Anda di halaman 1dari 18

DENTAL SITE TEACHING

MODUL PROSTODONTI
GIGI TIRUAN PENUH

Oleh :
M.iqbal (2041412012)
Rahma Fuaddiah (2041412002)

Pembimbing :
drg. Tine Martina Winarti, Sp.Prost

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
Data Pasien
Nama Pasien : Yusmi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 tahun
No. RM : 015575
Alamat : Jl. Muthmainah III no. 7, Jati

A. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain
Pasien datang dengan keluhan semua gigi rahang atas dan rahang bawah banyak yang
sudah hilang sehingga susah makan dan berbicara sehingga ingin dibuatkan gigi tiruan.
2. Present Illness
Pasien merasakan keluhan sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku gigi tersebut
awalnya berlubang namun semakin lama semakin keropos dan goyang hingga akhirnya
lepas satu persatu. Pasien tidak pernah melakukan perawatan untuk giginya yang hilang,
dan saat ini ingin dibuatkan gigi tiruan karena semua giginya sudah hilang dan
menyebabkan pasien susah untuk mengunyah makanan dan berbicara. Pasien
mengeluhkan setiap makan gusi rahang atas sakit karena terkena gigi rahang bawahnya.
3. Past Dental History
Pasien pernah datang ke dokter gigi ± 1 bulan yang lalu untuk mencabut gigi rahang
bawah sebelah kanan. Kehilangan gigi dikarenakan gigi goyah, di cabut sendiri dan
dicabut oleh dokter gigi
4. Past Medical History
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak pernah konsumsi obat rutin
dari dokter. Pasien saat ini dalam kondisi sehat. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik, alergi makanan, maupun obat-obatan.
5. Family History
Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
6. Social History
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pola tidur pasien cukup 7-8 jam/hari dan
pola makan 2 kali sehari. Pasien rutin meminum kopi setiap pagi. Pasien tidak merokok
dan tidak konsumsi alkohol.
B. Anamnesis
1. Sebab kehilangan / kerusakan gigi : Gigi berlubang dan keropos sehingga lepas
dengan sendirinya.
2. Pemakaian gigi tiruan : Tidak pernah
3. Tujuan pembuatan gigi tiruan : Mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara
dan estetik.

C. Pemeriksaan Objektif
1. Ekstra Oral

(Tampak Depan) (Tampak Samping = Profil Wajah)

a) Muka : Lonjong dan simetris


b) Profil : Cekung
c) Pupil : Sama tinggi
d) Tragus : Sama tinggi
e) Hidung : Simetris dan pernafasan melalui hidung lancar
f) Rima oris : Normal
g) Bibir atas : Normal, simetris
h) Bibir bawah : Normal, simetris
i) Sendi rahang
i. Kiri : Tidak bunyi dan tidak nyeri
ii. Kanan : Tidak bunyi dan tidak nyeri
j) Buka mulut : Tidak ada deviasi, tidak ada trismus
k) Kelainan lain : Tidak ada kelainan lain
2. Intra Oral

(Rahang Atas) (Rahang Bawah)

a) Saliva
i. Kuantitas : Normal
ii. Konsistensi : Normal
b) Lidah : Normal
Posisi Wright : Kelas I
c) Refleks muntah : Rendah

D. Odontogram
E. Pemeriksaan Lain
1. Vestibulum
Posterior kanan Anterior Posterior kiri
Rahang atas Sedang Ka : Dalam Sedang
Ki : Sedang
Rahang Dangkal Dangkal Sedang
bawah

2. Processus Alveolar
Posterior kanan Anterior Posterior kiri
Rahang atas:
Bentuk Oval Oval Oval
Ketinggian Rendah Ka : Tinggi Rendah
Ki : Sedang
Tahanan jaringan Tinggi Tinggi Tinggi
Rahang bawah:
Bentuk Segitiga Oval Oval
Ketinggian Rendah Rendah Rendah
Tahanan jaringan Tinggi Tinggi Tinggi

3. Frenulum
a) Labialis superior : Tinggi
b) Labialis inferior : Rendah
c) Bukalis RA kiri : Rendah
d) Bukalis RA kanan : Rendah
e) Bukalis RB kiri : Rendah
f) Bukalis RB kanan : Rendah
g) Lingualis : Sedang
4. Palatum
a) Kedalaman : Dangkal
b) Bentuk : Oval
c) Torus palatinus : Tidak ada
d) Palatum molle : Kelas I
5. Tuberositas Maksila
a) Kiri : Kecil
b) Kanan : Kecil

6. Ruang Retromilohioid
a) Kiri : Sedang
b) Kanan : Sedang
7. Undercut :
Posterior kanan Anterior Posterior kiri
Rahang Atas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Rahang Bawah Ada, pada mukosa Tidak ada Tidak ada
labial gigi 33

8. Bentuk Lengkung
a) RA : Oval
b) RB : Oval
9. Dasar Mulut : Rendah
10. Lain- Lain :
a) Eksostosis : Ada, pada oklusal anterior RA dan pada oklusal regio
3 posterior RB
b) Torus mandibula : Tidak ada

F. Diagnosa
a) RA : Full edentulous
b) RB : Full edentulous

G. Rencana Perawatan
a) Gigi tiruan penuh akrilik pada rahang atas dan rahang bawah.
b) Perawatan pra prostodontik : Ekstraksi radiks 11 (sudah dilakukan: 16
September 2019) dan ekstraksi gigi 34 (sudah dilakukan: 17 September 2019)

H. Tahap Pembuatan Gigi Tiruan Penuh


 Penentuan Desain Gigi Tiruan Penuh
1. Penetuan support : support adalah kemampuan gigi tiruan bertahan terhadap gaya
vertikal yang mengarah ke linggir. Jenis support pada kasus ini adalah muccosa
support.
a. Pada rahang atas support utamanya adalah palatum dan postero-lateral alveolar
ridge, dan secondary support yaitu area rugae dan maxillary tuberosity.
b. Pada rahang bawah support utamanya adalah area buccal shelf, dan secondary
supporting yaitu residual alveolar ridge.
Untuk mendapatkan support tersebut, basis harus menutupi sebanyak mungkin
denture bearing area dan dilakukan pencetakan dengan bahan yang mukostatis.
2. Penentuan retensi : retensi adalah kemampuan gigi tiruan menahan gaya yang
melepaskan dari arah vertikal atau dari arah yang berlawanan dari arah pasang.. Pada
kasus ini retensi didapat dari :
a. Faktor anatomis, didapatkan dari :
 Pada rahang atas yaitu : tuberositas maksilaris dan bentuk linggir yang oval.
 Padang rahang bawah yaitu : fossa retromylohioid, bentuk linggir yang oval,
dan undercut pada mukosa sebelah labial gigi 33.
b. Faktor fisiologis : didapatkan dari kuantitas dan konsistensi saliva pasien yang
normal, serta laju aliran saliva pasien yang normal. Berdasarkan anamnesis pasien
tidak xerostomia dan tidak hipersalivasi, pasien juga tidak menderita penyakit yang
mempengaruhi salivanya.
c. Faktor fisik, retensi utamanya yaitu penutupan tepi dan adaptasi yang rapat antara
basis dan mukosa yang didapatkan dari prosedur border molding, sehingga timbul
gaya – gaya sebagai berikut :
 Adhesi : antara mukosa – saliva – dan basis
 Kohesi : antara molekul saliva yang terdapat di antara mukosa dan basis
 Kapilaritas
 Tegangan permukaan
 Tekanan atmosfer (efek suction)
d. Faktor muscular : didapatkan dari prosedur muscle trimming melalui pencetakan
mukofungsional menggunakan bahan yang mukokompresi, sehingga didapatkan
gerakan fungsi otot-otot rongga mulut pasien dan posisi netral zone.
e. Faktor mekanis, didapatkan dari pemilihan part of insertion. Pada kasus ini, part of
insertion pada rahang atas yaitu zero tilting dan pada rahang bawah yaitu left
posterior tilting.
3. Penentuan stabilisasi : stabilisasi adalah kemampuan/ kualitas GT berada ditempat
ketika diberi gaya horizontal atau daya tahan gigi tiruan terhadap gerakan horizontal
dan tekanan yang menyebabkan perubahan hubungan antara basis gigi tiruan dan
daerah pendukung dalam arah horizontal atau rotasi. Stabilisasi pada kasus ini
diperoleh dari :
a. Perluasan landasan :
 Pada rahang atas, batas di anterior yaitu ke fornix dengan frenulum labialis
superior dibebaskan, di lateral yaitu vestibulum bukal dengan frenulum
bukalis dibebaskan, di posterolateral yaitu tuberositas maksilaris, di posterior
yaitu hamular notch, dan di palatal yaitu 2 mm di depan AH line.
 Pada rahang bawah, batas di anterior yaitu vestibulum labial dengan
frenulum labialis inferior dibebaskan, di lateral bukal yaitu buccal shelf
dengan frenulum bukalis dibebaskan, di posterior yaitu retromolar pad, di
lingual sebelah lateral yaitu di mylohioid fossa, dan di lingual sebelah
anterior yaitu di sulkus alveolingualis.
b. Penyusunan anasir : pada puncak linggir, di netral zone, membentuk kurva spee dan
wilson, dan mengikuti prinsip balanced occlusion.
c. Penentuan dimensi vertikal (DV) yang tepat.
4. Penentuan estetik : penentuan warna, bentuk, dan ukuran gigi anasir, penyusunan gigi
anasir dengan inklinasi yang benar sehingga dapat membentuk kembali profil wajah
dan didapatkan labial support dan bukal support, pembuatan bite rime yang benar
melalui penentuan dimensi vertikal yang tepat, dan pembentukan kontur gusi.
5. Part of Insertion : zero tilting pada rahang atas, dan left posterior tilting pada rahang
bawah.

Desain Gigi Tiruan Penuh


 Tahap Perawatan
 Kunjungan 1
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif.
2. Pencetakan anatomis dengan menggunakan alginat. Periksa hasil cetakan meliputi :
- RA :
a. Posterior batas fovea palatina, dan lebih posterior dari garis fibrasi.
b. Lateral batas pterygohangular notch.
- RB :
a. Posterior: retromolar pad.
b. Lateral: eksternal obligue ridge, hingga frenulum bukalis.
c. Lingual: ridge sampai ke dasar mulut (sulkus lingualis).
3. Pembuatan model studi dengan menggunakan gips stone.
4. Model studi ditanam di basis segitujuh dengan menggunakan gips putih.
5. Pembuatan sendok cetak fisiologis dengan menggunakan akrilik self cure.

 Kunjungan 2
1. Setelah sendok cetak selesai dibuat, lakukan border molding dengan menggunakan lilin
compound

2. Setelah selesai border molding, wax spacer dibuang dan dibuat lubang pada sendok cetak
kemudian dilakukan pencetakan dengan menggunakan bahan elastomer.
3.Setelah selesai pencetakan dengan elastomer, selanjutnya lakukan boxing untuk
mempertahankan bentuk tepi hasil cetakan yang akan tercatat pada model kerja dan
bentuk tepi akan menjadi bentuk tepi gigi tiruan
4.Proses lab yaitu pengecoran hasil cetakan dengan menggunakan gips kuning (tipe 4).
5.Dilanjutkan pembuatan model malam untuk basis.

 Kunjungan 3
1. Try in basis gigi tiruan, lihat retensi stabilisasinya.
2. Pembuatan bite rim pada rahang atas pada anterior (rata-rata 12 mm, dengan lebar 4
mm), dan pada bagian posterior (10-11mm, dengan lebar 6-7mm).

3. Menentukan kesejajaran bite rim

a. Biterim atas: bitefox dimasukkan kedalam mulut dan diperiksa apakah permukaan
oklusal biterim menempel dengan bite fox. Periksa kesejajaran bidang insisal bite rim
anterior dengan menggunakan benang jagung yang di pasangkan dari kedua tragus
pasien yang melewati ala nasi dan dibantu dengan alat bite fox. Periksa kesejajaran
biterim posterior dengan garis chamfer (kesejajaran sayap posterior bitefox dengan
benang yang hubungkan tragus-alanasi).
b. Biterim bawah: masukkan biterim dan periksa adaptasi dengan mukosa menggunakan
kaca mulut, lihat apakah permukaan bidang orientasi tidak melebihi permukaan lidah,
atau sudut mulut. Permukaan labial hampir tegak lurus terhadap bidang orientasi.
Melihat dukungan: pada labial dan bukal (perhatikan sulkus mentolabial tidak hilang
atau terlalu cekung), lengkung biterim sesuai lengkung rahang dan berada pada netral
zone. Periksa biterim atas dan bawah sudah berkontak rapat dan sebidang (instruksi
pasien untuk gigit biterim atas dan bawah)
4. Penentuan dimensi vertikal
a. Tentukan dimensi vertikal istirahat, dengan cara menentukan dua titik yaitu pada sub
nasal dan gnation. Pasien di instuksikan untuk menggumam (mmmm) berulang –
ulang sampai tidak terdapat kontraksi otot bibir, setelah pas ukur jarak antara kedua
titik yang di tentukan tadi maka di dapat dimensi vertikal istirahat.

b. Dimensi vertical tentative :


DV = DVI – free way space
c. Tentukan dimensi vertikal definitive: dengan memasukkan bite rim rahang bawah,
pasien diinstruksikan untuk menggigit bite rim. Dimensi vertical dari subnation keg
nation diukur kembali sesuai dimensi vertical tentative. Periksa apakah biterim rahang
atas dan bawah berkontak rapat dan sebidang.
5. Penentuan relasi sentrik pada pasien diinstruksikan menengadahkan posisi kepala,
menelan ludah, meletakkan ujung lidah ditepi posterior biterim atas, dan membantu
pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang, dengan mendorong rahang
bawah dalam keadaan otot kendor. Dilakukan berulang hingga didapatkan posisi yang
sama
6. Penentuan garis orientasi
a. Midline: dengan menhubungkan frenulum labialis superior dan inferior dengan
menggunakan lecron
b. C line: pada stomion
c. High lip line: mengintruksikan pasien untuk tersenyum dan menandai pada bite rim
setinggi garis bawah bibir dengan lecron
7. Fixsasi bite rime rahang atas dan rahang bawah dengan isi hekter yang dipanaskan
pada 2 tempat di posterior dan di anterior, kemudian tanam di articulator.
8. Setelah itu lakukan penyusunan anasir dimulai dengan penyusunan anterior atas,
anterior bawah, posterior kanan atas, posterior kanan bawah, posterior kiri atas, dan di
akhiri posterior kiri bawah.
a. Penyusunan gigi anterior RA
1) I1 disusun dengan inklinasi mesial distalnya sebesar 85 derajat dan inklinasi
anteroposterior sebesar 2-5 derajat keanterior (tepi insisial sedikit masuk ke
palatal untuk memberi dukungan pada bibir serta dilihat dari bidang oklusal tepi
insisal terletak di atas linggir rahang), insisal menyetuh biterim RB
2) I2 disusun dengan inklinasi mesial distal 80 derajat, insisalnya 1mm diatas bidang
oklusal dan inklinasi anteroposterio 2-5 derajat kelabial bagian servikal condong
ke palatal serta dilihat dari bidang oklusal serta dilihat dari bidang oklusal tepi
insisal terletak di atas linggir rahang
3) Gigi C insisal menyetuh biterim RB dan inklinasinya hampir tegak lurus. Bagian
servikal tampak lebih menonjol dan ujung cups lebih ke palatal.

b. Penyusunan gigi anterior RB


1) Gigi anterior RB: Penyusunan disesuaikan dengan gigi anterior atas yang telah
disusun. Posisi gigi anterior atas dan bawah harus diberi jarak vertical/overbite
dan jarak horizontal/overjet secukupnya untuk menyesuaikan dengan tinggi cusp
gigi posterior. Saat gigi anterior berfungsi, permukaan insisal gigi anterior rahang
atas harus berkontak dengan permukaan insisal gigi anterior rahang bawah.
 Kunjungan 4

1. Try in anterior
2. Pastikan pemilihan bentuk gigi, warna, dan ukurannya sesuai dengan profil pasien
3. Periksa relasi sentrik
4. Periksa oklusi, overjet dan overbitenya
5. Periksa garis midlinenya sesuai atau tidak
6. Jika sudah tepat semuanya lanjutkan penyusunan gigi posterior
a) Penyusunan gigi posterior RA
 Dimulai dari P1, disusun tegak lurus bidang oklusi, inklinasi antero-
posterior: cups bukal pada bidang oklusi dan cusp palatal kira-kira 1mm di
atas bidang oklusi.
 P2 disusun inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal,
inklinasi antero-posterior: cusp bukal dan cusp palatal terletak pada bidang
oklusal.
 M1 Disusun dengan inklinasi mesio-distal: porosnya condong ke distal,
inklinasi antero-posterior: cups mesiopalatal terletak pada bidang oklusi dan
cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama tinggi kira-kira 1mm diatas bidang
oklusi dan cusp disto-bukal kira-kira 2mm diatas bidang oklusi.
 M2 disusun dengan semua cusp tidak menyentuh biterim RB dan
inklinasinya mengikuti cups distal M1 atas sehingga membentuk kurve of
spee.
b) Penyusunan gigi posterior RB
 Dimulai dari M1 dengan inklinasi mesio-distal cups mesiobukal M1 rahang
atas berada di groove mesio-bukal gigi M1 bawah. Inklinasi antero-posterior:
cusp bukal gigi M1 bawah berada di fosa sentral gigi geraham atas.

 P2 disusun dengan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusi.


Inklinasi antero-posterior: cusp bukalnya berada di fosa sentral gigi P1 dan
P2 atas.
 P1 disusun dengan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusi.
Inklinasi antero-posterior: cusp bukalnya di fosa sentral antara P1 dan C atas

 M2 disusun dengan kontak bidang dengan M2 RA


Penyusunan anasir
Gigi Inklinasi mesial-distal Inklinasi antero-posterior Bidang oklusal
Anterior I1 85o 2-5o Tepi insisal di atas

RA linggir rahang
o o
I2 80 2-5 Tepi insisal diatas

linggir rahang
C Hampir sama dengan Servikal tampak menonjol, Ujung cusp

I1 ujung cusp lebih ke palatal terletak di atas

linggir rahang
o
Anterior I1 85 Bagian servikalnya lebih Tepi insisal

RB kearah lingual terletak di atas

linggir rahang
I2 80o Long axisnya tegak lurus Tepi insisal

bidang oklusal, bagian tepi terletak di atas

insisal dan bagian linggir rahang

servikalnya sama jaraknya


C Long axisnya miring / Gigi condong ke lingual / Ujung cusp

paling condong ke bagian servikal menonjol terletak di atas

garis luar distalnya linggir rahang

tegak lurus
Posterior P1 Long axisnya tegak Cusp bukal pada bidang developmetal

RA lurus bidang oklusi oklusi dan cusp palatal groove sentral

kira-kira 1mm di atas terletak diatas

bidang oklusi linggir rahang


P2 Porosnya tegak lurus Cusp bukal dan cusp developmetal

bidang oklusal palatal terletak pada bidang groove sentral

oklusal terletak diatas

linggir rahang
M1 Porosnya cendung ke Cusp-cuspnya terletak pada

distal bidang oblique, cusp


mesio-palatal terletak

bidang oklusi, cusp mesio-

bukal dan disto-palatal

sama tinggi 1mm diatas

bidang oklusi, cusp disto-

bukal kira-kira 2mm diatas

bidang oklusi
M2 Porosnya cendung ke Cusp-cuspnya terletak pada Permukaan bukal

distal bidang oblique M2 atas terletak

pada kurva lateral


Posterior M1 Mesio-bukal gigi M1 Cusp bukal gigi M1

RB atas berada di groove (holding cusp) bawah

mesio-bukal gigi M1 berada di fosa sentral gigi

bawah geraham atas


P2 Porosnya tegak lurus Cusp bukal berada di fosa Cusp bukalnya

bidang oklusi sentral gigi P1 dan P2 atas berada diatas

linggir rahang
P1 Porosnya tegak lurus Cusp bukalnya di fosa Cusp bukalnya

bidang oklusi sentral antara P1 dan C atas berada di atas

linggir rahang
M2 Cusp bukalnya

berada di atas

linggir rahang

 Kunjungan 5

1. Try in gigi tiruan ke mulut pasien.


Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Pemeriksaan di articulator :
1) Penampilan GTP
2) Permukaan cetakan
3) Permukaan poles
4) Permukaan oklusal
b. Pemeriksaan di dalam mulut pasien
1) Retensi fisik
2) Kestabilan
3) Perluasan basis
4) Daerah netral (netral zone)
5) Oklusi
6) Freeway space
7) Penampilan Pasien
c. Pengiriman ke laboratorium
1) Flasking
2) Boiling out
3) Curing
4) Finishing dan Polishing

 Kunjungan 6

1. Setelah gigi tiruan di poles lakukan insersi pada kunjungan selanjutnya. Lihat apakah
GT sudah berada pada final rest position dan nilai aspek retensi, stabilisasi, oklusi,
estetik, artikulasi pada pasien.
2. Sebelum diinsersi lihat dulu apakah ada bagian gigi tiruan yang terlalu tajam, adakah
pada bagian anatomis bagian yang menonjol, kalau ada lakukan penghalusan dan
pengurangan. Setelah itu diinsersikan kepada pasien, pertama cek adaptasi dari gigi
tiruan terhadap mukosa dengan menggunakan kaca mulut, apakah gigi tiruan sudah
beradaptasi dengan baik terhadap mukosa (tidak terlalu longgar dan tidak terlalu
menekan).
Setelah itu cek retensi gigi tiruan, pasien diinstruksikan menggerakkan otot – otot
bibir, wajah dan lidah, serta diinstruksikan menyebut huruf A, I, U, E, O. Setelah itu
cek oklusi pasien, apakah ada traumatik oklusi dengan menggunakan articulating
paper (semua teraan harus sama rata, jika terdapat traumatik asah bagian lereng atau
perdalam fossa). Pengecekkan stabilisasi dengan menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan prostusif anteroposterior dan lateral kiri kanan, ( jika terdapat
sangkutan asah anasir sesuai prinsip bull).
Setelah itu lakukan pengecekkan fonetik terhadap pasien, pasien diinstruksikan
menyebut huruf S, M, R. Selanjutnya penilaian terhadap estetik dari gigi tiruan,
pertama lihat profil wajah pasien, apakah terlalu cembung atau cekung, lihat sulkus
nasolabialis, philtrum, sulkus mentalis apakah sudah terbentuk, lihat inklinasi
penyusunan anasir antero posterior dan lateral, lihat apakah anasir berada 2mm
dibawah low lip line, lihat senyum pasien apakah servikal anasir tepat berada di bawah
high lip line pasien.
3. Setelah selesai intruksikan kepada pasien tentang : keterbatasan dari gigi tiruan,
kesulitan pemakaian gigi tiruan, cara pemeliharaan gigi tiruan, instuksikan juga
kepada pasien untuk mengunyah dengan menggunakan kedua sisi gigi tiruan. Setelah
itu lakukan kontrol 1x24 jam.

Anda mungkin juga menyukai