Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN ASISTENSI BEDAH

Diajukan Guna untuk Pemenuhan Requirement


di Bidang Bedah Mulut

SITI NUR AINI AYU NINGJANAH


NIM: J3A018017

DOSEN PEMBIMBING:
drg. Rosyid Hanung Pinurbo

DEPARTEMEN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Makalah yang berjudul “Asistensi Bedah“ guna melengkapi


persyaratan Kepaniteraan klinik pada Bagian Bedah Mulut

Semarang, 04 Agustus 2021

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

drg. Rosyid Hanung Pinurbo

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul

“Asistensi Bedah” ini sebagai salah satu syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik

di Bagian Bedah Mulut.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas serta

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada drg. Rosyid Hanung Pinurbo selaku dosen

pembimbing.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Semarang, 04 Agustus 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PEGESAHAN....................................................................... 2

KATA PENGANTAR................................................................................ 3

DAFTAR ISI............................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 5

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 6

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 7

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 7

2.1 Tinjauan Ergonomi.............................................................................. 8

2.2 Penerapan Ergonomi Pada Kedokteran Gigi.................................... 8

2.3 Konsep Four Handed Dentistry............................................................ 9

2.4 Posisi Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Ergonomi...................... 17

2.5 Dampak Tidak Menerapkan Ergonomi............................................. 17

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah penyakit yang

menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Timbulnya gangguan musculoskeletal

ini terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan cara kerja mendukung sehingga

dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak, syaraf,

tendon, persendian, kartilago, dan disklus vertebralis. Gangguan muskuloskeletal

yang kerap terjadi pada praktisi kesehatan. Hal ini terjadi akibat posisi tubuh

sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama seta

berulang-ulang. Diantara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi

adanya ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum

jenis pekerjaan dokter gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan

kaku dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Posisi tubuh seperti ini

menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa

tidak nyaman didaerah leher, bahu dan tulang punggung sehingga dapat

mengakibatkan antara lain gangguan musculoskeletal yang berupa nyeri

punggung bagian bawah (Singh N,.et.al.2014).

Ergonomi merupakan ilmu yang memberikan perhatian pada desain dari

sistem, dimana manusia melakukan sebuah aktivitas pekerjaan. Istilah ini telah

digunakan secara luas di berbagai bidang profesi termasuk dokter gigi. Desain

ergonomi yang tepat diperlukan untuk mencegah cedera berulang, yang dapat

5
berkembang dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan cacat jangka panjang.

Desain tata letak adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan

peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal

mungkin, seluruh ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman

kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan (Kalra

et al., 2018).

Desain tata letak berperan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi

tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara

matang sebelum tempat praktek dibangun. Posisi yang baik merupakan

kenyamanan bagi pasien dan dokter gigi. Posisi yang benar memungkinkan dokter

gigi untuk menjaga posisi lengan dan memberikan stabilitas serta dukungan, tetapi

dokter gigi harus menjaga pergelangan tangan dengan lurus untuk memberikan

tenaga ke lengan dan bah. Konsep  Fo  ur handed Dentistry telah digunakan

oleh para pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang

dibuat selalu dilengkapi denagn sisi Dental Assistant di sebelah kiri pasien,

oleh karena itu konsep four handed Dentistry menjadi desain dalam tata

letak penempatan alat kedokteran gigi (Barlean, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ergonomi ?

2. Bagaimana cara bekerja dengan penerapan ergonomi pada kedokteran gigi?

3. Bagaimana konsep dari  Fo  ur Handed Dentistry ?

4. Bagaimana posisi saat pencabutan gigi berdasarkan ergonomi ?

5. Bagaimana dampak tidak menerapkan ergonomi ?

6
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan ergonomi

2. Untuk mengetahui cara penerapan ergonomi pada kedokteran gigi

3. Untuk mengetahui konsep dari  Fo  ur Handed Dentistry

4. Untuk mengetahui posisi saat pencabutan gigi berdasarkan ergonomi

5. Untuk mengetahui dampak tidak menerapkan ergonomi

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ergonomi

Perkembangan tekhnologi saat ini begitu pesatnya sehingga peralatan

sudah menjadi kebtuhan pokok pada berbagai lapangan kerja tak terkecuali pada

dokter gigi. Artinya peralatan dan tekhnologi merupakan penunjang yang

penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis

pekerjaan. Disamping itu disisi lain negatifnya apabila operator kurang waspada

menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini dapat terjadi jika

tidak diantisipasi maka akan timbul berbagai risiko yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup dokter gigi yang memungkinkan terjadi kecelakaan akibat kerja

yang menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh

semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan

lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik

(Depkes RI:2000)

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos

berarti hukum. Definisi ergonomi menurut Occupational Safetyand Health

Administration (OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang

tidak mengakibatkan suatu gangguan. Ergonomi bertu juan  membuat pekerjaan,

peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Manf aat

8
dan tujuan dari ilmu ergonomi adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada

saat bekerja. Dengan demikian egonomi berguna sebagai media pencegahan

terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat fatal dan kronis

(Sarkar, 2012).

Secara garis besarnya ergonomi berarti terciptanya sistem kerja yang sehat,

aman, dan nyaman bagi manusia. Ergonomi juga merupakan studi dan analisis

mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia selama melakukan pekerjaan. Unsur-

unsur ergonomi yang harus dibahas sangat berkaitan dengan lingkungan kerja, posisi

setiap personilnya, peralatan gigi serta kolaborasi antara dokter gigi dan asisten dokter

gigi dalam Four Handed Dentistry. Faktor risiko ergonomi bekerja yang terlalu lama,

pekerjaan berulang-ulang, dan posisi duduk yang tidak baik. Risiko yang khususnya

untuk dokter gigi yaitu berkembangnya gangguan muskuloskeletal yang melibatkan

saraf, tendon dan otot harus dikurangi dengan mengubah perilaku dalam bekerja untuk

efisiensi maksimum dan keamanan dengan dampak yang positif bagi dokter gigi.

Tujuan ilmu ergonomi dapat memberikan peranan pada banyak hal dalam rangka

mencapai tujuan yang positif dan sebagai suatu pemecahan masalah yang praktis

terdapat dalam aspek kehidupan manusia (Sarkar, 2012).

2.2 Penerapan Ergonomi di Kedokteran Gigi

Aplikasi ergonomi dalam desain sistem kerja memberikan peranan

penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja,

misalnya: desain sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada

sistem kerangka dan otot manusia. Desain peletakan instrumen dan sistem

9
pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi sehingga

dihasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan,

dan meningkatkan efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat

metode kerja yang kurang tepat. Melalui kemajuan ergonomi yang telah dibuat

bertahun-tahun, dokter gigi mampu memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan

kerja. Beberapa yang dikatakan ergonomi dalam kedokteran gigi terdiri dari

penggunaan kursi dokter, kursi pasien, instrumentasi dan posisi serta teknik kerja

yang baik akan memberikan langkah untuk keseimbangan yang baik dalam bekerja.

Ergonomi Dokter gigi ideal Pelatihan pada kerja Desain alat Keseimbangan dan

latihan Lingkungan kerja (Tawaka, 2004).

Posisi Kursi dokter

Mangharam, 1998 menunjukkan bahwa dokter gigi yang duduk 80-100% per

harinya, berada pada peningkatan risiko nyeri punggung. Lama duduk di kursi dengan

posisi yang salah menyebabkan faktor kelelahan otot dan nyeri punggung. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa kursi bergerak hampir setiap menit sepanjang

perawatan, sebagai dokter gigi harus terus menyesuaikan posisi untuk meningkatkan

kinerja kerja. Oleh krena itu, dokter gigi harus mampu mempertahankan tekanan

berulang (Howe, 2009).

Sudut antara tulang belakang dan paha antara 90-110o . Sudut kurang dari 90º

dan sudut lebih besar dari 110 º memberikan perasaan seperti tergelincir dari kursi.

Seorang dokter gigi harus dapat bekerja dengan posisi duduk yang baik dimana paha

mereka sejajar dengan lantai dan kaki berada dalam posisi didukung sepenuhnya.

Posisi Kursi pasien

10
Ketika pasien duduk, rongga mulut pasien diposisikan sejajar dengan jantung

dokter gigi. Memposisikan rongga mulut lebih tinggi dari jantung akan membatasi

pandangan dan meningkatkan kelelahan bahu pada dokter. Pencabutan gigi rahang atas

sebaiknya dilakukan pada posisi pasien relatif lebih tinggi. Pencabutan gigi rahang

bawah dengan penempatan pasien relatif lebih rendah (Howe, 2009).

Prosedur :

1. Persiapan alat dan bahan

2. Memakai APD (masker, Handscoon, hazmat / gown)

3. Persiapan pasien (posisi pasien semi supine, pengecekan tekanan darah,

pastikan pasien sudah makan)

4. Persiapan anestesi (larutan anestesi, jarum, dan spuit)

5. Melakukan asepsis dengan povidone iodine 10%, keringkan terlebih dahulu

daerah yang akan dilakukan anestesi atau daerah yang akan dilakukan

perawatan, kemudian oleskan povidone iodine pada daerah tersebut dengan

cotton pellet menggunakan pinset

6. Melakukan anestesi local pada daerah yang sudah dilakukan asepsis

7. Melakukan pengecekan anestesi dengan menggunakan sonde pada daerah yang

sudah dilakukan anestesi atau pada daerah yang akan dilakukan perawatan,

bandingkan dengan daerah yang tidak dilakukan anestesi, tanyakan pada pasien

apakah sudah terasa kebas atau kesemutan belum pada daerah yang dilakukan

anestesi

8. Melakukan pembuatan flap sesuai dengan kasus menggunakan blade no 15 dan

blade holder no 3

11
9. Melakukan pembukaan flap dengan menggunakan periosteal elevator

10. Melakukan dep dengan menggunakan tampon / kasa sterile untuk mengurangi

perdarahan

11. Melakukan pengurangan tulang alveolar di sekitar gigi / akar dengan

menggunakan handpiece highspeed dan bur tulang

12. Melakukan irigasi dengan menggunakan larutan saline (NaCl)

13. Mengeluarkan gigi / akar dengan menggunakan elevator / forceps

14. Melakukan pengkuretan pada daerah bekas pencabutan dengan menggunakan

kuret periapical

15. Menghaluskan bagian tulang alveolar sekitar dengan menggunakan bone file

16. Dep perdarahan dengan menggunakan tampon / kasa sterile

17. Melakukan irigasi lagi dengan NaCl / saline

18. Kembalikan flap / tutup kembali flap yang terbuka tadi sesuai dengan awalnya

19. Kemudian melakukan suturing, dengan persiapan alat (suture resorbable atau

nonresorbable, needle / jarum jahit, needle holder, arteri clamp, pinset cirugis,

pinset anatomis, gunting bedah / gunting benang jahit) dan membuat simpul

212 searah jarum jam dan sebaliknya

20. Peresepan obat antibiotic dan analgesic

21. Instruksi pasca perawatan (Fragiskos, 2007).

2.3 Konsep Fo  ur Handed Dentistry

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan

ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung

12
seminimal mungkin, seluruh luas ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa

nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan.

Desain tata letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi kerja di

tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang

sebelum tempat praktek dibangun dan tidak menutup kemungkinan dapat berubahh

dikemudian hari bila dinilai sudah tidak efektif lagi. Efektifitas dan efisiensi desain

tata letak dihitung dari jumlah jarak pergerakan yang terjadi, dengan asumsi setiap

pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah

tujuan dari desain tata letak (Bacon, 1990).

Konsep  Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan

dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi

dengan sisi Dental Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep  Fo  ur

Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat

kedokteran gigi. Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi,

profesi di bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter

gigi yang memberikan pelayanan, namun sekarang pelayanan dapat diberikan oleh

sebuah tim yang terdiri dari  Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistan,t   dan  

Dental Technician.  Dentist (Tawaka, 2004).

Dentist adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi.

Dental Hygienist  bertugas mengisi Rekam medis serta melakukan tindakan

Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara mandiri.  

Dental Assistant  bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil

13
alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur

cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan sedang dilakukan.   Dental

Technician  berkerja di Laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan

dipasang di mulut pasien (Nusanti, 2000).

2.3.1 Jalur Kerja dan Pergerakan


Dalam konsep  Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona

kerja disekitar   Dental Unit  yang disebut Clock Concept.  Bila kepala pasien

dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah

jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut

Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari

arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan

Dokter Gigi (Finkbeiner, 2001).

Clock Concep (Nusanti, 2000)

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun perawat

Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja

Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet)  yang berisi instrumen tangan serta

peralatan yang dapat membuat takut pasien.   Assistant’s Zone adalah zona

tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan

Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta   Light Cure Unit  pada  

Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan

dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan

Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi. Selain pergerakan

14
yang terjadi di seputar   Dental Unit,  pergerakan lain yang perlu diperhatikan

ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan dokter gigi , Pasien, dan

Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan

serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi

pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau

keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari   Dental Cabinet, serta

pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan

(Kilpatrick, 1974).

2.3.2 Tata Letak Penempatan Alat

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi

adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara

segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga

kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik6. Tata letak hanyalah salah

satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsure

ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas

udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan. Ruang Periksa adalah

ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan

ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat

Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal

Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter. Unsur

15
penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk

hiburan pasien yang sedang dirawat (Finkbeiner, 2001).

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah

terhadap dental unit.   Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan

dan dinaik turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar

1,8-2 Meter. Di belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter

untuk Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung

bawah dental unit dengan dinding belakang atau dental cabinet  yang diletakkan

di belakang adalah 3 Meter, sedangkan jarak antara ujung bawah dental

unit dengan dinding depan minimal 0,5 Meter.   Dental Unit umumnya memiliki

lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan

umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di

Operator’s Zone dan Asistant’s Zone (Endro, 2004).

Mobile Cabinet  sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan

digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan

terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operator’s Zone dan   Assistant Zone

sehingga baik dokter gigi maupun perawat gigi akan dengan mudah mengambil

bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila  Mobile

Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator’s

Zone. Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah  Dental

Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat

kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet setengah badan seperti   kitchen

16
cabinet  dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini

ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di

Static Zone dan  Assistant’s Zone. Keberadaan Dental Cabinet  akan menambah

luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya (Endro, 2004)..

2.4 Posisi Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Ergonomi

Posisi pasien dan dokter gigi sangat penting dalam keberhasilan pencabutan

gigi. Posisi yang baik merupakan kenyamanan bagi pasien dan dokter gigi. Posisi

yang benar memungkinkan dokter gigi untuk menjaga posisi lengan dan

memberikan stabilitas serta dukungan, tetapi dokter gigi harus menjaga

pergelangan tangan dengan lurus untuk memberikan tenaga ke lengan dan bahu.

Untuk pencabutan gigi rahang atas, kursi harus dimiringkan kebelakang sehingga

dataran oklusal tepat pada 60o dari lantai serta penempatan pasien relatif lebih

tinggi dan untuk pencabutan rahang bawah kursi lebih tegak dari rahang atas dan

penempatan pasien relatif lebih rendah. Menaikkan kaki pasien pada saat yang

bersamaan membantu meningkatkan kenyamanan pasien (Barlean, 2012).

2.5 Dampak Tidak Menerapkan Ergonomi

Desain ergonomi diperlukan untuk mencegah cedera yang berulang, yang

dapat berkembang dari waktu ke waktu dan dapat mengakibatkan kecacatan

jangka panjang. Ergonomi bersangkutan dengan efisiensi lingkungan kerja dokter

gigi yang memperhitungkan kemampuan dan keterbatasan untuk memastikan

17
bahwa kondisi lingkungan masing-masing dokter gigi baik. Kesehatan

muskuloskeletal dari dokter gigi telah menjadi subjek dari berbagai penelitian di

seluruh dunia dan fokus mereka pada rasa sakit yang dialami oleh dokter gigi,

karena pekerjaan mereka di daerah sempit, perawatan gigi yang dilakukan, dengan

ketidakfleksibelan postur kerja. Sakit punggung adalah keluhan yang paling

umum diikuti dengan nyeri leher dan nyeri bahu, meskipun keluhan itu semua

biasanya ringan. Kebanyakan dokter gigi pada saat ini bekerja diposisi duduk dan

melakukan perawatan pada pasien dalam posisi sedikit terlentang. Posisi duduk

membuat sedikit perbedaan dalam seberapa sering dokter gigi mengalami rasa

sakit. Bila para dokter gigi duduk, nyeri yang terjadi tidak hanya dibelakang

punggung mereka, tetapi juga pada leher, bahu dan lengan mereka.

Beberapa gejala gangguan Musculoskeletal disorder (MSDs):

• Kelelahan yang berlebihan pada bahu dan leher

• Kesemutan dan rasa terbakar

• Pegangan lemah dan kram tangan

• Mati rasa dijari dan tangan (Valachi, 2018).

18
BAB III

KESIMPULAN

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos

berarti hukum. Definisi ergonomi menurut Occupational Safetyand Health

Administration (OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang

tidak mengakibatkan suatu gangguan (Sarkar, 2012). Tujuannya untuk kenyamanan

tanpa menimbulkan kelainan.

Keberhasilan ergonomi meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi dan

menghindari terkenanya penyakit. Dokter gigi rentan terhadap penyakit atau cedera

dari sistem otot rangka. Dalam hal ini kesehatan muskuloskeletal dari dokter gigi telah

menjadi subjek dari berbagai penelitian di seluruh dunia, karena pekerjaan mereka di

daerah sempit. Beberapa gejala gangguan Musculoskeletal disorder (MSDs) yaitu

kelelahan yang berlebihan pada bahu dan leher, kesemutan, rasa terbakar, pegangan

lemah dan kram tangan. Pentingnya ergonomi dalam lingkungan kerja yang baik agar

gejala yang timbul tidak mengakibatkan beberapa penyakit musculoskeletal seperti,

Cedera pada leher dan bahu, Carpal Tunnel Syndrome-(CTS), Low back pain (LBP),

Hal ini yang perlu diperhatikan agar dokter gigi melakukan pencabutan gigi

berdasarkan ergonomi agar terhindar terkena penyakit tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anononim. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2000.

Barlean L, Danila I, Saveanu I. Dentist ergonomic knowledge and attitude in north-est


region, Romania. Romanian Journal of Oral Rehabilitation 2012; 4(1): 40-1.

Endro, H. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek.  Dentamedia, Nomor 1


Volume 8. Januari 2004. Hal 4-5.

Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner.   Practice Management for Dental Team. St Louis :


Mosby. 2001.

Fragiskos, D., 2007. Oral Surgery. Verlag Berlin Heidelberg: Springer.

Howe GL. Pencabutan gigi geligi. Ed. 2. Jakarta: EGC, 2009: 1-3, 22-3.

Kilpatrick. H. Wo  rk Simplification in Dental Practice. Philadhelphia : WB


Saunders Company. 1974

Leggat PA, Kedjarune U, Smith DR. Occupational health problems in modern


dentistry: a review. Industrial Health 2007; 45: 611-5.

Loekman M. Teknik dasar pencabutan gigi. JITEKGI 2016; 3(3): 82-3.

Nevala N, Sormunen E, Remes J, Suomalainen K. Evaluations of ergonomics and


efficacy of instruments in dentistry. The Ergonomics Open Journal 2013; 6:
68.

Nusanti, D. Dental Surgeon Assistant.   Dental Horison. Volume 2 Nomor 7. Oktober 


2000. Hal 31-33.

20
Sarkar PA, Shigli AL. Ergonomics in general dental practice. People’s Journal of
Scientific Research 2012; 5(1): 56-8.

Singh N, Jain A, Sinha N, Chauhan A, Rehman R. Application of four handed


dentistry in clinical practice: a review. Int J Dent Med Res, 2014;1(1):8-13

Sudarshan R, Ganesan SV. Ergonomics in dentistry a review. J Environ Occup Sci


2012; 1(2): 125-7.

Szymanska J. Disorders of the musculoskeletal system among dentist from the aspect
of ergonomics and prophylaxis. Ann Agric Environ Med 2002; 9: 168- 70.

Tawaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta : Islam Batik University Press. 2004.

Valachi B. Ergonomics and injury in the dental office. Penwell Corp 2018: 28- 34.

21

Anda mungkin juga menyukai