GINGIVEKTOMI
MODUL PERIODONSIA
Oleh :
Raudhah Ramadiyantika
2141412016
Dosen Pembimbing
drg. Saidina Hamzah D., Sp. Perio (K)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pembesaran Gingiva
Gingiva adalah jaringan lunak yang menutupi gigi. Gingiva yang sehat
berwarna merah muda dengan tepi yang tajam menyerupai krah baju, konsistensi
kenyal dengan adanya stipling. Pertambahan ukuran gingiva adalah hal yang
umum pada penyakit gingiva. Terminologi kondisi tersebut adalah : gingival
enlargement. Gambaran klinisnya disebut hipertropi gingivitis atau hiperplasi
gingiva dengan warna merah, konsistensi lunak, tepi tumpul dan tidak adanya
stippling (halus).
Pembesaran gingiva adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh
faktor lokal dan sistemik, yang paling utama adalah faktor lokal yaitu plak bakteri.
Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva membesar, halus, mengkilat, konsistensi
lunak, warna merah dan pinggirannya tampak membulat. Hal ini menimbulkan
estetik yang kurang baik, sehingga memerlukan perawatan yaitu gingivektomi.
Pembesaran gingiva merupakan hasil dari perubahan inflamasi akut atau
kronis. Perubahan kronis lebih umum terjadi. Gambaran klinis inflamasi kronis
pembesaran gingiva adalah pada tahap awal merupakan tonjolan sekitar gigi pada
papila dan marginal gingival. Tonjolan tersebut dapat bertambah ukurannya
sampai menutup korona. Bisa secara lokal ataupun general dan progresnya lambat
dan tidak sakit, kecuali pada infeksi akut atau trauma . Penyebabnya adalah plak
gigi yang terekspos dalam jangka waktu yang lama.
Klasifikasi pembesaran gingival menurut faktor etiologi yaitu: (1)
Inflamatory enlargement kronis dan akut; (2) Obat-obatan penyebab pembesaran
gingiva, misalnya phenythoin (Dilantin), cyclosporine, calcium chanel blokers;
(3) Pembesaran pada kondisi tertentu misalnya penyakit sistemik kehamilan,
pubertas; (4) Defisiensi vitamin C; (5) Pyogenik granuloma (non spesifik); (6)
Penyakit sistemik misalnya leukimia dan penyakit granulomatous ( wegner’s
granuloma, sarcoidosis); (7) Neoplasma enlargement (tumor gingiva) berupa
tumor benigna atau tumor maligna; dan (8) False enlargement.
2. Gingivektomi
Kata gingivektomi berarti "eksisi gingiva". Gingivektomi adalah suatu terapi
bedah periodontal berupa pemotongan/eksisi jaringan gingiva dengan membuang
dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan peradangan
gingiva sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik yang
baik. Dengan melepas dinding poket, gingivektomi memberikan visibilitas dan
aksesibilitas untuk pengangkatan kalkulus dan root planning menyeluruh. Hal ini
menciptakan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan dan pemulihan kontur
gingiva fisiologis.
Syarat dari gingivektomi adalah mempunyai gingival cekat yang cukup
adekuat, sehingga setelah dilakukan gingivektomi terdapat gingival cekat yang
cukup atau mendukung dari jaringan gigi tersebut. Pertimbangan penting untuk
prosedur gingivektomi adalah jumlah jaringan keratin yang ada. Pengangkatan
gingiva berkeratin yang berlebihan akan menyebabkan masalah mukogingiva.
Keuntungan gingivektomi adalah kemudahan dan kesederhanaan prosedur, tetapi
memiliki kelemahan berupa rasa tidak nyaman pasca operasi dan peningkatan
kemungkinan perdarahan pasca operasi.
Gingivektomi diindikasikan pada pembesaran gingiva yang tumbuh
berlebih, jaringan yang fibrosis dan poket supraboni. Pembesaran gingiva yang
tidak mengecil sesudah dilakukan scaling, curettage, root planing dan polishing
maka perlu dilakukan gingivektomi.
Gingivektomi atau gingivoplasti juga dapat dilakukan dengan
electrosurgery atau dengan laser. Beberapa bukti menunjukkan bahwa gingival
enlargement rekuren terinduksi obat berkurang pada pasien yang dirawat dengan
laser dibandingkan dengan gingivektomi konvensional. Gingivoplasty adalah
pembentukan kembali gingiva tanpa adanya poket. Hal ini dapat dilakukan dengan
pisau periodontal, scalpel, atau bur diamond
Suatu penelitian menunjukkan adanya faktor lokal sebagai pemicu
terjadinya rekurensi pada proses penyembuhan setelah dilakukan gingivektomi.
Kontrol plak yang tidak optimal menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri
plak supragingiva yang menimbulkan peradangan pada gingiva didekatnya.
Peradangan yang terjadi menyebabkan terjadinya kekambuhan atau pembesaran
gingiva, oleh karena itu selama masa penyembuhan diperlukan pemeliharaan oral
hygiene yang baik.
Bakteri plak merupakan penyebab utama penyakit peradangan pada jaringan
periodontal sehingga tanpa kontrol plak, kesehatan periodontal tidak akan pernah
tercapai.
Indikasi Gingivektomi
Apabila persyaratan gingivektomi dipenuhi, gingivektomi diindikasikan
untuk kondisi berikut :
1. Eliminasi poket supra-alveolar dan abses periodontal suprabony. Poket supra-
alveolar lebih dari 4 mm yang terdapat penebalan gingiva dan gingiva fibrotik
(seperti : hereditary gingival fibromatosis atau pembesaran gingiva karena
drug-induced)
2. Menghilangkan pembesaran fibrosa atau edematosa dari gingiva
3. Mengubah margin yang tumpul (blunted) dan menggulung (rolled) menjadi
bentuk fisiologis
4. Membuat bentuk yang lebih estetik dalam kasus di mana eksposur mahkota
anatomis belum sepenuhnya terjadi
5. Menciptakan kesimetrisan bilateral (dimana margin gingiva dari satu gigi
insisivus lebih menyusut dibanding gigi insisivus yang berdekatan)
6. Mengekspos mahkota klinis tambahan untuk mendapatkan retensi pada
prosedur restoratif (akses ke area subgingiva, dan sebagainya). Atau untuk
tindakan preprostetik, sebelum dilakukan pencetakan
7. Memperbaiki gingival crater
8. Gigi impaksi yang perlu diekspos secara bedah dalam kasus erupsi yang
anomali
Kontraindikasi Gingivektomi
1. Pasien dengan OHI jelek
2. Dibutuhkan bedah tulang alveolar
3. Pasien memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol (sehingga tindakan
bedah tidak dapat dilakukan)
4. Pasien dengan risiko perdarahan yang tinggi pasca operasi
5. Poket periodontal dengan kedalaman poket mencapai mukongival junction
sehingga jika dilakukan Tindakan gingivektomi mengakibatkan tulang menjadi
terekspos dan kehilangan gingival cekat
6. Pasien dengan keadaan gingiva mengalami infeksi dan inflamasi.
7. Frekuensi karies dan malposisi tinggi
8. Attached gingiva sempit
9. Poket infrabony
10. Penebalan alveolar crest
A. Jenis-Jenis Gingivektomi
1. Surgical gingivectomy
Bedah konvensional dilakukan dengan standard surgical scalpel (Carbon, No.15)
dan gingivectomy blade (Hu Friedy 15/16, Chicago, USA)
2. Gingivektomi dengan electrosurgery (Surgical Diathermy)
Menggunakan arus frekuensi tinggi 1,5 hingga 7,5 juta siklus per detik (cps). Ada
3 golongan elektroda yang digunakan :
1. Single wire electrodes untuk insisi dan eksisi
2. Loop electrodes untuk planing tissues
3. Heavy bulkier electrodes untuk prosedur koagulasi
Penggunaan electrosurgery hanya terbatas pada prosedur eliminasi pembesaran
gingiva, gingivoplasti, relokasi frenum dan perlekatan otot, insisi abses
periodontal serta flap perikoronal. Electrosurgery tidak disarankan untuk
digunakan pada prosedur yang dekat dengan tulang misalnya bedah flap atau
bedah mukogingival.
3. Laser gingivectomy
Laser yang paling umum digunakan adalah laser karbondioksida dan Nd:YAG.
Dipakai untuk eksisi gingiva yang over growth.
4. Gingivektomi dengan chemosurgery
Bahan kimia yang digunakan adalah 5% paraformaldehyde atau potassium
hydroxide untuk menghilangkan gingiva.
B. Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengerjakan Gingivektomi
Sebelum Tindakan
- Memastikan gingiva tidak dalam keadaan infeksi atau inflamasi sehingga
perlu dilakukan initial terapi untuk mengeliminasi infeksi atau inflamasi
yang ada
- Kebersihan mulut (rekam kontrol plak harus dibawah 10%)
- Pemeriksaan tekanan darah dan pengisian Informed consent
Saat Tindakan
- Penandaan menggunakan pocket marker. Ini sangat penting karena
penandaan tadi digunakan sebagai guide saat eksisi gingiva tersebut
sehingga harus tepat.
- Pada saat eksisi yang harus diperhatikan penempatan blade atau pisau
Kirkland harus membentuk 45o menghadap akar gigi atau tulang alveolar,
sehingga saat melakukan eksisi didapatkan kontur gingiva yang baik
(eksternal bevel).
- Saat melakukan eksisi harus memastikan semua jaringan terkoreksi
dengan baik, tidak ada jaringan yang tertinggal atau jaringan nekrosis
yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi.
- Bentuk gingiva harus sesuai dengan gingiva normal dan lengkung gigi
harus sesuai, sehingga gigi terlihat sesuai dengan proposinya.
- Kontrol perdarahan (sehingga setelah selesai dilakuakan gingivektomi
pasien tidak mengalami perdarahan).
C. Teknik Gingivektomi
- Langkah 1: poket periodontal dipetakan pada permukaan gingiva dengan
memasukkan probe ke bagian dasar poket dan menusuk permukaan luar
gingiva pada kedalaman penetrasi probe dengan sonde, atau gunakan pocket
marker.
- Sayatan miring eksternal dimulai apikal dari titik-titik yang menandai alur
poket dan diarahkan secara koronal ke titik antara dasar poket dan puncak
tulang. Sayatan harus sedekat mungkin dengan tulang tanpa mengeksposnya
untuk menghilangkan jaringan lunak koronal dari tulang. Eksposur tulang tidak
diinginkan.
- Jika ini terjadi, biasanya menimbulkan komplikasi minimal saat penyembuhan
jika area tersebut cukup tertutup oleh surgical dressing. Insisi terputus atau
kontinu dapat digunakan. Sayatan harus miring kira-kira 45 derajat ke
permukaan gigi, dan harus menciptakan kembali kontur normal pada gingiva.
Kegagalan memiringkan sayatan akan meninggalkan jaringan datar dan lebar
yang akan menunda terbentuknya kontur fisiologis.
- Langkah 3: Lepaskan dinding poket yang telah dieksisi, irigasi area tersebut,
dan periksa permukaan gigi.
- Langkah 4: lakukan scaling dan root planning.
- Langkah 5: Tutupi area tersebut dengan dressing.
D. Dressing Periodontal
Dressing harus menutupi gingiva, tetapi ekstensi berlebihan ke mukosa
yang tidak terlibat harus dihindari. Dressing yang berlebihan mengiritasi
mucobuccal fold dan dasar mulut, serta mengganggu lidah (pada rahang bawah).
Overextension juga membahayakan dressing yang tersisa karena kelebihannya
cenderung pecah dan mengendurkan dressing dari area bedah. Dressing yang
mengganggu oklusi harus dibuang sebelum pasien pulang. Kegagalan melakukan
hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dan beresiko terhadap retensi dressing.
Operator harus meminta pasien untuk menggerakkan pipi dan bibir ke
segala arah, menjulurkan lidah, menggerakkan lidah ke kanan dan kiri untuk
membentuk dressing saat masih lunak, semua kelebihan harus dihilangkan.
Sebagai aturan umum, dressing digunakan selama 1 minggu pasca bedah.
Pedoman ini didasarkan pada waktu penyembuhan dan pengalaman klinis. Ini
bukan persyaratan yang kaku; periode penggunaan dressing dapat diperpanjang,
atau area tersebut dapat di redressing untuk minggu tambahan. Bagian dressing
mungkin lepas dalam seminggu, tapi ini seharusnya tidak menimbulkan masalah.
Jika dressing lepas dari area bedah dan pasien merasa tidak nyaman, biasanya
yang terbaik adalah redressing area tersebut. Operator melepas dressing yang
tersisa, irigasi daerah tersebut, dan mengoleskan anestesi topikal sebelum
mengganti dressing, yang kemudian dipakai selama seminggu lagi. Dressing yang
berlebih harus dikurangi dengan hati-hati untuk memastikan bahwa margin baru
tidak kasar sebelum pasien dipulangkan.
Dressing periodontal tidak memiliki khasiat kuratif tetapi membantu
penyembuhan dengan melindungi jaringan. Dressing memfasilitasi penyembuhan
dengan mencegah trauma permukaan selama pengunyahan dan melindungi pasien
dari rasa sakit yang disebabkan oleh kontak luka dengan makanan atau dengan
lidah selama pengunyahan.
E. Minggu 1 Pasca Bedah
Jika dilakukan dengan benar, bedah periodontal menyebabkan masalah
pasca bedah minimal. Pasien diinstruksikan untuk berkumur perlahan dengan
klorheksidin glukonat 0,12% segera setelah prosedur pembedahan dan dua kali
sehari seterusnya sampai kontrol biofilm normal dapat dilanjutkan. Komplikasi
berikut mungkin timbul selama minggu pertama pasca bedah, meskipun mereka
jarang terjadi:
1. Perdarahan terus menerus setelah operasi. dressing dilepas, dan anestesi lokal
mungkin diperlukan sebelum area perdarahan ditemukan. Pendarahan
dihentikan dengan ditekan. Setelah pendarahan dihentikan, pasang dressing
kembali.
2. Sensitivitas terhadap perkusi. Perluasan area peradangan ke ligamen
periodontal dapat menyebabkan sensitivitas terhadap perkusi. Pasien harus
ditanyai tentang perkembangan simptom. Ketidaknyamanan yang berkurang
secara bertahap adalah tanda yang baik. Dressing dilepas dan area bedah
diperiksa untuk mengetahui area infeksi atau iritasi yang terlokalisasi. Area
tersebut harus diirigasi atau diinsisi untuk menyediakan drainase jika terdapat
area eksudat lokal. Partikel kalkulus yang mungkin terabaikan harus dibuang.
Sensitivitas terhadap perkusi juga bisa disebabkan oleh dressing berlebihan,
yang mengganggu oklusi. Pengurangan kelebihan dressing biasanya
memperbaiki kondisi.
3. Pembengkakan. Selama 2 hari pertama pasca operasi, beberapa pasien
mungkin melaporkan pembengkakan lunak dan tidak nyeri pada pipi di area
bedah. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening, dan suhu mungkin
sedikit meningkat. Area bedah itu sendiri biasanya bebas gejala. Jenis
keterlibatan ini terjadi akibat reaksi inflamasi lokal terhadap prosedur
pembedahan. Biasanya reda pada hari keempat pasca operasi tanpa perlu
melepas dressing. Jika pembengkakan berlanjut, membesar, atau berhubungan
dengan peningkatan nyeri, amoksisilin (500 mg) harus diminum setiap 8 jam
selama 1 minggu. Pasien juga harus diinstruksikan untuk kompres panas area
tersebut secara intermiten.
4. Perasaan lemah. Kadang-kadang, pasien melaporkan mengalami kelelahan
sekitar 24 jam setelah operasi. Ini merupakan reaksi sistemik terhadap
bakteremia transien yang disebabkan oleh prosedur. Reaksi ini dapat dicegah
dengan premedikasi dengan amoxicillin (500 mg) setiap 8 jam. Protokol ini
harus dimulai 24 jam sebelum prosedur berikutnya (jika ada) dan dilanjutkan
selama 5 hari pasca operasi.
F. Pelepasan Dressing dan Kunjungan Kembali
Ketika pasien kembali dalam 1 minggu, dressing periodontal dilepas dengan
memasukkan kuret di sepanjang tepi dan memberikan sedikit tekanan lateral.
Potongan dressing pada interproksimal dan yang menempel pada permukaan gigi
juga dilepaskan dengan kuret. Partikel dressing dan debris pada jaringan harus
dihilangkan dengan hati-hati menggunakan kapas. Seluruh area diirigasi untuk
menghilangkan debris superfisial
G. Temuan pada Saat Pelepasan Dressing
Jika gingivektomi telah dilakukan, permukaan yang dieksisi ditutup dengan
jaringan epitel baru yang rapuh. Jaringan ini tidak boleh diganggu. Jika kalkulus
belum sepenuhnya dibersihkan, tonjolan merah seperti manik-manik dari jaringan
granulasi akan muncul. Jaringan granulasi harus dihilangkan dengan kuret untuk
mengekspos kalkulus sehingga dapat dilakukan root planing. Jaringan granulasi
akan muncul berulang jika sisa kalkulus tidak dibersihkan seluruhnya.
H. Redressing
Setelah dressing dilepas, biasanya tidak perlu diganti. Namun, redressing
tambahan selama seminggu disarankan untuk jenis pasien berikut: (1) mereka
dengan ambang nyeri rendah yang sangat tidak nyaman saat perban dilepas; (2)
mereka yang memiliki permukaan akar yang luar biasa sensitif pasca bedah; atau
(3) luka terbuka di mana tepi flap nekrosis. Pertimbangan klinis membantu saat
memutuskan apakah akan redressing area tersebut atau meninggalkan dressing
awal untuk waktu yang lebih lama.
I. Perawatan Kebersihan Mulut di antara kunjungan
Perawatan kebersihan mulut oleh pasien antar kunjungan dan setelah
perawatan bedah selesai sangat penting. Tindakan ini harus dimulai setelah
dressing dilepas dari prosedur bedah pertama. Pasien telah mendapatkan instruksi
tentang kebersihan mulut sebelum perawatan bedah tetapi harus diinstruksikan
lagi setelah perawatan bedah. Pembersihan plak atau biofilm pasca bedah berbeda
dengan kebersihan sebelum operasi karena area tersebut masih dalam proses
penyembuhan dan tidak nyaman.
Menyikat gigi dengan kuat tidak mungkin dilakukan selama minggu
pertama setelah dressing dilepas. Namun, pasien diedukasi bahwa biofilm dan
penumpukan makanan mengganggu penyembuhan dan disarankan untuk menjaga
area pasca bedah sebersih mungkin dengan menggunakan sikat gigi lembut dan
irigasi air ringan. Berkumur dengan obat kumur klorheksidin atau
mengoleskannya dengan kapas disarankan untuk beberapa minggu pertama pasca
bedah. Menyikat gigi dilakukan ketika penyembuhan jaringan memungkinkan,
dan keseluruhan rutinitas kebersihan gigi ditingkatkan seiring dengan kemajuan
penyembuhan. Pasien harus diberi tahu bahwa (1) perdarahan gingiva akan terjadi
walaupun area luka dibersihkan dengan hati-hati; (2) perdarahan ini normal dan
akan mereda selama penyembuhan berlangsung; dan (3) perdarahan seharusnya
tidak menghalangi mereka untuk mengikuti instruksi menjaga kebersihan mulut.
J. Manajemen Nyeri Pasca Operasi
Bedah periodontal yang mengikuti prinsip-prinsip dasar seharusnya hanya
menghasilkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang minimal. Sebuah studi dari
304 intervensi bedah periodontal mengungkapkan bahwa 51,3% pasien
melaporkan nyeri pasca operasi minimal atau tidak nyeri sama sekali, dan hanya
4,6% melaporkan nyeri parah. Dari jumlah tersebut, hanya 20,1% yang
menggunakan lima atau lebih dosis analgesik. Penelitian yang sama menunjukkan
bahwa prosedur yang melibatkan mukogingiva menghasilkan enam kali lebih
banyak ketidaknyamanan dan bahwa bedah tulang tiga setengah kali lebih tidak
nyaman daripada bedah gingiva. Untuk beberapa pasien yang mungkin
mengalami nyeri parah, pengendalian nyeri menjadi bagian penting dari
manajemen pasien.
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, sumber umum nyeri pasca bedah
adalah overextension dari dressing periodontal ke jaringan lunak apikal dari
mucogingival junction atau ke frenulum. Dressing yang terlalu panjang
menyebabkan area edema terlokalisasi yang biasanya terlihat 1 hingga 2 hari
pasca bedah. Jaringan kembali normal setelah pengurangan dressing berlebih
dalam waktu sekitar 24 jam.
Untuk sebagian besar pasien sehat, dosis ibuprofen satu tablet setiap 8 jam
selama 24 hingga 48 jam sangat efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan
setelah bedah periodontal. Hati-hati saat meresepkan ibuprofen untuk pasien
hipertensi yang mengonsumsi obat-obatan karena dapat mengganggu keefektifan
obatnya. Pasien yang mengalami nyeri pasca operasi yang parah harus diperiksa.
Area tersebut harus dianestesi infiltrasi, dan dressing harus dilepas untuk
memungkinkan pemeriksaan area yang sakit. Nyeri pasca bedah yang
berhubungan dengan infeksi disertai dengan limfadenopati lokal dan sedikit
peningkatan suhu harus dirawat dengan pemberian antibiotik sistemik dan
analgesic.
Skenario Kasus
Tahap Pekerjaan
a. Presurgical Consideration
1. Sebelum mengerjakan gingivektomi pastikan RKP dibawah 10%
2. Pengukuran tekanan darah
3. Persetujuan informed consent.
b. Prosedur Gingivektomi
1. Lakukan asepsis pada ekstra oral, intra oral dan area kerja dengan
menggunakan kassa steril yang sudah dibasahi povidone iodine .
2. Lakukan anastesi infiltrasi pada daerah mukobukal fold pada bagian labial gigi
22.
3. Lakukan penentuan letak dasar poket dengan menggunakan pocket marker
dimulai dari bagian mesial–vestibular-distal gigi 21 dan lanjut ke mesial-
vestibular-distal gigi 22. Masukkan bagian ujung yang tumpul dari pocket
marker ke dalam sulkus gingiva sampai mencapai dasar poket, lalu tusukkan
bagian yang tajam dari pocket marker pada bagian labial gigi. Apabila pocket
marker tidak tersedia, gunakan kombinasi probe dan sonde, dengan melakukan
pengukuran kedalaman poket di dalam sulkus gingiva, kemudian catat, dan
lakukan pengukuran di permukaan luar gingiva sedalam pengukuran di dalam
sulkus tadi dan tusukkan sonde pada ujung probe.
4. Setelah melakukan penandaan dasar poket, lakukan pembuatan garis insisi
dengan sonde dengan menghubungkan 2 titik perdarahan dengan mengikuti
bentuk scalloped gingiva
5. Gingivektomi dilakukan dari mesial gigi 21 sampai ke distal gigi 22
6. Lakukan insisi secara discontinues (insisi horizontal) dengan pisau Kirkland
dimulai dari mesial –vestibular-distal gigi 21 hingga lanjut ke mesial-
vestibular-distal gigi 22.
11. Irigasi daerah bedah (permukaan gingiva) menggunakan larutan aquades steril
untuk membersihkan partikel-partikel yang tersisa.
12. Lakukan penekanan pada daerah luka dengan menggunakan kain kassa yang
telah dibasahi dengan larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk
menghentikan perdarahan.
13. Lakukan penutupan luka pada area kerja dengan menggunakan periodontal
pack. Lakukan pengadukan base dan katalis dengan rasio 1:1 diatas glass lab
menggunakan semen spatel dan dibentuk seperti batangan sesuai panjang area
kerja.
14. Aplikasi periodontal pack. Keringkan area kerja terlebih dahulu, kemudian
oleskan jari tangan menggunakan vaseline, lalu tempelkan periodontal pack
pada area kerja. Lakukan penekanan dengan menekan bibir pasien dan bantu
dengan plastis instrument untuk bagian interproksimal. Pack tidak boleh
menggangu oklusi
15. Seluruh daerah luka ditutup dan rapikan periodontal pack agar tidak
mengganggu retensi.
g. Fase Pemeliharaan
1. Dilakukan kontrol kembali 1x3 bulan pasca dilakukan tindakan bedah. Apabila
setelah dilakukan kontrol hingga bulan ke-12, dan saat dilakukan pengecekan,
tingkat penyembuhan baik pada pasien, lakukan kontrol berikutnya pada
kontrol 18 bulan dan 24 bulan. Tetapi apabila tingkat penyembuhan tidak bagus
pada pasien, tetap lakukan kontrol 1x3 bulan pada tahun ke-2. Pada saat
kontrol, lakukan :
Tanyakan keluhan
Perhatikan kondisi penyembuhan luka, warna, konsistensi, bentuk,
permukaan dan kondisi interdental papil gingiva.
Lakukan RKP dan probing depth (apabila pocket masih >3mm)
DHE pasien , instruksikan kepada pasien untuk tetap menjaga Oral
Hygiene dengan baik.