masa Remaja
e. Masa Dewasa
i. Riwayat pekerjaan, perkawinan / berpasangan / pacaran
ii. Riwayat pendidikan
iii. Riwayat militer
iv. Riwayat agama / kehidupan beragama
v. Aktivitas social & situasi kehidupan sekarang
vi. Riwayat pelanggaran hukum
f. Riwayat Psikososial
g. Riwayat Keluarga
h. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
I. Data Pribadi

Perlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa, dan agama, dan data
lainnya yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini. Catat pula tempat dan
situasi saat dilakukan wawancara terhadap pasien, sumber informasi, dan apakah
gangguan yang dialami pasien adalah gangguan yang pertama kali dialami pasien. Perlu
pula diketahui apakah pasien dating sendiri, dibawa oleh anggota keluarga atau
dikonsultasikan oleh sejawat.

II. Keluhan Utama

Pertanyaan pembuka dapat diberikan seperti: “Bagaimana saya bisa menolong


saudara?”, “Gangguan kesehatan apa yang saudara alami?”, “Silahkan menceritakan apa
yang meresahkan saudara?”. Pada umumnya pembukaan seperti ini akan memacu pasien
untuk berbicara lebih bebas yang menghasilkan keterangan yang jauh lebih bermakna
dibandingkan dengan suatu prosedur tanya jawab yang formal. Pasien dibiarkan untuk
menceritakan segalanya dengan gaya dan caranya sendiri. Kekurangan dan data yang
rinci dapat dilengkapi dan diisi kemmudian dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut.
Keluhan utama dapat bersifat kabr seperti: “perasaan tegang, ragu, firasat yang aneh”,
serta dapat pula tegas dan mencolok, misalnya: pasien menyatakan bahwa ada orang-
orang yang jahat berkomplot untuk membunuhnya. Seringkali pasien mengemukakan
sejumlah gejala somatic, sakit kepala, sakit pinggang, mual, muntah, sesak nafas. Pada
saat itu pemeriksa tentu tidak dapat mengetahui sampai dimana gejala-gejala ini
berhubungan dengan kelainan organic atau merupakan reaksi atas situasi hidup
(pekerjaan, perkawinan, dll), atau berakar pada konflik emosional yang mendalam pada
masa awal kehidupannya. Ada pula pasien yang tidak mengemukakan keluhan tertentu
atau mengatakan tidak menderita apa-apa, rupanya ia puas dengan kehidupan fantasinya
tetapi keluhan dating dari pihak keluarga, sahabat, kerabat lain yang khawatir tentang
perilaku pasien. Bila pasien tidak berbicara, deskripsikan keadaan yang dijumpai saat
wawancara.

III. Riwayat Gangguan Sekarang

Pada pasien kooperatif hendaknya pasien bercerita menurut caranya sendiri dan baru
kemudian dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan pertanyaan-pertanyaan khusus.
Penting ditanyakan keterangan mengenai sifat dan situasi pada awal (awitan) timbulnya
penyakit. Pada umumnya, prognosis lebih baik bagi kelainan yang akut dan dramatic,
dibandingkan dengan kelainan yang berkembangan lambat laun atau kelainan yang pada
awalnya hampir tidak ketahuan. Keterangan perihal penyakit sekarang hendaknya
memberi kepada pemeriksa suatu gambaran tentan awal dan perkembangan penyakitnya,
riwayat keluhannya sekarang secara kronologis dan menyeluruh, awitan dan faktor
prespitasi, alasan berobat. Perlu pula dinilai faktor lingkungan hidup menjelang awitan
gejala atau perubahan perilaku, perkembangan gejala atau peribahan perilaku,
perkembangan gejala, termasuk gejala yang tidak ada, latar belakang kepribadian,
prespitasi dimasa lampau. Eksplorasi pula kemungkinan adanya gejala psikofisiologis,
kaitan timbal balik antara gejala atau faktor psikologis dan gejala fisik, keuntungan
sekunder, serta kecemasan dan sifatnya.

IV. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami pasien dari lingkungan
luar maupun dari dalam dirinya, dan reaksi-reaksinya terhadap. Riwayat lampau
meliputi:

Kelahiran dan tumbuh kembang

Riwayat kesehatan

Riwayat sekolah atau pendidikan

Riwayat pekerjaan

Minat, kebiadaan (interest, habits)


Kejadian penyakit seperti ini sebelumnya

Perkembangan seksual

Perkawinan

Riwayat Gangguan Psikiatrik

Episode terdahulu, gejala, derajat fungsional, terapi, lama gangguan, kepatuhan terapi
perhatia khusus pada episode pertama

Riwayat Gangguan Medik

Penyakit medic, bedah, trauma yang memerlukan perawatan trauma kepala, penyakit
neurologis, tumor, kejang, gangguan kesadaraan, infeksi, HIV, sifilis, gangguan
psikosomatik

Penggunaan Zat Psikoaktif

Stimulant, alcohol, morfin dll

V. Riwayat Hidup

Prenatal dan perinatal

Data yang perlu dicatat adalah kehamilan direncanakan atau tidak, bagaimana proses
kelahiran, cedera lahir kesehatan ibu selama kehamilan, kondisi emosi ibu sewaktu
melahirkan, dan penggunaan obat oleh ibu sewaktu kehamilan.

Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Kualitas interaksi ibu-anak termasuk “toilet training”, ada tidak problem anak,
deprivasi maternal, atau gangguan perkembangan (a.l: gangguan pola tidur, “body
rocking”, sering membenturkan kepala), gangguan jiwa pada orang tua, siapa tokoh
orang tua, hubungan dengan saudara. Apakah sifat masa kanak: pemalu, gelisah,
hiperaktif, akrab, atletis, aktif, pasif. Bagaimana pola permainan dengan anak lain, pola
pemberian makanan pola perkembangan awal, toilet training. Gejala gangguan tingkah
laku, sifat semasa anak, mimpi, dan fantasi yang berulang

Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)

Identifikasi gender, hukuman, disiplin, masuk sekolah, perasaan saat perpisaha


dengan ibu, perkawanan, partisipasi dalam aktivitas sekolah, taat atau tidak pada
peraturan, impulsivitas, agresivitas, pasif-aktif, perilaku antisosial, perkembangan
membaca, intelektual dan motoric, gangguan belajar, mimpi buruk, fobia, ngompol, main
api, kejam pada binatang, dan masturbasi berlebih.

Masa kanak akhir dan remaja

Tokoh idola (orang tua, orang lain), niali kelompok social pasien, citra diri idealnya,
riwayat sekolah, hubungan dengan guru, minat bidang pelajaran seolah dan di luar
sekolah, olahraga, hobi, identitas dan citra diri, penggunaan zat, aktivitas seksual dan
hubungan seksual, rasa rendah atau benci diri, pikiran bunuh diri, problem di sekolah,
bolos, penggunaan waktu senggang, hubungan dengan orang tua, perasaan terhadap
perkembangan alat kelamin sekunder , menarche sikap pacaran, seks, perkembangan
kognitif, problem emosional dan fisik. Seksualitas: awal pengetahuan tentang sex, sikap
orang tua, pencederaan seks, pubertas, awitan, dan perasaannya, sikap terhadap lawan
jenis dan sesame jenis, praktek seks, orientas seksual (heteroseksual, biseksual,
homoseksual)

Masa dewasa

Riwayat pekerjaan

Jenis pekerjaan, konflik, ambisi perasaan terhadap pekerjaan sika terhadap teman
sejawat, atasan, riwayat pekerjaan

Riwayat perkawinan

Lamanya, sifat, konflik, perceraian, keakraban, cekcok, harapan terhadap pasangan,


aspek psoitif dan negative dari perkawinannya, ekgagalan perkawinan masa lalu,
keberhasilannya, sikap terhadap kemampuannya

Agama

Latar belakang agama, pendidikan, sikap terhadap agamanya dan agama lain, konflik
dalam pendidikan agama, aktivitas keagamaan, pandangan agamanya terhadap gangguan
jiwa, bunuh diri, moral keagamaan. Apakah ia seorang: “moralis”, yaitu orang yang
menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinanannya, ataukah ia seorang “moralizer”,
yaitu orang yang menggunakan nilai agamanya untuk menilai atau menghakimi nilai
agama atau perilaku orang lain (seringkali disertai rasa diri sendiri yang paling benar
atau suci)

Riwayat militer (kalau ada)

Kemampuan adaptasi, disiplin, cedera

Aktivitas social

Hubungan social dan sifat, perkawanan dengan lawan jenis dan sejenis, apa yang
dicari dalam perkawanan, sifat terasing, antisosial, rasa takut, cemas bergaul, teman
akrab

Situasi kehidupan sekarang

Rumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal serumah, pengaturan tempat tidur,
privacy, sumber keuangan, dana bila pasien dirawat, siapa yang menjaga anak

Riwayat hukum

Pernah ditangkap, riwayat tindak kejahatan, sikap terhadap hukum, riwayat tindak
kekerasan

VI. Riwayat psikososial

Awal pengetahuan tentang seks, sikap orag tua, riwayat pencederaan / pelecehan seks,
awitan pubertas, perasaannya, masturbasi, perasaannya, sikap terhadap seks (malu, takut,
suka membual, agresif) orientasi seksual (hetero-, bi-, atau homoseksual), problem
seksual, paraphilia, sikap terhadap pelbagi / cara aktivitas seks, hubungan seks diluar
perkawinan, kontrasepsi dan pandangannya, penyakit akibat hubungan seks,
promiskuitas (hubungan seks bebas)

VII.Riwayat Keluarga
Keluarga dan kenalan pasien suka memberi arti yang berlebih pada faktor keturunan
dan adanya kejadian penyakit jiwa dalam keluarga dan pada generasi sebelumnya.
Memang, data dan keterangan perihal anggota-anggota keluarga, turunan dan
kolateral adalah penting, dan pemeriksa hendaknya memperhatikan dengan seksama
adanya kejadian psikosis, neurosis, bunuh diri, retardasi mental, epilepsy,
ketergantungan obat dan alcohol, dll. Kadang-kadang dapat diduga keras adanya sifat
herediter namun lebih sering Nampak kehidupan dan suasana keluarga sebagai
pengaruh lingkungan yang memainkan peranan penting dalam terjadinya gangguan
kejiwaan individu; misalnya anak-anak dapat meniru manifestasi psikotik dan
neurotic pada anggota keluarga. Riwayat keluarga semestinya juga meliputi data
mengenai hal-hal seperti hubungan antar-anggota keluarga, antar-keluarga, dengan
kesukaan, ketidaksukaan, ketegangan, loyalitas, ketergantungan, atau sengketa yang
terjadi. Perlu pula dicatat penyakit dalam keluarga, sifat anggota keluarga, mertua,
latar belakang keluarga, sifat keluarga, terhadap penyakit pasien.
VIII. Mimpi, fantasi, dan lain-lain
Tanyakan kepada pasien tentang mimpi buruk berulang, fantasi, khayalan tentang
masa depan, nilai pribadi tentang moral (moralis atau moralizer, social, seks, anak,
orang tua, budaya, pekerjaan, hal yang salah atau benar). Anamnesis tidak pernah
dapat dianggap seleksi dan selalu harus dibiarkan terbuka untuk menampung data
tambahan yang sewaktu-waktu akan terungkap.

C. Pemeriksaan Status Mental


Merupakan gambaran keseluruhan tentang pasien yang didapat dari hasil observasi
pemeriksa dan kesan yang dimunculkan oleh pasien saat wawancara. Status mental
pasien dapat berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Bagian yang
diperiksa meliputipenampilan, pembicaraan, perilaku, pemikiran pasien yang tampak
selama berlangsungnya wawcara dan pemeriksaan psikiatrik. Walaupun pada situasi
pasien sama sekali tidak berbicara, inkoheren, atau menolak untuk menjawab pertanyaan,
pemeriksa tetap bisa mendapatkan informasi yang memadai mlalui bservasi ang cermat.
Secara garis besar gambaran status mental adalah:

1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
c. Sikap terhadap pemeriksa
2. Mood dan afek
a. Mood
b. Afek
c. Keserasian afek
3. Pembicaraan
4. Persepsi
5. Pikiran
a. Proses dan bentuk piker
b. Isi pikir
6. Sensorium dan kognisi
a. Kesadaran
b. Orientasi dan daya ingat
c. Konsentrasi dan perhatian
d. Kemampuan membaca dan menulis
e. Kemampuan visuospasial
f. Pikiran abstrak
g. Intelegensi dan kemampuan informasi
h. Bakat kreatif
i. Kemampuan menolong diri sendiri
7. Pengendalian impuls
8. Daya nilai dan tilikan
9. Taraf dapat dipercaya

1. Deskripsi Umum
a. Penampilan

Merupakan gambaran tampilan dan kesan keseluruhan terhadap pasien yang


direfleksikan dari postur, sikap, cara berpakaian dan berdadan. Apakah pasien berdandan
rapi atau lusuh. Perhatika tatapan mata, kerutan dahi, tremor atau keringat dimuka yang
merupakan tanda adanya kecemasan. Terminology yang sering digunakan untuk
menggambarkan penampilan pasien adalah tampak sehat, tampak sakit, tampak tenang,
tampak lebih tua, tampak lebih muda, tidak rapi, kekanak-kanakan, bizarre.

b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pengamatan ditujukan terhadap aspek kualitas dan kuanttittas aktivitas psikomotor,


seperti adanya manerisme, tics, gerak-gerik, kejang, perilaku stereotipik, ekopraksia,
hiperaktivitas, agitasi, fleksibilitas, rigiditas, cara berjalan dan kegesitan. Kegelisahan,
telapak tangan basah, dan manifestasi fisik lainnya diamati. Perhatikan pula adanya
perlambatan psikomotor dan perlambatan dari pergerakan tubuh secara umum, dan
aktivitas tanpa tujuan

c. Sikap terhadap pemeriksa

Dapat digambarkan sebagai sikap yang kooperatif, bersahabat, penuh perhatian,


berminat, jujur, merayu, defensive, merendahkan, bingung, berbelit-belit, apatis, hostil,
bercanda, menyenangkan, mengelak, atau berhati-hati. Perhatikan pula kemampuan
membentuk rapport selama wawancara

2. Mood dan afek


a. Mood

Sebagai suasana perasaan yang bersifat pervasive dan bertahan lama, yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pemeriksa dapat menilai suasana perasaan
pasien dari pernyataan yang disampaikan oleh pasien, dari ekspresi wajah, perilaku
motoric, atau bila perlu dapat ditanyakan kepada pasien tentang suasana perasaan yang
dialaminya. Dapat digambarkan seperti depresi, berputus asa, iritabel, cemas, marah,
ekspansif, euphoria, kosong, bersalah, perasaan terpesona, sia-sia, merendahkan diri,
ketakutan, kebingungan, dapat labil, berfluktuasi, atau berubah-ubah dengan cepa dan
ekstrim (misalnya tertawa keras pada saat tertentu kemudian berubah menangis dan
berputus asa)

b. Afek

Merupakan respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai melalui ekspresi
wajah, pembicaraan sikap dan gerak gerik tubuh pasien (bahasa tubuh). Afek
mencerminkan situasi emosi sesaat, dapat bersesuaian dengan mood maupun tidak.
Penilaian terhadap afek dapat berupa afek normal, terbatas, tumpul, atau mendatar.
Gambaran afek normal dapat terlihat dari variasi ekspresi wajah, intonasi suara, serta
penggunaan tangan dan pergerakan tubuh. Ketika afek menjadi terbatas, maka luas dan
intensitas ekspresi pasien berkurang. Pada gambaran afek yang menumpul, terlihat
intensitas ekspresi emosi berkurang lebih jauh. Afek mendatar ditandai dengan tidak
adanya ekspresi afektif, intonasi bicara monoton, dan ekspresi wajah datar. Tumpul,
datar, dan terbatas digunakan untuk menggambarkan kedalaman emosi, sedangakan
depresi, bangga, marah, ketakutan, cemas, rasa bersalah, euphoria, dan ekspansif untuk
menunjukkan suatu gambaran afek tertentu
c. Keserasian afek

Pemeriksa mempertimbangkan keserasian respons pasien terhadap topic yang sedang


didiskusikan dalam wawancara. Pasien mengekspresikan kemarahan atau ketakutan
ketika menceritakan waham kejar, hal ini mengggambarkan afek yang serasi. Afek yang
tidak serasi dapat terlihat contohnya pada seorang pasien skizofrenia yang menceritakan
tentang keinginan untuk membunuh dengan ekspresi yang datar

3. Pembicaraan

Dengan cara mendeskripsikan apakah ia berbicara spontan atau tidak, gambarkan


kuantitas, kecepatan produksi dan kualitas bicara. Amati cara pasien seperti banyak
bicara, mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespons normal terhadap isyarat
yang disampaikan pemeriksa. Pembicara dapat cepat atau lembat, tertekan, ragu-ragu,
emosional, dramatic, monoton, keras, berbisik, cael, terpatah-patah, atau bergumam.
Adanya impermen berbicara seperti stuttering dan juga irama bicara yang tidak lazim
atau disprosodi juga dilaporkan saat mengobservasi pembicaraan pasien

4. Persepsi

Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati pasien terhadap diri dan
lingkungannya. Gangguan persepsi melibatkan system sensorik seperti auditorik, visual,
olfraktorik, atau taktil, isi halusinasi hipnogogik yang mucul pada saat bangun tidur.
Halusinasi dapat timbul pada saat stress. Perasaan derealisasi dan depersonalisasi
merupakan contoh gangguan persepsi. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk
menentukan adanya halusinasi “apakah anda pernah mendengar suara atau bunyi yang
tidak dapat didengar orang lain atau ketika tidak ada orang lain disekitar anda? Apakah
anda mengalami sensasiyang aneh ditubuh anda, dan orang lain tidak mengalami hal
tersebut? Apakah anda pernah melihat sesuatu yang pada saat itu orang lain tidak bisa
melihatnya?”

5. Pikiran

Dibagi menjadi dua yaitu proses dan isi pikir. Proses piker merupakan cara saat
seseorang menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang membentuk pemikiran
seseorang. Proses ata bentuk piker dapat bersifat logic dan koheren atau tidak logic dan
tidak komprehensif. Isi piker merujuk kepada apa yang dipikirkan oleh seseorang berupa
ide, keyakinan, preokupasi dan obsesi

a. Proses pikir (bentuk pikir)

Dapat ditemukan arus pikir yang cepat, yang secara ekstrim disebut flight of idea.
Perhatikan appakah pasien sungguh-sungguh menjawab pertanyaan yang disampaikan
pemeriksa, apakah pasien mempunyai kemampuan untuk menjawab pertanyaan, berpikir
untuk bertujuan, apakah respons yang disampaikan relevan atau tidak, apakah penjelasan
pasien jelas dipahami dan mempunyai asosiasi yang baik, apakah pasien menunjukkan
pelonggaran asosiasi pada saat berbicara. Gangguan terhadap kontinuitas pikir dapat
berupa tangensial, sirkumstansial, melantur, mengelak, dan perseventif. Blocking
merupakan interupsi dari suatu rangkaian proses pikir, sebelum ide pikir terbentuk secara
utuh. Pasien tampak tidak mampu mengingat kembali ide yang telah atau yang akan
disampaikan. Sirkumstansial adalah kehilangan kapasitas untuk berpikir berorientasi
tujuan, dalam proses penyampaian ide, pasien mengemukakan banyak ide-ide yang tidak
relevan dan komentar tambahan, dan akhirnya tetap kembali ke ide semula. Gangguan
proses pikir dapat terlihat dalam bentuk hubungan pikiran-pikiran yang inkoheren dan
tidak komprehensif (word salad), clas association (asosiasi bunyi), punning (asosiasi
dengan makna ganda), dan neologisma (kata baru yang diciptakan pasien dengan
mengkombinasikan dan memadai kata-kata, misalnya “taci” berasal dari kereta dan
kelinci.

b. Isi pikir

Gangguan isi pikir termasuk delusi, preokupasi (melibatkan penyakit pasien), obsesi
(apakah kamu memiliki ide yang intrusive dan berulang), kompulsi (apakah kamu
melakukan sesuatu tindakan berulang-ulang?, apakah ada tindakan yang harus dilakukan
sesuai urutan?, bila kamu tidak melakukannya sesuai urutan apakah kamu harus
mengulanginya?), fobia, rencana, kehendak, ide rekuren tentang bunuh diri dan
pembunuhan, gejala hipokondrial, dorongan antisosial. Delusi dapat bersifat bizzare dan
dapat melibatkan keyakinan tentang adanya control eksternal. Delusi dapat mempunyai
tema persekutorik atau paranoid, grandiose (kebesaran), iri hati, somatic, perasaan
bersalah, nihilistic, dan erotic. Ide-ide rujukan harus dideskripsikan, contohnya seseorang
yakin bahwa radio atau televisi berbicara tentang dirinya atau keyakinan tentang orang
lain atau kekuatan mengontrol perilaku seseorang
6. Sensorium dan kognisi

Untuk penilaian fungsi otak organic, taraf intelegensi, kapasitas berpikir abstrak,
tingkatan tilikan, MMSE (instrument singkat untuk menilai fungsi kognitif, emnilai
orientasi, daya ingat, kalkulasi, kemampuan membaca dan menulis, kemampuan
visuospasial dan berbahasa dengan nilai total 30

a. Kesadaran

Gangguan kesadaran biasanya menunjukkan adanya gangguan otak organic.


Kesadaran berkabut merupakan penurunan kewaspadaan menyeluruh terhadap
lingkungan. Pasien tidak dapat mempertahankan perhatian terhadap stimulus lingkungan,
atau mempertahankan pikiran dan perilaku yang bertujuan. Pasien memperlihatkan
tingkat kediagaan yang berfluktuasi terhadap lingkungan sekitar. Pasien yang mengalami
perubahan kesadaran biasanya ditandai dengan gangguan orientasi. Tingkat kesadaran
adalah berkabut, somnolen, stupor, koma, letargi, alertness dan fugue state.

b. Orientasi dan memori

Penilaian orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang (orientasi waktu terganggu,
sebelum terganggunya orientasi tempat). Pemeriksa harus menentukan apakah pasien
dapat menyebutkan dengan tepat tanggal, waktu, dan hari. Jika pasien dirawat, tanyakan
apakah pasien tahu berapa lama ia dirawat? Pemeriksaan terhadap orientasi tempat tidak
cukup hanya dapat menyebutkan nama tempat pasien diperiksa, tetapi perlu dinilai pula
bagaimana mereka berperilaku dan mengetahui di mana mereka berada. Penilaian fungsi
daya ingat dibagi menjadi daya ingat jangka segera, pendek, sedang dan panjang. Daya
ingat pendek dapat dinilai dengan menanyakan apa yang dimakan pasien saat sarapan
dan makan malam kemarin. Kemudian tanyakan nama pemeriksa untuk menilai recall
memori, meminta pasien untuk menghitung urutan angka berturut-turut ke depan da
sebaliknya untuk menilai daya ingat segera. Daya ingat jangka panjang dapat dinilai
dengan menanyakan informasi pada masa kanak pasien. Tanyakan beberapa kejadian
penting dalam beberapa bulan terakhir untuk menilai daya ingat jangka pendek. Pada
gangguan kognitif daya ingat jangka pendek dan menengah terganggu lebih dahulu,
sebelum daya ingat jangka panjang. Jika ditemui hendaya daya ingat, maka dinilai pula
bagaimana pasien mengatasinya, missal dengan menyangkal (denial), konfabulasi (secara
tidak sadar membuat jawaban palsu karena adanya gangguan memori), reaksi katastrofik,
atau sirkumstansial dalam upaya menutupi hendaya daya ingat. Konfabulasi biasanya
berhubungan dengan adanya gangguan kognitif.

c. Konsentrasi dan perhatian

Konsentrasi dapat terganggu karena beberapa alas an. Gangguan fungsi kognitif,
ansietas, depresi, dan stimulus internal seperti halusinasi auditorik dapat menyebabkan
gangguan konsentrasi. Pasien dimint menghitng 100 dikurangi 7 secara serial sebanyak 7
kali, cara sederhana ini membutuhkan kapasitas kognitif dan konsentrasi yang utuh.
Pemeriksa juga perlu memperhatikan apakah terdapat gangguan mood dan kesadaran,
atau kesulitan belajar. Perhatian dinilai dengan kalkulasi atau meminta pasien menjeja
dari belakang huruf yang terdapat pada kata DUNIA. Dapat pula ditayakan nama benda
yang dimulai dengan huruf tertentu.

d. Kemampuan membaca dan menulis

Pasien diminta untuk menulis kalimat “PEJAMKAN MATA ANDA”, dan


melaksanakan perintah yang telah dibaca. Pasien juga diminta untuk menulis kalimat
sederhana dan lengkap (subjek dan predikat)

e. Kemampuan visuospasial

Pasien diminta untuk meniru gambar jam dan pentagonal yang berhimpitan pada satu
sudut

f. Pikiran abstrak

Kemampuan untuk memahami konsep. Pasien mungkin mengalami gangguan dalam


mengonseptualkan ide. Nilai apakah pasien dapat menyebutkan persamaan apel dan
jeruk, meja dan kursi, lukisan san puisi, dan mengartika beberapa peribahasa. Pasien
yang menagalami reaksi katastrofik dan kerusakan otak tidak dapat berpikir abstrak

g. Kemampuan informasi dan intelegensi

Intelegensi pasien berhubungan dengan kosakata da pengetahuan umum yang


dimilikinya seperti nama presiden saat ini dan informasi-informasi terkini. Pendidikan
status ekonomi pasien juga perlu dicatat untuk penilaian ini. Kemampuan untuk
memahami konsep yang canggih juga merefleksikan kemampuan intelegensi

7. Pengendalian impuls
Dinilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual, agresif, dan impuls
lainnya. Penilaian terhadap pengendalian impuls dilakukan pula untuk menilai apakah
pasien berpotensi membahayakan diri dan orang lain. Control impuls dapat dinilai dari
informasi erakhir perilaku pasien tentang pasien, atau perilaku yang diobservasi selama
wawancara

8. Daya nilai dan tilikan

Daya nilai

Selama wawancara psikiatrik berlangsung, pemeriksa perlu memperhatikan


kemampuan daya nilai social pasien. Apakah pasien memahami akibat dari perbuatan
yang dilakukannya dan apakah pemahamannya ini mempengaruhi dirinya. Nilai pula
dapatkah pasien memperkirakan apa yang akan dilakukannya bila ia berada pasa situasi
imajiner, misalnya apakah yang akan dilakukan bila pasien sedang berada di bioskop
yang ramai dan mencium bau asap

Tilikan

Menilai pemahaman pasie terhadap penyakit yang dideritanya. Derajat tilikan terdiri
atas:

1. Penyangkalan penuh terhadap penyakit


2. Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga sekaligus
menyangkalnya pada waktu yang bersamaan
3. Sadar akan penyakitnya tetapu menyalahkan, tetapi menyalahkan orang lain, faktor
luar, atau faktor organic
4. Pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui penyebabnya
5. Tilikan Intelektual: mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa penyebabnya
adalah perasaan irasional atau gangguan-gangguan yang dialami, tetapi tidak
memakai pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa dating
6. Tilikan Emosional Sejati: Pemahaman emosional terhadap motif dan perasaan-
perasaan pada diri pasien dan porang-orang penting dalam kehidupan pasien, yang
dapat membawa perubahan mendasar pada perilaku pasien
9. Taraf dapat dipercaya
Pemeriksa dapat menilai kejujuran dan keadaan yang sebenarnya daru yang dikatakan
pasien.
Setelah pemeriksa melakukan wawancara psikiatrik komprehensif, pemeriksaan status
mental, informasi yang didapat dirangkum dalam bentuk laporan psikiatrik dengan susunan
sesuai standar riwayat psikiatrik dan status mental. Setelah itu pemeriksa menyarakankan
pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan dan membuat resume tentang penemuan yang
bermakna dan tidak, membuat diagnosis multiaksial sementara, membuat prognosis, bila
perlu membuat formulasi psikodinamik dan terakhir membuat rencana penatalaksaan.
BAB III

SIMPULAN

Pemeriksaan psikiatri lengkap berbeda dari pemeriksaan medic umum, dalam hal perhatian
khusus yang diarahkan pada menifestasi fungsi ental, emosional, dan perilaku. Pemeriksaan
dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan psikopatologik pasien
(status psikiatrikus). Setelah pemeriksa melakukan wawancara psikiatrik komprehensif,
pemeriksaan status mental, informasi yang didapat dirangkum dalam bentuk laporan
psikiatrik dengan susunan sesuai standar riwayat psikiatrik dan status mental. Setelah itu
pemeriksa menyarakankan pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan dan membuat resume
tentang penemuan yang bermakna dan tidak, membuat diagnosis multiaksial sementara,
membuat prognosis, bila perlu membuat formulasi psikodinamik dan terakhir membuat
rencana penatalaksaan.
DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD. Buku Ajar Psikiatri. 3rd ed. Depok: Badan Penerbit FKUI; 2017

Anda mungkin juga menyukai