Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh :

Ismiyati Tanjung

2016730053

Pembimbing :

dr. Rusmaniah, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat


Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, dan karunia serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “HIPEREMESIS GRAVIDARUM” yang
penulis ajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Departemen Obstetri dan Ginekologi di Program Studi Profesi Dokter Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke
zaman yang yang penuh ilmu pengetahuan sampai hari ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dan bermanfaat. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
setiap pembacanya.

Jakarta, 6 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Hiperemesis gravidarum mengacu pada muntah yang tidak dapat diatasi


selama kehamilan yang menyebabkan penurunan berat badan dan penurunan
volume, yang menyebabkan ketonuria dan / atau ketonemia. Tidak ada konsensus
tentang kriteria diagnostik khusus, tetapi umumnya mengacu pada akhir spektrum
yang parah mengenai mual dan muntah pada kehamilan. Itu terjadi pada sekitar dua
persen dari semua kehamilan di Amerika Serikat. Ini dapat menyebabkan dampak
yang signifikan pada kualitas hidup pasien dan, sayangnya, mungkin sulit untuk
diobati.
1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. EM

Ruang Perawatan : Al-Adawiyah

Usia : 35 tahun

Agama : Islam

Alamat : Kp. Rawa Indah RT 06/03

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk : 18 November 2020

2. Anamnesis

a Keluhan utama
Pasien dengan usia kehamilan 11 minggu datang dengan keluhan mual (+),
muntah (+), pusing (+), menggigil (+).
b Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan kehamilan 11 minggu datang ke Klinik Prima RSIJ Sukapura
dengan keluhan mual, muntah, pusing dan menggigil sejak 4 jam SMRS. Pada
awal kehamilan pasien mengeluhkan setiap makan dan minum selalu
dimuntahkan, awalnya muntah yang dikeluarkan berupa nasi yang dimakan
kemudian muntah kedua kalinya nasi beserta air yang diminum dan muntah
yang selanjutnya keluar lendir dan untuk selanjutnya pasien merasakan muntah
dengan darah dan pasien juga merasakan stress akibat anak kelas online selama
pandemi COVID-19. Dan 7 hari SMRS pasien mengeluhkan mual, muntah yang
sama, lemas, pusing, badan gemeteran, perut bagian bawa kram, dan disertai
nyeri.
c Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien mempunyai riwayat hipertensi pasca persalinan anak sebelumnya.
• Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit asma, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan ginjal.
d Riwayat Penyakit Keluarga
• Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang dirasakan pasien
saat ini.
• Ibu serta adik pasen mempunyai riwayat hipertensi.
• Tidak ada riwayat penyakit asma, diabetes mellitus penyakit jantung dan
ginjal.
e Riwayat Psikososial
⚫ Makan 1-2x/hari, dengan porsi yang sedikit
⚫ Minum kurang lebih 500cc/hari
⚫ Setiap makan yang dimakan dan minum selalu dimuntahkan
⚫ Konsumsi alkohol, merokok disangkal
⚫ Pasien adalah ibu rumah tangga dengan intensitas kegiatan dirumah sedang.
Pasien mengurus 3 anak dirumah sendiri tanpa bantuan, melakukan pekerjaan
rumah seperti mencuci, menyapu, mengepel, dll
⚫ Selama pandemi pasien sibuk mengurus kedua anaknya kelas online
f Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun
g Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun

Siklus Menstruasi : Teratur setiap 28 hari

Nyeri ketika haid : Tidak

Lama haid : 6 hari

HPHT : 3 September 2020

Taksiran Persalinan : 12 Juni 2021

h Riwayat Obstetri

No Tahun Jenis Penolong Penyulit Jenis BBL Keadaan


Partus Persalinan Persalinan Kelamin Anak

1 2008 Spontan Bidan (-) Laki-laki 3400 gr Sehat


2 2013 Spontan Bidan (-) Laki-laki 3500 gr Sehat

3 2018 Spontan Bidan (-) Laki-laki 3300 gr Sehat

4 Hamil saat ini

i Riwayat Alergi

Tidak ada riwayat alergi obat, makanan dan cuaca

3. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda Vital
Tekanan Darah : 117/84 mmHg
Nadi : 131 x/menit, reguler
Laju Pernapasan : 20 x/menit, spontan
Suhu : 36,3oC

• Antropometri
Berat badan : 79 kg ; Tinggi badan : 165 cm ; BMI : 29,0 kg/m2
• Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut tidak rontok.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), epistaksis (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-). stomatitis (-), gigi karies (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-)
Leher : KGB dan tiroid tidak tampak pembesaran.
Thorax
Payudara : Simetris, hiperpigmentasi areola mamae (+)
Cor : BJ I & II Reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Ekstremitas :
Atas : Akral dingin, edema (-/-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral dingin, edema (-/-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen
Inspeksi : Cembung (-), Linea nigra (-), Bekas OP (-)
Palpasi : Pemeriksaan Leopold tidak dapat dinilai
Auskultasi : DJJ (+)
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13,9 gr % 11,3 - 15,50
Leukosit 10.560 mm3 3.980 - 10.040
Hitung Jenis
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 1% 1- 6
Neutrofil 67 % 34 - 71
Limfosit 24 % 19 - 52
Monosit 8% 4 - 12
Laju Endap Darah 66 mm/jam 0 - 20
Trombosit 341 ribu/mm3 132 - 440
Hematokrit 39,6 % 38 - 47
Urinalisa
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
pH 6,0 5
Berat Jenis 1.030 1003 - 1030
Protein Pos 1 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Aceton Pos 1 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0,2 0-1
Mikroskopis/Sedimen
Leukosit 3-5 3-5
Eritrosit 2-4 1-3
Silinder Negatif Negatif
Epitel Pos 1 Positif 1
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Elektrolit
Natrium 144 meq/L 133 - 146
Kalium 4,6 meq/L 3,4 - 4,6
Klorida 105 meq/L 96 - 108
SARS COVID-19 Antibodi
IgM Antibodi Non Reaktif Non Reaktif
IgG Antibodi Non Reaktif Non Reaktif

• Pemeriksaan USG
Pada pemeriksaan USG didapatkan gravid tunggal, intrauterin, djj (+), hamil 11
minggu.

5. Rencana Tindakan
Non Farmakologis

- Bed rest

Farmakologis
- Pasang infus NaCl : Ds = 2:2
- Inj Ondansetron 2x8 mg
- Inj Ranitidin 2x1
- Sukralfat 4x10 cc
Tindakan
Rawat inap
Infus RL 6 jam
6. Resume
Pasien G4P3A0 dengan usia kehamilan 11 minggu datang ke Klinik Prima RSIJ
Sukapura ditemani oleh suaminya. Pasien datang dengan keluhan mual (+), muntah (+),
pusing (+), badan gemeteran (+) sejak 4 jam SMRS. 7 hari SMRS pasien mengeluhkan
mual, muntah, lemas, pusing, badan gemetaran, perut badan bawah kram dan nyeri.
Riwayat penyakit dahulu pasien mempunyai riwayat hipertensi pasca persalinan anak
sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga ibu serta adik pasien mempunyai riwayat
hipertensi. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal, status antropometri didapatkan
pasien obesitas I. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 10,560 mm3, serta
laju endap darah 66 mm/jam. Pemeriksaan laboratorium tambahan pada pemeriksaan
urinalisa pada kejernihan didapatkan hasil yang keruh, peningkatan pH sebesar 6, protein
positif 1, dan hasil aceton positif 1. Pada pemeriksaan SARS COVID-19 Antibodi
didapatkan hasil Ig-M dan Ig-G non-reaktif. Pada pemeriksaan USG didapatkan hasil
Gravid tunggal, intrauterin, hamil 11 minggu. Rencana tindakan pasien rawat inap serta
diberikan infus RL 6 jam.

7. Diagnosa
G4P3A0 gravid 11 minggu + HEG

8. Follow Up
Waktu Assessment Intruksi
18 November 2020 S : Os hamil anak ke 4, mual P: Pasang infus NaCl : Ds =
13.00 muntah (+), pusing (+), badan 2 : 2
gemeteran, hamil 11 minggu Injeksi Ondansetron 2x8 mg
O: KU baik, kesadaram Injeksi Ranitidin 2x1
composmentis, TD : 106/86
mmHg, HR : 114x/menit, RR
: 20x/menit, Suhu: 36,6oC.
A: G4P3A0 hamil 11 minggu
dengan Hiperemesis
Gravidarium
19 November 2020 S : Mual dan Muntah (+) P: Pasang infus NaCl : Ds =
09.00 O: Keadaan umum: baik, 2 : 2
kesadaran composmentis, Tfu Sukralfat 4x10 cc
: ttb
A: Hiperemesis Gravidarum
19 November 2020 S : Mual (-), Muntah (+) 3x P: Pasang infus NaCl : Ds =
13.10 O: Keadaan umum: baik, 2 : 2
kesadaran composmentis Injeksi Ondansetron 2x8 mg
A: Hiperemesis Gravidarum Injeksi Ranitidin 2x1
19 November 2020 S : Mual (-), Muntah (+) P: Pasang infus NaCl : Ds =
17.18 O: Keadaan umum: baik, 2 : 2
kesadaran composmentis Injeksi Ondansetron 2x8 mg
A: Hiperemesis Gravidarum Injeksi Ranitidin 2x1
20 November 2020 S : Mual (+), Muntah (-) P: Pasang infus NaCl : Ds =
06.00 O: Keadaan umum: baik, 2 : 2
kesadaran composmentis Injeksi Ondansetron 2x8 mg
A: Hiperemesis Gravidarum Injeksi Ranitidin 2x1
20 November 2020 S : Mual (-), Muntah (-) P: Rencana Pulang
13.45 O: Keadaan umum: baik,
kesadaran composmentis, Tfu
: 3 jari dibawah pusat
A: Hiperemesis Gravidarum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa
yang dimakan dan diminum dimuntahkan segingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimia, dan psikologis.

Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum sebagian besar tidak diketahui, tetapi beberapa
teori ada (lihat patofisiologi). Namun, ada faktor risiko yang terkait dengan perkembangan
hiperemesis selama kehamilan. Peningkatan massa plasenta pada molar atau kehamilan
multipel dikaitkan dengan risiko hiperemesis gravidarum yang lebih tinggi. Selain itu, wanita
yang mengalami mual dan muntah di luar kehamilan akibat konsumsi obat yang mengandung
estrogen, terpapar gerakan, atau memiliki riwayat migrain berisiko lebih tinggi mengalami
mual dan muntah selama kehamilan. Beberapa penelitian juga menunjukkan risiko
hiperemesis yang lebih tinggi pada wanita yang anggota keluarga dekatnya, seperti ibu atau
saudara perempuan, yang juga mengalami hiperemesis gravidarum.
Faktor protektif termasuk penggunaan multivitamin sebelum usia kehamilan 6
minggu dan ibu yang merokok.

Epidemiologi
Hingga sembilan puluh persen wanita mengalami mual selama kehamilan. Studi
menunjukkan bahwa sekitar 27% hingga 30% wanita hanya mengalami mual, sedangkan
muntah dapat terlihat pada 28% hingga 52% dari semua kehamilan. Angka kejadian
hiperemesis gravidarum berkisar antara 0,3% sampai 3% tergantung dari sumber literatur.
Secara geografis, hiperemesis tampaknya lebih umum di negara bagian barat.
Patofisiologi
Penyebab pasti dari hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Namun, ada beberapa
teori tentang apa yang mungkin berkontribusi pada perkembangan proses penyakit ini.
Perubahan Hormon
Tingkat human chorionic gonadotropin (hCG) telah terlibat. Tingkat hCG memuncak
selama trimester pertama, sesuai dengan onset khas gejala hiperemesis. Beberapa penelitian
menunjukkan korelasi antara konsentrasi hCG yang lebih tinggi dan hiperemesis. Namun
demikian, data tersebut belum konsisten.
Estrogen juga dianggap berkontribusi pada mual dan muntah selama kehamilan.
Kadar estradiol meningkat di awal kehamilan dan menurun di kemudian hari, mencerminkan
mual dan muntah yang khas selama kehamilan. Selain itu, mual dan muntah adalah efek
samping yang diketahui dari obat yang mengandung estrogen. Saat tingkat estrogen
meningkat, begitu pula kejadian muntah.
Perubahan Sistem Gastrointestinal
Diketahui bahwa sfingter esofagus bagian bawah mengalami relaks selama kehamilan
karena peningkatan estrogen dan progesteron. Hal ini menyebabkan peningkatan insiden
gejala penyakit gastroesophageal reflux (GERD) pada kehamilan, dan salah satu gejala
GERD adalah mual. Studi yang meneliti hubungan antara GERD dan emesis pada kehamilan
melaporkan hasil yang bertentangan.
Genetika
Peningkatan risiko hiperemesis gravidarum telah dibuktikan pada wanita dengan
anggota keluarga yang juga mengalami hiperemesis gravidarum.
Dua gen, GDF15 dan IGFBP7, berpotensi terkait dengan perkembangan hiperemesis
gravidarum.
Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat 1
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat
badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama kelur makanan, lendir, dan sedikit
cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampa 100 kali permenit
dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
2. Tingkat 2
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat an lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang
dari 80 mmHg, apatis, kulitpucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin dan berat badan cepat menurun.
3. Tingkat 3
Waaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

Gejala Klinik
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda
dehidrasi (hipotensi postural, takikardi), pemeriksaan Laboratorium (hiponatremi,
hipokalemia, peningkatan hematokrit), hipertiroid dan LFT abnormal (dapat dijumpai juga).

Diagnosis
✓ Amenore yang disertai muntah hebat
✓ Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
✓ Fisik :dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vt uterus
besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks
berwarna biru (livide)
✓ Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa
✓ Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, bedan
keton, dan proteinuria
✓ Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi

Riwayat dan Pemeriksaan Fisik


Riwayat pasien dengan dugaan hiperemesis gravidarum harus mencakup status
kehamilan mereka, perkiraan usia kehamilan, riwayat komplikasi selama kehamilan
sebelumnya, frekuensi mual dan muntah, setiap intervensi selama pasien mencoba untuk
mengobati gejala, dan hasil dari intervensi yang dicoba. Onset gejala rata-rata terjadi kira-kira
5 sampai 6 minggu setelah kehamilan.
Pemeriksaan fisik harus mencakup detak jantung janin (tergantung usia kehamilan)
dan pemeriksaan status cairan, yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, detak jantung,
kekeringan selaput lendir, pengisian kapiler, dan turgor kulit. Berat badan pasien harus
diperoleh untuk perbandingan dengan berat badan sebelumnya dan masa depan. Pemeriksaan
abdomen, serta pemeriksaan panggul, jika diindikasikan, harus dilakukan untuk menentukan
ada atau tidaknya nyeri tekan saat palpasi.

Evaluasi
Tidak ada definisi tunggal yang diterima untuk hiperemesis gravidarum. Namun,
umumnya mengacu pada kasus mual dan muntah yang ekstrim selama kehamilan. Ini adalah
diagnosis klinis. Kriteria untuk diagnosis termasuk muntah yang menyebabkan dehidrasi
yang signifikan (sebagaimana dibuktikan dengan ketonuria atau kelainan elektrolit) dan
penurunan berat badan (penanda yang paling sering dikutip untuk ini adalah penurunan
setidaknya lima persen dari berat badan sebelum kehamilan pasien) dalam pengaturan
kehamilan tanpa penyebab patologis lain yang mendasari muntah. Nyeri perut yang
signifikan, nyeri panggul, atau perdarahan vagina harus segera dilakukan pemeriksaan untuk
diagnosis alternatif.
Evaluasi harus mencakup urinalisis untuk memeriksa ketonuria dan berat jenis, di
samping hitung darah lengkap dan evaluasi elektrolit. Peningkatan hemoglobin atau
hematokrit mungkin karena hemokonsentrasi dalam pengaturan dehidrasi. Dehidrasi yang
signifikan dapat menyebabkan cedera ginjal akut yang dibuktikan dengan peningkatan
kreatinin serum, nitrogen urea darah, dan penurunan filtrasi glomerulus. Kalium, kalsium,
magnesium, natrium, dan bikarbonat dapat dipengaruhi oleh muntah yang berkepanjangan
dan berkurangnya asupan cairan oral. Tes tiroid, lipase, dan tes fungsi hati juga dapat
diselesaikan untuk mengevaluasi diagnosis alternatif.
Pemeriksaan radiografi mungkin tepat untuk menyingkirkan diagnosis alternatif.
Ultrasonografi kebidanan dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan kehamilan multipel,
kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas gestasional tergantung pada riwayat pasien dan
evaluasi obstetrik sebelumnya. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) dapat digunakan untuk
menilai diagnosis alternatif, seperti usus buntu.

Pengobatan
Perawatan harus dipandu oleh pedoman American College of Obstetrics and
Gynecology (ACOG) Mual dan Muntah dalam Kehamilan. Perawatan awal harus dimulai
dengan intervensi non-farmakologis seperti mengganti vitamin prenatal pasien menjadi
suplementasi asam folat saja, menggunakan suplementasi jahe (250 mg per oral 4 kali sehari)
sesuai kebutuhan, dan dengan menggunakan gelang akupresur. Jika pasien terus mengalami
gejala yang signifikan, terapi farmakologis lini pertama harus mencakup kombinasi vitamin
B6 (piridoksin) dan doksilamin. Tiga resimen dosis didukung oleh ACOG, termasuk
piridoksin 10 sampai 25 mg secara oral dengan 12,5 mg doksilamina 3 atau 4 kali per hari, 10
mg piridoksin dan 10 mg doksilamina hingga 4 kali per hari, atau 20 mg piridoksin dan 20
mg. mg doxylamine sampai 2 kali per hari. Seperti yang ditunjukkan dalam uji coba
terkontrol acak multi-pusat, obat lini pertama ini menunjukkan kemanjuran dalam
pengobatan mual dan muntah, menjaga profil keselamatan janin dan ibu yang baik dan
terdaftar sebagai salah satu dari sedikit obat kategori A kehamilan FDA.
Obat lini kedua termasuk antihistamin dan antagonis dopamin seperti dimenhydrinate
25 hingga 50 mg setiap 4 hingga 6 jam secara oral, diphenhydramine 25 hingga 50 mg setiap
4 hingga 6 jam secara oral, prochlorperazine 25 mg setiap 12 jam secara rektal, atau
promethazine 12,5 hingga 25 mg setiap 4 sampai 6 jam secara oral atau rektal. Jika pasien
terus mengalami gejala yang signifikan tanpa menunjukkan tanda-tanda dehidrasi,
metoclopramide, ondansetron, atau promethazine dapat diberikan secara oral. Dalam kasus
dehidrasi, bolus cairan intravena atau infus saline normal secara kontinu harus diberikan
sebagai tambahan metoclopramide, ondansetron, atau promethazine intravena. Elektrolit
harus diganti sesuai kebutuhan. Kasus hiperemesis gravidarum refrakter yang parah dapat
berespons terhadap klorpromazin intravena atau intramuskular 25 hingga 50 mg atau
metilprednisolon 16 mg setiap 8 jam, secara oral atau intravena.
Manajemen
✓ Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di Rumah
Sakit dan batasi pengunjung
✓ Stop makanan peroral 24-49 jam
✓ Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit
✓ Obat:
➢ Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus
➢ Vitamin B12 200 μg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus
➢ Fenobarbital 30 mg I.M. 2-3 kali perhari atau klorpromazin 25-30 mg/hari 25-50
mg/hari I.M. atau diazepam 5 mg kali per hari I.M
➢ Antiemetik : prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau
proklorperazin (stemetil) 3x3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3x1 per hari oral
➢ Antasida : asidrin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari per oral
atau magnam 3x1 tablet per hari per oral
✓ Diet
➢ DHI : diberikan pada Hiperemesis tingkat III. Makanan yang diberikan roti kering dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan secara bersamaan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari
➢ DHII : diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur-angsur
mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman diberikan bersamaan
makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
➢ DHIII : diberikan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
✓ Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan normal salin (NaCl 0.9%). cairan dextrose tidak boleh diberikan karena tidak
mengandung sodium yang cukup untuk mengkoreksi hiponatremia. Suplemen potasium
boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral
50/150 m dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu
dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui terjadinya ketonuria.
✓ Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis
(meoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik
(disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila
masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid
dengan reseptor 5- Hidrokstriptamin.

Differntial Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum bersifat klinis dan sebagian besar merupakan
diagnosis eksklusi. Daftar diagnosis banding potensial untuk pasien dengan gejala serupa
cukup luas. Ini dapat mencakup:
✓ Penyakit trofoblas gestasional
✓ Kehamilan ganda
✓ Kehamilan ektopik
✓ Preeklamsia
✓ Hemolisis, peningkatan enzim hati, dan sindrom trombosit rendah (HELLP)
✓ Gastroenteritis
✓ Gastroparesis
✓ Obstruksi usus halus
✓ Kolesistitis
✓ Pielonefritis
✓ Torsi ovarium
Penting untuk mengevaluasi pasien untuk penyakit trofoblas gestasional dan
kehamilan multipel karena mungkin juga termasuk mual dan muntah yang parah pada
trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan dapat dimulai dengan USG kebidanan, yang akan
memastikan diagnosis dalam banyak kasus. Masalah kebidanan trimester pertama lainnya
termasuk kehamilan ektopik, yang lebih mungkin termasuk sakit perut, sinkop, atau
perdarahan vagina dan dapat dievaluasi lagi dengan USG kebidanan dan kadar B-hCG.
Timbulnya mual dan muntah setelah sembilan minggu harus memicu perhatian untuk
diagnosis alternatif. Preeklamsia, HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombosit
rendah), dan perlemakan hati akut pada kehamilan biasanya muncul dengan sendirinya
selama akhir trimester kedua atau ketiga kehamilan.
Penyebab mual dan muntah non-obstetris juga dapat terjadi selama kehamilan dan
harus selalu dibedakan, mengingat bahwa pasien hamil dianggap berisiko lebih tinggi untuk
mengalami pembekuan darah; oleh karena itu diagnosis yang menyebabkan iskemia atau
pembentukan trombus mungkin lebih umum terjadi selama kehamilan. Penyebab
gastrointestinal seperti gastroenteritis, obstruksi usus halus, gastroparesis, penyakit tukak
lambung, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, dan apendisitis harus dipertimbangkan.
Pielonefritis, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan torsio ovarium mungkin juga termasuk
muntah. Gangguan metabolik seperti ketoasidosis diabetikum, hipertiroidisme, dan
hiperparatiroidisme juga dapat memiliki gejala yang serupa. Gangguan neurologis seperti
migrain, perdarahan intrakranial, pseudotumor cerebri, dan trombosis sinus vena juga dapat
menyebabkan muntah, tetapi cenderung disertai sakit kepala atau defisit neurologis.
Gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan depresi juga dapat menyebabkan muntah, seperti
halnya konsumsi racun dan iskemia miokard.

Prognosis
Mual dan muntah saat hamil sering terjadi. Gejala biasanya mulai sebelum usia
kehamilan 9 minggu dan sebagian besar kasus diselesaikan pada minggu ke 20 kehamilan.
Sebagian kecil pasien, sekitar 3%, akan terus mengalami muntah selama trimester ketiga.
Sekitar 10% pasien dengan hiperemesis gravidarum akan terkena selama kehamilan.

Komplikasi
Karena hiperemesis gravidarum melibatkan 2 pasien, keduanya harus
dipertimbangkan saat mendiskusikan komplikasi.
Komplikasi Ibu
Pada kasus hiperemesis yang parah, komplikasi termasuk defisiensi vitamin,
dehidrasi, dan malnutrisi, jika tidak ditangani dengan tepat. Ensefalopati Wernicke, yang
disebabkan oleh kekurangan vitamin B1, dapat menyebabkan kematian dan cacat permanen
jika tidak diobati. Selain itu, ada laporan kasus cedera sekunder akibat muntah yang kuat dan
sering, termasuk ruptur esofagus dan pneumotoraks. Kelainan elektrolit seperti hipokalemia
juga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Selain itu, pasien dengan
hiperemesis mungkin memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi selama
kehamilan.
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-
6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Komplikasi Janin
Studi melaporkan informasi yang bertentangan mengenai kejadian berat lahir rendah
dan bayi prematur dalam keadaan mual dan muntah dalam kehamilan. Namun, penelitian
belum menunjukkan hubungan antara hiperemesis dan kematian perinatal atau neonatal.
Frekuensi anomali kongenital tampaknya tidak meningkat pada pasien hiperemesis.
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
Konsultasi
Konsultasi kebidanan diindikasikan pada keadaan hiperemesis gravidarum karena
merupakan bentuk mual dan muntah yang paling parah pada kehamilan. Masuk diindikasikan
untuk antiemetik dan cairan intravena dalam pengaturan gejala refraktori, pengobatan rawat
jalan yang gagal, dehidrasi parah, atau gangguan elektrolit.

Pencegahan dan Pendidikan Pasien


Asupan harian multivitamin dengan asam folat setidaknya satu bulan sebelum
pembuahan tidak hanya mengurangi risiko kelainan bawaan seperti cacat tabung saraf tetapi
juga dikaitkan dengan penurunan frekuensi dan keparahan mual dan muntah selama
kehamilan.

Meningkatkan Hasil Tim Perawatan Kesehatan


Tim interprofesional yang memberikan perawatan komprehensif dan pendekatan
terintegrasi untuk pengobatan mual dan muntah selama kehamilan dapat memberikan hasil
terbaik yang berpusat pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Djafar Siddik. (2016). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi ke empat. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai