Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

ALAT KONTRASEPSI WANITA

Dokter Pembimbing :
dr. Riady, Sp.OG

Disusun Oleh :
Savira Dwi Ramadini (2016730097)
Indri Hasanah Rizki Lingga (2016730049)
Adinda Ibni Shafira (2016730002)
Muhammad Rifaldi Nabiu (2016730061)
Ismiyati Tanjung (201630053)

KEPANITRAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMI


OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillahi Rabbil `alamin dan segala pujibagi Allah Subhanahu waTa'ala,


tuhan semesta alam dan yang maha Ar-Rasyiid. Dengan penuh rasa syukur yang
sedalam dalamnya, penyusun akhirnya dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial
yang berjudul “Kontrasepsi Pada Wanita”.
Laopran tutorial ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan
sekaligus memenuhi tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Obstetri Ginekologi
Rumah Sakit Islam Jakarta Suapura. Pada kesempatan ini, penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Riady, Sp.OG sebagai dosen pembimbing
2. Orang tua, yang selalu mendoakan untuk keberhasilan penyusun
3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya

Semoga dengan adanya laporan tutprial ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.

Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk membuat
laporan tutorial yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Terima kasih.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 04 Desember 2020

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.1. Definisi ......................................................................................................2
2.2. Proporsi penggunaan alat kontasepsi.........................................................2
2.3. Jenis-jenis kontrasepsi ...............................................................................2
1. Kontrasepsi Non-Hormonal ......................................................................2
2. Kontrasepsi Hormonal ...............................................................................6
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ................................................13
4. kontrasepsi Mantap (Sterilisasi) ..............................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia
mendapatkan haid yang pertama (menarke), dan kesuburan seorang
perempuan akan terus berlang-sung sampai mati haid (menopause).
Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artrnya risikonya paling rendah
untuk ibudan anak, adalah antara 20 - 35 tahun sedangkan persalinan pertama
dan kedua palingrendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2 - 4
tahun.
Dari data WHO (1990) didapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih
dari 100 x10(6) sanggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per
hari di mana 50% di antaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan.
Dari 150.000 kasus abortusprovokatus yang terjadi per hari, 50.000 di
antaranya abortus ilegal dan lebih dari 5OO perempuan meninggal akibat
komplikasi abortus tiap harinya.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kontrasepsi merupakan suatu upaya mencegah terjadinya kehamilan, dapat
berupa upaya yang bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan
sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

2.2 Proporsi penggunaan alat kontasepsi

2.3 Jenis-jenis kontrasepsi


1. Kontrasepsi Non-Hormonal
Kontrasepsi Alamiah
Salah satu metode dalam kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau
operasi seperti :
3

a. Metode Kalender (Ogino-Knaus)


Metode kalender dilakukan dengan cara menentukan waktu ovulasi
dari daur haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Masa berpantang
dapat dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur bisa
ditentukan dengan perhitungan kalender. Keuntungan dari metode
kalender adalah dapat digunakan untuk menghindari dan merencanakan
kehamilan, tidak ada efek samping, dan tanpa biaya. Sedangkan
kekurangannya adalah angka kegagalan tinggi, tidak mencegah IMS dan
memerlukan motivasi yang tinggi.
b. Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang
dikenal oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak
dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis
dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian
besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum
ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik
keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa
untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar
dari pihak pria dan bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam
berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini dapat
menimbulkan neurasteni.
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh
menurun jika sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada
penis. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
1) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi
(praejeculatory fluid) yang dapat mengandung sperma,
apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus)
2) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
4

3) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan


kehamilan.
c. Metode Amenorea Laktasi/MAL
Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan
untuk menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya
segera setelah melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu
metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu belum
mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.
Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu
menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per
laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin
menekan adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan
dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan
pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat
dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.

Kontrasepsi dengan alat


Salah satu metode dalam kontrasepsi yang menggunakan alat seperti:
a. Kondom
Kondom merupakan kontrasepsi yang mudah dan praktis digunakan.
Selain mencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah terjadinya
infeksi HIV/AIDS. Kondom efektif menunda kehamilan jika digunakan
dengan benar. Kondom dapat digunakan oleh baik pria maupun wanita.
Kontrasepsi dapat efektif jika kondom dipakai secara benar dan
konsisten pada setiap senggama, karena umumnya kegagalan yang
timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten tidak
teratur dan tidak hati-hati. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai
dari penis sewaktu melakukan koitus dan mencegah pengumpulan
sperma dalam vagina. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang
5

merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan


sewaktu melakukan koitus.
b. Metode sederhana atau Vaginal
Kontrasepsi yang dapat digunakan adalah spermisid atau tisu KB,
difragma, dan kap dapat dipakai sendiri oleh perempuan. Caranya
adalah dengan memasukkannya ke dalam vagina sebelum berhubungan
seks. Alat kontrasepsi ini efektif jika digunakan dengan benar. Efek
samping yang dapat muncul atau terjadi adalah kemungkinan terjadinya
infeksi saluran kencing.

Diafragma vaginal

Cervical cap
6

2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesterone

Jenis-jenis Kontrasepsi Hormonal


Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi
hormonal yaitu kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral (Pil), dan kontrasepsi
implant.
Kontrasepsi Oral (Pil)
Kontrasepsi oral yaitu :
1. Pil kombinasi
Pil kontrasepsi kombinasi yang sekarang digunakan tidak berisi
estrogen dan progesteron alamiah, melainkan steroid sintetik. Ada dua
jenis progesteron sintetik yang dipakai, yaitu yang berasal dari 19 nor-
testosteron, dan yang berasal dari 17 alfa- asetoksi-progesteron. Yang
berasal dart 1,7 alfa-asetoksi-progesteron, akhir-akhir ini di Amerika
Serikat tidak dipergunakan lagi untuk pil kontrasepsi oleh karena pada
binatang percobaan (anjing) pil yang mengandung zat ini, bila
dipergunakan dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan tumor
mamma. Derivat dari 19 nor-testosteron yang sekarang banyak
dipergunakan untuk pil kontrasepsi ialah noretinodrel, norethindron
asetat, etinodiol diasetat, dan norgestrel.
Estrogen yang banyak dipakai untuk pil kontrasepsi laiah etinil
estradiol dan mes- tranol. Masing-masing dari zatini mempunyai etlrynil
growp pada atom C 17. Dengan adanya etbynil growp pada atom C 17
ini, khasiatnya meninggi jika dimakan per os oleh
karena zat-zat rersebut tidak mudah atau tidak seberapa cepat diubah
sewaktu melalui sistem portal, berbeda dari steroid alamiah. Jadi, steroid
sintetik mempunyai potensi yang lebih tinggi per unit dibandingkan
dengan steroid alamiah kalau ditelan per os.
7

a. Mekanisme Kerja
Pil-pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan komponen
progestagen, atau oleh satu, dari komponen hormon itu. Walaupun
banyak hal yang masih belum jelas, pengetahuan tentang dua komponen
tersebut tiap hari bertambah. Yang jelas bahwa hormon steroid sintetik
dalam metabolismenya sangat berbeda dengan hormon steroid yang
dikeluarkan oleh ovarium. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen
estrogen dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel
dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap
hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat perrgeluaran LH. Pada
pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi peningkatan
kadar LH, sehingga menyebabkan ovlasi terganggu. Komponen
progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi.
Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat
perjalanan ovum yang akan menyulitkan terjadinya implantasi dalam
endometrium dari ovum yang sudah dibuahi. Komponen progestagen
dalam pil kombinasi seperti disebut di atas memperkuat kerja estrogen,
untuk mencegah ovulasi. Progestagen sendiri dalam dosis tinggi dapat
menghambat ovulasi, tetapi tidak dalam dosis rendah. Selanjutnya,
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut:
▪ Lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermrtozoon untuk masuk dalam uterus,
▪ Kapasitasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum
terganggu.
▪ Beberapa progestagen rertentu, seperti noretinodrel, mempunyai
efek antiestrogenik terhadap endometrium, sehingga menyulitkan
implantasi ovum yang telah dibuahi.
b. Efek Samping
Bahaya yang dikhawatirkan dengan pil terutama pil kombinasi ialah
trombo-emboli, termasuk tromboflebitis, emboli paru-panr, dan
trombosis otak. Namun dampak tersebut masih menimbulkan silang
8

pendapat di kalangan ahli. Yang dapat dipakai sebagai pegangan ialah,


bahwa kemungkinan untuk terjadinya trombo-emboli pada perempuan
yang minum pil, lebih besar apabila ada faktor-faktor yang memberikan
pradisposisi, seperti minum minuman keras, merokok, hipertensi,
diabetes, dan obesitas.
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak pemakaian pil kombinasi ialah terdapatnya
riwayat tromboflebitis atau tromboflebitis, kelainan serebrovaskular,
fungsi hati tidak atau kurang baik, keganasan pada payudara dan alat
reproduksi, kehamilan dan varises berat.
Kontraindikasi relatif ialah hipertensi, perdarahan abnormal
pervaginam yang tidak jelas sebabnya, laktasi, fibromioma uterus,
penyakit jantung atau ginjal, dan lain-lain.
d. Keuntungan
- Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya
guna pemakaian 95-98%).
- Frekuensi koitus perlu diatur.
- Siklus haid jadi teratur.
- Keluhan dismonenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang
sama sekali.
e. Kerugian
- Pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang merepotkan.
- Motivasi harus kuat.
- Adanya efek samping walaupun sifatnya sementara, seperti mual,
sakit kepala, dan muntah, nyeri buah dada.
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea
persisten.
- Untuk golongan penduduk tertentu harganya masih mahal.

2. Pil sekuensial
9

Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pil ini tidak seefektif pil
kombinasi, dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu
saja. Cara pemberiannya yaitu diberikan pil yang hanya mengandung
estrogen selama 14-15 hari pertama, selanjutnya kombinasi estrogen
dan progesteron sampai siklus haid selesai atau sekitar 5-7 hari.
Khasiatnya untuk menghambat ovulasi. Cara pemakaian, efek samping
dan kontraindikasi sama dengan pil kombinasi
3. Pil Postcoital Contraception (Morning After Pill)
Pada tahun 1966 Morris dan Van Waggenen (Amerika Serikat)
menemukan bahwa estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah
kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi.
Penelitian dilakukan pada perempuan sukarelawan dan perempuan yang
diperkosa. Kepada sebagian dari perempuan-perempuan tersebut
diberikan 50 mg dietilstilbestrol (DES) dan kepada sebagian lagi
diberikan etinil-estradiol (EE) sebanyak 0,5 sampai 2 mg selama 4-5
hari setelah terjadinya koitus. Kegagalan cara ini dilaporkan dalam 2,4%
dari jumlah kasus. Cara ini dapat menghalangi implantasi blastokista
dalam endometrium.
4. Pil mini
Mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Harus diminum tiap
hari, juga pada waktu haid. Pencegahan kehamilan mungkin karena
pengaruh terhadap motilitas tuba, korpus luteum, endometrium dan
lendir serviks serta pencegahan ovulasi.
1) Mekanisme Kerja
a) Menekan ovulasi (tak seragam pada seluruh siklus)
b) Variabel menurunkan efek siklus puncak dari LH dan FSH.
c) Meningkatkan viskositas mukus dengan mengurangi volume dan
alterasi strukturnya.
d) Mengurangi jumlah dan ukuran kelenjar endometrium,
menjadikannya atrofi sehingga tak cocok untuk implantasi ovum.
e) Mengurangi motilitas silia pada tuba fallopi, sehingga
mengurangi laju transpor ovum.
10

2) Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang
tidak jelas, riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional
3) Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan
belum terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan
peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada
metabolisme karbohidrat dan diperkirakan lebih jarang
menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.
4) Efek Samping
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan
ektopik apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak
jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus
diminum pada waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang
jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus
digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.

Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan yang populer digunakan ialah long-acting progestin
yaitu noretisteron enantat. Daya guna teoritis suntikan medroksiprogesteron
asestat (150 mg setiap 3 bulan) ialah 0,3 – 0,5 kehamilan/100 tahun wanita.
Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik
penyuntikan ialah dengan cara intramuskular dalam di daerah m. gluteus
maksimus atau deltoideus.
a. Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera)
Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang
kuat dan sangat efektif. obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga
termasuk dalam golongan kontrasepsi suntikan.
• Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut:
11

- Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan


pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus.
- Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui serviks uteri.
- Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.
- Mempengaruhi transpor ovum di tuba.
Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo ialah: efektivitas tinggi;
pemakaiannya sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi
hanya 4x setahun): reversibel dan cocok untuk ibu-ibu yang menyusui
anak. Kekurangan metode ialah sering menimbulkan perdarahan yang
tidak teratur (spotting, breakthrough bleeding), dan lain-lain; dapat
menimbulkan amenorea. Obat suntikan cocok digunakan oleh ibu-ibu
yang baru saja melahirkan dan sedang menyusui anaknya.
• Waktu pemberian dan dosis
Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum
karena tidak menggunakan laktasi, dan terjadinya amenorea setelah
suntikan. Suntikan Depo tidak mengaganggu ibu-ibu yang menyusui
anaknya dalam masa postpartum, karena dalam masa ini terjadi
amenorea laktasi.
Untuk program postpartum, Depo Provera disuntikkan
sebelum ibu meninggalkan rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu ibu
terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan hari ke-5. Kontrasepsi
Depo disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus
intrakumulus dalam.
b. Suntikan setiap bulan (Monthly Injectable)
Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormon progestin dan
estrogen seperti hormon alami pada tubuh perempua juga disebut
sebagai kontrasepsi suntikan kombinasi (combined injectable
contraseptive). Preparat yang dipakai adalah medroxy progesterone
acetate (MPA) / estradiol caprionate atau norethisterone enanthare
(NET-EN) /estradiol valerate. Berbagai macam nama telah beredar
antaralain Cyclofem, Cycloprooera, Mesygna, dan Noigtnon.
12

Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari


ovarium (ovulasi). Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk
mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan suntikan tepat
waktu, angka kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan yang
menggpnakan kontrasepsi bulanan dalam satu tahun pertama.

Kontrasepsi Implan
Alat kontrasepsi implant / bawah kulit (AKBK) / KB suntik / Norplant
adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan
disusukkan dibawah kulit. Atau dapat juga diartikan sebagai cara mencegah
kehamilan dengan memasukkan hormon progestin ke dalam tubuh wanita
secara terus-menerus, melalui batang silastik berisi hormon tersebut yang
ditanam di dalam lapisan lemak di bawah kulit
a. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja implan dalam mencegah kehamilan, sebagai berikut
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga sukar ditembus oleh
spermatozoa.
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga
tidak cocok untuk implantasi zygot.
3. Menghambat ovulasi kurang lebih pada 50% siklus haid
b. Kelebihan
Kelebihan dalam penggunaan implant, meliputi:
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan
dengan pemakaian AKDR.
5. Dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat
reversible.
c. Indikasi
13

Beberapa indikasi pemakaian implant, antara lain:


1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu
yang lama, tetapi tidak bersedia menjalan kontrasepsi atau
menggunakan AKDR.
2. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang
mengandung estrogen.
d. Kontraindikasi Implan
Beberapa kontraindikasi dalam pemakaian implant, antara lain:
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Penderita penyakit hati
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)
5. Varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes mellitus
8. Kelainan kardiovaskular.
e. Efek Samping
Efek samping pemakaian implant, yaitu terjadinya gangguan pola
haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih
sering berdarah (metrorrhagia), amenorea; mual-mual, anoreksia, pening,
sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat
badan, timbulnya akne. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan
ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak
sesering pada penggunaan pil KB. Selain itu dapat juga terjadi efek
samping local, seperti keradangan, Abses, Migrasi, Ekspulsi, Alergi.

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


AKDR (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel
dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca
persalinan dan berpotensi untuk mencegah mis opportunity dalam keluarga
14

berencana adalah AKDR, yaitu pemasangan dalam 10 menit pertama sampai


48 jam setelah plasenta lahir.
AKDR bekerja sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang
setempat dengan sebukan yang dapat melarutkan blastosit atau sperma.
AKDR akan diletakkan di fundus uteri, bekerja terutama mencegah terjadinya
pembuahan (fertilisasi) dengan mengahalangi bersatunya ovum dengan
sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tubafalopi dan
menginaktifasikan sperma.
Mekanisme cara kerja AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi
peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista atau sperma. Kadar prostaglandin dalam uterus
wanita mempengaruhi kontraktsi uterus yang mempengaruhi proses nidasim
serta ion logam dan bahan lain pelarut AKDR memiliki pengaruh terhadap
sperma.

Jenis – Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


a. AKDR CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
a. AKDR NOVA T (Schering)
AKDR yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis
unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T
380 A, Multiload 375 dan Nova-T.
b. Lippes Loop AKDR
Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian
tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque
pada pemeriksaan dengan sinar-X. AKDR Lippes Loop bentuknya
seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan
dipasang benang pada ekornya. AKDR jenis Lippes Loops mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila
terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.
15

c. AKDR Cu – T 380 A
Terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan
Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak
176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing
mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2.
Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan
diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen
polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan AKDR.
d. Multiload 375
AKDR Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan
mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus
tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian
lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan
meminimalkan terjadinya ekspulsi.
e. Nova – T
AKDR Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan
bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan
luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.
16

f. Cooper-7 AKDR
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T.

Keuntungan AKDR
AKDR memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan
kontrasepsi lainnya, seperti :
1) Hanya memerlukan 1 kali pemasangan
2) Tidak menimbulkan efek sistemik
3) Ekonomis
4) Efektivitas cukup tinggi
5) Reversibel

Efek Samping AKDR


17

Beberapa efek samping ringan yang mungkin timbul diantaranya:


1) Tegang rahim, terutama pada bulan pertama. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan spasmolitikum atau pemakaian AKDR yang lebih kecil
ukurannya.
2) Nyeri pelvik.
3) Perdarahan diluar rahim (spotting).
4) Darah haid menjadi lebih banyak (menoragia).
5) Sekret vagina lebih banyak.
Disamping itu pula dapat terjadi efek samping yang lebih serius namun
jarang terjadi, diantaranya :
1) Perforasi uterus, AKDR harus dikeluarkan melalui laparskopi atau
laparotomi. Hal ini dapat lebih serius bila tembaga menempel ke usus
2) Infeksi Pelvik, infeksi ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotik.
Jika infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji kepekaan dari
daerah endoserviks, AKDR harus dikeluarkan
3) Endometritis, timbulnya keputihan yang berbau, dipareunia, metroragia,
dan menoragia.

Waktu Pemasangan AKDR


1) Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari
pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan
AKDR pada waktu ini antara lain ialah:
• Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka
dan Iembek.
• Tidak terlalu nyeri
• Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan ddak terlalu dirasakan
• Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak
ada.
2) Sewaktu postpartum
• Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasangpada perempuan
yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
18

• Secara langsung (direa insertion) yairu AKDR dipasang dalam masa tiga
bulan setelah partus atau abortus.
• Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah
masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan AKDR
dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus
atau abortus. Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu
seminggu setelah bersalin, sebaiknya pemasangan AKDR ditangguhkan
sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR
dilakukan antara minggu ke dua dan minggu ke enam post partus bahaya
perforasi lebih besar.
3) Sewaktu melakukan seksio sesarea
Cara pemasangan AKDR Setelah kandung kencing dikosongkan,
akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi.
Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak,
bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan
serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (merkurokrom atau
tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio
uteri, dan dimasukkan sonde uterus ke dalam uterus untuk menentukan
arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kal,um uteri. AKDR
dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil
mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. Insertor AKDR
dimasukkan ke dalam uterus sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai
tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu.

Kontraindikasi AKDR
Kontraindikasi mutlak pemakaian AKDR ialah wanita hamil dan penyakit
radang panggul aktif atau rekuren. Kontraindikasi relatif antara lain tumor
ovarium, kelainan uterus (miom, polip, dsb), gonore, servisitis, kelaianan
haid, dismenorea, dan panjang kavum uteri yang kurang.
Komplikasi AKDR
1) Infeksi
19

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,


umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi lika alaralat yang
digunakan disucihamakan, yakni tabung penyalur, pendorong, dan
AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya
infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
2) Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun
bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaanhanyaujung AKDR saja yang
menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi
utems, AKDR terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga
akhirnya sampai ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus
diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang AKDR
tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau
mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam rongga uterus. Jika ada
kecurigaan kuat tentang teriadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto
Rontgen, dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga panggul,
hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan apakah AKDR
terletak di dalam atau di luar kar.um uteri.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR-nya harus
dikeluarkan dengan segera oleh karena dikhawatirkan terjadinya ileus,
begitu pula untuk AKDR yang mengandung logam. Pengeluaran AKDR
dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi hanya dilakukan jika
laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear dan tidak mengandung
logam, AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
3) Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding
rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ yang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya AKDR dikeluarkan sehingga kemungkinan terjadinya abortus
20

setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil daripada 'jika AKDR dibiarkan
terus berada dalam rongga utents. Jika benang AKDR tidak kelihatan,
sebaiknya AKDR dibiarkan sajaberada dalam uterus.

4. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi)


Sterilasasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopii
perempuan atau kedua vas deferens laki-laki, yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.
Keuntungan sterilasasi adalah :
• Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan
motivasi yang berulang-ulang
• Efektivitas hampir 100%
• Tidak mempengaruhi libido seksualis
• Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien

Saat Melakukan Pembedahan


1. Pasca persalinan dan pasca keguguran
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi,
yaitu tidak lebih dari 48 jam pasca bersalin. Pada waktu ini rahim masih
besar, tuba Fallopii masih panjang dan dinding perut masih cukup longgar
sehingga memudahkan mencapai tuba dengan irisan kecil pada peri
umbilikus yang berdekatan fundus rahim. Apabila dilakukan lebih dari waktu
tersebut, rahim telah mengalami involusi sehingga sulit untuk mencapai tuba.
Selain itu, keadaan tuba mengalami edema dan rapuh, mudah berdarah, dan
infeksi lebih sering terjadi pada pembedahan tubektomi minilaparotomi
pasca bersalin lebih dari 48 jam oleh karena lokia merupakan media untuk
tumbuhnya infeksi sehingga lama perawatan seluruhnya menjadi lebih lama
dari lama perawatan persalinan normal.
Demikian pula halnya pasca keguguran, yaitu dapat dilakukan pada hari
yang sama setelah evakuasi rahim atau keesokan harinya.
2. Masa interval
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi
21

minilaparotomi, yaitu segera setelah haid selesai. Pada waktu ini diyakini
kehamilan belum terjadi. Dan apabila akseptor menggunakan salah satu cara
kontrasepsi dalam siklus tersebut sebaiknya dilakukan dalam dua mjinggu
pertama dari siklus haid, atau setelahnya. Namun demikian, pembedahan
tubektomi minilaparotomi masa interval dapat dilakukan setiap saat. Apabila
diragukan dan dilaksanakan dalam fase luteal, kuretase rutin dapat dikerjakan
sebelumnya. Bahkan beberapa klinik menganjurkan melakukan kuretase
rutin ini sesaat sebelum pembedahan dilakukan.
Lokasi Minilaparotomi untuk Mencapai Tuba
1. Pasca persalinan
Lokasi irisan sesuai dengan tingginya fundus rahim saat itu. Jika fundus
rahim setinggi pusat atau kira-kira 1-2 jari bawah pusat, maka irisan
dilakukan setentang lipatan kulit bawah pusat atau periumbilikus melintang
mengikuti garis lekukan tepat bawah pusat. Dan jika lebih tinggi darii pusat
(biasanya pada pasca persalinan ganda atau anak besar) maka irisan
dilakukan setentang lipatan kulit atas pusat atau supra umbilicus melintang
mengikuti garis lekukan tepat atas pusat. Keuntungan kosmetik bekas
luka/parutnya dapat tersembunyi atau tidak nampak.
Jika fundus rahim jauh dibawah pusat (karena anak kecil atau rahim sudah
involusi) maka dilakukan irisan subumbilikus membujur mengikuti garis
tengah/mediana setinggi fundus rahim. Keuntungannya mudah diperluas
apabila perlu untuk memudahkan mencari tuba.
2. Masa interval, dan pasca keguguran
Lokasi irisan supra pubis disesuaikan fundus rahim kira-kira 2 jari atas
simfisis atau setentang batas atas rambut mons veneris, ditengah-tengah
dibuat irisan melintang. Keuntungannya bekas luka/parutnya kecil
menyerupai lipatan kulit saja atau biasanya kemudian ditutupi rambut.

Syarat Kontrasepsi Mantap


1. Syarat Sukarela :
Mengetahui cara kontrasepsi lain
Mengetahui Kontap adalah tindakan pembedahan yang ada risiko
22

Mengetahui cara Kontap permanen


Telah diberikan kesempatan untuk berpikir
2. Syarat Bahagia :
Terikat dalam suatu perkawinan yang sah dan harmonis
Punya anak hidup minimal 2
Anak sehat jasmani dan rohani
Bila anak 2, umur anak terkecil minimal 2 tahun
3. Syarat Kesehatan :
Indikasi dan kontraindikasi ditentukan oleh dokter.
Cara Pomeroy
Banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tuba
sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat
dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu di potong. Setelah
benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu
sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 - 0,4%.

Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung
distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
23

Cara Aldrige
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparatomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di
daerah ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah
serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut
mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut.
Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan
setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal
akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba
24

yang distal dibiarkan berasa di luar serosa. Lalu sayatan dijahit secara
kantong tembakau. Angka kegagalan dari cara ini adalah 0.

Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping di bawah
fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba setelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh
fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba
dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan dari cara ini antara lain ialah
sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kegagalan 0,19%.
25

Beberapa Kelebihan-Kelebihan Teknik Pembedahan Tubektomi


(MINILAP)
1. Tekniknya mudah sehingga dapat dilakukan oleh dokter umum di rumah
sakit kabupaten atau puskesmas dengan perlengkapan dan peralatan bedah
sederhana.
2. Dapat dilakukan pasca persalinan, pasca keguguran, dan masa interval;
indikasi kontra yang mutlak tidak banyak; dilakukan dengan anestesi local
atau kombinasi dengan analgesia neuroleptik; prosedur dilakukan tanpa
tinggal dirumah sakit.
3. Luka pembedahan hanya kecil sehingga ketakutan akan pembedahan
kurang, parutnya kecil sehingga dapat diterima dari segi kosmetik, bila
diperlukan luka pembedahan dapat diperluas.
4. Waktu pembedahan singkat, kegagalan teknik rendah, masa penyembuhan
pasca bedah juga singkat.
5. Angka kegagalan pembedahan tubektomi rendah, karena tuba langsung
diikat atau dipotong.

Kegagalan Teknik Pembedahan Minilap :


1. Pemberian anestesi yang kurang memadai;
2. Obesitas berlebihan sehingga irisan atau luka pembedahan tidak kecil lagi;
3. Adanya perlengketan yang tidak diduga sebelum melakukan pembedahan.

Komplikasi
Komplikasi pembedahan tubektomi minilap jarang terjadi, walaupun
demikian tindakan ini haruslah dilakukan dengan hati-hati karena merupakan
pembedahan intraperitoneal maka haris siap sedia untuk mengatasi
komplikasi yang mungkin terjadi.
1.Komplikasi pada waktu pembedahan: Perforasi rahim karena pemasangan
atau sewaktu memutar elevator rahim; perlukaan kandung kemih jika irisan
supra pubik terlalu rendah; perlukaan usus (sangat jarang); perdarahan
biasanya akibat robeknya mesosalping; komplikasi anestesi; dan syok;
2.Komplikasi pasca pembedahan tubektomi; rasa nyeri, hematoma subkutan,
26

infeksi pada luka irisan atau abses, luka pembedahan terbuka, dan perdarahan
intra abdominal.
1

DAFTAR PUSTAKA

1. Samsulhadi dalam Prawirohardjo, S. 2016. Haid dan Siklusnya : Ilmu


Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. H
73-90.
2. Affandi B, dan Albar E., dalam Prawirohardjo, S. 2011. Kontrasepsi : Ilmu
Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. H
444-450.
3. Cuningham F.G., dkk. 2012. Obstetri Williams. Volume 1. Edisi 23. EGC :
jakarta, hal. 705-715.
4. FSRH. 2012. Clinical Guidance Combined Contraception Hormonal. Faculty
of Sexual and Reproductive Healthcare, hal.1-35.
5. Affandi B., dkk. 2012. Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3.
Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, hal.PK18-PK44.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., Hasil Utama RISKESDAS 2018.,
Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai