TOPICAL APPLICATION
FLUOR
Oleh :
Rahma Fuaddiah 2041412002
DOSEN PEMBIMBING :
drg. Puji Kurnia ,MDSc,Sp.KGA
1
A. LITERATURE REVIEW
dalam rongga mulut. Karies terjadi pada jaringan keras gigi sehingga
gigi dalam kurun waktu tertentu. Karies gigi merupakan penyakit kronis yang
paling sering ditemukan pada anak-anak. Karies gigi merupakan penyakit jaringan
keras gigi yang diawali dengan dekalsifikasi struktur anorganik dari gigi.
organik.
sukrosa dari sisa makanan sebagai bahan untuk menghasilkan asam yang
Dentistry, penilaian risiko karies pada anak didasarkan atas tiga bagian besar
kesehatan umum.
kuratif menjadi preventif. Terdapat tiga tingkat usaha preventif atau pencegahan,
fisiologis. Yang termasuk usaha pencegahan primer terhadap karies antara lain
1. Fluor
Fluorin adalah zat yang bersifat sangat elektronegatif dan tidak pernah
ditemukan dalam keadaan tunggal namun berikatan dengan zat lainnya dan
membentuk fluor. Struktur kristal fluor lebih tahan terhadap asam sehingga
pembentukan karies gigi, fluor harus selalu hadir di rongga mulut pada
a. FO, fluor luar, hadir di luar enamel (dalam biofilm atau air liur).
b. FS, fluor hadir dalam fasa padat yang bergabung dalam struktur kristal,
setelah aplikasi fluor dengan konsentrasi tinggi; bertindak sebagai fluor pH-
lesi yang ada. Meskipun pit and fissure sealant, kebersihan mulut yang baik,
keras gigi. Fluor yang terkonsentrasi pada plak gigi mencegah proses bakteri
1.4.1 Indikasi
Pasien yang berisiko tinggi untuk karies pada permukaan gigi yang halus.
Anak-anak yang gigi molar pertama tetapnya sudah erupsi tapi tidak
Pasien dengan fixed prothesa atau lepasan dan telah dilakukan restorasi.
1.4.2 Kontraindikasi
Fluor sistemik memberikan fluor pada gigi dalam jumlah yang rendah
pada periode waktu yang lama dengan cara dikonsumsi dari sumber tertentu.
Fluor bersirkulasi melalui aliran darah dan masuk ke dalam gigi yang
Suplemen: tablet fluor, vitamin mengandung fluor, obat kumur fluor yang
konsentrasi yang lebih tinggi tetapi efeknya berhenti pada waktu yang lebih
singkat sehingga memerlukan pengaplikasian ulang dalam waktu yang
Tenaga profesional: fluor gel, foam, larutan, varnish, bahan kedokteran gigi
Diri sendiri: pasta gigi, obat kumur, dan permen karet yang mengandung
fluor.
topikal fluor oleh profesional setiap tiga bulan, pemberian silver diamine
presipitasi lapisan yang lemah dalam karbonat dan kaya fluor pada kristal
asli terdemineralisasi. Hal ini membuat struktur gigi lebih tahan terhadap
tantangan asam.
oleh fluor berperan dalam pencegahan karies karena tingkat fluor intraoral
memainkan peran kunci dalam dinamika karies gigi. Fluor memberikan efek
asam dan toleransi asam S. mutans. H+ - ATPase sel yang terkait dengan H 2
penggunaan fluor secara sistemik dan topikal, derajat fluoridasi air minum
Fluor tersedia dalam bentuk pasta gigi anak dengan konsentrasi 250
ppm, 400 ppm, dan 500 ppm. American Dental Association (ADA)
pasta gigi berfluorida pada anak usia di bawah 2 tahun. Anak berusia kurang
penggunaan pasta gigi mengandung fluor ini harus selalu diawasi oleh orang
Obat kumur berbasis sodium fluorida juga salah satu alternatif yang
digunakan dengan dosis harian sebanyak 220-227 ppm dan dosis mingguan
sebanyak 900-910 ppm. Obat kumur dapat digunakan satu kali sehari atau
satu kali seminggu setelah menyikat gigi malam, tergantung dari konsentrasi
kumur ini yaitu anak dibawah 6 tahun dan anak yang memiliki masalah otot
orofasial.
pada gigi.
Fluoride gel tersedia dalam dua jenis yaitu konsentrasi tinggi (9000-
12300 ppm) dan konsentrasi rendah (1000 ppm). Aplikasi fluor dengan
Neutral Sodium Fluoride Gel (NaF) adalah sediaan fluor yang pertama
kondisi erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan enamel
memiliki rasa yang dapat diterima, tidak mengiritasi gingiva, dan tidak
sendiri yakni pasien harus melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi dalam
Stannous Fluoride Gel (SnF2) mengandung 1000 ppm F- dan 3000 ppm
Sn2+. SnF daapt digunakan untuk meremineralisasi white spot dan lesi
yang lebih dalam dari enamel gigi. Kelemahan SnF sendiri yaitu tidak stabil
dalam larutan, sangat asam (pH 2,1-2,3), memiliki rasa seperti logam,
pendek dengan bertindak sebagai reservoir fluor dan jangka panjang berupa
tray. Aplikasi fluor topikal dianjurkan rutin dilakukan setiap empat sampai
membilas, makan, atau minum selama 30 menit setelah aplikasi fluor untuk
memaksimalkan keefektifannya.
3. Toksisitas Fluor
tanda dan gejala secara akut maupun kronis dan disebut dengan “toksisitas
fluor”. Toksisitas fluor dapat disebabkan karena menelan fluor sekali dalam
jumlah besar (akut) atau menelan sejumlah kecil fluor dalam jangka panjang
mg/kg berat badan. Dosis letal fluor berkisar 32-64 mg/kg berat badan.
badan. Gejala toksisitas akut yakni mual muntah, diare, sakit pada area
Penggantian cairan dibutuhkan karena terjadi muntah dan diare, serta untuk
Efek toksisitas kronis biasanya dapat terlihat pada jaringan keras dan
adanya gambaran bercak putih opak ireguler. Enamel akan berporus, pit,
1. Alat
a. Diagnostic set
b. Saliva ejector
c. Rotary brush
a. Cotton roll
b. Cotton pelle
c. Disclosing solution
d. Pumice
C. Prosedur Pekerjaan
3. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan saliva ejector dan cotton roll.
fluor.
5. Masukkan gel ke dalam tray sebanyak 1/3 tinggi tray , kemudian insersikan
tray ke seluruh permukaan gigi yang telah diisolasi. Jaga agar tray tidak
mengenai gusi. Biarkan gigi tertutup larutan gel selama 4 menit. Lakukan
insersi terlebih dahulu pada rahang atas, setelah itu pada rahang bawah.
6. Setelah 4 menit, buka tray dan instruksikan pasien untuk meludahkan semua
7. Intruksikan pada pasien untuk tidak makan dan minum selama minimal 30
permukaan aproximal.
DAFTAR PUSTAKA
4. Annisa, A., & Ahmad, I. (2018). Mekanisme fluor sebagai kontrol karies
pada gigi anak. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry, 1(1), 63-69.
5. Aoun, A., Darwiche, F., Al Hayek, S., & Doumit, J. (2018). The Fluoride
Debate: The Pros and Cons of Fluoridation. Prev. Nutr. Food Sci.,
23(3):171-180.
6. Ami A. (2015). Primary prevention in children with high caries risk. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.). 38(3):130–134.
10. Cameron, A.C., & Widmer. 2008. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd
Ed. Australia: Mosby Elsevier.
11. Garg, A., & Garg, N. (2013). Textbook of Operative Dentistry. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.