Dokter Pembimbing :
dr. Riady, Sp.OG
Disusun Oleh :
Savira Dwi Ramadini (2016730097)
Indri Hasanah Rizki Lingga (2016730049)
Adinda Ibni Shafira (2016730002)
Muhammad Rifaldi Nabiu (2016730061)
Ismiyati Tanjung (201630053)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Semoga dengan adanya laporan tutprial ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk membuat
laporan tutorial yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia
mendapatkan haid yang pertama (menarke), dan kesuburan seorang
perempuan akan terus berlang-sung sampai mati haid (menopause).
Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artrnya risikonya paling rendah
untuk ibudan anak, adalah antara 20 - 35 tahun sedangkan persalinan pertama
dan kedua palingrendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2 - 4
tahun.
Dari data WHO (1990) didapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih
dari 100 x10(6) sanggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per
hari di mana 50% di antaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan.
Dari 150.000 kasus abortusprovokatus yang terjadi per hari, 50.000 di
antaranya abortus ilegal dan lebih dari 5OO perempuan meninggal akibat
komplikasi abortus tiap harinya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kontrasepsi merupakan suatu upaya mencegah terjadinya kehamilan, dapat
berupa upaya yang bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan
sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Diafragma vaginal
Cervical cap
6
2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesterone
a. Mekanisme Kerja
Pil-pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan komponen
progestagen, atau oleh satu, dari komponen hormon itu. Walaupun
banyak hal yang masih belum jelas, pengetahuan tentang dua komponen
tersebut tiap hari bertambah. Yang jelas bahwa hormon steroid sintetik
dalam metabolismenya sangat berbeda dengan hormon steroid yang
dikeluarkan oleh ovarium. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen
estrogen dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel
dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap
hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat perrgeluaran LH. Pada
pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi peningkatan
kadar LH, sehingga menyebabkan ovlasi terganggu. Komponen
progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi.
Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat
perjalanan ovum yang akan menyulitkan terjadinya implantasi dalam
endometrium dari ovum yang sudah dibuahi. Komponen progestagen
dalam pil kombinasi seperti disebut di atas memperkuat kerja estrogen,
untuk mencegah ovulasi. Progestagen sendiri dalam dosis tinggi dapat
menghambat ovulasi, tetapi tidak dalam dosis rendah. Selanjutnya,
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut:
▪ Lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermrtozoon untuk masuk dalam uterus,
▪ Kapasitasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum
terganggu.
▪ Beberapa progestagen rertentu, seperti noretinodrel, mempunyai
efek antiestrogenik terhadap endometrium, sehingga menyulitkan
implantasi ovum yang telah dibuahi.
b. Efek Samping
Bahaya yang dikhawatirkan dengan pil terutama pil kombinasi ialah
trombo-emboli, termasuk tromboflebitis, emboli paru-panr, dan
trombosis otak. Namun dampak tersebut masih menimbulkan silang
8
2. Pil sekuensial
9
Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pil ini tidak seefektif pil
kombinasi, dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu
saja. Cara pemberiannya yaitu diberikan pil yang hanya mengandung
estrogen selama 14-15 hari pertama, selanjutnya kombinasi estrogen
dan progesteron sampai siklus haid selesai atau sekitar 5-7 hari.
Khasiatnya untuk menghambat ovulasi. Cara pemakaian, efek samping
dan kontraindikasi sama dengan pil kombinasi
3. Pil Postcoital Contraception (Morning After Pill)
Pada tahun 1966 Morris dan Van Waggenen (Amerika Serikat)
menemukan bahwa estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah
kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi.
Penelitian dilakukan pada perempuan sukarelawan dan perempuan yang
diperkosa. Kepada sebagian dari perempuan-perempuan tersebut
diberikan 50 mg dietilstilbestrol (DES) dan kepada sebagian lagi
diberikan etinil-estradiol (EE) sebanyak 0,5 sampai 2 mg selama 4-5
hari setelah terjadinya koitus. Kegagalan cara ini dilaporkan dalam 2,4%
dari jumlah kasus. Cara ini dapat menghalangi implantasi blastokista
dalam endometrium.
4. Pil mini
Mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Harus diminum tiap
hari, juga pada waktu haid. Pencegahan kehamilan mungkin karena
pengaruh terhadap motilitas tuba, korpus luteum, endometrium dan
lendir serviks serta pencegahan ovulasi.
1) Mekanisme Kerja
a) Menekan ovulasi (tak seragam pada seluruh siklus)
b) Variabel menurunkan efek siklus puncak dari LH dan FSH.
c) Meningkatkan viskositas mukus dengan mengurangi volume dan
alterasi strukturnya.
d) Mengurangi jumlah dan ukuran kelenjar endometrium,
menjadikannya atrofi sehingga tak cocok untuk implantasi ovum.
e) Mengurangi motilitas silia pada tuba fallopi, sehingga
mengurangi laju transpor ovum.
10
2) Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang
tidak jelas, riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional
3) Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan
belum terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan
peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada
metabolisme karbohidrat dan diperkirakan lebih jarang
menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.
4) Efek Samping
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan
ektopik apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak
jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus
diminum pada waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang
jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus
digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.
Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan yang populer digunakan ialah long-acting progestin
yaitu noretisteron enantat. Daya guna teoritis suntikan medroksiprogesteron
asestat (150 mg setiap 3 bulan) ialah 0,3 – 0,5 kehamilan/100 tahun wanita.
Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik
penyuntikan ialah dengan cara intramuskular dalam di daerah m. gluteus
maksimus atau deltoideus.
a. Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera)
Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang
kuat dan sangat efektif. obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga
termasuk dalam golongan kontrasepsi suntikan.
• Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut:
11
Kontrasepsi Implan
Alat kontrasepsi implant / bawah kulit (AKBK) / KB suntik / Norplant
adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan
disusukkan dibawah kulit. Atau dapat juga diartikan sebagai cara mencegah
kehamilan dengan memasukkan hormon progestin ke dalam tubuh wanita
secara terus-menerus, melalui batang silastik berisi hormon tersebut yang
ditanam di dalam lapisan lemak di bawah kulit
a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja implan dalam mencegah kehamilan, sebagai berikut
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga sukar ditembus oleh
spermatozoa.
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga
tidak cocok untuk implantasi zygot.
3. Menghambat ovulasi kurang lebih pada 50% siklus haid
b. Kelebihan
Kelebihan dalam penggunaan implant, meliputi:
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan
dengan pemakaian AKDR.
5. Dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat
reversible.
c. Indikasi
13
c. AKDR Cu – T 380 A
Terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan
Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak
176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing
mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2.
Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan
diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen
polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan AKDR.
d. Multiload 375
AKDR Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan
mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus
tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian
lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan
meminimalkan terjadinya ekspulsi.
e. Nova – T
AKDR Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan
bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan
luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.
16
f. Cooper-7 AKDR
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T.
Keuntungan AKDR
AKDR memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan
kontrasepsi lainnya, seperti :
1) Hanya memerlukan 1 kali pemasangan
2) Tidak menimbulkan efek sistemik
3) Ekonomis
4) Efektivitas cukup tinggi
5) Reversibel
• Secara langsung (direa insertion) yairu AKDR dipasang dalam masa tiga
bulan setelah partus atau abortus.
• Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah
masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan AKDR
dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus
atau abortus. Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu
seminggu setelah bersalin, sebaiknya pemasangan AKDR ditangguhkan
sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR
dilakukan antara minggu ke dua dan minggu ke enam post partus bahaya
perforasi lebih besar.
3) Sewaktu melakukan seksio sesarea
Cara pemasangan AKDR Setelah kandung kencing dikosongkan,
akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi.
Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak,
bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan
serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (merkurokrom atau
tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio
uteri, dan dimasukkan sonde uterus ke dalam uterus untuk menentukan
arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kal,um uteri. AKDR
dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil
mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. Insertor AKDR
dimasukkan ke dalam uterus sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai
tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu.
Kontraindikasi AKDR
Kontraindikasi mutlak pemakaian AKDR ialah wanita hamil dan penyakit
radang panggul aktif atau rekuren. Kontraindikasi relatif antara lain tumor
ovarium, kelainan uterus (miom, polip, dsb), gonore, servisitis, kelaianan
haid, dismenorea, dan panjang kavum uteri yang kurang.
Komplikasi AKDR
1) Infeksi
19
setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil daripada 'jika AKDR dibiarkan
terus berada dalam rongga utents. Jika benang AKDR tidak kelihatan,
sebaiknya AKDR dibiarkan sajaberada dalam uterus.
minilaparotomi, yaitu segera setelah haid selesai. Pada waktu ini diyakini
kehamilan belum terjadi. Dan apabila akseptor menggunakan salah satu cara
kontrasepsi dalam siklus tersebut sebaiknya dilakukan dalam dua mjinggu
pertama dari siklus haid, atau setelahnya. Namun demikian, pembedahan
tubektomi minilaparotomi masa interval dapat dilakukan setiap saat. Apabila
diragukan dan dilaksanakan dalam fase luteal, kuretase rutin dapat dikerjakan
sebelumnya. Bahkan beberapa klinik menganjurkan melakukan kuretase
rutin ini sesaat sebelum pembedahan dilakukan.
Lokasi Minilaparotomi untuk Mencapai Tuba
1. Pasca persalinan
Lokasi irisan sesuai dengan tingginya fundus rahim saat itu. Jika fundus
rahim setinggi pusat atau kira-kira 1-2 jari bawah pusat, maka irisan
dilakukan setentang lipatan kulit bawah pusat atau periumbilikus melintang
mengikuti garis lekukan tepat bawah pusat. Dan jika lebih tinggi darii pusat
(biasanya pada pasca persalinan ganda atau anak besar) maka irisan
dilakukan setentang lipatan kulit atas pusat atau supra umbilicus melintang
mengikuti garis lekukan tepat atas pusat. Keuntungan kosmetik bekas
luka/parutnya dapat tersembunyi atau tidak nampak.
Jika fundus rahim jauh dibawah pusat (karena anak kecil atau rahim sudah
involusi) maka dilakukan irisan subumbilikus membujur mengikuti garis
tengah/mediana setinggi fundus rahim. Keuntungannya mudah diperluas
apabila perlu untuk memudahkan mencari tuba.
2. Masa interval, dan pasca keguguran
Lokasi irisan supra pubis disesuaikan fundus rahim kira-kira 2 jari atas
simfisis atau setentang batas atas rambut mons veneris, ditengah-tengah
dibuat irisan melintang. Keuntungannya bekas luka/parutnya kecil
menyerupai lipatan kulit saja atau biasanya kemudian ditutupi rambut.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung
distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
23
Cara Aldrige
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparatomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di
daerah ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah
serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut
mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut.
Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan
setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal
akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba
24
yang distal dibiarkan berasa di luar serosa. Lalu sayatan dijahit secara
kantong tembakau. Angka kegagalan dari cara ini adalah 0.
Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping di bawah
fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba setelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh
fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba
dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan dari cara ini antara lain ialah
sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kegagalan 0,19%.
25
Komplikasi
Komplikasi pembedahan tubektomi minilap jarang terjadi, walaupun
demikian tindakan ini haruslah dilakukan dengan hati-hati karena merupakan
pembedahan intraperitoneal maka haris siap sedia untuk mengatasi
komplikasi yang mungkin terjadi.
1.Komplikasi pada waktu pembedahan: Perforasi rahim karena pemasangan
atau sewaktu memutar elevator rahim; perlukaan kandung kemih jika irisan
supra pubik terlalu rendah; perlukaan usus (sangat jarang); perdarahan
biasanya akibat robeknya mesosalping; komplikasi anestesi; dan syok;
2.Komplikasi pasca pembedahan tubektomi; rasa nyeri, hematoma subkutan,
26
infeksi pada luka irisan atau abses, luka pembedahan terbuka, dan perdarahan
intra abdominal.
1
DAFTAR PUSTAKA