Anda di halaman 1dari 8

Tenny Setiani: Lesi erosif mukosa oral sebagai akibat penggunaan pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate

Lesi erosif mukosa oral sebagai akibat


penggunaan pasta gigi mengandung sodium
lauryl sulfate

Tenny Setiani Dewi


Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Mulut
ISSN 2302-5271
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Abstrak

Dewasa ini banyak penawaran di media massa tentang


pasta gigi dengan berbagai komposisi dan berbagai promosi yang
menarik dari pihak produsen. Masyarakat sebagai konsumen
merupakan sasaran utama untuk menjadi pengguna produk ini
dan pilihan terletak pada keputusan konsumen sebagai pemakai.
Manusia sebagai makhluk biologis, mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda pada setiap individu, termasuk reaksi
atau respon tubuh terhadap suatu paparan, baik itu berbentuk
fisik, mekanis ataupun kimiawi, salahsatunya adalah material
yang terdapat dalam pasta gigi. Pada kasus ini dilaporkan
mengenai lesi oral yang terjadi pada seorang laki-laki usia
34 tahun, karena pemakaian suatu produk pasta gigi yang
belum pernah dipakai sebelumnya. Diketahui pasta gigi ini
mengandung bahan Sodium Lauryl Sulfate (SLS) yang dikenal
sebagai deterjen. Lesi oral berupa terbentuknya lesi putih yang
dikelilingi daerah eritema dan mukosa yang mengalami erosi
pada beberapa lokasi di lidahnya. Melalui anamnesis diketahui
etiologi lesi oral adalah salahsatu material yang terkandung
dalam pasta gigi yaitu SLS. Terjadi reaksi sensitivitas dan pasien
mengeluhkan rasa perih pada lidahnya sehingga mengganggu
fungsi pengunyahan dan bicara. Proses terjadinya lesi oral
disebabkan karena SLS mendenaturasikan lapisan musin pada
mukosa, seperti diketahui musin merupakan bahan organik
utama yang berperan sebagai bahan visko-elastik yang
Korespondensi: melindungi seluruh permukaan mukosa. Dikatakan bahwa
musin mutlak berperan dalam proteksi reaksi non-imun pada
Tenny Setiani Dewi
permukaan mukosa. Epitel mukosa oral menjadi lebih terbuka
Bagian Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi dan sangat rentan terhadap berbagai iritan, pada pasien ini
Universitas Padjadjaran bermanifestasi sebagai lesi yang erosif. Penatalaksanaan yang
e-mail: tennysetiani@yahoo.com diberikan adalah menghentikan pemakaian pasta gigi tersebut,
pemberian topikal kortikosteroid pada lesi, dan obat kumur
antiseptik serta multivitamin. Lesi menghilang dalam waktu
2 minggu dan pasien kembali menggunakan pasta gigi yang

75
biasa dipakai sebelumnya, yaitu pasta gigi tanpa kandungan
SLS.

Kata kunci : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), lesi putih, erosi

Erosive oral mucosal lesion caused by dentifrice


containing sodium lauryl sulfate

Abstract

There are many sales promotions about dentifrices


with various composititions nowadays, offered by several
manufacturers. Public will be the main target consumers
of these products and the choice lies upon their decision to
become the user of these products.. Each human as a biological
being, has different individual responses towards mechanical
or chemical agent including material contained in dentifrices
exposed by any; physical, mechanical or chemical means.
In this case, white oral lesions were reported in a 34 years
old man, due to the use of a dentifrice product that he has
not been using before. The dentifrice contains Sodium Lauryl
Sulfate (SLS), which is known as a detergent. The oral lesions
detected, were surrounded by erythematous halo and mucosal
erosions on his tongue. Sensitivity reaction has occurred and
the patient chief complaints were disturbing sore of the tongue,
on chewing and speaking The oral lesions were likely caused
by the denaturating effect of the SLS, on the mucinal layer
of the oral mucosal surface .Mucin is the main organic content
that act as a visco-elastic material which protects the entire
surface of the mucosa. It supposed to play an integrated role
in the protection of the non-immune reaction of the mucosal
surface. The oral mucosal epithelium might then be more
exposed and vulnerable to any irritants and allergens, causing
ulcerative lesions. Management provided, was cessation of SLS
containing dentifrice, topical application of corticosteroids on
the lesion, antiseptic mouthwash and multivitamin. The lesions
disappeared within 2 weeks and the patient was suggested to
use a non- SLS dentifrice as he did before.

Key words: Sodium Lauryl Sulphate (SLS), white lesion,


erosion

76 JMKG 2013;2(1):75-82.
Tenny Setiani: Lesi erosif mukosa oral sebagai akibat penggunaan pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate

Pendahuluan degreaser), pembersih lantai, dan shampo


mobil. SLS digunakan dalam kadar rendah di
Kejadian terbentuknya suatu lesi di dalam pasta gigi, shampo dan busa pencukur.
dalam rongga mulut seringkali menyebabkan Zat ini merupakan bahan utama di dalam
gangguan yang dapat menghambat aktivitas formulasi kimia karena efek pengentalnya
seseorang dalam menjalankan kegiatan dan kemampuan untuk menghasilkan busa.1
sehari-hari. Kebanyakan penderita tidak Pada beberapa penelitian dibahas
mengetahui dengan pasti apa yang menjadi mengenai efek penggunaan pasta gigi
penyebab timbulnya lesi yang mengganggu yang mengandung SLS dan yang tidak
ini. Bentuk lesi oral sangat beragam mulai mengandung SLS dengan hasil terdapat
dari makula, papula, nodula yang biasanya perbedaan yang signifikan pada pemakaian
tidak menimbulkan rasa sakit, sampai pasta gigi dengan SLS dan tanpa SLS
lesi erosif dan ulser yang biasanya sering berkaitan dengan lesi oral berupa ulser.2,3
menimbulkan keluhan, minimal rasa tidak Seorang dokter gigi diharapkan
nyaman, perih dan sakit. Salah satu kondisi mempunyai wawasan dan pengetahuan yang
yang dapat menyebabkan timbulnya lesi cukup baik dalam mengenali berbagai lesi
erosif dan ulseratif dalam rongga mulut dalam mulut yang dapat berkaitan dengan
adalah karena reaksi hipersensitifitas berbagai penyebab. Di sisi lain seorang
terhadap suatu material. Dewasa ini banyak dokter gigi juga harus dapat memberikan
penawaran pasta gigi melalui media massa saran ataupun masukan pada masyarakat
dengan berbagai komposisi dan berbagai tentang pemakaian pasta gigi yang baik bagi
promosi yang menarik dari pihak produsen. kesehatan gigi dan mulutnya terutama bagi
Masyarakat sebagai konsumen merupakan kesehatan jaringan lunak mulut.
sasaran utama untuk menjadi pengguna
produk ini dan pilihan terletak pada keputusan Laporan kasus
konsumen sebagai pemakai.
Manusia sebagai makhluk biologis, Seorang pria usia 34 tahun, datang
mempunyai karakteristik yang berbeda- dengan keluhan mulut terasa perih terutama
beda pada setiap individu, termasuk reaksi jika makan atau minum air yang panas,
atau respon tubuh terhadap suatu paparan, rasa perih dan sakit paling dirasa terjadi
baik itu berbentuk fisik, mekanis ataupun pada lidah, kemudian pada bibir dan pipi
kimiawi, salahsatunya adalah material yang bagian dalam. Keluhan terjadi sejak 1 bulan
terdapat dalam pasta gigi. yang lalu yaitu ketika pasien pulang dari
Sodium lauryl sulfate (SLS), adalah perjalanan panjang ke luar negeri. Pasien
suatu bahan yang bersifat surfaktan merasakan ada “sariawan” yang agak banyak
anion yang biasa terdapat dalam produk- dalam mulutnya, dari anamnesis tidak
produk pembersih. Garam kimia ini adalah didapat kecurigaan adanya kelainan sistemik,
organosulfur anion yang mengandung 12- pasien mengatakan dirinya sehat. Tidak
ekor karbon terikat ke gugus sulfat, membuat terdapat riwayat penyakit yang serius pada
zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang keluarganya, juga tidak terdapat keluhan
merupakan syarat sebagai deterjen. SLS mulut yang sama pada keluarganya. Dari
umum digunakan dalam produk-produk keterangan tambahan, pasien mengatakan
pembersih noda minyak dan kotoran. belum pernah mengalami ini sebelumnya,
Sebagai contoh, SLS ini banyak ditemukan dan belum dilakukan pengobatan apapun.
dalam konsentrasi tinggi pada produk-produk Pemeriksaan tanda vital secara umum
industri seperti pembersih mesin (engine memberikan gambaran baik, kesadaran,

77
tekanan darah, nadi dan suhu berada pada Pada mukosa bukal kiri dan kanan terlihat
batas normal. Pada pemeriksaan ekstra oral beberapa bercak merah tipis , secara umum
didapat wajah simetris, pada palpasi kelenjar mukosa mulut tampak merah mengilat, pada
limfe servikalis terdapat sedikit pembesaran mukosa labial regio 33 dan 32 terdapat 2
dan sedikit sakit waktu ditekan, bibir dalam buah ulser dengan diameter 0,2-0,3 cm.
kondisi normal. Pada lateral lidah regio 45, 46 dan
Pemeriksaan intra oral didapat 47 terdapat lesi putih agak meninggi
kebersihan mulut derajat sedang, terlihat dengan ukuran 2 x 1 cm dikelilingi daerah
ada pewarnaan diantara interdental gigi eritematus, di regio 44, 43,42 ada beberapa
berupa staining coklat muda, permukaan ulser dengan batas tidak tegas berbaur
lidah diselubungi selaput putih tipis, dengan area eritematus. Sisi lateral kiri lidah
terdapat gingivitis ringan terutama regio terlihat daerah eritematus mengilat dengan
anterior rahang atas dan rahang bawah. beberapa lesi erosif .

Gbr 1. Kunjungan 1, memperlihatkan lesi pada mukosa lidah dan mukosa bibir.

Diagnosis kerja saat kunjungan pertama tetap seperti kondisi yang lalu, bahkan erosif
diduga infeksi virus herpes simpleks dengan terjadi lebih dalam.
infeksi Candida albicans, penatalaksanaan Pada kunjungan kedua ini diagnosis
awal diberikan obat kumur antiseptik, klinis infeksi rekuren HSV dapat dibuat karena
covering agent, multivitamin, anjuran asupan pemeriksaan anti- HSV1 IgG memberikan
makanan bernilai gizi tinggi, asupan cairan hasil positif, tetapi dipertimbangkan ada
yang cukup, menghindari jenis makanan kondisi lain yang belum terungkap berkaitan
yang dapat mengiritasi mukosa oral, tetap dengan gambaran klinis lesi oral yaitu, pada
memelihara kebersihan dan kesehatan infeksi HSV jarang memberikan gambaran
mulutnya termasuk membersihkan lidah, seperti plak putih dan lesi erosif yang meluas.
serta anjuran untuk beristirahat. Dianjurkan Setelah dikaji lebih dalam dari anamnesis
dilakukan pemeriksaan darah rutin, anti diketahui pasien mengganti pasta gigi
HSV-1 IgG, serta pemeriksaan apus untuk sebulan yang lalu dengan pasta gigi yang
jamur, kemudian pasien diminta datang mengandung SLS.
kontrol seminggu ke depan. Penatalaksanaan kali ini diinstruksikan
Kunjungan kedua pasien datang melanjutkan asupan multivitamin, makanan
membawa hasil pemeriksaan darah rutin bergizi tinggi, menghindari makanan
yang memberikan nilai normal, anti HSV-1 yang dapat mengiritasi mukosa mulut
IgG reaktif, sementara pemeriksaan kultur dan menghentikan pemakaian pasta gigi
jamur negatif. Kondisi intra oral hanya sedikit mengandung SLS dengan pasta gigi tanpa
mengalami perbaikan dan keluhan perih kandungan SLS. Pasien diminta datang
masih ada, lesi di latero-anterior lidah masih kembali minggu depan.

78 JMKG 2013;2(1):75-82.
Tenny Setiani: Lesi erosif mukosa oral sebagai akibat penggunaan pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate

Gbr2. Kunjungan 2, gambaran klinis yang belum memperlihatkan perbaikan yang signifikan.

Kunjungan berikutnya gambaran klinis perih ataupun sakit sudah tidak ada lagi,
ulser menghilang, lesi pada lidah mengalami penatalaksanaan diteruskan dengan
perbaikan tetapi belum signifikan, mengoleskan triamcinolone-acetonide 2-3
penatalaksanaan kali ini diberikan preparat kali sehari selama empat hari, kemudian
triamcinolone acetonide topikal yang 1-2 kali sehari selama tiga hari berikutnya,
dioleskan tipis pada lesi sehari 3-4 kali. dan dihentikan pada hari ke tujuh. Kontrol
Instruksi kebersihan mulut, membersihkan minggu berikutnya mukosa mulut bersih dari
lidah dan menyikat gigi dengan pasta gigi lesi, pasien mengatakan tidak ada keluhan
non-SLS diteruskan, komunikasi, informasi sama sekali. Instruksi pada pasien adalah
dan edukasi (KIE) tetap diberikan. jika lesi mulut tidak terulang lagi dalam
Pada kunjungan berikutnya lesi waktu dekat, maka pasien diminta datang
oral membaik secara signifikan, keluhan untuk kontrol 6 bulan berikutnya.

Gbr.3 Kunjungan berikutnya memperlihatkan perbaikan signifikan pada mukosa oral

Pembahasan panjang . Penatalaksanaannya hanya bersifat


paliatif dan suportif yaitu pemberian covering
Pada kunjungan pertama pasien datang agent yang mengandung analgetik topikal,
dengan keluhan perih dan sakit dalam rongga pemberian antiseptik dan multivitamin serta
mulut yang disebabkan adanya lesi-lesi yang melakukan KIE.
erosif dan ulser. Diagnosis klinis dari kelainan Pada kunjungan kedua lesi di mulut
mukosa mulut pasien saat ini adalah infeksi belum memberikan kemajuan yang signifikan,
virus herpes simpleks (HSV). Diagnosis ini hanya memperlihatkan perbaikan pada lesi
dibuat dengan beberapa pertimbangan, yaitu ulseratif pada lidah saja, sedangkan keluhan
gambaran klinis pada mukosa oral berupa perih dan tidak nyaman pada mulut masih
beberapa ulser kecil dengan diameter antara ada. Hasil pemeriksaan laboratorium darah
1-3 mm yang dikelilingi daerah eritema yang memberikan hasil dalam batas normal,
merupakan gambaran khas pada infeksi oral pemeriksaan jamur negatif dan pemeriksaan
HSV. Ada riwayat demam ringan sebelumnya, anti-HSV1 IgG reaktif.
selain itu melihat keadaan umum pasien Lesi oral berupa ulser kecil dengan
dalam kondisi umum menurun yang berkaitan diameter 1-3 mm merupakan ciri yang khas
dengan kesibukan pekerjaan dan perjalanan pada infeksi virus herpes simpleks dalam

79
rongga mulut, hal ini diperkuat dengan hasil terlihat perbaikan yang signifikan pada lesi
pemeriksaan anti-HSV1IgG reaktif. Dari mukosa oral , tidak tampak ulser, lesi erosif
keterangan pasien mengaku tidak mengalami ataupun plak putih, kecuali daerah eritema
gejala prodromal yang hebat yang biasa tipis tempat plak putih berada sebelumnya,
terjadi pada infeksi virus akut , tetapi hanya yaitu di lateral lidah regio 46. Tidak ada
ada demam ringan saja. Tidak diberikan keluhan perih ataupun sakit pada rongga
anti jamur karena pemeriksaan apus jamur mulut, pasien sudah dapat minum panas,
memberikan hasil negatif . makan makanan yang agak pedas atau yang
Dari pengamatan klinis didapat lesi sedikit asam.
erosif masih tetap ada bahkan lesi ini Perbaikan kondisi pada mukosa mulut
sedikit meluas dengan keluhan perih yang terjadi karena dihilangkannya iritasi dari
tetap masih ada. Dari anamnesis lebih pasta gigi dengan kandungan SLS. Seperti
lanjut diketahui selama bepergian keluar deterjen lainnya, SLS mengambil minyak
negeri pasien mengganti pasta giginya dan kelembaban pada permukaan yang
dengan yang mengandung bahan Sodium dikenainya sehingga menimbulkan iritasi.
Lauryl Sulfate (SLS). Diketahui bahwa SLS Sebuah studi awal menyimpulkan SLS di
merupakan suatu bahan surfaktan anionik dalam pasta gigi menyebabkan munculnya
yang mempunyai peran dalam kerusakan sariawan. Studi ini menunjukkan secara
epitel mukosa mulut.4 statistik penurunan drastis dalam jumlah
Pertimbangan ini diberikan juga sariawan dari 14,3 menggunakan pasta
dengan mengacu pada beberapa penelitian gigi SLS menjadi 5,1 menggunakan pasta
mengenai pemakaian pasta gigi dengan SLS gigi bebas-SLS.8 Hasil dari studi klinik saat
dibandingkan dengan pasta gigi bebas-SLS. membandingkan kemungkinan terjadi
Didapat bahwa pada penderita ulserasi aftosa sariawan dengan penggunaan pasta gigi
berulang (recurrent aphthous ulceration/ mengandung atau bebas SLS, menyimpulkan
RAU) subyek menderita ulserasi yang lebih bahwa individu dengan RAU atau sariawan
banyak jumlahnya pada waktu pemakaian berulang, dianjurkan menggunakan pasta
pasta gigi SLS dibandingkan dengan jumlah gigi bebas SLS.9 Selain itu efek yang biasa
ulserasi pada waktu pemakaian pasta gigi muncul setelah penggunaan pasta gigi
bebas-SLS.5,6,7 mengandung SLS adalah berkurangnya
Diagnosis pada kunjungan ini pengecapan rasa manis dan sedikit rasa
bertambah dengan adanya kemungkinan terbakar.10,11
penyebab lesi erosif adalah dari pemakaian Pada kasus pasien ini pemakaian
pasta gigi yang mengandung SLS, dengan pasta gigi mengandung SLS dihentikan
pertimbangan lesi herpetik telah berkurang kemudian diganti dengan pasta gigi bebas-
karena daya tahan tubuh pasien meningkat SLS. Setelah digunakan selama 3 minggu
sejalan dengan penerapan terapi suportif terdapat perbaikan signifikan pada mukosa
yang diberikan pada kunjungan sebelumnya. mulutnya. Hal ini terjadi karena pemakaian
Berkaitan dengan hal ini, penatalaksanaan SLS menyebabkan denaturasi lapisan mucin
berikutnya adalah instruksi untuk pada mukosa, sedangkan mucin diketahui
menghentikan pemakaian pasta gigi yang sebagai unsur organik pokok yang penting
mengandung SLS dan menggantinya dengan pada mukosa yang bersifat visko-elastik
pasta gigi yang tidak mengandung SLS, yang menutupi seluruh permukaan mukosa,
sementara itu KIE tetap diberikan dan terapi diketahui bahwa mucin memegang peran
suportif dilanjutkan. penting sebagai pelindung yang bersifat
Pada beberapa kunjungan berikutnya non-imun di permukaan mukosa. Dengan

80 JMKG 2013;2(1):75-82.
Tenny Setiani: Lesi erosif mukosa oral sebagai akibat penggunaan pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate

menipisnya lapisan mucin epitel oral menjadi Saran


lebih terbuka dan lebih mudah teriritasi oleh
agen penyebab dari luar atau alergen lain, Sebagai saran bagi dokter gigi,
jika ini terjadi pada pasien RAU insidensi hendaknya mempunyai keterampilan yang
terjadinya ulser akan meningkat. Diduga baik dalam menegakkan suatu diagnosis
juga bahwa SLS dapat meningkatkan dari kelainan dalam rongga mulut yang
permeabilitas terhadap agen lain dan ini akan berdampak pada keberhasilan
dapat menyebabkan patogenitas pada RAU.4 penatalaksanaannya .
Pada kasus ini dilakukan
penatalaksanaan terhadap dua kondisi yang Daftar pustaka
berbeda etiologi tetapi terjadi pada saat
yang bersamaan waktunya. Kesibukan yang 1. Chahine L, Sempson N, Wagoner C.
tinggi pada pasien ini dapat menimbulkan The effect of sodium lauryl sulfate on
stres dan kelelahan fisik yang dapat recurrent aphthous ulcers: a clinical
berpengaruh terhadap menurunnya stamina study. Compend Contin Educ Dent 1997
tubuh. Infeksi herpes simpleks virus (HSV) Des;18(12):1238–40.
akan mudah terjadi pada seseorang dengan 2. Herlofson BB, Barkvoll P. The effect of two
kondisi tubuh yang tidak prima. Terapi toothpaste detergents on the frequency of
suportif berupa pemberian multivitamin recurrent aphthous ulcers. Acta Odontol
sudah diketahui bahwa vitamin A, C, E, B- Scand 1996 Jun;54(3):150–3.
kompleks, betakaroten, ferrum, copper dan 3. Healy CM, Paterson M, Joyston-Bechal S,
zinc mempunyai fungsi memelihara sistem Williams DM, Thornhill MH. The effect of
imun tubuh sehingga infeksi virus dapat a sodium lauryl sulfate-free dentifrice on
diatasi.12,13 Pada waktu yang bersamaan patients with recurrent oral ulceration.
pasien mengganti pasta gigi dengan yang Oral Dis 1999 Jan;5(1):39–43.
mengandung SLS sehingga lesi yang terjadi 4. Taback LA, Levine MJ. Mandel ID.
dalam mulut saling tumpang tindih . Dalam hal Ellison SA Role of salivary mucins in the
ini keterampilan anamnesis dan kemampuan protection of the oral cavity. J Oral Pathol
mengenali dan menilai gambaran klinis 1982;11:1-17.
dalam rongga mulut mempunyai peran yang 5. Barkvoll P, Rolla G. Possible effects
penting untuk menentukan terapi sehingga of sodium lauryl sulfate (SLS) on the
dapat dicapai perbaikan atau kesembuhan oral mucosa [abstract]. J Dent Res
pada pasien. 1989;68:991.
6. Donatsky 0, Worsaac N, Schiiodt M,
Simpulan Johnsen T. Effect of Zendium toothpaste
on recurrent aphthous stomatitis. Scan J
Lesi erosif dan lesi ulseratif dalam Dent Res 1983;91:376-80.
mulut dapat merupakan suatu kondisi yang 7. Waaler SM, Rölla G, Skjörland KK, Ögaard
rumit untuk dicari dan ditentukan etiologinya. B. Effects of oral rinsing with triclosan and
Dalam hal ini diperlukan kemampuan menggali sodium lauryl sulfate on dental plaque
anamnesis, menentukan pemeriksaan formation: a pilot study. Europ J Oral
penunjang dan menetapkan terapi untuk Scienc 1993;101:192–5.
mengatasi kelainan serta menghilangkan 8. Herlofson BB, Barkvoll P. Sodium lauryl
keluhan pasien. sulfate and recurrent aphthous ulcers. A

81
preliminary study”. Acta Odontol. Scand 11. Lee CH, Kim HW, Han HJ, Park CW. A
1994 Okt;52(5):257–9. comparison study of nonanoic acid and
9. Herlofson BB, Barkvoll P. Oral sodium lauryl sulfate in skin irritation.
desquamation caused by two toothpaste Exog Dermatol 2004;3:19-25.
detergents in an experimental model. 12. Palmer CA. Diet And Nutrition In Oral
Eur J Oral Sci 1996:104:21-26 Health. Upper Saddle River. 2003. h.
10. Adams, Michael J. Characterization and 213-30.
Measurement of Flavor Compounds: 13. Scully C. Oral and maxillofacial medicine
Substances That Modify the Perception the basis of diagnosis and treatment.
of Sweetness. ACS Publications, 1985. h. Toronto:Churchill Livingstone; 2008. h.
11-25. 207-10.

82 JMKG 2013;2(1):75-82.

Anda mungkin juga menyukai