2
Skenario 1
Aku Tidak Pernah Sakit Gigi
A. TERMINOLOGI
1. Protrusif: kondisi gigi maxilla lebih maju sehingga overjet yang
ditimbulkan besar (gigi tonggos).
2. Gigi tonggos: Gigi tonggos dikenal juga dengan
istilah overbite atau maloklusi. Kondisi ini terjadi ketika posisi gigi atas lebih
maju dibandingkan dengan gigi bawah. Beda jarak yang normal antara deret
gigi atas dengan bawah biasanya tidak terlalu kentara, tapi dapat dikatakan
tonggos jika berjarak lebih dari 2 mm.
Seseorang dikatakan punya gigi tonggos, bila:
Ukuran rahang atas lebih besar dari normal, namun ukuran rahang bawah normal
Ukuran rahang atas normal, namun ukuran rahang bawah lebih kecil dari normal
Ukuran rahang atas lebih besar dari normal
Ukuran rahang bawah lebih kecil dari normal
4. Kawat gigi: Kawat gigi atau yang biasanya dikenal sebagai behel
adalah sebagai salah satu upaya untuk merapikan susunan gigi yang
tidak rapih. Kawat gigi merupakan bagian dari perawatan ortodonti
yang bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi agar rapi dan teratur,
memperbaiki hubungan gigitan atau oklusi antara gigi yang ada di
rahang atas dan rahang bawah, bahkan juga memperbaiki posisi rahang
dan proporsi wajah atau nilai estetik.
5. Bengkak: Salah satu tanda inflamasi, disebut tumor yang terjadi
karena ekstravasasi cairan karena vasodilatasi.
6. Wajah simetris: Keseimbangan letak kanan dan kiri
terhadap garis poros yakni garis yang ditarik dari
rambut ke titik glabela kemudian ke subnation hingga
berakhir di menton. Kesimetrisan wajah tidak terdapat
pembengkakan atau hal lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menyebabkan terjadinya protrusi pada gigi pasien?
Faktor genetik, kebiasaan menghisap jempol, menjulurkan lidah,
bruxism, lip biting, faktor skeletal.
-kebiasaan seperti mengisap jari, terlalu lama ngedot, menjulurkan lidah saat
bicara, suka menggigit kuku, clenching, bruxism, gigit pensil dll
-gigi yang renggang apabila terdapat gigi yang ompong, lama2 dapat
menggeser gigi lain dan mempengaruhi posisi gigi anterior
ruang untuk gigi tumbuh tidak mencukupi
Penyebab:
Dampak:
Tidak bisa menutup mulut dengan benar
Proses pengunyahan makanan
Mouth breathing ( dapat menyebabkan penampilan luar terganggu)
Dampak estetik
Dampak psikologis (tidak percaya diri)
Gangguan bicara
Oral hygiene buruk
14. Apa penyebab lesi radiolusen?
Ada karies sebelum ditambal, jadi bakterinya masuk, meyebabkan pulpitis, karena
tidak dirawat bisa menyebabkan nekrosis. Diperparah karena karies sekunder.
Penyebabnya karena agen iritan seperti mediator inflmasi (pulpa irreversibel), zat
kimia (zat irigasi dan disinfeksi).
INDIKASIKONTRAINDIKASI KAWATGIGI
Indikasi: individu yang mengalami maloklusi gigi yang membutuhkan
pergerakan beberapa gigi, mempunyai overjet lebih dari 4 mm dan juga
overbite lebih dari 4 mm, kebiasaan buruk.
Kontra indikasi: individu yang tidak bisa menjaga oral hygiene dengan
baik secara rutin, malokusi berada di luar ruang lingkup perawatan ortho.
Overjet normal: 2-4 mm
C. PETA KONSEP
Pemeriksaan
Holistik Kista
Radikuler
Impaksi
Surat Etiologi
Diagnosis
Rujukan
Crowding
Rencana
Perawatan
Nekrosis
Pulpa
D. SASARAN BELAJAR
1. Mampu menjelaskan etiologi, patogenesis, dan pemeriksaan penunjang
dari kista radikuler.
2. Mampu menjelaskan etiologi dari gigi impaksi.
3. Mampu menjelaskan etiologi dari gigi crowding.
4. Mampu menjelaskan etiologi dari nekrosis pulpa.
5. Mampu membuat surat rujukan yang baik dan benar.
6. Mampu menjelaskan cara interpretasi gambaran panoramik.
7. Mampu menjelaskan rencana perawatan secara umum dari kista
radikuler, gigi impaksi, crowding dan nekrosis pulpa.
Peta Konsep
Tatalaksan etiopatoge
a Lesi pada nesis
gambaran
radiografi
Jenis
Sasaran Belajar
PROTRUSIF
IMPAKSI
KISTA
RADIKULER
PROSEDUR INTERPRETASI
PEMERIKSAAN HOLISTIK
RUJUKAN RADIOGRAFI
7. SASARAN BELAJAR
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan
radiologis foto panoramik. Hasilnya tampak gambaran radiolusen
yang berbatas tegas pada gigi-gigi 4.6 sampai 4.7, dengan gigi 4.6
mengenai radiks gigi.
Adanya crowding pada segmen anterior rahang atas dan rahang bawah.
Pada regio I terdapat impaksi gigi 18 dan malposisi gigi 13, 14. Pada
regio II terdapat impaksi gigi 28 dan malposisi gigi 21, 22, 23, 24.
Pada regio III terdapat impaksi gigi 38, malposisi gigi 31, 32, 33, 34,
radiolusensi pada gigi 36 menandakan adanya karies yang mencapai
pulpa, melebarnya ruang periodontal pada gigi 36 (1/3 apikal) yang
diikuti dengan hilangnya lamina dura pada mesiolateral, mesiomedial,
distomedial, dan terdapat periodontitis apikalis pada gigi 36. Pada
regio IV terdapat penurunan alveolar crest pada gigi 45, 46, radiopak
pada gigi 46, terdapat karies sekunder pada tumpatan gigi yang
mencapai kamar pulpa, sehingga menyebabkan lesi radiolusen
unilokuler, berbatas tegas radiopak yang meluas hingga di apical gigi
47 dan 48, yang berukuran 2,5 cm, adanya radiolusensi di apikal gigi
46 menyebabkan penurunan alveolar crest pada gigi 46 dan 47 yang
menyebabkan penurunan densitas tulang rahang dan melebarnya ruang
periodontal pada gigi 46 dan 47 diikuti dengan hilangnya lamina dura
pada mesiolateral, mesiomedial, distomedial, distolateral, (apical,
medial, servikal. Differential diagnosis pertama Kista Radikuler e.c
karies sekunder mencapai pulpa. Differential diagnosis kedua
Periapikal Granuloma e.c karies sekunder mencapai pulpa.
rongga mulut.
c. Perawatan Saluran Akar
Dibagi 3 tahap:
1) Preparasi biomekanis saluran akar, yaitu tahap pembersihan dan
pembentukan saluran akar dengan membuka jalan masuk
menuju kamar pulpa dari koronal.
2) Tahap sterilisasi, yaitu irigasi dan desinfeksi saluran akar.
3) Tahap obturasi.
d.
Perawatan Ortodontik
Dirujuk ke Spesialis Orthodontist
DAFTAR PUSTAKA
Shafer, et al. 2009. Shafer's Textbook of Oral Pathology. Sixty Edition.
New Delhi: Elsevier
Nuryana E, Syafriadi M. Pembentukan Kista Radikuler dalam Granuloma
Dental. Jurnal PDGI Edisi Khusus Kongres PDGI XXIII 2008. p.61-65
Monaco G. Montevecchi M. Bonetti GA. Gatto MRA. Checchi L.
“Reliability of panoramic radiography in evaluating the topographic
relationship between the mandibular canal and impacted third molars”
dalam JADA American Dental Association 2004:135:315
American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons. Wisdom teeth.
Diunduh dari: Anonymous. What Are Impacted Wisdom Teeth: Types
of Impactions. Animated-teeth.com.
Bishara, S.E., 2001, Textbook of Orthodontics, WB, Saunders Co.,
Philadelphia.
Apriyono, Dwi Kartika. Kedaruratan Endodonsia. Stomatognatic (JKG
UNEJ) vol. 7 no.1 2010:45-50
Regezi, Josep A., et al. 2012. Oral Pathology: Clinical Pathology
Correlation. China: Elsevier Saunders.