MODUL PROSTODONTI
GIGI TIRUAN PENUH
Oleh :
M.iqbal (2041412012)
Rahma Fuaddiah (2041412002)
Pembimbing :
drg. Tine Martina Winarti, Sp.Prost
A. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain
Pasien datang dengan keluhan semua gigi rahang atas dan rahang bawah banyak yang
sudah hilang sehingga susah makan dan berbicara sehingga ingin dibuatkan gigi tiruan.
2. Present Illness
Pasien merasakan keluhan sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku gigi tersebut
awalnya berlubang namun semakin lama semakin keropos dan goyang hingga akhirnya
lepas satu persatu. Pasien tidak pernah melakukan perawatan untuk giginya yang hilang,
dan saat ini ingin dibuatkan gigi tiruan karena semua giginya sudah hilang dan
menyebabkan pasien susah untuk mengunyah makanan dan berbicara. Pasien
mengeluhkan setiap makan gusi rahang atas sakit karena terkena gigi rahang bawahnya.
3. Past Dental History
Pasien pernah datang ke dokter gigi ± 1 bulan yang lalu untuk mencabut gigi rahang
bawah sebelah kanan. Kehilangan gigi dikarenakan gigi goyah, di cabut sendiri dan
dicabut oleh dokter gigi
4. Past Medical History
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak pernah konsumsi obat rutin
dari dokter. Pasien saat ini dalam kondisi sehat. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik, alergi makanan, maupun obat-obatan.
5. Family History
Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
6. Social History
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pola tidur pasien cukup 7-8 jam/hari dan
pola makan 2 kali sehari. Pasien rutin meminum kopi setiap pagi. Pasien tidak merokok
dan tidak konsumsi alkohol.
B. Anamnesis
1. Sebab kehilangan / kerusakan gigi : Gigi berlubang dan keropos sehingga lepas
dengan sendirinya.
2. Pemakaian gigi tiruan : Tidak pernah
3. Tujuan pembuatan gigi tiruan : Mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara
dan estetik.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Ekstra Oral
a) Saliva
i. Kuantitas : Normal
ii. Konsistensi : Normal
b) Lidah : Normal
Posisi Wright : Kelas I
c) Refleks muntah : Rendah
D. Odontogram
E. Pemeriksaan Lain
1. Vestibulum
Posterior kanan Anterior Posterior kiri
Rahang atas Sedang Ka : Dalam Sedang
Ki : Sedang
Rahang Dangkal Dangkal Sedang
bawah
2. Processus Alveolar
Posterior kanan Anterior Posterior kiri
Rahang atas:
Bentuk Oval Oval Oval
Ketinggian Rendah Ka : Tinggi Rendah
Ki : Sedang
Tahanan jaringan Tinggi Tinggi Tinggi
Rahang bawah:
Bentuk Segitiga Oval Oval
Ketinggian Rendah Rendah Rendah
Tahanan jaringan Tinggi Tinggi Tinggi
3. Frenulum
a) Labialis superior : Tinggi
b) Labialis inferior : Rendah
c) Bukalis RA kiri : Rendah
d) Bukalis RA kanan : Rendah
e) Bukalis RB kiri : Rendah
f) Bukalis RB kanan : Rendah
g) Lingualis : Sedang
4. Palatum
a) Kedalaman : Dangkal
b) Bentuk : Oval
c) Torus palatinus : Tidak ada
d) Palatum molle : Kelas I
5. Tuberositas Maksila
a) Kiri : Kecil
b) Kanan : Kecil
6. Ruang Retromilohioid
a) Kiri : Sedang
b) Kanan : Sedang
7. Undercut :
Posterior kanan Anterior Posterior kiri
Rahang Atas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Rahang Bawah Ada, pada mukosa Tidak ada Tidak ada
labial gigi 33
8. Bentuk Lengkung
a) RA : Oval
b) RB : Oval
9. Dasar Mulut : Rendah
10. Lain- Lain :
a) Eksostosis : Ada, pada oklusal anterior RA dan pada oklusal regio
3 posterior RB
b) Torus mandibula : Tidak ada
F. Diagnosa
a) RA : Full edentulous
b) RB : Full edentulous
G. Rencana Perawatan
a) Gigi tiruan penuh akrilik pada rahang atas dan rahang bawah.
b) Perawatan pra prostodontik : Ekstraksi radiks 11 (sudah dilakukan: 16
September 2019) dan ekstraksi gigi 34 (sudah dilakukan: 17 September 2019)
Kunjungan 2
1. Setelah sendok cetak selesai dibuat, lakukan border molding dengan menggunakan lilin
compound
2. Setelah selesai border molding, wax spacer dibuang dan dibuat lubang pada sendok cetak
kemudian dilakukan pencetakan dengan menggunakan bahan elastomer.
3.Setelah selesai pencetakan dengan elastomer, selanjutnya lakukan boxing untuk
mempertahankan bentuk tepi hasil cetakan yang akan tercatat pada model kerja dan
bentuk tepi akan menjadi bentuk tepi gigi tiruan
4.Proses lab yaitu pengecoran hasil cetakan dengan menggunakan gips kuning (tipe 4).
5.Dilanjutkan pembuatan model malam untuk basis.
Kunjungan 3
1. Try in basis gigi tiruan, lihat retensi stabilisasinya.
2. Pembuatan bite rim pada rahang atas pada anterior (rata-rata 12 mm, dengan lebar 4
mm), dan pada bagian posterior (10-11mm, dengan lebar 6-7mm).
a. Biterim atas: bitefox dimasukkan kedalam mulut dan diperiksa apakah permukaan
oklusal biterim menempel dengan bite fox. Periksa kesejajaran bidang insisal bite rim
anterior dengan menggunakan benang jagung yang di pasangkan dari kedua tragus
pasien yang melewati ala nasi dan dibantu dengan alat bite fox. Periksa kesejajaran
biterim posterior dengan garis chamfer (kesejajaran sayap posterior bitefox dengan
benang yang hubungkan tragus-alanasi).
b. Biterim bawah: masukkan biterim dan periksa adaptasi dengan mukosa menggunakan
kaca mulut, lihat apakah permukaan bidang orientasi tidak melebihi permukaan lidah,
atau sudut mulut. Permukaan labial hampir tegak lurus terhadap bidang orientasi.
Melihat dukungan: pada labial dan bukal (perhatikan sulkus mentolabial tidak hilang
atau terlalu cekung), lengkung biterim sesuai lengkung rahang dan berada pada netral
zone. Periksa biterim atas dan bawah sudah berkontak rapat dan sebidang (instruksi
pasien untuk gigit biterim atas dan bawah)
4. Penentuan dimensi vertikal
a. Tentukan dimensi vertikal istirahat, dengan cara menentukan dua titik yaitu pada sub
nasal dan gnation. Pasien di instuksikan untuk menggumam (mmmm) berulang –
ulang sampai tidak terdapat kontraksi otot bibir, setelah pas ukur jarak antara kedua
titik yang di tentukan tadi maka di dapat dimensi vertikal istirahat.
1. Try in anterior
2. Pastikan pemilihan bentuk gigi, warna, dan ukurannya sesuai dengan profil pasien
3. Periksa relasi sentrik
4. Periksa oklusi, overjet dan overbitenya
5. Periksa garis midlinenya sesuai atau tidak
6. Jika sudah tepat semuanya lanjutkan penyusunan gigi posterior
a) Penyusunan gigi posterior RA
Dimulai dari P1, disusun tegak lurus bidang oklusi, inklinasi antero-
posterior: cups bukal pada bidang oklusi dan cusp palatal kira-kira 1mm di
atas bidang oklusi.
P2 disusun inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal,
inklinasi antero-posterior: cusp bukal dan cusp palatal terletak pada bidang
oklusal.
M1 Disusun dengan inklinasi mesio-distal: porosnya condong ke distal,
inklinasi antero-posterior: cups mesiopalatal terletak pada bidang oklusi dan
cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama tinggi kira-kira 1mm diatas bidang
oklusi dan cusp disto-bukal kira-kira 2mm diatas bidang oklusi.
M2 disusun dengan semua cusp tidak menyentuh biterim RB dan
inklinasinya mengikuti cups distal M1 atas sehingga membentuk kurve of
spee.
b) Penyusunan gigi posterior RB
Dimulai dari M1 dengan inklinasi mesio-distal cups mesiobukal M1 rahang
atas berada di groove mesio-bukal gigi M1 bawah. Inklinasi antero-posterior:
cusp bukal gigi M1 bawah berada di fosa sentral gigi geraham atas.
RA linggir rahang
o o
I2 80 2-5 Tepi insisal diatas
linggir rahang
C Hampir sama dengan Servikal tampak menonjol, Ujung cusp
linggir rahang
o
Anterior I1 85 Bagian servikalnya lebih Tepi insisal
linggir rahang
I2 80o Long axisnya tegak lurus Tepi insisal
tegak lurus
Posterior P1 Long axisnya tegak Cusp bukal pada bidang developmetal
linggir rahang
M1 Porosnya cendung ke Cusp-cuspnya terletak pada
bidang oklusi
M2 Porosnya cendung ke Cusp-cuspnya terletak pada Permukaan bukal
linggir rahang
P1 Porosnya tegak lurus Cusp bukalnya di fosa Cusp bukalnya
linggir rahang
M2 Cusp bukalnya
berada di atas
linggir rahang
Kunjungan 5
Kunjungan 6
1. Setelah gigi tiruan di poles lakukan insersi pada kunjungan selanjutnya. Lihat apakah
GT sudah berada pada final rest position dan nilai aspek retensi, stabilisasi, oklusi,
estetik, artikulasi pada pasien.
2. Sebelum diinsersi lihat dulu apakah ada bagian gigi tiruan yang terlalu tajam, adakah
pada bagian anatomis bagian yang menonjol, kalau ada lakukan penghalusan dan
pengurangan. Setelah itu diinsersikan kepada pasien, pertama cek adaptasi dari gigi
tiruan terhadap mukosa dengan menggunakan kaca mulut, apakah gigi tiruan sudah
beradaptasi dengan baik terhadap mukosa (tidak terlalu longgar dan tidak terlalu
menekan).
Setelah itu cek retensi gigi tiruan, pasien diinstruksikan menggerakkan otot – otot
bibir, wajah dan lidah, serta diinstruksikan menyebut huruf A, I, U, E, O. Setelah itu
cek oklusi pasien, apakah ada traumatik oklusi dengan menggunakan articulating
paper (semua teraan harus sama rata, jika terdapat traumatik asah bagian lereng atau
perdalam fossa). Pengecekkan stabilisasi dengan menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan prostusif anteroposterior dan lateral kiri kanan, ( jika terdapat
sangkutan asah anasir sesuai prinsip bull).
Setelah itu lakukan pengecekkan fonetik terhadap pasien, pasien diinstruksikan
menyebut huruf S, M, R. Selanjutnya penilaian terhadap estetik dari gigi tiruan,
pertama lihat profil wajah pasien, apakah terlalu cembung atau cekung, lihat sulkus
nasolabialis, philtrum, sulkus mentalis apakah sudah terbentuk, lihat inklinasi
penyusunan anasir antero posterior dan lateral, lihat apakah anasir berada 2mm
dibawah low lip line, lihat senyum pasien apakah servikal anasir tepat berada di bawah
high lip line pasien.
3. Setelah selesai intruksikan kepada pasien tentang : keterbatasan dari gigi tiruan,
kesulitan pemakaian gigi tiruan, cara pemeliharaan gigi tiruan, instuksikan juga
kepada pasien untuk mengunyah dengan menggunakan kedua sisi gigi tiruan. Setelah
itu lakukan kontrol 1x24 jam.