Anda di halaman 1dari 3

1.

DIAGNOSIS :
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan,, pasien dicurigai menderita Oral Lichen Planus (OLP)
tipe retikular pada mukosa bukal bilateral. Selain tipe retikular, terdapat bentuk OLP lain dari kasus ini
yaitu papular karena terdapat lesi berbentuk papul dengan diameter 3x4 cm. Kemudian pada skenario
disebutkan bahwa pasien memiliki riwayat stress, dimana stress merupakan factor predisposisi utama
terjadinya Oral Lichen Planus. Dalam skenario juga disebutkan bahwa lesi berbentuk jarring-jaring dan
ada bagian erosive berbentuk papula, dimana teorinya juga mengatakan bahwa lesi OLP dapat
merupakan garis putih yang berbentuk seperti anyaman atau jala yang disebut Wickham’s striae.
Beberapa bentuk manifestasi klinis dari OLP yaitu retikular, papula, bentuk plak, atropik, erosif dan
bula. OLP jarang terjadi pada anak-anak, pada skenario ini terjadi pada seorang perempuan dengan
umur 36 tahun. Untuk menegakkan diagnosis secara akurat perlu dilakukan anamnesis mendalam,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang (pemeriksaan histopatologi) dan kolaborasi multidisiplin.

TATALAKSANA :
1) Karena pada rongga mulut pasien ditemui adanya kalkulus, dapat dilakukan scalling terlebih
dahulu untuk meningkatkan oral hygiene
2) Cek kodisi sistemik pasien terlebih dahulu apakah pasien memiliki Riwayat penyakit
sistemik karena salah satu pemicu terjadinya OLP adalah penyakit sistemik, seperti DM.
3) Pasien dirujuk untuk melakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk dilakukan scrapping
untuk mengetahui gambaran radang dan keganasan.
4) Pasien dirujuk ke Bedah Mulut dan Maksilofasial untuk dilakukan biopsi dan jaringan biopsi
dibawa ke Laboratorium Patologi Anatomi. Biosi dimaksudkan untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien karena lesi terasa kasar dan menonjol, selain itu juga untuk
pemeriksaan penunjang guna penegakan diagnosis.
5) OLP asimptomatik  tidak dilakukan perawatan, dilakukan pemeriksaan berkalai (1-2x per
tahun): biasanya pada OLP bentuk retikular, plak dan popular
6) OLP simptomatik  diberi kortikosteoroid topical, kortikosteroid oral/sistemik (apabila
pasien tidak respon terhadap kortikosteroid topikal). Kortikosteroid adalah lini peryama
dalam pengobatan OLP.
o Kortikosteroid topikal berupa: triamcinolone acetonide 0,15 g dioleskan dengan kapas
pada lesi, fluocinonide, betametason, gel clobetasol 0,1-0,2%, 0,05% flukosinid,
dexamethasone dan betamethasone valverate. (kortikosteorid topikal dipilih karena
memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada kortikosteroid sistemik).
o Kortikosteroid oral berupa: prednisone/prednisolone 20-40 mg/hari terutama untuk OLP
tipe erosif yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan imunosupresi untuk meredakan
ulserasi yang luas, eritema dan nyeri; ranitidine sebagai terapi profilaksis menghambat
reseptor H2 secara selektif mencegah ulkus peptikum pada pengoatan kortikosteroid dan
curcuma sebagai terapi suportif sebagai hepatoprotekstor untuk melindungi liver dari
efek samping pemberian kortikosteroid.
7) Phototherapy, (Fototerapi yang digunakan untuk LP menggunakan sinar ultraviolet B (UVB)
yang hanya menembus lapisan atas kulit (epidermis). Fototerapi dilakukan dalam 2–3 kali
dalam seminggu selama beberapa minggu. 
8) Retinoid, (Jika OLP tidak membaik dengan terapi kortikosteroid atau fototerapi, dapat
digunakan retinoid salep seperti salep tretinoin atau retinoid tablet minum, seperti
isotretinoin atau acitretin. Salep tretinoin umumnya efektif untuk lesi OLP).
9) Pasien diberi resep obat kumur sebagai terapi simptomatis lokal. Obat kumur yang dapat
diberikan antara lain benzidamide hydrochloride 0,15% yang berfungsi sebagai anastesi
untuk mengatasi rasa terbakar dan rasa nyeri; deksametason 0,5 mg/5ml 12 tablet (Elixir)
sebagai terapi simptomatik dan sebagai antiinflamasi local sehingga adanya kontak langsung
dengan mukosa dapat diabsorbsi lebih baik; chlorhexidine gluconate 0,2% sebagai antiseptik
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
10) Dapat diberikan multivitamin seperi vitamin C, vitamin E, asam folat, Zinc untuk
meningkatkan system imun tubuh.
11) Jika terdapat candidiasis dilakukan smear dan diberikan terapi antifungal
12) Selain menggunakan obat-obatan, perawatan OLP juga dilakukan dengan mengeliminasi
faktor pencetus dan peningkatan higiene oral. Pasien diberi instruksi untuk menjaga
kebersihan mulut, menghindari makanan keras, pedas, berbumbu tajam, memakai obat secara
teratur, anjuran menghindari stress, menggunakan pasta gigi non detergen dan istirahat yang
cukup.
13) Pasien diintruksikan untuk kontrol rutin untuk mencegah kekambuhan.
14) Pasien dapat dirujuk ke psikiatri agar pasien dapat mengelola emosi dengan baik dan tidak
menghambat proses penyembuhan lesi.
1. Agha-hosseini, Farzaneh & Samami, Mohammad & tavakol, Fatemeh & hoseini, elaheh.
(2019). Oral Lichen Planus or Oral Lichenoid Reaction. A Literature Review. Journal of
Islamic Dental Association of IRAN. 31. 10.30699/jidai.31.1.7.
2. Sari AP, Nafi’ah, Setianingtyas D, Hernawan I, Soebadi B. Tatalaksana oral lichen planus
akibat stres pada diabetes melitus. Makassar Dent J. 2017;6(3):96–106.

Anda mungkin juga menyukai