Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

A. Data Pasien :
Nama Pasien : Santi
Umur : 45 tahun
No. RM : 00-4084
Alamat : Parak Salai
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan :

B. Pemeriksaan Subjektif
CC : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan untuk memperbaiki pengunyahan
PI : pasien belum pernah dibuatkan gigi palsu sebelumnya
PDH : Pasien belum pernah ke dokter gigi
PMH : Tidak ada riwayat penyakit sistemik
FH : Tidak ada riwayat penyakit sistemik

a. ANAMNESIS
1. Sebab kehilangan : Lubang besar pada gigi dan gigi goyang
2. Pencabutan terakhir :Atas : belakang kiri
Bawah :belakang kiri
3. Pemakaian gigi tiruan : belum pernah
4. Tujuan pembuatan GT : memperbaiki pengunyahan dan estetik

b. Pemeriksaan Klinik
Ekstra Oral
○ Muka : lonjong, simetris
○ Profil : cembung
○ Pupil : sama tinggi
○ Tragus : sama tinggi
○ Hidung : simetris
○ Pernapasan lewat hidung : lancar
○ Rima oris : normal
○ Bibir atas : normal, simetris
○ Bibir bawah : Normal dan simetris
○ Sendi rahang
○ Kiri : Tidak bunyi
○ Kanan : Tidak bunyi
○ Buka mulut : Tidak deviasi
○ Kelainan lain : tidak ada
c. Foto Ekstra Oral

Gambar 1.1 Foto Ekstra Oral


d. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan umum
1. Higiene mulut : baik
2. Kalkulus : ada
3. Stain : tidak
4. Saliva : - Kuantitas : normal
- Konsistensi : normal
5. Lidah : - ukuran : normal
- Posisi wright : Kelas I
- Mobilitas : normal
6. Refleks muntah : tinggi
7. Oklusi : tidak ada

e. Pemeriksaan Gigi Geligi


Gambar 1.4 Pemeriksaan Gigi Geligi
Keterangan :
1. Besar gigi : normal
2. Perbandingan mahkota akar :
gigi 11 : 11,1 : 17,9
gigi 21 : 11 : 18
f. Pemeriksaan Lain
1. Vestibulum
Post Kiri Post Kanan Anterior
Rahang Atas Dangkal Dangkal Dangkal
Rahang bawah Dangkal Dangkal Dangkal

2. Prosesus Alveolaris
Rahang Atas Post Kiri Post Kanan Anterior
Bentuk Oval Oval Oval
Ketinggian Rendah Rendah Rendah
Tahanan Jaringan Tinggi Tinggi Tinggi

Rahang Bawah Post Kiri Post Kanan Anterior


Bentuk Segi4 Segi4 Segi4
Ketinggian Sedang Sedang Sedang
Tahanan jaringan Tinggi Tinggi Tinggi

3. Frenulum
1. Labialis superior : rendah
2. Labialis inferior : rendah
3. Bukalis RA kiri : rendah
4. Bukalis RA kanan : rendah
5. Bukalis RB kiri : rendah
6. Bukalis RB kanan : rendah
7. Lingualis : rendah

4. Palatum
1. Bentuk : oval : sedang
2. Torus palatinus : tidak ada
3. Palatum Mole : house kelas I

5. Alveolar tubercle :
-kiri : kecil
-kanan : kecil

6. Undercut : RA RB
-Kiri : tidak ada tidak ada
-kanan : tidak ada tidak ada

7. Ruang Retromilohioid
1. Kiri : dangkal
2. Kanan : dangkal

8. Bentuk lengkung
1. RA : oval
2. RB : oval

9. Dasar mulut : normal


10. Lain- Lain :
1. Eksostosis : tidak ada
2. Torus mandibula : tidak ada
Sikap mental : Filosofis
g. Kumpulan Data Utama
Pasien datang dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan. Pasien belum pernah
membuat gigi tiruan sebelumnya. Pasien mengeluh susah untuk makan dan ingin
memperbaiki estetik. Pasien dalam kondisi sehat (tidak menderita penyakit
sistemik apapun)

h. Diagnosa :
RA :Full Edentoulus
RB :Full Edentoulus

i. Rencana Perawatan
Gigi tiruan sebagian lepasan
RA : 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
RB : 37 36 35 34 33 32 31 41 42 43 44 45 46 47
Perawatan Pra Prostodontik
1. Perawatan periodontal : tidak ada
2. Perawatan bedah : ada
Pencabutan gigi elemen :
3. Konservasi gigi : tidak ada
4. Rekonturing : tidak ada
5. Persiapan tempat cengkeram : tidak ada
6. Macam cetakan :
-RA :mukofungsional
-RB :mukofungsional
7. Warna gigi :

Desain GTP
A. Rahang atas
1. Retensi diperoleh dari :
- Tegangan permukaan didapatkan dari adaptasi basis antara pada saliva,
mukosa rahang atas dan basis gigi tiruan
- Gaya adhesià perlekatan antara saliva dan GT rahang atas pada permukaan
anatomis yang berkontak rapat pada mukosa didapatkan dari pencetakan yang
akurat
- Gaya kohesi à perlekatan antara saliva dan saliva
- Muscular àmuscle trimming rahang atas
- Atmosferik àpostdam dan muscle trimming

2. Stabilisasi diperoleh dari :


- Adaptasi basis GT rahang atas yang berkontak tepat pada mukosa
- Perluasan basis GT rahang atas : di posterior mencangkupi hamular notch,
posterior palatal seal dandi anterior mencakupi batas fornik, pembebasan
frenulum dan vestibulum rahang atas
- Penyusunan gigi rahang atas di atas linggir
- Penyusunan anasir gigi memenuhi konsep oklusi berimbang, kontak yang
simultan antara rahang atas dan rahang bawah
- Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero posterior dan kurva
Manson dalam arah lateral
- Mengurangi jumlah gigi anasir
- Instuksikan pasien mengunyah pada kedua sisi
- Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat
3. Dukungan / support diperoleh dari :mucosa support
4. Estetika diperoleh dari :
- Pemilihan anasir gigi:bentuk, ukuran, warna sesuai dengan gigi yang masih
tertinggal
- Penyusunan anasir
- Incisal gigi anterior rahang atas terlihat + 2 mm dari batas bawah bibir atas
saat istirahat
- Filtrum tidak terlalu kendor atau tegang
- Bibir dan pipi tidak terlalu cembung
- Sudut nasolabial + 90
- Mideline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang atas
- Garis senyum à gusi tidak terlihat saat senyum untuk menetukan panjang
anasir
- Overbite dan overjet + 2-4 mm

B. Rahang bawah
1. Retensi diperoleh dari :
- Tegangan permukaan didapatkan dari adaptasi basis antara pada saliva,
mukosa rahang bawah dan basis gigi tiruan
- Gaya kohesi à perlekatan antara saliva dan saliva
- Muscular àmuscle trimming rahang bawah
- Gaya berat GT Rahang bawah
2. Stabilisasi diperoleh dari :
- Adaptasi basis GT rahang bawah yang berkontak tepat pada mukosa
- Perluasan basis GT rahang bawah : di posterior mencangkupi retromolar pad,
bukal shelf, sulkus alveoli lingual dan di anteriormencakupi batas fornik,
pembebasan frenulum dan vestibulum rahang bawah
- Penyusunan gigi rahang bawah di atas linggir
- Penyusunan anasir gigi memenuhi konsep oklusi berimbang
- Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero posterior dan kurva
Manson dalam arah lateral
- Mengurangi jumlah gigi anasir
- Instuksikan pasien mengunyah pada kedua sisi
- Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat
3. Dukungan / support diperoleh dari :mucosa support
4. Estetika diperoleh dari :
- GTP sesuai dengan kepribadian pasien sehingga tampak alami
- Bibir dan pipi tidak terlalu cembung
- Sulkus mentolabial tidak terlalu kendor atau tegang
- Midline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang bawah
- Garis caninus à tepat pada sudut mulut saat istirahat
- Overbite dan overjet + 2-4 mm
- Pemilihan anasir gigi:bentuk, ukuran, warna
5. Arah pemasangan
RA : vertikal tilting : -
RB : vertikal tilting : -

RENCANA PERAWATAN
A. Kunjungan I ( 24 Maret 2015 )
1. Pencetakan Anatomis
Pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated stock tray.
Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu mana yang paling
sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien menggunakan sendok cetak dengan
bahan cetak irreversible hydrocolloid (alginate).
Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone (Blue
Dental Plaster) sehingga diperoleh model studi dan model kerja. Model studi
disimpan paling tidak hingga kasus selesai sedangkan model kerja untuk membuat
sendok cetak individual.
2. Pembuatan sendok cetak fisiologis
Langkah – langkah hampir sama dengan gigi tiruan penuh :
- Pembuatan disain ( outline sendok cetak individual)
- Buat garis pada forniks dengan pensil biru, dengan batas anatomis
- Semua batas anatomi tercakup dalam sendok cetak kecuali frenulum harus
bebas
- Buat garis dengan menggunakan pensil merah 2mm di atas garis biru
(forniks). Garis merah merupakan batas akhir dari sendok cetak fisiologis
- Pembuatan wax spacer
Wax dipanaskan diatas lampu spiritus, Lapisi model dengan selapis malam
(2mm) daerah tidak bergigi sambai batas pensil merah/2 mm di atas forniks
- Pembuatan stopper
Kerok atau bolongi wax dengan lecron untuk membuat stopper. Stopper
berbentuk segi empat dengan ukuran 4 X 2 mm, satu di bagian anterior
(incisivus sentralis) dan dua pada bagian posterior kiri dan kanan.
Manipulasi akrilik swappolimerisasi
 Campurkan powder dan liquid
 Sebagian akrilik dimasukkan ke stopper
 Buat akrilik dalam bentuk lempengan dan adaptasikan ke model yang
telah ditutupi spacer.
 Ketebalan akrilik 2mm
 Tepi sendok cetak berada di garis merah yaitu 2 mm di atas forniks
- Pembuatan tangkai sendok cetak
- Finishing
- Rapikan dan poles apabila ada permukaan yang kasar

B. Kunjungan 2 (1 Mei 2015 )


1. Mencoba sendok cetak Individual ke pasien
Sendok cetak individual mencakup semua daerah yang telah dicantumkan
didepan kecuali frenulum, baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh
ada undercut yang dapat menghalangi pada saat nanti dilakukan pencetakan
fisiologis. Lakukan pemotongan base plate 1-2 mm di atas forniks untuk
memberikan tempat pada bahan cetak asal jangan mudah lepas dari mulut pasien.
Hasilnya adalah baseplate trimming
2. Border Moulding
a. Pembentukan tepi sayap labial dan bukal
Kompon cetak berbentuk batang ditambahkan bertahap pada bagian-bagian
tepi sendok cetak akrilik dengan cara memanaskannya dengan lampu spiritus,
ditambahkan bertahap mulai dari sayap labial, sayap bukal dan terakhir sayap
lingual. Tiap bagian kompon cetak dipanaskan dan tepi dibentuk sebelum
penambahan pada bagian yang lain.
Pembentukan tepi untuk sayap labial dilakukan saat bibir bawah diangkat
keluar, ke atas dan ke dalam. Di daerah frenulum bukal pipi diangkat ke luar,
ke atas, ke dalam, kebelakang, dan kedepan untuk menirukan gerakan
frenulum bukal. Di sebelah posterior tepi sayap bukal dibentuk ketika pipi
digerakkan ke luar, ke atas dan ke dalam.
b. Pembentukan tepi sayap lingual
 Kompon di sayap lingual dilunakkan dengan lampu spiritus kemudian
dicelupkan ke air agar tidak terlalu panas, sendok cetak dipasang
dalam mulut pasien dan pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya.
Gerakan ini menghasilkan aktifitas fungsional dari bagian anterior
dasar mulut, termasuk frenulum lingualis dan menentukan panjang
sayap lingual sendok cetak di daerah ini.
 Kompon dipermukaan lingual sayap dilunakkan dibagian anteriornya
(dari premolar ke premolar) sampai sedalam 1-2 mm. kemuadian
sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut dan pasien diminta untuk
menekan lidahnya kuat-kuat pada bagian anterior palatum. Aktifitas ini
menyebabkan dasar lidah melebar dan membentuk ketebalan bagian
anterior sayap lingual
 Kompon di ujung distal sayap dipanaskan dan dimasukkan kedalam
mulut pasien setelah dicelupkan ke air dingin. Pasien diminta
menjulurkan lidahnya guna mengaktifkan otot konstriktor superior.
Kemuadian pasien diminta untuk menutup mulut saat operator
menekan sendok cetak ke bawah. Konstraksi yang dihasilkan oleh otot
pterogoideus medial yang disebelah posterior bekerja pada
retromilohioid, dapat membatasi ruangan yang tersedia bagi tepi
cetakan di daerah fosa retromilohioid.
Bentuk dan panjang sayap lingual harus serasi dengan ukuran struktur
anatomis jaringan pembatas pada saat pembentukan tepi selesai dilakukan
untuk sudut distal dari sayap.
Sendok cetak perseorangan harus dibentuk sehingga dapat menopang pipi
dan bibir sama sperti halnya yang diharapkan dari gigi tiruan yang akan
dibuat. Sayap lingual dibentuk untuk memungkinkan dibuatnya cetakan
akhir dan membimbing lidak ke posisi yang seharusnya diduduki terhadap
gigi tiruan yang akan dihasilkan. Permukaan lingual sayap sendok cetak
harus dapat membimbing lidah ke posisi yang sama dengan yang akan
ditempatinya terhadap gigi tiruannya nanti.Selanjutnya malam pembentuk
ruangan dibuang dari sebelah dalam sendok cetak. Beberapa lubang dibuat
dengan bur bulat nomor 6 pada sendok cetak perseorangan, berjarak 12,5
mm. Lubang-lubang ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan
cetak yang berlebih serta untuk memperkecil tekanan pada jaringan mulut
saat dibuat pencetakan akhir juga sebagai retensi bahan cetak agar tetap
melekat pada sendok cetak.
3. Pencetakan fisiologis dengan menggunakan teknik mukofungsional.
Tahap selanjutnya adalah membuat cetakan dengan menggunakan bahan
elastomer (polyvinylsiloxane)untuk bagian yang tidak bergigi. Pencetakan bagian
yang bergigi dengan bahan hidrokoloid (alginate).Bahan elastomer (Exaflex
Hydrophilic Vinyl Polysiloxane Impression Material Regular) ini bersifat
hidrofobik sehingga harus dalam lingkungan yang kering agar bisa tercetak
dengan baik. Oleh karenanya sebelum pencetakan, mukosa yang akan dicetak
dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan tampon. Pasien diinstruksikan
untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir kebelakang. Saat mencetak rahang
atas sendok cetak ditekan ke atas dan ke belakang. Sedangkan untuk rahang
bawah, ditekan ke arah depan dan bawah. Setelah itu cetakan dicor menggunakan
gips stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis.

4. Pembuatan desain GTP


1) Retensi
Retensi dapat didefenisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan
terhadap daya yang melepaskannya ke arah oklusal. Pemeriksaan retensi
dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan didalam mulut dan mencoba
melepaskannya dengan gaya ke arah oklusal. Bila gigi tiruan tersebut dapat
betahan tersebut, berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup (Boucher,
1982).
Kekuatan retentive didapatkan dari:
a. Kekuatan otot (muscular force)
Otot mastikasi dan otot bibir, pipi dan lidah. Walaupun tekanan dari
permukaan lidah, bibir maupun pipi mampu menimbulkan gaya ungkit
namun disatu sisi otot yang berada pada sisi lidah, bibir dan pipi mampu
memberikan kekuatan retentive yang mencengram gtp.
Ilustrasinya adalah banyak pasien yang gigi palsunya oleh dokter gigi
terlihat longgar namun dari sudut pandang pasien ternyata gigi palsu ini
sangat baik digunakan untuk mengunyah.
Otot-otot mulut dan wajah dapat memberikan daya retentive tambahan
asalkan:
 Gigi-gigi disusun pada daerah netral di antara pipi dan lidah
 Permukaan poles gigi tiruan dibentuk dengan benar
 Bentuk sayap bukal dan lingual harus dapat memungkinkan
otot-otot bersandar dengan baik pada gigi tiruan dan
memperkuat penutupan tepinya
Agar otot-otot mulut dan wajah dapat bekerja paling efektif untuk
memberikan retensi bagi gigi tiruan lengkap, persyaratan berikut harus
dipenuhi:
1) Perluasan basis gigi tiruan harus tepat sampai menutupi seluruh
daerah pendukung tanpa menimbulkan gangguan pada kesehatan
dan fungsi struktur yang mengelilingi gigi tiruan
2) Bidang oklusal harus tepat posisinya
3) Bentuk lengkung geligi harus terletak dalam daerah netral di antara
lidah dan pipi
b. Kekuatan fisik (physical force)
Kekuatan fisik ini berhubungan dengan sifat saliva. Gaya-gaya fisik itu
adalah sebagai berikut:
a. Adhesi
Adhesi adalah gaya tarik-menarik fisis antara molekul-molekul
yang berlainan satu sama lain. Gaya ini bekerja bila ada saliva yang
membasahi dan melekat pada permukaan basis gigi tiruan dan juga
pada membrane mukosa dari daerah pendukung. Keefektifitasan
adhesi tergantung pada rapatnya kontak antara basis gigi tiruan dan
jaringan pendukung serta pada daya alir saliva.
Saliva yang encer cukup efektif asalkan bahan basis gigi tiruan
memungkinkan saliva melekat padanya dan menyebar menjadi
lapisan tipis. Saliva yang kental dapat melekat baik pada basis
maupun pada mukosa tetapi karena banyaknya saliva yang
dihasilkan oleh kelenjer palatal dibawah daerah pendukung rahang
atas, saliva itu terkumpul dan mendorong gigi tiruan dari posisinya.
Gaya adhesi tetap bekerja pada kedua permukaan tetapi tekanan
hidraulik yang timbul dari saliva mucus yang tebal itu dapat
mengalahkannya.
Besarnya retensi yang diberikan oleh adhesi berbanding
langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basisi gigi tiruan.
Jadi gigi tiruan (dan tentu saja juga cetakannya) harus meluas
sampai batas kesehatan dan fungsi jaringan mulut bila diinginkan
adhesi dan retensi yang maksimum.
b. Kohesi
Kohesi adalah daya tarik-menarik fisik antara molekul-molekul
satu sama lain. Kohesi merupakan gaya retentive karena terjadi
dalam lapisan saliva diantara basis gigi tiruan dan mukosa. Gaya
ini efektif berbanding langsung dengan daerah yang ditutupi oleh
gigi tiruan, bila factor-factor yang lain sama. Karena saliva berupa
cairan, lapisan saliva harus tipis jika diharapkan retensi maksimal.
Oleh karena itu, kontak basis gigi tiruan harus serapat mungkin
dengan mukosa
c. Tegangan permukaan antar fasial
Tegangan permukaan antar fasial adalah daya tahan dua permukaan
yang melekat dengan perantaraan selapis tipis cairan terhadap gaya
yang memisahkannya. Ini dijumpai pada selapis tipis saliva yang
terdapat di antara basis gigi tiruan dan mukosa daerah pendukung
dan aksinya mirip dengan kohesi dan gaya tarik kapiler
d. Daya tarik menarik kapiler
Gaya yang terbentuk akibat adanya tegangan permukaan yang
menyebabkan permukaan cairan menjadi naik turun bila berkontak
dengan benda padat. Apabila kontak basis gigi tiruan pada mukosa
pendukungnya benar-benar rapat celah antaranya akan terisi oleh
selapis tipis saliva yang berperan sebagai pipa kapiler dan
membantu menahan gigi tiruan
e. Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi
tiruan. Tekanan atmosferik sendiri diperoleh dari beratnya
atmosfer. Ini berarti bahwa daya retentive yang diperoleh dari
tekanan atmosfer berbanding langsung dengan luas daerah yang
ditutupi oleh basis gigi tiruan. Gigi tiruan harus mempunyai
penutupan tepi yang baik diseluruh tepinya.
Retensi terutama dipengaruhi oleh tiga factor dalam desain tiruan:
1. Ketepatan kontak antar basis gigi tiruan dan mukosa mulut
2. Perluasan basis gigi tiruan
Factor lain yang menambah retensi GTP adalah
 Cekukan (ceruk) pada tulang alveolar yang memberikan undercut
 Kedalaman ceruk ini harus diperhatikan karena semakin dalam
ceruk retensi semakin baik namun proses pemasangan dan
pelepasan GTP akan membuat luka pada mukosa
 Peninggian plat akrilik pengganti klamer.

2) Stabilisasi
Stabilisasi pada gigi tiruan sebagian lepasan merupakan kekuatan
menahan dari suatu gigi tiruan terhadap kekuatan daya lepas (gerakan
horizontal) pada saat gigi tiruan berfungsi
Gigi tiruan sebagian lepasan yang stabil adalah gigi tiruan yang
selama berfungsi hanya sedukit bergerak terhadap tulang dibawahnya.
Gaya yang dapat menggerakkan gigi tiruan sebagian lepasan adalah:
o Gaya yang datang saat GTP dipakai untuk mengunyah
o Gaya yang datang dari sisi bibir, pipi dan lidah
o Gaya yang datang dari mukosa didasar GTP

Stabilisasi gigi tiruan sebagian lepasan didapatkan dari:


o Adaptasi basis GT rahang atas yang berkontak tepat pada mukosa
o Perluasan basis GT rahang atas : di posterior mencangkupi
hamular notch, posterior palatal seal dandi anterior mencakupi
batas fornik, pembebasan frenulum dan vestibulum rahang atas
o Penyusunan gigi rahang atas di atas linggir
o Penyusunan anasir gigi memenuhi konsep oklusi berimbang,
kontak yang simultan antara rahang atas dan rahang bawah
o Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero
posterior dan kurva Manson dalam arah lateral
o Mengurangi jumlah gigi anasir
o Instuksikan pasien mengunyah pada kedua sisi
o Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat

Indicator gigi tiruan dikatakan stabil:


 Protesa tidak bergerak ketika digunakan
 Protesa tidak bergerak saat pasien menggerakkan mandibular
ke lateral kiri/kanan dan gerakan protusif

3) Dukungan (support)
Daya tahan gigi tiruan terhadap komponen vertikal. Pada gigi
tiruan sebagian lepasan dukungan didapatkan dari mukosa saja (tissue
support/ mucosa / tissue borne) dan tooth support
Gaya fungsional yang ditimbulkan gigi tiruan akan disalurkan
ke jaringan yang berkontak dan jaringan yang berada dibawahnya

4) Estetika, diperoleh dari:


o Pemilihan anasir gigi:bentuk, ukuran, warna
o Penyusunan anasir gigi
o GTP disesuaikan dengan warna gigi pasien yang masih tersisa dan
jenis kelamin pasien sehingga tampak alami
o Incisal gigi anterior rahang atas terlihat + 2 mm dari batas bawah
bibir atas saat istirahat
o Filtrum tidak terlalu kendor atau tegang
o Bibir dan pipi tidak terlalu cembung
o Sudut nasolabial + 90
o Mideline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang
atas
o Garis senyum à gusi tidak terlihat saat senyum untuk menetukan
panjang anasir
o Overbite dan overjet + 2-4 mm

C. Kunjungan 3 ( 10 November 2014 )


Sebelumnya dilakukan pengukuran dimensi vertical dilakukan dulu uji coba
tanggul gigitan (bite rim):
a. Adaptasi landasan
- Landasan harus diam ditempat, tidak boleh mudah lepas ataupun bergerak
karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya
- Permukaan landasan geligi tiruan harus merapat dengan jaringan pendukung
- Pinggiran landasan tepat, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek
b. Dukungan bibir dan pipi
Setelah biterim dipasang didalam mulut:
- Pasien harus tampak normal seakan-akan seperti bergigi. Penilaiannya
sulkus naso labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau
hilangnya alur
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cembung atau cekung
Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertical dengan Boley gauge atau
jangka sorong
Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan fox bite gauge

c. Panjang tanggul gigitan


Sebagai pedoman untuk tanggul gigitan adalah “low lip line” yaitu pada saat
pasien istirahat, garis incisal/bidang oklusal/bidang orientasi tanggul gigitan
atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari muka dan dilihat dari lateral,
sejajar garis alanasi-tragus (seolah-olah tidak terlihat tanggul gigitan).
Sedangkan pada saat tersenyum garis insisal/bidang orientasi tanggul gigitan
atas terlihat kira-kira 2 mm dibawah sudut bibir
d. Bidang orientasi
Kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan:
 Bagian anterior dengan garis pupil
 Bagian posterior dengan garis champer yang berjalan dari ala nasi ke
tragus/porion
Kemudian kita lakukan uji coba biterim rahang bawah sebagai pedoman:
a. Adaptasi landasan
- Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat tidak
boleh mudah lepas/bergerak
- Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah
b. Tanggul gigitan, yang harus diperhatikan adalah:
- Bidang orientasi tanggul gigitan harus merapat (tidak boleh ada celah)
dengan bidang orientasi tanggul gigitan rahang atas
- Permukaan labial/bukal harus sebidang dengan atas. Bila kelebihan harus
dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus ditambah
Posisi rahang atas dan bawah dalam gigitan sentrik sementara disebut juga
tentative

A. Pengukuran Dimensi vertical


a. Pengukuran Dimensi Vertikal istirahat
- Pasien diminta duduk rileks dan posisi tegak
- Posisi kepala pasien tegak, FHP sejajar lantai, pandangan lurus ke depan,
dataran oklusal sejajar lantai, posisi kepala tegak lurus FHP.
- Buat 2 titik : 1 pada subnasion dan 1 pada gnation
- Instruksikan pasien untuk menyebutkan huruf p dan m berulang – ulang
- Lakukan pengukuran pada kedua titik setelah pasien berhenti menyebutkan
huruf tersebut, kita ukur dimensi vertical/jarak vertical pasien dalam keadaan
istirahat tanpa tanggul gigitan dalam mulut (misalnya 70 mm). free way space
besarnya 2-3 mm maka dimensi vertikalnya adalah 70 – 3 = 67 mm.
pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong dengan ketelitian 0.05
- Dimensi vertical = physiological Rest Position-Free way space
b. Kesejajaran bite rim Rahang atas
- Pasang benang jagung yang didikatkan ke telinga dengan karet gelang sebagai
panduan garis chamfer yaitu dari tragus/porion- ala nasi
- Masukkan bite rim RA yang telah kita buat sebelumnya dengan ukuran :
Anterior : tinggi = 12mm, Lebar = 4 mm
Posterior : tinggi = 10-11 mm, Lebar = 6-7 mm
- Lihat estetik wajah pasien
Dukungan wajah dengan memperhatikan sulkus nasolabial, Sudut nasolabial =
90 derajat. Perhatikan philtrum : tidak terlalu kendur dan tidak terlalu tegang.
Bibir dan pipi tidak terlalu cembung atau cekung
- Tentukan tinggi biterime anterior : tinggi galangan gigit anterior lebih panjang
1-2 mm dibawah low lip line
- Setelah bite rim anterior sesuai, masukkan Oklusal Guide Plane, tahan dengan
jari operator.
- Oklusal Guide Plane bagian anterior sejajar dengan garis interpupil dan bagian
lateralnya sejajar dengan garis chamfer
- Lakukan pengurangan dan penambahan bite rim sampai tercapai kesejajaran.
- Keluarkan Oklusal Guide Plane dari mulut pasien
c. Masukkan Bite rim RB.
- Lihat dukungan otot: Sulkus mentolabialis dan sudut bibir
- Bite rim rahang bawah harus berkontak dengan bite rim rahang atas
d. Penentuan Dimensi Vertikal Oklusi
- Tentukan DVO perhitungan, yaitu dengan mengurangi DVF yang telah diukur
sebanyak 2-4 mm
Dimensi vertical = physiological rest position – free way space
- Cocokkan ukuran yang kita dapatkan secara perhitungan dengan keadaan yang
sebenarnya dengan menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan bite rim
rahang atas dan rahang bawah, kemudian ukur jarak 2 titik di hidung dan
dagu. Jika hasil perhitungannya sama, maka Dimensi Vertikal Oklusi sudah
benar.
- Ukur kembali free way space pasien apakah sama dengan selisih DVF dan
DVO yaitu 2-4 mm. Jika pada saat istirahat, jarak antara bite rim rahang atas
dan rahang bawah 2-4 mm berarti pengukuran sudah benar.
- Lakukan pengujian fonetik pasien. Instruksikan pasien untuk mengucapkan
hruf S, F f dan V. Lihat apakah pasien bisa mengucapkannya dengan nyaman
atau tidak.
- Lihat kembali estetik pasien :
Wajah sudah terdukung dengan baik dan sesuai dengan keinginan pasien
Perhatikan kembali sudut nasolabial, filtrum, sudut bibir dan pipi pasien.
e. Pengukuran relasi sentrik
- Setelah bite rim Rahang atas dan bawah sesuai dengan kriteria dan memenuhi
syarat estetik
Tentukan garis orientasi:
o midline bite rim atas dan bawah dengan menarik garis tengah filtrum
o tandai bagian distal kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct-
alanasi)
o Buat panduan garis servikal gigi (high lip line) dengan cara
instruksikan pasien senyum dan buat titik/garis panduan tersebut.

Setelah dimensi vertical didapat kita cari relasi sentris pasien yaitu dengan cara:
Cara pertama:
a. gerakan menelan
b. menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang ditempatkan pada
garis tengah landasan paling posterior
c. membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang dengan
mendorong rahang bawah dalam keadaan kendor
d. menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin
Karena tidak ada satupun dari cara diatas yang mempunyai kelebihan dalam
ketepatannya maka paling sedikit harus dilakukan dengan 2 cara untuk
menjadi perbandingan
Misalnya: pertama kita lakukan dengan cara menelan (A) kemudian dengan
salah satu cara lain (B/C/D) dan hasilnya dibandingkan
Sebagai pedoman: dengan menarik garis didaerah geraham pada tangggul
gigitan atas yang diteruskan ke tanggul gigitan bawahnya. Pada setiap cara
dilakukan berkali-kali bila tampak sama lakukan cara yang lain. Bila belum
sama harus dicari sampai sama atau ambillah garis yang menempatkan
kondilus pada posisi paling belakang/dorsal
- persyaratan biterim rahang atas dan rahang bawah setelah dilakukannya tahap
diatas adalah: Bidang orientasi tanggul gigitan harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi tanggul gigitan rahang atas serta Permukaan
labial/bukal rahang bawah harus sebidang dengan biterim rahang atas
- Fiksasi biterim rahang atas dan rahang bawah menggunakan isi hecter
- Perhatikan garis panduan kembali seperti midline pasien, bagian distal kaninus
atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct-alanasi), panduan garis servikal gigi
(high lip line)
- Lihat estetik pasien
- Keluarkan biterim dari mulut pasien, pasang di model kerja dan tanam ke
articulator
a. Penanaman model ke articulator
- Buat guratan dengan kedalaman kurang lebih 2 mm pada dasar model rahang
atas dan rahang bawah untuk menambah perlekatan ke articulator
- Olesi vaselin pada lengan atas dan bawah articulator
- Pasang karet gelang pada pertengahan articulator
- Model dan biterim yang telah difiksasikan diletakkan pada articulator dengan
meletakkan plastisin pada lengan bawah articulator.
- Posisi model dan oklusal rim :
 Ujung pin horizontal berada pada perpotongan garis median biterim
dengan dataran atau bidang oklusal anterior
 Pin vertical berkontak dengan meja insisal articulator dibawahnya
 Dataran biterim harus sejajar atau berhimpit dengan karet gelang yang
dipasang pada articulator ( dilihat dari arah lateral )
 Garis median model berimpit dengan garis median articulator ( dilihat
dari lengan atas articulator
- Setelah semua syarat terpenuhi, lengan atas dan model rahang atas dilekatkan
dengan gips putih
- Setelah gips pada lengan atas mengeras, articulator dibaliksehingga lengan
bawah berada di atas. Plastisin dilepas dan model rahang bawah dan lengan
bawah dilekatkan dengan gips putih.
- Sambil menunggu gips mengeras, lengan atas dan bawah articulator di daerah
pin vertical diikat dengan karet untuk mencegah terjadinya perubahan kontak
pin vertical.
- Setelah gips mengeras, karet gelang dilepas.
b. Penyusunan anasir (18 Juni 2015 )
Penyusunan anasir gigi tiruan penuh dilakukan dengan 4 tahap:
1. Penyusunan gigi anterior rahang atas
2. Penyusunan gigi anterior rahang bawah
3. Penyusunan gigi posterior rahang atas
4. Penyusunan gigi posterior rahang bawah
Pada penyusunan anasir gigi tiruan penuh, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Prinsip Umum
Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan linggir, pada pasien yang
sudah lama ompong sering sudah terjadi resorpsi linggir, resorpsi pada linggir
atas berjalan ke atas dan ke palatal yang menyebabkan bibir jatuh dan tampak
masuk maka penyusunan gigi tidak dilinggir tapi lebih ke labial, sebaliknya
resorpsi linggir bawah mengarah ke anterior sehingga penyusunan gigi lebih
ke lingual, dengan maksud untuk memperoleh nilai estetis sehingga dapat
memberikan dukungan terhadap bibir
2. Prinsip lain
Setiap penyusunan gigi harus memperhatikan beberapa hal berikut
 Inklinasi : mesio-distal, antero-posterior
 Hubungan dengan dataran oklusal
 Kontak dengan gigi tetangga oklusi dan artikulasi

c. Memodelir malam( 16 Juni 2015 )


1. Rahang atas
o Permukaan labial dan bukal
 Lempengan malam selebar dan sepanjang basis gigi tiruan pada
permukaan labial dan bukal dilunakkan dengan lampu spiritus
dan kemudian diletakkan pada basis malam yang sudah ada
 Setelah malam mengeras membentuk bagian servikal masing-
masing anasir gigi tiruan
 Kemudian sekitar garis servikal masing-masing anasir gigi
tiruan malam dipotong sehingga membentuk sudut 45 derajat
 Bentuk tonjolan alur akar masing-masing anasir gigi tiruan dan
bentuknya makin sempit kea rah apical
 Pada waktu membentuk alur, perlu diperhatikan: tonjolan akar
dibentuk seperti huruf V terbalik, daerah servikal dan kontur
gingiva masing-masing gigi tiruan tidak sama terutama gigi
anterior rahang atas, daerah servikal tertinggi adalah kaninus
dan daerah interdental papilla tidak ditutup penuh tetapi sedikit
lebih rendah dan bentuknya agak membulat
o Permukaan palatal
 Pada permukaan palatal, tinggi malam di daerah servikal
terletak pada atau sedikit dibawah lingkaran terbesar gigi
posterior. Pada gigi anterior malam tersebut dibuat sedikit
menutupi permukaan palatal gigi anterior agar terjadi
perlekatan yang lebih kuat antara basis dan anasir gigi tiruan
 Bantuk rugae palatine
2. Rahang bawah
Kontur permukaan lingual terutama di daerah posterior dimodelir
sedemikian rupa sehingga memberi ruang terhadap lidah untuk
membantu memberi tambahan retensi dan stabilitasi terhadap basis gigi
tiruan penuh rahang bawah.
d) Polishing
seluruh permukaan malam dihaluskan. Didapat dengan cara memanaskan
permukaan malam di atas api spiritus dengan jarak tertentu kemudian digosok
dengan kapas.

D. Kunjungan 4 ( 17 Juni 2015 )


1. Try in gigi tiruan ke mulut pasien
Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Penampilan GTP
Pemeriksaan susunan gigi anterior terlebih dahulu dengan melihat kesesuaian
susnan gigi, bentuk gigi, ukuran gigi dan posisi gigi pada model dengan
keadaan dalam mulut pasien dan oklusi dalam mulut pasien jangan sampai ada
yang terlihat “open”. Kemudian periksa ketepatan garis median. Posisi distal,
stabilitas, retensi serta fonetik dengan meminta pasien menucapkan huruf s
atau f
Pemeriksaan permukaan cetakan, permukaan poles, Permukaan oklusal
b. Pemeriksaan di dalam mulut pasien
Pemeriksaan gigi tiruan secara keseluruhan di mulut pasien dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
i. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran dan posisi gigi didalam mulut pasien
ii. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulator paper. Hubungan gigi atas
dan bawah harus interdigitasi dengan baik
iii. Pemeriksaan basisi gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional
lidah, sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi pergerakan lidah
iv. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigit tiruan rahang atas
v. Pemeriksaan estetis dengan melihat median line, high lip line dan garis
caninus
vi. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
hurus S,D,O,M,R,A dan T dan lain sebagainya dengan jelas tanpa
gangguan.
2. Flasking, boiling out dan curing
Setelah semuanya telah sesuai dan pasien puas serta tidak ada keluhan maka
dilakukan flasking, boiling out dan curing
3. Finishing dan polishing

E. Kunjungan 5 ( 2 Juli 2015 )


Insersi : mencobakan gigi tiruan ke dalam mulut pasien

Hal yang diperhatiakan:


i. Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas
atau tidak
ii. Oklusi
Dengan bantuan articulating paper : bagian yang kontak premature atau daerah
yang tertekan berat harus dikikis gigi artificialnya
Hukum untuk pengasahan selektif dari kontak-kontak yang menyimpang dalam
oklusi adalah:
1. Pada sisi kerja (working occlusion)
a. Kurangilah lereng bagian dalam cusp fasial/guiding cusp gigi atas
b. Kurangilah lereng bagian dalam cusp lingual/guiding cusp gigi bawah
2. Pada sisi yang mengimbangi (balancing occlusion)
Kurangilah lereng bagian dalam cusp fasial/holding cusp gigi bawah
3. Dalam relasi protusif kurangilah guiding cusp/ cusp gigi-gigi atas dan guiding
cusp/cusp lingual gigi-gigi bawah
Pengasahan selektif gigi-gigi anterior harus meniru bentuk gigi-gigi asli dan
mempertahankan estetik dari geligi tiruan. Hokum untuk pengasahan selektif
gigi-gigi anterior adalah
1. Kurangilah permukaan fasial gigi-gigi anterior bawah dan permukaan
palatal gigi-gigi anterior atas
2. Jangan mengurangi dimensi vertical dari gigi anterior manapun
iii. Stabilitas
Diperiksa saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.
Dengan melihat:
 Protesa tidak bergerak ketika digunakan
 Protesa tidak bergerak saat pasien menggerakkan mandibular
ke lateral kiri/kanan dan gerakan protusif
iv. Iritasi
Diperiksa apakah masih ada sayap gigi tiruan yang tajam yang dapat melukai
mukosa pada mulut pasien
v. Selain itu:
Periksa juga adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi dista, dimensi vertical,
fonetik, estetik dan keadaan jaringan pendukung. Pastikan tidak ada gusi yang
menerima tekanan yang besar. Hal ini dapat dilihat jika gusi bewarna pucat yang
diakibatkan oleh tekanan dari gigi tiruan
Perhatikan juga pipi dan bibir pasien yang kendur, bila bercermin pasien puas
dengan gigi tiruannya dan tidak ada keluhan
Kemuadian pasien diinstruksikan penggunaan dan pemeliharaan protesa:
a. Bersihkan gigi tiruan dengan sikat setelah makan
b. Protesa direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
c. Pada malam hari protesa dilepas untuk mengistirahatkan jaringan dan otot-otot
dibawah protesa
d. Sebagai latihan pertama-tama makan makanan yang lunak
e. Biasakan mengunya dikedua sisi rahang
f. Hindari makanan yang terlalu keras, terlalu panas
g. Apabila ada keluhan dan tidak nyaman dianjurkan untuk menghubungi
operator

F. Kunjungan ke 6 ( 3 Juli 2015 )


1. Kontrol satu minggu post insersi
- Kontrol 1
Kontrol yang dilakukan :
1. Cek oklusi dengan articulating paper, instruksikan pasien untuk oklusi
berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien dan lihat teraan dan jejas pada
gigi tiruan. Hilangkan jejas/teraan tebal pada gigi tiruan dengan Arkansas
bur.
2. Selanjutnya tempatkan lagi articulating paper dan instruksikan pasien
untuk menggerakkan rahang kekiri dan kekanan sesuai fungsi
pengunyahan, dan lihat teraan yang terdapat pada gigi palsu, kurangi
kembali jejaspada gigi tiruan menggunakan prinsip working side dan
balancing side (BULL)

Kunjungan 7 ( 10 Juli 2015 )


- Kontrol 2
Kontrol yang dilakukan :
- Cek oklusi dengan articulating paper, instruksikan pasien untuk oklusi
berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien dan lihat teraan dan jejas
pada gigi tiruan. Hilangkan jejas/teraan tebal pada gigi tiruan dengan
Arkansas bur.
1. Selanjutnya tempatkan lagi articulating paper dan instruksikan pasien
untuk menggerakkan rahang kekiri dan kekanan sesuai fungsi
pengunyahan, dan lihat teraan yang terdapat pada gigi palsu, kurangi
kembali jejas pada gigi tiruan menggunakan prinsip working side dan
balancing side (BULL)

Kunjungan 8 ( 14 Agustus 2015 )

- Kontrol 3
Kontrol yang dilakukan :
- Cek oklusi dengan articulating paper, instruksikan pasien untuk oklusi
berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien dan lihat teraan dan jejas
pada gigi tiruan. Hilangkan jejas/teraan tebal pada gigi tiruan dengan
Arkansas bur.
2. Selanjutnya tempatkan lagi articulating paper dan instruksikan pasien
untuk menggerakkan rahang kekiri dan kekanan sesuai fungsi
pengunyahan, dan lihat teraan yang terdapat pada gigi palsu, kurangi
kembali jejas pada gigi tiruan menggunakan prinsip working side dan
balancing side (BULL)

Anda mungkin juga menyukai