Anda di halaman 1dari 18

LOGBOOK

TUTORIAL 2A
Disusun oleh :
Kelompok 3
Hanna Dhiya 4211171021
Dinda Andriana 4211171026
Santi Tri R 4211171051
Vivin W.P 4211171028
Sheren S 4211171035
Hana Fauziyah 4211171038
Ilham F 4211171007
Intan R 4211171013
Desiana F 4211171006
Sarah Syarifah 4211171050

Fasilitator :
Dr. Euis Reni Yuslianti, drg., M.Kes

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
STEP 1

1. Diastema : celah atau ruang yang terdapat antara gigi geligi yang dapat terjadi pada gigi
geligi atas dan bawah

2. Blancing test : menarik frenulum labialis keatas. Perhatikan papilla interdental didaerah
palatal (papila palatinal). Jika daerah tersebut tampak pucat (ischemia), berarti diastema
disebabkan oleh migrasi frenulum labialis ke arah palatum.

3. Neutroklusi : (Maloklusi angle kelas 1 menurut angle) Cusp mesiobukal M1 gigi


permanen atas terletak pada bukal groove M1 permanen bawah.

4. Overbite :Tumpang gigit (overbite), yaitu jarak vertikal antara tepi insisal insisiv atas ke
tepi insisal insisivi bawah apabila rahang dalam hubungan sentrik.

5. Overjet : jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi,
yang diukur pada ujung incisal insisvus atas.

6. Tiping : pergerakan gigi kearah mesial dengan akar tetap pada tempatnya.

7. Pemeriksaan ALD : Analisis Arch Length Discrepancy membandingkan panjang


lengkung gigi dengan lengkung rahang. Tahap pertama dilakukan pengukuran panjang
lengkung gigi yaitu mengukur mesiodistal terbesar gigi dari gigi 16 sampai 26 untuk
rahang atas dan 36 sampai 46 untuk rahang bawah. Jumlah total lebar mesiodistal
menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk susunan gigi dalam lengkung yang ideal.

8. Profil Graber : Menarik garis dari glabella ke subnation, lalu subnation ke gnation untuk
melihat terbentuk garis lurus, cembung, atau cekung.

9. Pont : Analisis Pont merupakan sebuah metode untuk menentukan lebar lengkung ideal
berdasarkan lebar mesio distal keempat gigi insisif rahangatas.Berdasarkan analisis pont
jumlah diameter mesio-distal gigi insisif rahang atas mempunyai hubungan terhadap
lebar lengkung gigi. Ukuran gigi –gigi insisif sentral dan lateral yang lebar membutuhkan
lengkung yang besar pula untuk membentuk susunan gigi yang normal.

10. Pemeriksaan Bolton/TSD : Pemeriksaan Bolton diperoleh dengan cara menghitung


jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan
dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang
akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan
lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari
91,3 berarti kesalahan ada pada gigi rahang atas. Rasio anterior diperoleh dengan cara
menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas
dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet
yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal
tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-
gigi pada mandibula.
11. Pemeriksaan Howe’s : Analisis Howe’s adalah hal penting dalam perawatan ortodontik,
karena dapat menganalisis kelainan gigi dan rahang, untuk membantu mendiagnosis dan
merencanakan perawatan gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan
panjang dan lebar lengkung gigi dan pasien dasar apikal.

12. Mild rotasi : gigi mengalami rotasi sedang ( perputaran).

STEP 2
1. Apa keluhan utama pasien?
2. Mengapa terdapat celah diantara gigi depan? Apakah kelainan tersebut dapat disebabkan
oleh kelainan herediter? Lalu apa adakah hubungannya dengan menstruasi atau
hormonal?
3. Apakah terdapat hubungan antara frenulum yang tinggi dengan keadaan gigi 11 dan 21
yang diastema?
4. Apa hubungan dilakukannya blanching test dengan KU pasien?
5. Bagaimana rencana perawatan untuk kasus tsb?
6. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan klinis dan analisis model?
7. Mengapa gigi yang bercelah/jarang menyebabkan pasien sedikit kesulitan saat
mengunyah makanan?
8. Mengapa gigi 12 mengalami mild rotasi?
9. Mengapa pada pasien mengalami diastema, padahal rahang pasien memiliki ukuran
kecil?
10. Bagaimana prognosis dari rencana perawatan yang akan dilakukan dan komplikasi jika
dilakukan perawatan dan tidak dilakukan perawatan?
11. Bagaimana BHP pada kasus di atas?

STEP 3
1. Keluha utama nya gigi depan atas tidak rapi terlihat jarang ditengah gigi atas.

2. Terdapat celah karena terhalang frenulum labialis rahang atas yang mengakibatkan gigi
menjadi diastema.
Lalu ada hubungannya dengan kelainan herediter, bahkan dari perbedaan suku pun dapat
berbeda.
Mungkin hubungannya dg hormonal dan menstruasi berkaitan dengan rencana perawatan
yang akan diambil.
3. Iya terdapat hubungan dikarenakan diastema juga dapat disebabkan okeh frenulum
labialis yang terlalu dekat dengan gigi atau terlalu tinggi.

4. Dilakukan blanching test untuk menentukan apakah etiologi yang merujuk pada frenulum
labialisnya.

5. Karena pasien mengalami diastema sentral karena frenulum labii superior maka
dilakukan attachment rendah ketahui dengan blanch test.
- Untuk perawatan kuratif : frenectomy
- Perawatan insertiv : alat lepasan. (Untuk seumur hidup karena akan relaps lagi)
- Dirujuk ke spesialis ortho
Selain melakukan frenectomy, bisa juga melakukan restorasi.

6. Pemeriksaan IO:
Gigi geligi: free karies
Diastema sentralis antara gigi 11 dan 21
Blanching test positif: frenulum labialis migrasi ke palatum

Analisis model
Gigi 11 dan 21 bergeser ke distal
Gigi 12 berputar sedang
Overbite normal
Overjet normal
Probing normal
Tidak ada kebiasaan buruk
Pemeriksaan ald: di RA tersedia ruang 2mm sedangkan di RB kekurangan ruang 2mm
Pemeriksaan bolton/TSD: rasio anterior: ideal, rasio keseluruhan: terdapat kesalahan di
RB
Pemeriksaan howe's: >44% maka lengkung basal dapat menampung gigi-gigi dalam
lengkungnya secara teratur
Pont: lengkung sempit
Hubungan molar: maloklusi kelas 1 angle

7. Diastema mungkin mengganggu proses mastikasi karena celah tsb membuat makanan
tersangkut. dan bila diasterma dibagian anterior, juga akan mempengaruhi kerharmonisan
oklusi di gigi anterior.

8. Gigi mengalami rotasi karena ada beberapa faktor.

- Faktor internal karena faktor genetic


- Faktor eksternal karena kondisi lengkung gigi dan lengkung rahang yang tidak
seimbang.

9. Karena meskipun lengkung rahang pasien kecil, terdapat frenulum melekat pada jaringan
lunak antara gigi insisif sentral RA atau pada jaringan lunak di daerah palatal gigi insisif
sehingga pada saat gigi insisif sentral erupsi terhalangi oleh frenulum dan menggeser ke
arah distal yang menyebabkan timbulnya diastema ditengah2 insisif sentral.

10. Prognosis: adbonam apabila dokter kompeten dan memberikan pasien perawatan yang
sesuai indikasi, serta bilanpasien kooperatif untuk kontroling perawatan ke dokter karena
perawatan ini berkelanjutan harus ke drg terus menerus karena ada kemungkinan akan
relaps atau diastema terjadi kembali bila perawatan tidak terkontrol.

Komplikasi
#treated : relaps , ketidaknyamanan karena pemakaian alat aktif untuk perawatan (kawat),
atau komplikasi setelah dilakukan frenectomy dan karies jika telah dilakukan reshaping/
restorasi pd gigi insisif bagian mesial.
#untreated : penumpukan makanan semakin banyak, kurang percaya diri.

11. BHP
*Beneficence
- mengusahakan manfaat > keburukan
- meminimalisir akibat buruk
- maksimalisasi pemuasan kebahagiaan
dalam skenario: dokter mampu melakukan pemeriksaan subjektif, objekti & menegakkan
diagnosis

*non maleficence
- mengobati pasien yang luka
- mengobati secara proposional
- tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
dalam skenario: mencegah terjadinya komplikasi dengan segera melakukan perencanaan
perawatan.

*autonomy
- melakukan informed consent
- memperoleh hak second opinion
- berterus terang
dlm skenario: dokter dapat menghargai hak sehat pasien dan memberi informasi kpd
pasien yang sesuai.
*justice
- memberlakukan segala sesuatu secara universal
- tidak melakukan penyalahgunaan
dlm skenario: dokter tidak memilih2 pasien, memastikan rujukan jika perlu.

STEP 4
Perempuan, 12 tahun
KU: gigi depan atas tidak rapih terlihat jarang ditengah gigi atas. Sedikit mengalami
kesulitan pada waktu mengunyah makanan karena susunan giginya yang ada celah
sehingga tertumpuk makanan dan menumbulkan plak.

Hasil anamnesis: memiliki riwayat rahang kecil, sudah menstruasi sejak satu tahun lalu,
dikarenakan anaknya takut ke dokter gigi shg tidak mengetahui bahwa gigi depan tengah
yang tumbuh miring dan menonjol.

Pemeriksaan klinis:
- Analisis wajah: Profil muka cenderung datar, simetris
- Pemeriksaan Intra Oral:
o Status gigi geligi: free karies
o Diastema garis tengah / sentralis antara gigi 11 dan 21
o Blanching test frenulum labialis Ra 4. Analisis Model:
- Pemeriksaan X-Ray : Panoramik dbn
Analisis model:
o Gigi 11 dan 21 bergeser ke distal
o Gigi 12 berputar sedang
o Overbite normal
o Overjet normal
o Probing normal
o Tidak ada kebiasaan buruk
o Pemeriksaan ald: di RA tersedia ruang 2mm sedangkan di RB kekurangan ruang 2mm
o Pemeriksaan bolton/TSD: rasio anterior: ideal, rasio keseluruhan: terdapat kesalahan di
RB
o Pemeriksaan howe's: >44% maka lengkung basal dapat menampung gigi-gigi dalam
lengkungnya secara teratur
o Pont: lengkung sempit
o Hubungan molar: maloklusi kelas 1 angle

Etiologi:
- Gigi mengalami rotasi karena ada beberapa faktor. faktor internal karena faktor genetik,
sedangkan faktor eksternal karena kondisi lengkung gigi dan lengkung rahang yang tidak
seimbang
- Terdapat celah karena terhalang frenulum labialis rahang atas yang mengakibatkan gigi
menjadi diastema. Lalu ada hubungannya dengan kelainan herediter, bahkan dari
perbedaan suku pun dapat berbeda. Mungkin hubungannya dg hormonal dan menstruasi
berkaitan dengan rencana perawatan yang akan diambil.
Rencana perawatan: Karena pasien mengalami diastema sentral karena frenulum labii
superior maka dilakukan attachment rendah ketagui dengan blanch test.
Untuk perawatan kuratif: frenectomy
Perawatan insertiv: alat lepasan. (Untuk seumur hidup karena akan relaps lagi)
Dirujuk ke spesialis ortho

STEP 5

1. Basic medical science:


- Bagaimana anatomi dari frenulum serta fisiologis dari frenulum
- proses tumbuh kembang
- oklusi dan maloklusi
- hormon tumbuh kembang
- bagimana pertumbuhan dan perkembangan oklusi serta gigi yang normal
2. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien tersebut beserta tanda klinis dan bagimana
hubungan maloklusi dengan fungsi pengunyahan dan estetik?
3. Bagaimana etiologi dan faktor yang menyebabkan diastema? Terutama etiologi
mucogingiva?
4. Bagaimana etiopatofisiologi dari mukogingiva ke diastema ke maloklusi dan analisis
model studi pasien?
5. Bagaimana rencana perawatan yang sesuai dengan etiopatogenesis yg di alami pasien?
Serta bagaimana Prinsip perawatan orto melalui pergerakan gigi dan Mekanotherapi orto?
6. Bagaimana prognosis dari rencana perawatan dan komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien jika dilakukannya perawatan dan jika tidak dilakukannya perawatan?
Bagaimana untuk prosedur kontrol pasien?
7. Bagaimana dengan BHP dan KIE yang terkait dengan kasus?

STEP 6
Seorang anak perempuan usia 12 tahun
KU : Gigi depan atas tidak rapi terlihat jarang ditengah gigi atas.
KP : Sedikit kesulitan pada waktu mengunyah makanan karena susunan giginya
Riwayat keluarga : Riwayat yang sama pada ayah pasien dan ibunya memiliki ukuran rahang
kecil.
Pemeriksaan klinis:
- Riwayat kesehatan: tidak di curigai menderita penyakit sistemik yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.
- Analisis wajah menunjukkan profil Graber muka datar, proporsi simetris
- Status gigi geligi: free karies.
- Diastema sentralis antara gigi 11 dan 21
- Blanching test frenulum labialis Ra : + (positif, pucat)
Pemeriksaan Model:
- Gigi 11 dan 21 tiping ke distal
- Gigi 12 mild rotasi.
- Overbite 2 mm
- Overjet: 2 mm
- Probing 1-2 mm, NBP
- No Actually Habit
- Pemeriksaan ALD menurut Lunstrom RA +2 dan RB -2
- Bolton/TSD: rasio anterior = 77,2 ; rasio total = 102%
- Howe’s: 51%
- Pont: kontraksi
- Hubungan Molar menunjukkan neutroklusi
Pemeriksaan penunjang: Panoramik DBN.

1. Basic medical science:

- Bagaimana anatomi dari frenulum serta fisiologis dari frenulum


ANATOMI

Di mulut, frenulum adalah sepotong jaringan lunak yang berjalan dalam garis tipis antara
bibir dan gusi. Itu ada di bagian atas dan bawah mulut. Ada juga frenulum yang
membentang di sepanjang bagian bawah lidah dan terhubung ke bagian bawah mulut di
belakang gigi. Frenulum dapat bervariasi dalam ketebalan dan panjang di antara orang
yang berbeda.
Frenulum di ruang depan oral terdiri dari frenulum labial dan bukal. Frenulum labial
terletak di tengah ruang depan oral. Frenulum labial atas dan bawah biasanya berada di
bawah puncak alveolar atas dan bawah. Pengamatan histologis frenulum labial telah
menunjukkan adanya epitel dan serat otot. Jaringan ikat antara bagian inferior otot
incisivus labii superioris (ILS) berhubungan dengan frenulum labial inferior dan luas
bagian inferior dari ILS berhubungan dengan lipatan mukosa alveolar atas. Jaringan ikat
antara bagian atas otot mentalis (MT) berhubungan dengan frenulum labial inferior, dan
luasnya bagian atas MT berhubungan dengan lipatan mukosa alveolar bawah. Secara
klinis, frenulum labial atau bukal yang abnormal dapat menarik margin gingiva, membuat
median diastema, membatasi pergerakan bibir, dan memengaruhi estetika.

Berdasarkan perlekatannya menurut Suryono (2014), frenulum labialis diklasifikasikan


menjadi 3, yaitu:
a. Frenulum rendah : frenulum melekat pada mukosa alveolar
b. Frenulum sedang : frenulum melekat pada mukosa alveolar
sampai dengan gingiva cekat
c. Frenulum tinggi : seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai dengan gingival
cekat dan gingival tepi.

FISIOLOGIS
Tujuan frenum adalah untuk memberikan stabilitas pada bibir atas, bibir bawah,
dan lidah di mulut. Ketika frenum tumbuh tidak normal, itu dapat menyebabkan masalah
perkembangan di dalam mulut.

- proses tumbuh kembang


- oklusi dan maloklusi
- hormon tumbuh kembang
1. Hormon tumbuh kembang

Hormone merupakan zat perantara kimiawi jarak jauh yang secara spesifik disekresikan
ke dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai respon terhadap sinyal yang sesuai.. Darah
membawa zat perantara ini ke bagian tubuh lain tempat zat yang terletak jauh dari tempat
pengeluarannya. System endokrin yang menghasilkan substansi kimia bernama hormone,
akan bekerja lebih lambat dari system saraf sebagai jawaban atas informasi perubahan
lingkungan menggunakan waktu beberapa menit sampai hari dan berday kerja panjang.
Hormon pertumbuhan merupakan hormone yang paling banyak di produksi oleh hipofisis
anterior, bahkan pada orang dewasa yang pertumbuhnnya sudah berhenti. Sekresi
hormone pertumbuhan yang terus tinggi di luar msa pertumbuhan ini mengisyaratkan
bahwa hormone ini memiliki pengaruh penting selain pengaruhnya pada pertumbuhan.
Hormone pertumbuhan disekresi dari adenohypophysis meningkat saat latihan
dengan lebih nyata meningkat berdasar intensitas latihannya. Saat melakukan tidak
terjadi peningkatan konsentrasi hormone pertumbuhan dalam darah. Puncak peningkatan
hormone pertumbuhan sekitar 35 jam setelah latihan. Respon hormone pertumbuhan saat
latihan kelihatan menjadi berhubungan dengan derajat kebugaran setip individu.

Hormone pertumbuhan manusia atau yang biasa disebut dengan HGH (Human Growth
Hormone) adalah suatu hormone anabolic yang berperan sangat besar dalam
pertumbuhan dan pembentukan tubuh, terutama pada masa anak-anak dan pubertas.
Growth Hormone berperan meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot dan
organ-organ di dalam tubuh.
HG bertnggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil sampai dia
tumbuh besar. Setelah manusia sudah bertumbuh besar, bukan berarti hormone ini tidak
berguna, akan tetapi hormone ini bertugas untuk menjaga agar organ tubuh tetap pada
kondisi yang prima. Pada orang dewasa GH berperan terutama untuk menjaga volume
dan kekuatas yang cukup dari kulit, otot-otot, dan tulang. Selain itu GH juga berperan
meningkatkan fungsi, perbaikan dan memelihara kesehatan dari otot, jantung, paru-paru,
hati, ginjal, persendian, persarafan tubuh dan otak.
Kelenjar yang bertanggung jawab untuk memproduksi HGH (Human Growth
Hormone) adalah kelenjar pituitary. Kelenjar pituitary terletak dibawah otak manusia.
Ukuran dari kelenjar ini adalah sebesar kacang kedelai. Walaupun kecil, kelenjar ini
merupakan raja dari seluruh kelenjar yang menproduksi hormone di tubuh manusia.
Produksi dari HGH (Human Growth Hormone) sangat mempengaruhi produksi
hormone-hormon lain di dalam tubuh. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan
pertumbuhan kretinisme/dwarfisme. sedangkan kelebihan hormon ini akan menyebabkan
acromegaly/gigantisme.

- bagimana pertumbuhan dan perkembangan oklusi serta gigi yang normal


Tahap perkembangan gigi dimulai pada initial stage yaitu bud stage berbentuk bulat,sel
epithelial tumbuh terlokalisir dikelilingi sel mesenkimal yang berproliferasi. Ketika
epithelial bud membesar, akan membentuk permukaan yang konkaf dan mulailah cap
stage. Pada tahap ini sel epithelial menjadi organ enamel dan melekat pada lamina.
Mesenkim membentuk papilla dental yang kemudian menjadi dental pulpa.jaringan yang
mengelilingi kedua jaringan tersebut adalah folikel gigi.
Setelah pertumbuhan lebih lanjut dari papilla dan organ enamel, gigi mengalami tahap
morfodiferensiasi dan histodiferensiasi yang dikenal dengal bell stage. Pada stage ini, sel
dari organ enamel mengalami diferensiasi menjadi outer enamel epithelial cells yang
menutupi organ enamel dan inner enamel epithelial cells yang kemudian menjadi
ameloblast yang membentuk enamel pada mahkota gigi.
Geminasi merupakan kelainan perkembangan gigi berupa pemisahan satu benih gigi yang
menghasilkan permukaan mahkota gigi yang besar dengan mahkota yang bifid.
Gambaran klinis berupa adanya groove atau lekukan pada permukaan mahkota gigi.
Secara radiografik terlihat hanya ada satu ruang pulpa. Kelainan perkembangan ini terjadi
pada tahap cap stage.

Proses pergantian gigi sulung


Terjadi resorpsi tulang dan akar gigi sulung, kemudian terjadi pembentukan akar oleh
sementoblast dan odontoblast, juga pembentukan ligament periodontal gigi permanen.
Lalu daya yang mendorong gigi sulung ke arah oklusal gigi dewasa mendorong ke arah
daerah resorpsi yang menyebabkan ikatan gigi sulung dengan alveolar melemah dan gigi
akan tanggal.

Proses erupsi gigi dewasa


a. Pre-eruption stage
Terjadi resorpsi tulang dan akar gigi sulung, terjadi pembentukan akar oleh sementoblast
dan odontoblast juga pembentukan ligamen periodontal, nanti aka nada daya yang
mendorong gigi sulung dan gigi dewasa mendorong kearah daerah resorpsi, terjadi
resorpsi gigi sulung dan erupsi gigi permanen. Adanya proliferasi aktif jaringan
periodontal gigi permanen yang menekan dan mendorong gigi ke arah oklusal.
b. Eruption
Mucosal penetration emerge dan membuat mucosa memucat dan menyebabkan
kehilangan vaskularisasi dan pengurangan ketebalan mukosa, kemudian mukosa robek
dan terjadi erupsi gigi, lalu terbentuk CEJ atau gingival attached.
c. Post Eruption
Setelah gigi emerge, lingkungan dalam RM akan mempengaruhi perkembangan gigi
selanjutnya. Lidah pada posisi lingual berperan dalam perubahan posisi I maksila & I
mandibula. Dari sisi bukal, bibir & pipi menekan permukaan gigi. Gigi terus erupsi
sampai ada tekanan balik arah vertikal melalui kontak dg gigi lawan. Penempatan lidah
pada permukaan oklusal gigi I RB dapat bekerja sebagai tekanan balik melawan erupsi &
menghentikan erupsi.

Faktor-faktor yang menentukan posisi gigi selama erupsi:


Gigi melewati empat tahap perkembangan:
1. Pra-erupsi Pada awalnya posisi tooth germ tergantung pada keturunan.
2. Posisi gigi intra-alveolar dipengaruhi oleh:
• Ada atau tidak adanya gigi yang berdekatan
• Tingkat resorpsi gigi sulung
• premature loss gigi sulung.
• Kondisi patologis yang terlokalisasi.
3. Tahap Intraoral Gigi dapat digerakkan oleh bibir, pipi, otot-otot lidah atau benda-benda
eksternal dan berpindah ke space yang ada.
4. Tahap oklusal Otot pengunyahan memberikan pengaruh melalui interdigitasi cusps.
Ligamentum periodontal memberikan kekuatan kuat mengunyah yang disalurkan ke
tulang alveolar.
2. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien tersebut beserta tanda klinis dan
bagimana hubungan maloklusi dengan fungsi pengunyahan dan estetik?
2. Diagnosis : maloklusi kelas 1 dengan diastema sentral et causa frenulum yang tinggi
Kelas I klasifikasi angle :
- puncak bonjol mesiobukal gigi M1 permanen rahang atas berada pada garis bukal
(buccal groove) dari M1 permanen rahang bawah
- gigi molar hubungannya normal, dengan satu atau lebih gigi anterior malposisi,
crowding atau spacing mungkin terlihat
- gigi caninus permanen rahang atas berada di antara gigi permanen caninus rahang
bawah dan gigi premolar permanen rahang bawah atau gigi molar sulung rahang bawah
Diastema merupakan jarak antara dua gigi. Diastema rahang atas merupakan suatu hal
yang normal terjadi pada periode gigi sulung sebagai akibat dari pertumbuhan bagian
anterior rahang atas. Berdasarkan penelitian, besarnya diastema sentral ini akan
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan anak. Diastema sentral dapat terus
ada sampai dengan periode gigi campu. Benih gigi kaninus tetap yang belum erupsi
terletak pada posisi superior dan distal akar insisif lateral, kemudian akan mendorong
akar akar gigi insisif sentral dan lateral kea rah midline sementara mahkotanya ke arah
distal (disebut perkembangan “ugly duckling”)
Akibat dari Maloklusi
Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta
estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak nyaman saat
mengunyah, terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan nyeri kepala dan
leher. Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan.
Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya pengunyahan pada
satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada
TMJ
Maloklusi juga erat hubungannya dengan sisi estetik yang terganggu dikarenakan dapat
mengurangi kepercayaan diri, selain itu terdapat nya maloklusi terutama pada klangan
remaja menjadi sasaran gangguan oleh anak lain sehingga menurunkan keinginan untuk
berinteraksi social sampai terasa merendahkan diri. Begitupun dengan dilakukannya
perawatan ortho walau tidak terlalu besar berpengaruh akan keseharian tapi menunjukan
dampak emosional dan kebahagiaan pada mereka.

3. Bagaimana etiologi dan faktor yang menyebabkan diastema? Terutama etiologi


mucogingiva?

Etiologi Maloklusi klas 1 Disertai diastema

Etiologi maloklusi bersifat multifactorial antara lain struktur denton-fasial terutama


ditentukan oleh faktor genetic dan faktor lingkungan seperti kebiasaan buruk yang dapat
menginduksi maloklusi saat periode pertumbuhan dan perkembangan. Maloklusi dapat
terjadi karena faktor bawaan termasuk gigi berdesekan (crowded), celah diantara gigi
(diastema). Kelebihan gigi maupun kekuran
Faktor penyebab terjadinya diastema sentral yang terjadi pada rahang atas yaitu:
1) Ukuran gigi insisivus lateral kecil
2) Rotasi gigi insisivus
3) Perlekatan frenulum yang abnormal
4) Gigi supernumerary di median line
5) Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital
6) Diastema pada saat pertumbuhan normal
7) Penutupan median line yang tidak sempurna

Suatu celah yang terdapat diantara gigi insisif sentral rahang atas disebut dengan istilah diastema
sentral. Karena banyak sekali faktor penyebab terjadinya diastema sentral, maka disini yang akan
diuraikan mengenai penentuan diagnosa dari faktor penyebabnya :
1. Ukuran gigi insisif lateral kecil.
Abnormalitas dari bentuk dan ukuran gigi merupakan akibat dari adanya gangguan saat
morfodifferensiasi pada periode pertumbuhan. Hampir 5% dari populasi mengalami
variasi dalam hal ukuran gigi. Gigi yang paling sering mengalami variasi bentuk dan
ukuran ialah gigi insisif lateral.
2. Rotasi gigi insisif
Pada beberapa kasus satu atau lebih gigi insisif mengalami rotasi denganberbagai derajat,
rotasi yang mengakibatkan diastema sentral ialah rotasi yang mencapai perputaran
sampai 90 derajat dari posisi normalnya terhadap lengkung gigi.
3. Perlekatan frenulum yang abnormal
Frenulum yang normal perlekatannya berada pada gusi cekat di atas gigi insisif sentral.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan observasi dan atau dengan cara pemeriksaan secara
langsung yang disebut blanch test, caranya dengan mengangkat bibir atas kearah depan
atas dengan ibu jari dan telunjuk kedua tangan. Bila normal jaringan ikat frenulum tidak
mengalami peregangan sehingga tidak ada jaringan yang pucat, tetapi apabila perlekatan
frenulum rendah dan atau tempat insersi lebih lebar dari kondisi normal, maka jaringan
ikat frenulum yang tertarik akan meregang dan pucat. Hal ini terjadi karena
perlekatannya berada pada jaringan lunak diantara gigi insisif sentral dan bahkan sampai
ke palatum
Perlekatan frenulum tinggi dapat mengakibatkan beberapa hal diantaranya:
1. Abnormalitas lengkung gigi apabila terjadi pada bibir atas dan bawah
2. Pemisahan yang ekstrim dari gigi-gigi sentral incisivus
3. Munculnya gingiva terbuka yang dapat menyebabkan penyakit periodontal

4. Gigi supernumerer di median line


Diagnosa pasti dari gigi supernumerer di median line yang disebut juga mesiodens
ditentukan berdasarkan dari gambaran radiografis, foto panoramic atau
oklusal, terkecuali apabila gigi supernumerer tersebut telah erupsi kedalam rongga mulut.
Lebih sering terjadi pada gigi rahang atas dibandingkan dengan gigi rahang bawah, dan
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
5. Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital
Kehilangan gigi secara kongenital ialah suatu keadaan dimana benih gigi yang tidak
berkembang untuk mengalami dan keluar ke dalam rongga mulut. Berdasarkan penelitian
bahwa 4% dari seluruh populasi mengalami kehilangan gigi secara kongenital. Gigi
insisif lateral rahang atas berada pada urutan kedua.
6. Diastema pada saat pertumbuhan normal
Pada saat insisif sentral permanen rahang atas erupsi biasanya selalu terdapat ruangan
diantaranya. Ruangan ini biasanya berkisar antara 2 mm (berkisar antara usia 6–10 tahun)
dan akan berkurang pada saat erupsi gigi insisif lateral pemanen dan menutup dengan
sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen. Hal ini terjadi karena posisi dari gigi
kaninus permanen yang belum erupsi sering terletak di superior dan distal dari akar gigi
insisif lateral, yang kemudian menekan akar-akar gigi insisif sentral dan lateral bergerak
ke arah midline, sementara mahkotanya menyebar ke arah distal. Periode ini merupakan
periode yang tidak estetik dan disebut dengan istilah ugly duckling stage of eruption.
7. Penutupan median line yang tidak sempurna
Terjadinya kegagalan dalam penutupan median line karena adanya kegagalan pada saat
pertumbuhan dan perkembangan, dimana terdapat sisa dari jaringan efitelial yang
membatasi kedua tulang palatum. Berdasarkan pemeriksaan histologis terdapat jaringan
ikat dan jaringan efitelial diantara tulang palatum. Diagnosa ditentukan berdasarkan
gambaran radiografi, dimana septum tulang diantara gigi insisif sentral rahang atas
berbentuk W.

Dari beberapa faktor penyebab terjadinya diastema seperti yang tercantum di atas faktor yang
paling sering adalah perlekatan frenulum yang abnormal. Sedangkan yang paling jarang terjadi
yaitu penutupan median line yang tidak sempurna.

4. Bagaimana etiopatofisiologi dari mukogingiva ke diastema ke maloklusi dan


analisis model studi pasien?
. frenulum yang tebal dan sutura intermaksilaris yang keras akan menghalangi perlekatan
serat transeptal dan menghambat perkembangan penutupan diastema tersebut. Teori lain
menerangkan bahwa terdapatya perlekatan frenulum dan sutura yang abnormal adalah
merupakah hasil dari tidak adanya gaya ke mesial yang diakibatkan erupsi gigi geligi
anterior.
5. Bagaimana rencana perawatan yang sesuai dengan etiopatogenesis yg di alami
pasien? Serta bagaimana Prinsip perawatan orto melalui pergerakan gigi dan
Mekanotherapi orto?
Penutupan diastema sentralis dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu secara
ortodon-tik, restorasi direk komposit, restorasi indirek ataupun kombinasi. Rencana
perawatan dias-tema sentralis harus memperhatikan proporsi dari gigi anterior sesuai
dengan golden propor-tion. Proporsi gigi insisivus pada kasus ini tidak melebihi 80% dari
panjang gigi. Rencana perawatan yang dipilih pada kasus ini adalah penutupan diastema
dengan restorasi direk menggunakan resin komposit. Restorasi direk komposit
merupakan perawatan yang paling konservatif, kunjungan ke dokter gigi lebih sedikit dan
tidak memerlukan tindakan ke laboratorium. Sebelum melakukan prosedur restorasi,
terlebih dahulu dilakukan pembuatan mock up dengan menggunakan wax. Pembuatan
mock up bertujuan untuk memberikan gambaran hasil akhir dari restorasi sehingga pasien
dapat mengerti mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan.

Rencana Perawatan: Bedah frenektomi dan perawatan alat orthodonsia cekat.


Diastema yg disebabkan oleh frenulum yang tinggi selalu memerlukan tindakan bedah
pengangkatan jar. fibrosa interdental dan mereposisi frenulum agar koreksi yg dihasilkan
bisa stabil.
Frenektomi dibedakan dengan frenotomi dalam hal sejauh mana tindakan bedah
dilakukan.Frenektomi adalah pengangkatan frenulum seluruhnya, termasuk
perlekatannya pada tulang di bawahnya, dan mungkin diperlukan untuk mengoreksi
diastema abnormal di antara kedua insisif sentral atas. Sedangkan frenotomi hanyalah
tindakan menginsisi frenulum, biasanya dilakuka untuk kepentingan periodontium yaitu
memindahkan posisi perlekatan frenulum untuk menciptakan daerah attached gingiva
antara margin gingiva dengan frenulum.
Saat yang paling tepat untuk frenektomi:
a. awal periode gigi campur(6-8thn), jika terdapat diastema yg sangat besar(6-8mm).
Membantu penutupan&mencegah erupsi ektopik gigi insisif lateral dan atau kaninus.
b. Pada akhir periode gigi campur, setelah erupsi sempurna gigi insisif lateral dan caninus
dan diastema gagal menutup secara spontan.

Alat ortho lepasan rahang atas(<2mm) dengan klamer, pegas sederhana dan mungkin
bow anterior. Pemakaian elastik untuk merapatkan kedua insisif sentral merupakan
kontra indikasi karena besar kemungkinan elastik akan tergelincir kearah apeks dan
merusak jar.periodontium. Pada kerusakan jar.periodontium yg ekstrim dapat
mengakibatkan gigi insisif sentral harus di ekstraksi.
Diastema sentral(>2mm)yg disebabkan krn posisr gigi yg miring kearah distal dpt
dilakukan dgn ortho lepasan.Jika memerlukan reposisi secara mesiodistal yg
menyeluruh(bodily) dr gigi insisif central maka perawatan dilakukan dengan alat ortho
cekat.

6. Bagaimana prognosis dari rencana perawatan dan komplikasi yang dapat


terjadi pada pasien jika dilakukannya perawatan dan jika tidak dilakukannya
perawatan?
Bagaimana untuk prosedur kontrol pasien?
• Prognosis: adbonam
Apabila dokter kompeten dan memberikan pasien perawatan yang sesuai indikasi, serta
bilanpasien kooperatif untuk kontroling perawatan ke dokter karena perawatan ini
berkelanjutan harus ke drg terus menerus karena ada kemungkinan akan relaps atau
diastema terjadi kembali bila perawatan tidak terkontrol.

• Komplikasi
Treated : relaps, ketidaknyamanan karena pemakaian alat aktif untuk perawatan (kawat),
atau komplikasi setelah dilakukan frenectomy dan karies jika telah dilakukan reshaping/
restorasi pada gigi insisif bagian mesial.
Untreated : penumpukan makanan semakin banyak, kurang percaya diri.

• Prosedur kontrol:
a. Setelah tindakan frenectomy pasien diresepkan amoxicillin 500 mg dan kalium
diklofenak 25 mg.
b. Satu minggu kemudian dilakukan pemeriksaan ulang: keadaan klinis, luka
(menutup atau masih terbuka), membuka jahitan.
c. Perawatan ortodonsia dilakukan pada minggu ke 2.
d. Pada minggu ke 3 pasien dating kembali untuk pemeriksaan ulang dan dilakukan
penggantian kawat.
e. Pada minggu ke 4: dilihat apakah diastema sentral telah menutup
f. Lalu perawatan ortodonsia dilakukan dan waktu kontrol 2 atau 3 minggu.

7. Bagaimana dengan BHP dan KIE yang terkait dengan kasus?

BHP

 Beneficence
- Dokter dapat menegakan diagnosis sesuai dengan tand dan gejala yang dialami pasien
- Mengusahakan Manfaat > disbanding keburukan
- Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan pasien
- Minimalisasi akibat buruk
 Non-Maleficence
- Mengobati pasien yang luka
- Mengobati secara proporsional
- Menghindari misinterpretasi pasien
 Justice
- Memberlakukan segala sesuatu secara universal
- Menghargai hak sehat pasien
- Mendistribusikan keuntungan dan kerugian
 Autonomi
- Berterus terang
- Melaksanakan Informed Consent

KIE

 Menjaga OH dengan baik


 Kontrol setiap 2 bulan sekali
 Memberitahu kepada pasien tentang rencana perawatan yang akan diberikan
 Memberitahu biaya perawatan yang akan diberikan
 Memberitahu komplikasi apa saja yang akan terjadi
 Memberitahu apa saja alternative perawatan yang bisa diberikan

Komplikasi
Treated : relaps, ketidaknyamanan karena pemakaian alat aktif untuk perawatan
(kawat), atau komplikasi setelah dilakukan frenectomy dan karies jika telah
dilakukan reshaping/ restorasi pada gigi insisif bagian mesial.
Untreated : penumpukan makanan semakin banyak, kurang percaya diri.

•Prosedur kontrol:
a. Setelah tindakan frenectomy pasien diresepkan amoxicillin 500 mg dan kalium
diklofenak 25 mg.
b. Satu minggu kemudian dilakukan pemeriksaan ulang: keadaan klinis, luka
(menutup atau masih terbuka), membuka jahitan.
c. Perawatan ortodonsia dilakukan pada minggu ke 2.
d. Pada minggu ke 3 pasien dating kembali untuk pemeriksaan ulang dan dilakukan
penggantian kawat.
e. Pada minggu ke 4: dilihat apakah diastema sentral telah menutup
f. Lalu perawatan ortodonsia dilakukan dan waktu kontrol 2 atau 3 minggu.

Anda mungkin juga menyukai