Pasien 1
Removable Appliance
Ayah : Susunan gigi-geligi berjejal, ukuran gigi normal dan rahang besar
Ibu : Susunan gigi-geligi rapih, ukuran gigi normal dan rahang besar
Anak ke 1 (pasien) : Susunan gigi-geligi ada yang berjejal, ukuran gigi normal dan rahang besar
Kesimpulan : Susunan gigi yang terjadi pada pasien kemungkinan disebabkan karena
faktor keturunan.
B. Pemeriksaan Obyektif
2. Lokal :
1. Umum
a. Ekstra Oral :
• Jasmani : Baik (pasien cukup sehat untuk
• Kepala
menerima perawatan ortodontik)
Lebar kepala : 115 m
• Mental : Baik (pasien mampu bekerjasama
Panjang kepala : 15,63 mm
dengan operator dalam menjalani perawatan
Indeks Kepala : 73,57 mm
ortodontik
Bentuk kepala : dolikosefalik
• Status Gizi :
• Muka
Tinggi Badan ( TB ) : 163 cm
Indeks Muka : 83,14 mm
Berat Badan ( BB ) : 52 kg
Bentuk Muka : euriprosop
Indeks Massa Tubuh : = 19,57
• Profil Muka : Convex (cembung)
(normal)
Status Gizi : baik
Kategori : normal
• Garis Simon (bidang orbital) :
Kanan
RA: bergeser ke mesial 0,5 dari 1/3 distal Caninus (maksila protrusif)
RB: berada di Interdental C – P1 ( normal )
Kiri
RA: bergeser ke mesial 0,3 dari 1/3 distal Caninus (maksilla protrusif)
RB: berada di Interdental C-P
Keterangan: Garis simon normal
• Sendi Temporo Mandibular : Normal
• Tonus Otot Mastikasi : Normal
• Tonus Otot Bibir : Normal
• Bibir Posisi Istirahat : Kompeten
b. Intra
b. Intra Oral
Oral ::
Higiene
Higiene Mulut
Mulut:: OHI
OHI sedang
sedang
Higiene
Higiene Mulut
Mulut:: Baik
Baik
Pola
Pola Atrisi
Atrisi :: Normal
Normal
Lingua
Lingua :: Normal
Normal
Palatum
Palatum :: Normal
Normal
Gingiva
Gingiva :: Normal
Normal
Mukosa
Mukosa :: Normal
Normal
Frekuensi
Frekuensi Karies
Karies :: Rendah
Rendah
Kebersihan
Kebersihan Mulut
Mulut :: Baik
Baik
Frenulum
Frenulum ::
••Fren.
Fren. Labii
Labii Superior
Superior :: Sedang
Sedang
••Fren.
Fren. Labii
Labii Inferior
Inferior :: Sedang
Sedang
•• Fren.
Fren. Lingualis
Lingualis :: Rendah
Rendah
Tonsila
Tonsila :: TAK
TAK
Fase
Fase Geligi
Geligi :: Permanen
Permanen
Pemeriksaan gigi gigi
Keterangan :
•UE : Un-erupted
•O : Caries
•X : Extraction/Missing dent
3. Analisa Foto Muka
23 : labioversi
3. Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik:
Anterior Posterior
Kesimpulan : Ukuran gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah memiliki ukuran normal
1
2 2
VI. SKEMA GIGI-GIGI DARI OKLUSAL
11 21
1 1 37
12 22 2
47 2
3
13 23 3
4 36
14 4
24 46
5
25 5 35
15
6 45
34 6
16
26 44
7 7
33
17 27 43
42 32
41 31
VII. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
2. Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 17,8 mm
1. Metode Pont: Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 19,6 mm
Jumlah mesio distal 12, 11, 21, 22 : 30,2 mm Diskrepansi : 1,8 mm (protraksi)
Jarak P1 – P1 pengukuran : 40,5 mm Keterangan: Protraksi ringan sebesar 1,8 mm.
Jarak P1-P1 perhitungan :
: 37,75 mm
Diskrepansi : 2,74 mm distraksi
derajat ringan
Jarak M1 – M1 pengukuran : 56,1 mm
Jarak M1 – M1 perhitungan :
: 47,18 mm
Diskrepansi : 8,92 mm distraksi
derajat ringan
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung
gigi P1-P1 mengalami distraksi ringan sebesar 2,74 mm,
dan lengkung gigi M1-M1 mengalami distraksi ringan
sebesar 8,92 mm.
3. Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal M1 – M1 : 99,6 mm
Jarak P1 – P1 tonjol : 48,1 mm
Indeks P : 48,2 %
Lengkung gigi untuk menampung gigi – gigi: lebih karena lebih dari 43 %
Jarak interfossa canina : 46,4 mm
Indeks FC : 47,17 %
Keterangan: Lengkung gigi dan lengkung basal dapat menampung gigi dalam keadaan ideal dan
stabil karena lebih dari 44 %.
VIII. DATA PENUNJANG Keterangan:
1) Pemeriksaan Ronsen 1. SNA dalam angka normal, berarti posisi maksila
-Panoramik protrusif
2) Analisis Sefalometri (Steiner) 2. SNB lebih dari normal, berarti posisi mandibula
Analisis Skeletal terhadap kranium protrusif.
No. Pengukuran Normal Pasien Keteranga
3. ANB normal, berarti hubungan maksila terhadap
n
1. SNA 82 +/- 20 87,50 >N mandibula menunjukkan relasi skeletal klas I
4. Bidang oklusal-SN sama dengan normal, berarti posisi
2. SNB 80 +/- 20 860 >N
gigi dalam oklusi terhadap kranium kurang dari normal
3. ANB 20 +/- 20 1,50 N
(normal face atau pertumbuhan wajah secara
4. SN-Bidang oklusal 14 0
13 0
<N
horizontall).
5. Go Gn-Sn 32 0
29 0
<N
5. Go Gn-SN kurang dari normal : posisi mandibula
terhadap kranium lebih besar dari normal,
pertumbuhan mandibular ke arah horizontal.
Keterangan:
Analisis dental
1. I - NA (mm) lebih dari normal : Insisivus rahang atas
No. Pengukuran Normal Pasien Keteranga protrusif
n 2. Sudut I – NA lebih dari normal : Insisivus rahang atas
1. I - NA (mm) 4 mm 12 mm >N proklinasi
3. I – NB (mm) lebih dari normal : Insisivus rahang bawah
2. Sudut I - NA 220 390 >N
protrusif
3. I - NB (mm) 4 mm 8 mm >N 4. Sudut I – NB lebih dari normal : Insisivus rahang bawah
4. Sudut I-NB 250 390 >N proklinasi
5. Sudut Intersicisivus kurang dari normal : Insisivus
5. Sudut Interincicivus 1310 1020 <N
rahang atas dan bawah retroklinasi
6. NB-Pog 4 mm 1,2 mm <N
6. Jarak NB-Pog kurang dari normal : menunjukkan bahwa
7. IMPA 930 1030 >N tidak perlu dikoreksi secara skeletal (cukup dikoreksi
secara dental)
7. IMPA lebih besar dari normal berarti inklinasi gigi
rahang bawah terhadap basis gigi protrusif.
3) Analisis jaringan lunak
a) Bibir atas : 3 mm di depan garis S
b) Bibir bawah : 5 mm di depan garis S
c) Pada pasien posisi bibir bawah lebih ke depan daripada S-line berarti bibir bawah
protrusif
Kesimpulan Analisis Steiner: Hubungan skeletal klas I dengan bimaksilar protrusif dan
bidental protrusif
IX. Arch Length Deficiency (Determinasi Lengkung Gigi) RA (M1-M1)
Hasil penapakan :
Lebar mes-dis : 99,6 mm
RA
Kanan : 45,9 mm Kiri : 46,5mm
: Lengkung awal
Pjg lengkung ideal: 92,4 mm
: Lengkung ideal
RB
: Lengkung awal
Kanan : 45,9 mm Kiri : 46,5 mm
: Lengkung Ideal Diskrepansi :
Kanan : 0 mm Kiri : 0 mm
X. DIAGNOSA SEMENTARA
XI. DIAGNOSIS FINAL
Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik,
Maloklusi Angle klas I tipe dental, dengan hubungan
dental, skeletal, malposisi individual, protrusif,
skeletal klas I, bimaksiler protrusif dan bidental
diastema.
protrusif, disertai multipel diastema rahang atas dan
Solusi masalah:
Malposisi gigi individual:
RA : labial arch, koreksi multiple diastema dan
malposisi gigi individual, retraksi
11 : labioversi 24 : mesiopalato torsiversi
RB : Labial arch, koreksi malposisi gigi individual,
13 : mesiolabio torsiversi 31 : distolabio torsiversi
retraksi
14 : distobuko torsiversi 32 : labioversi
23 : labioversi
XII. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI XIII. PROSEDUR PERAWATAN
Pada kasus diastema dan malposisi gigi individual yang A. Rencana Perawatan
dialami pasien disebabkan oleh faktor keturunan, karena ayah 1. Edukasi Pasien
pasien memiliki susunan gigi yang berjejal dan rahang yang besar 2. Pencarian ruang
seperti yang dialami oleh pasien. 3. Koreksi malposisi gigi-gigi individual rahang
Malposisi gigi individual, yaitu:
atas dan rahang bawah
11 : labioversi 24 : mesiopalato torsiversi
4. Penyesuaian oklusi
13 : mesiolabio torsiversi 31 : distolabio torsiversi 5. Pemakaian retainer
14 : distobuko torsiversi 32 : labioversi
23 : labioversi
B. Jalannya Perawatan
1. Edukasi pasien
Memberi pengarahan kepada pasien mengenai jalannya perawatan, alat yang digunakan untuk perawatan, dan kontrol
perawatan.
a. Jalannya perawatan : memberi pengarahan mengenai berapa lama perawatan berlangsung, aturan pemakaiannya,
dan cara membersihkan alat orthodontiknya.
b. Alat yang digunakan : memberi pengarahan mengenai alat orthodontik yang digunakan serta pengaruhnya terhadap
gigi geligi.
c. Kontrol rutin : memberi pengarahan mengenai kesediaan pasien untuk kontrol secara rutin dalam jangka waktu yang
telah ditentukan selama perawatan dan banyaknya kunjungan yang harus dilakukan pasien.
d. Mengedukasi pasien untuk melakukan perawatan tumpatan gigi pada karies superficial di gigi 16, 36 dan 37
2. Pencarian Ruang
a. Berdasarkan perhitungan Pont : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi regio P1-P1 mengalami distraksi ringan sebesar 2,75
mm, sedangkan pada regio M1-M1 mengalami distraksi sedang sebesar 8,92 mm.
b. Berdasarkan perhitungan Korkhaus : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi rahang atas ke arah anterior mengalami
protraksi ringan sebesar 1,8 mm.
c. Berdasarkan perhitungan Howes : Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi cukup (Indeks P = 48,2 %), sedangkan lengkung basal
untuk menampung gigi-gigi ideal dan stabil (Indeks FC = 47, 17%).
d. Berdasarkan pemeriksaan sefalometri : pada pasien diperoleh SNA yang normal (SNA : 87,5 0), dan SNB lebih dari normal (SNB :
860), serta ANB (1,50) yang menunjukkan hubungan skeletal klas I.
e. Berdasarkan determinasi lengkung, didapatkan diskrepansi sebesar 0 mm pada rahang atas dan rahang bawah yang dapat diartikan
jumlah mesiodistal sama seperti panjang lengkung ideal. Pada rahang atas dikarenakan ada multiple diastema maka dilakukan retraksi
sebesar 3,2 mm dan koreksi gigi 14,15,24 dan rahang bawah dilakukan retraksi sebesar 0,5 mm dan koreksi malposisi gigi individu pada
gigi 33.
f. Kesimpulan : Berdasarkan pertimbangan dari hasil perhitungan ruang, analisis sefalometri, dan determinasi lengkung, maka akan
dilakukan perawatan dengan alat orthodonti lepasan untuk meretraksi gigi-geligi pada rahang atas dan rahang bawah.
3. Koreksi Lengkung Gigi, Malposisi gigi individual
1. Plat Aktif
Rahang Atas Aktivasi :
Keterangan :
- Plat aktif dengan labial arch
1. Labial Arch Ø 0,7 mm untuk mendorong keenam gigi
dengan U loop gigi 14 dan
anterior ke palatal untuk
24
2. Basis Plat menempati lengkung ideal
3. Adams klamer Ø 0,7 mm sekaligus mengoreksi malposisi.
pada gigi 16 dan 26 yang
Plat akrilik di bagian palatal gigi
diberi koil untuk menarik
button gigi 15 , 14, 24 anterior digrinding secukupnya.
4. Button (pada gigi 14, 15,24 )
Tahap I
● Rahang atas
a. Labial arch dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm dengan U loop pada 14 dan 24 untuk menjaga keteraturan lengkung gigi
b. Adam klamer dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi 16 dan 26
c. Button gigi 14, 15, 24
d. Basis plat
Aktivasi :
- Plat aktif dengan labial
Rahang Bawah
Keterangan : arch untuk mendorong
keenam gigi anterior ke
1. Labial Arch Ø 0,7 mm
lingual untuk menempati
dengan U loop gigi 34 dan
44
lengkung ideal. Plat
2. Basis Plat akrilik di bagian lingual
3. Adams klamer Ø (diameter gigi anterior digrinding
kawat) 0,7 mm ( pada gigi secukupnya.
36, 46) - Modifikasi finger spring
4. Modifikasi finger spring dan simple spring untuk
dan simple spring Ø 0,6 menggerakan gigi 33
mm gigi 33 kearah bukal dan distal
a. Labial arch dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm dengan U loop pada 34 dan 44 untuk menjaga keteraturan lengkung gigi
b. Adam klamer dengan Ø (diameter kawat) 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi 36 dan 46
c. modifikasi finger spring dan simple spring untuk menggerakan gigi 33
d. Basis plat
4. Penyesuaian Oklusi
Setelah dilakukan pengaturan gigi-gigi individual dan lengkung gigi, dilanjutkan dengan penyesuaian oklusi dengan
cara :
a. Pengecekan kontak oklusi dengan articulating paper, pasien disuruh menggigit articulating paper dalam posisi
sentrik, kemudian disuruh untuk melakukan gerakan mengunyah. Cek tonjol oklusal dan tepi incisal, jika ada warna
yang spot tebal berarti ada traumatik oklusi.
b. Penggrindingan daerah traumatik. Daerah-daerah yang spot tebal digrinding, kemudian dicek dan digrinding lagi
sampai warna biru seimbang pada semua tonjol.
c. Setelah itu diaplikasikan topikal aplikasi fluor untuk mencegah terjadinya karies.
2. Retainer
Rahang Atas
Keterangan :
1. Labial Arch Ø (diameter
kawat) 0,8 mm dengan U
loop pada gigi 14 dan 24
2. Plat akrilik
3. Adams klamer Ø (diameter
kawat) 0,7 mm
Pemakaian retainer dimaksudkan untuk mempertahankan lengkung gigi yang telah terkoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung
yang baru.
Alat yang dipakai adalah Hawley Retainer yaitu : terdiri dari labial arch Ø 0,8 mm yang tidak di aktifasi dan Adam’s klamer Ø 0,7 mm juga plat
akrilik disertai verkeilung untuk mempertahankan gigi-gigi dalam posisinya.
Retainer
Rahang Bawah
Keterangan :
1. Labial Arch Ø (diameter
kawat) 0,8 mm dengan U loop
pada gigi 34 dan 44
2. Plat akrilik
3. Adams klamer Ø 0,7 mm pada
gigi 36 dan 46
Pemakaian Retainer:
XIV. PROGNOSIS :
1. Retainer dipakai dalam keadaan pasif siang malam selam 3 bulan dengan kontrol
Perawatan ini mempunyai prognosis yang baik
tiap bulan sekali untuk mengetahui derajat mobilitas atau kegoyahan gigi yang
telah digerakkan. karena :
2. Jika selama 3 bulan tersebut masih terdapat kegoyahan gigi, maka pemakaian • Motivasi pasien tinggi
diperpanjang 3 bulan lagi. Jika mobilitas gigi hilang, untuk 3 bulan berikutnya
• Umur pasien masih memungkinkan untuk
retainer tidak perlu dipakai kalau keluar rumah dan dipakai lagi kalau dalam
rumah. Dicek apakah setiap pemakaian alat terasa sesak atau tidak. Kontrol tiap 3
dilakukan perawatan, kategori anak sehingga
bulan sekali. masih dalam masa pertumbuhan diharapkan lebih
3. Jika dalam 3 bulan di atas alat masih terasa sulit jika dipakai, pemakaian
mudah untuk menggerakkan gigi - geliginya.
diteruskan lagi selama 3 bulan dengan kontrol tiap bulan sekali. Jika sudah tidak
• Keadaan gigi dan jaringan periodontal baik
sulit dipakai, untuk 3 bulan berikutnya alat hanya dipakai pada malam hari dan
selalu dicek (oleh pasien sendiri) apakah setiap pemakaian kembali terasa sulit • Pasien dapat bekerjasama dengan baik dan
atau tidak. Kontrol dilakukan tiap bulan sekali. kooperatif.
4. Jika sudah tidak sulit lagi pemakaian bisa dihentikan siang malam dan kontrol 3
bulan berikutnya, jika tidak ada perubahan bisa dihentikan untuk seterusnya. Jika
ada perubahan pemakaian masih diperpanjang 3 bulan berikutnya dengan kontrol
3 bulan sekali.
DATA PENDUKUNG
Foto profil
Foto Intraoral
Rontgen Foto Sefalometri
Terimakasih