Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.

A DENGAN DIARE
DIRUANG AMARILIS 2 RSUD TUGUREJO

Oleh :
AISA EMILIA
081211022

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2023
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TUMBANG
1. Pertumbuhan
a. Pengertian
Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015) pertumubuhan
juga perubahan yang bersifat kuantitatif karena bertambah
banyak jumlah,ukuran,dimensi pada tingkat sel,organ,system
organ maupun individu. Misalnya,anak bertambah besar bukan
saja karena fisik,melainkan juga ukuran dan struktur organ tubuh
dan otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya
untuk belajar lebih besar,mengingat ,dan mempergunakan akalnya
semakin meningkat. Anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
b. Ciri- ciri pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran organ atau individu dan hal ini dapat diukur melalui
ukuran berat, ukuran panjang, besar lingkaran kepala. Semua hal
ini memerlukan proses pemantauan yang tepat.
Ciri Pertumbuhan :
 Merupakan perubahan yang dapat diukur secara kuantitatif
 Mengikuti perjalanan waktu
 Dalam keadaan normal, setiap anak memiliki pertumbuhan
tertentu. Manusia tidak pernah statis, semenjak
pembuahan hingga ajal selalu terjadi perubahan, baik
dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis.
Piaget menjelaskan bahwa struktur itu "tidak pernah statis dan
sudah ada semenjak awal." Dengan perkataan lain, organisme yang
matang selalu mengalami pembuahan yang progresif sebagai
tanggapan terhadap kondisi yang bersifat peng-alaman dan
perubahanperubahan itu mengakibatkan jaringan interaksi yang
majemuk.
c. Indikator Pertumbuhan
 Panjang Badan
 Berat Badan
 Ubun- Ubun
 Lingkar Kepala
 Gigi
d. Pertumbuhan berdasarkan usia
2. Perkembangan
a. Pengertian
Perkembangan (development) adalah tambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.
b. Periode Perkembang
 Periode Pranatal
 Periode Bayi
 Periode Kanak-Kanak Awal
 Prasekolah
 Periode Kanak-Kanak Pertengahan
c. Indikator Perkembangan
 Formulir KPSP menurut usia :
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66,72 bulan. Formulir
ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
yang telah dicapai anak.
 Alat bantu pemeriksaan berupa :
bola, boneka, kubus sisi 2,5 cm, benang wol merah, kertas,
krayon, kismis,kerincingan,lonceng.
d. Teori Perkembangan menurut Ericson dan Frued
 Menurut Frued
1) Fase Oral
2) Fase Anal
3) Fase Falik
4) Fase Laten
5) Fase General
 Menurut Erikson
1) Percaya vs Tidak Percaya
2) Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu
3) Inisiatif vs Rasa Bersalah
4) Industri vs inferiority
5) Identitas vs Kerancauan Peran

B. KONSEP PENYAKIT DAN ASKEP


1. Pengertian
Menurut pratiwi dan haqi 2019 diare adalah penyakit yang ditandai
dengan berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar
secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari. Diare
adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah
suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya
(> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau
berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
fese. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya,
dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang
berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
Diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi
lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut
berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama
kuran lebih 14 hari.
2. Etiologi
Diare disebabkan oleh sejumlah organisme bakteri, virus dan
parasit, yang sebagian besar disebarkan oleh air yang tercemar feses.
Infeksi lebih sering terjadi ketika sanitasi yang buruk dan kebersihan air
yang aman untuk minum, memasak dan membersihkan kurang
memadai. Rotavirus dan Escherichia coli adalah dua agen etiologi
paling umum dari penyebab diare sedang hingga berat di negaranegara
berpenghasilan rendah.
Patogen lainnya seperti spesies cryptosporidium dan shigella
mungkin juga penyebab dari infeksi diare. Pola etiologi spesifik lokasi
juga perlu dipertimbangkan. Penyebab diare selanjutnya yaitu
kekurangan gizi. Anakanak yang meninggal akibat diare sering
menderita kekurangan gizi yang membuat mereka lebih rentan
terhadap diare. Diare adalah penyebab utama kekurangan gizi pada
anak-anak di bawah lima tahun dan penyakit diare ini menyebabkan
malnutrisi mereka menjadi lebih buruk (WHO, 2017).
Menurut Susilaningrum, Nursalam dan Utami (2013) ada beberapa
perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare yaitu tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 6 bulan pertama kehidupan,
menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu
kamar, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, dan sebelum
menjamah makanan.
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh
berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan.
Faktor penyebab diare antara lain :
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
b. Infeksi parenteral
Ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media
akut (OMA) tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar).
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian menjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik,
akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan sekresi
atau penurunan absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa
intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal
(Wiffen et al, 2014).
Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di kolon dengan manifestasi
sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis
berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta
gejala dan tanda dehidrasi.
Diare juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu
peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi
bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang
menyebakan terjadinya diare. Pada dasarnya, mekanisme diare akibat
kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel
dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu
atau lebih mekanisme tersebut untuk mengatasi pertahanan mukosa
usus (Amin, 2015).
Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3 kelompok :
1) Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari
mukosa. Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
2) Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus
besar tidak menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air
dan elektrolit. Fungsi yang terbalik ini dapat disebabkan
pengaruh toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan
lain-lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic
AMP) pada sel mukosa usus.
3) Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti
pada colitis ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan
adanya serum, darah, dan mukus.
Diare akut dapat menyebabkan terjadinya:
1) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik
atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa
disertai dengan muntah, perfusi jaringan berkurang sehingga
hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, peredaran
otak dapat terjadi, kesadaran menurun (sopokorokomatosa)
dan bila tidak cepat diobati, dapat menyebabkan kematian.
3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan
karena diare dan muntah, kadang-kadang orangtua
menghentikan pemberian makanan karena takut
bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan
tetap diberikan tetapi dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia
akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah
menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat
badan. Sebagai akibat hipoglikemia 13 dapat terjadi edema
otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma.
4. Pathways

5. Manifestasi Klinis
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare
pada anak adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
6. Komplikasi
Menurut Marcdante (2014) komplikasi yang dapat terjadi dari diare
akut maupun kronis, yaitu:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik)
2) Hipoglikemia
3) Gangguan gizi
4) Gangguan sirkulasi
5) Hiponatremi
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kyle (2014), pemeriksaan laboratorium dan diagnostic untuk
diare yaitu:
1. Pemeriksaan tinja
- Markoskopik dan mikroskopik
- Ph dan kadar gula pada tinja
- Biakan dan resistensi feses (color)
2. Analisa gas dada apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan kusmaoul).
3. Pemeriksaan kadar ureum kreatif untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaa elektrolitterutama kadar Na,K,Kalsium dan fosfat
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Menurut Setiati (2014), penanganan diare akut sebagai berikut :
1. Rehidrasi Cairan Pada keadaan awal dapat diberikan sediaan

cairan/bubuk hidrasi peroral setiap kali diare. Pemberian


hidrasi melalui cairan infus dapat meggunakan sediaan berupa
Ringer Lactat ataupun NaCl isotonis.
2. Pengaturan Asupan Makanan Pemberian asupan makanan
diberikan secara normal, sebaiknya dalam porsi kecil namun
dengan frrekuensi yang lebih sering. Pilih makanan yang
mengandung mikronutrien dan energy (pemenuhan kebutuhan
kalori dapat diberikan bertahap sesuai toleransi pasien).
Menghindari makanan atau minuman yang mengandung susu
karena dapat terjadinya toleransi laktosa, demikian juga
makanan yang pedas ataupun mengandung lemak yang tinggi.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Bila pasien masih mengalami dehidrasi ringan Berikan minum
sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi.
Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada
oralit dapat diberikan larutan gula garamdenan 1 Poltekkes
Kemenkes Padang 23 gelas air matang yang agak dingindilarutkan
dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak
terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan
melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat
dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau
cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan
adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam
pertama karena diperlukan untuk pasien. Bila pasien mngalami
dehidrasi berat Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk
mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah
cairan yang masuk tubuh.
9. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis
kelamin,suku/bangsa, agama , alamat, nomer ruangan dan
nomer register.
 Identitas penanggung jawab meliputi : nama orang tua,umur,
jenis kelamin,pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, ,data ini
sangat di perlukan karena penanggung jawab adalahorang yang
bisa perawat hubungi saat akan di lakukan suatu tindakan.
 Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat bio, psiko, sosial,spiritual (virginia handerson)
 Pemeriksaan fisik
b. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan yang sering mucul menurut (Nurarif
& Kusuma (2015):
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
4. Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
perubahan status nutrisi
c. Intervensi Keperawatan
1.Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
Luaran : Status nutrisi (L.06053) setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria
hasil :
a). Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
b). Nyeri abdomen menurun
c). diare menurun
d). Nafsu makan membaik
intervensi : Manajemen nutrisi (1.03119)
Observasi :
a). Monitor asupan makanan
b). Monitor berat badan
c). identifikasi status nutrisi
Terapeutik :
a). Berikan makanan tinggi kalori dan tingi protein
b). Berikan suplemen makan
Edukasi :
a). Anjurkan diet yang diprogramkan
b). Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi :
a). Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
b). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan.
2. Diagnosa : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
Luaran : pemeliharaan kesehatan (L.12106) setelah dilakukan
asuhan keperawatan diharapkan pemeliharaan kesehatan
meningkat dengan kriteria hasil :
a). Menunjukan perilaku hidup sehat meningkat
b). Meningkatkan perilaku sehat meningkat
Intervensi : Edukasi kesehatan (1.12382)
Observasi :
a). Identifikasi kesipan dan kemampuan menrima informasi
Terapeutik :
a). Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b). Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c). berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a). Ajarkan keluarga cara mencegah infeksi
b). Anjurkan melaporkan gejala demam, menggigil, mimisan,
lebam, dan tinja berwarna merah tua atau hitam.
3. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan
Luaran : Keseimbangan cairan (L.03020) setelah dilakukan asuhan
kepawatan diharapkan keseimbangan cairan meningkat dengan
kriteria hasil :
a). Asupan cairan meningkat
b). Kelembaban membran mukosa meningkat
c). asupan meningkat
d). Dehidrasi menurun
e). Membran mukosa membaik
f). Mata cekung membaik
g). Turgor kulit membaik
h). Berat badan meningkat
Intervensi : Pemantauan elektrolit (1.03122)
Observasi
a). Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
b). Monitor mual, muntah dan diare
c). monitor tanda dan gejala hipematremia
Terapeutik
a). Atur interval waktu prmantauan sesuai dengan kondisi pasien
b. dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a). Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b). Informasikan hasil pemantauan
4. Diagnosa : Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan
dengan perubahan status nutrisi
Luaran : Integritas kulit dan jaringan (L.14125) setelah dilakukan
asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit meningkat dengan
kriteria hasil :
a). Elastisitas meningkat
b). Tekstur meningkt
Intervensi : perawatan integritas kulit (1.11353)
Observasi :
a). Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Edukasi :
a). Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
b). Anjurkan meningkatkan buah dan sayur
d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan pelaksaan tindakan


yang sudah direncanakan dengan tujuan pasien terpenuhi secara
optimal dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan yang
penulis rencanakan mencakup tindakan mandiri. (Sya'diyah, 2018).

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. Tahap evaluasi
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telalh ditetapkan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. (Suarni & Apriyani, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.

Dewi V, N. L. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

Kyle; Terri; Carman; Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi 2. Vol.1.
Jakarta: EGC

Sinaga esmi (2018). Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada klien anak dengan
diare di puskesmas puuwatu

Pramita lidia (2017).Asuhan keperawatan pada anak dengan diare di ruang 2


rumah sakit reksodiwiryo padang

Najah hidayatun (2020). Asuhan keperawatan anak dengan diare yang dirawat di
rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai