SKENARIO 3
“Restorasi Estetis”
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan : Belajar Bertolak Dari Masalah
Modul : 6.3
Skenario :3
Kelompok :6
Terminologi
1.1. Chlorethyl : obat untuk mencegah rasa sakit akibat suntikan, prosedur operasi, cedera
olahraga, dan nyeri otot mendalam. Etil klorida tersedia dalam bentuk zat penyejuk yang
digunakan di kulit untuk membuat mati rasa. (semprotkan CE pada cotton pellet, tunggu
hingga cotton pellet bersalju, aplikasikan pd dasar kavitas). Apabila gigi pasien masih vital
biasanya pasien akan merasa ngilu disebabkan karena sensasi terlalu dingin
1.2. Fraktur horizontal : kondisi dimana gigi retak/patah, bisa menimbulkan nyeri,
asimtomatik, memperlihatkan hilangnya fragmen dari gigi utuh, biasanya disebabkan trauma
pada wajah/gigi. Fraktur longitudinal digunakan untuk mengelompokan semua tipe gigi,
biasanya disebabkan oleh prosedur dental dan tekanan oklusi. Sedangkan fraktur horizontal
hanya terjadi pada gigi anterior yang disebabkan oleh trauma. Garis fraktur tegak lurus atau
miring terhadap sumbu panjang gigi, dari suatu titik di mahkota kearah mesial atau distal
merupakan fraktur berat mengenai jaringan enamel, dentin, dan pulpa. Fraktur yang paling
umum dan terjadi pada regio anterior maksila.
Rumusan masalah
1. Mengapa gigi pasien menghitam?
2. Perawatan apa yang dapat dilakukan?
3. Indikasi dan kontra indikasi perawatan endodontik?
4. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan sebelum perawatan endodontik?
5. Apa saja macam macam restorasi estetik?
6. Apa yang perlu dipertimbangkan untuk restorasi estetik?
7. Apa diagnosis dari skenario ini?
Hipotesis
1. Biasanya merupakan penampakan klinis dari gigi yang sudah non vital.
Trauma yang mengenai struktur gigi menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler
dalam kamar pulpa dan terjadi perdarahan. Darah atau komponen darah yang menggenangi
kamar pulpa masuk ke dalam tubuli dentin secara difusi, kemudian sel-sel darah merah
mengalami proses hemolisis dengan melepaskan hemoglobin. Hemoglobin selanjutnya
mengalami proses degradasi dan melepaskan komponen besi. Komponen besi bersenyawa
dengan hidrogen sulfida yang merupakan produk bakteri, menghasilkan senyawa ferri sulfat
berwarna hitam yang kemudian mengadakan penetrasi ke dalam tubuli dentin menyebabkan
perubahan warna pada mahkota gigi. Jika pulpanya menjadi nekrosis, perubahan warna
biasanya menetap
2. Pemasangan mahkota porselen
Porselen gigi umumnya digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak ataupun patah
dikarenakan faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian, perubahan kimiawi
yang lambat, dan konduktivitas panas yang rendah. Terlebih lagi, porselen mempunyai
kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur gigi. Mahkota porselen mempunyai
nilai estetik tinggi, tidak mengalami korosi, tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanya
mahal dan kekuatan rendah dibandingkan dengan mahkota metal-porselen. Indikasinya
membutuhkan estetik tinggi, Tooth discoloration,malposisi, gigi yang telah dirawat
endodontik dengan pasak dan inti.Kontraindikasinya yaitu indeks karies tinggi, distribusi
beban di oklusal tidak baik, dan bruxism.
Perawatan endo: PSA
Tahap perawatan saluran akar terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu preparasi, disinfeksi
dan obturasi saluran akar
Pembuatan akses bagi perawatan endodontik, serta tidak adanya suplai oksigen dan nutrisi
akan mempengaruhi struktur jaringan keras gigi. Keadaan tersebut akan mengakibatkan
menurunnya daya tahan atau kerapuhan pada struktur gigi. Karena itu, diperlukan pilihan
restorasi yang dapat melindungi struktur gigi sehingga gigi dapat dipertahankan.
metode walking bleach menggunakan sodium perborat dan air pada kamar pulpa dan
dibiarkan selama 1 minggu. Teknik ini dapat dilakukan pada kunjungan yang sama pada saat
obturasi. Keuntungan perawatan internal bleaching adalah dapat mengembalikan warna gigi
seperti warna aslinya, cukup aman, dan biaya cukup terjangkau, tahap perawatan cukup
praktis dan nyaman bagi dokter gigi dan pasie
3. Secara umum perawatan saluran akar diindikasikan untuk: 1) email yang tidak di
dukung oleh dentin; 2) gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi
vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital; 3) kelainan jaringan periapeks pada
gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks; 4) mahkota gigi masih bisa direstorasi dan
berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan); 5) gigi tidak goyang dan
periodonsium normal; 6) foto ronsen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga
apikal, tidak ada granuloma; 7) kondisi pasien baik; 8) pasien ingin giginya dipertahankan
dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya; 9) keadaan ekonomi pasien
memungkinkan.
Secara umum, kontraindikasi perawatan saluran akar, yaitu:1) fraktur akar gigi yang
vertical;
2) tidak dapat lagi dilakukan restorasi; 3) kerusakan jaringan periapikal melibatkan lebih
dari sepertiga panjang akar gigi; 4) resorbsi tulang alveolar melibatkan setengah dari
permukaan akar gigi; 5) kondisi sistemik pasien, seperti diabetes melitus yang tidak
terkontrol.
4. - Pemeriksaan subjektif
Anamnesis, yaitu upaya yang digunakan untuk mendapatkan informasi terkait bagaimana
trauma terjadi dan besarnya cedera yang ditimbulkan untuk menentukan prognosis, kapan
terjadinya trauma untuk menentukan perawatan yang akan diberikan, di mana trauma terjadi
untuk menentukan apakah diperlukan profilaksis tetanus, serta perlu mengetahui kesehatan
umum dan riwayat medis pasien.
- Pemeriksaan Objektif
Pengamatan visual, yaitu berupa pengamatan eksta oral dan intra oral untuk mengetahui
apakah terdapat perubahan posisi, gigi yang lepas, fraktur, pulpa terbuka, jaringan lunak
lecet, pembengkakan, dan perdarahan.
Tes vitalitas, tes ini kurang akurat pada gigi yang baru mengalami trauma, namun
sebaiknya tetap dilakukan untuk menjadi pembanding dengan tes berikutnya.
Tes perkusi, untuk mengetahui kelainan jaringan periodonsium dan jaringan penyangga
lainnya.
- Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiologis, yaitu pemeriksaan pendukung untuk mengetahui terjadinya
fraktur akar atau tulang, tahap perkembangan gigi, kerusakan gigi, dan lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen Foto
Pemeriksaan rontgen foto ialah suatu pemeriksaan dengan menggunakan X-ray. Alat ini
memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat dengan
mata telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukan diagnosis, seleksi kasus, perawatan,
dan evaluasi penyembuhan luka. Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang
pemeriksa harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk dapat
memberikan interpretasi secara tepat. Diperlukan suatu pengertian seksama tentang anatomi
normal dan anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yang dapat timbul yang
disebabkan oleh ketuaan, trauma, penyakit dan penyembuhan. Dengan demikian, baru
bayangan hitam-putih berdimensi dua yang diproses pada film ini mempunyai arti.
Kelainan-kelainan yang dapat dilihat dengan rontgen foto, yaitu :
a. Hubungan antara benih gigi permanen dan gigi sulung
b. Adanya gigi yang belum tumbuh (ada atau tidaknya benih)
c. Adanya sisa akar
d. Adanya caries aproksimal
e. Adanya abses, granuloma, kista
f. Posisi gigi Molar 3 yang impaks
g. Tumpatan yang over hanging.
Epulis bisa dilakukan dengan radiologi panoramik untuk melihat apakah ada
komplikasi lain, keterlibatan tulang, sisa akar, dll.
5. 1. Glass Ionomer Cement (GIC) : Glass ionomer cement menggabungkan keunggulan
sifat tranlusensi dan pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas dan sifat
adhesive dari semen polikarboksilat.
2. Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC) RMGIC merupakan hasil
perkembangan bahan tumpatan berupa hybrida antara glass ionomer cement dengan komposit
resin.
3. Resin Komposit merupakan bahan sewarna gigi yang sering digunakan saat ini karena
baik dari segi estetika karena pencampuran komponen yang memiliki sifat kimia dan struktur
berbeda menjadikan bahan tersebut saling berikatan menyebabkan kekuatan dan ketahanan
terhadap keausan sehingga dapat digunakan baik di gigi anterior maupun posterior. bahan ini
hampir menyerupai sifat dentin dan enamel karena memiliki nilai estetik yang menyerupai
warna gigi.
4. Amalgam merupakan campuran dua atau beberapa logam yang salah satunya merkuri,
perak, timah, tembaga, dan lainnya.
5. Semen silikat :
Tambalan dengan semen silikat merupakan tambalan untuk gigi anterior dan estetikanya
baik, tambalan ini dikhususkan untuk pasien dengan insiden karies tinggi. Sifat fluor release
atau melepas fluor, memililki kualitas estetis yang baik dalam jangka waktu yang pendek
setelah insersi, kurang stabil dalam cairan mulut sehingga menyebakan hilangnya kualitas
estetis. Semen silikat kuat menahan tekanan kompresi tetapi lemah menahan tekanan tarik.
. Porcelain fused to metal
Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir pasca perawatan saluran
akar karena mampu memberikan keuntungan ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi
estetik. Lapisan logam sebagai substruktur mahkota jaket porselen fused to metal akan
mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan
porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan
memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi
dengan mahkota porselen fused to metal tingkat keberhasilan perawatannya tinggi
Mahkota pasak fiber reinforced composite.
Pemilihan jenis pasak yang digunakan penting untuk mendapatkan retensi yang maksimal
dengan menghilangkan seminimal mungkin struktur jaringan gigi. Akhir-akhir ini, jenis
pasak yang digunakan untuk retensi gigi yang telah dirawat saluran akar telah mengalami
perubahan dari bahan yang kaku (pasak metal dan zirconium) menjadi bahan yang memiliki
karakteristik mekanis menyerupai dentin (pasak fiber dan resin komposit), karena kegagalan
restorasi dengan retensi intraradikuler dapat terjadi karena fraktur pasak, kehilangan retensi
dan fraktur mahkota serta akar, sehingga gigi akhirnya harus diekstraksi.
Pasak metal digunakan untuk menahan inti, menggantikan struktur gigi yang hilang dan
ditutup dengan mahkota penuh, tanpa memperhatikan estetik. Sejalan dengan meningkatnya
segi estetik, restorasi pasak dan inti sewarna gigi menjadi pilihan untuk restorasi gigi non
vital (Wulansari, R., Siswandi, Y.L.S., dan Soedharmadi, S.D).
Pasak fiber dapat dilekatkan pada dentin saluran akar dengan menggunakan semen resin.
Pasak fiber terbuat dari seratserat karbon, kuarsa, silica, zirkonia atau kaca dalam satu
matriks epoksi resin. Secara kimia, pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin yang
digunakan untuk sementasi yaitu BisGMA (Wulansari, R., Siswandi, Y.L.S., dan
Soedharmadi, S.D).
Pasak ini terbuat dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh matriks resin
polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen resin dapat berikatan
dengan pasak jenis ini. Scanning electron microscope (SEM) menunjukkan pembentukan
lapisan resin tagshybrid. Bonding yang baik akan meminimalkan efek ungkitan di dalam
saluran akar sehingga dapat digunakan pasak dengan ukuran lebih pendek dan diameter lebih
kecil (Ganap, I.M., Retnowati, E., Junita A.G, 2007).
Pasak fiber, semen resin, bahan inti resin komposit, dan dentin memiliki modulus
elastisitas yang hampir sama, sehingga meningkatkan keberhasilan restorasi, dibandingkan
dengan pasak dan inti metal. Pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang hampir sama
dengan dentin yaitu, 20 GPa (modulus elastisitas dentin = 18 GPa, pasak metal prefabricated
= 200 GPa dan pasak keramik=150 GPa), sehingga pasak fiber lebih lentur daripada pasak
metal, mempunyai sifat biokompatibel terhadap dentin dan tahan terhadap korosi, serta
mudah diambil dari saluran akar bila terjadi kegagalan dalam perawatan saluran akar
(Wulansari, R., Siswandi, Y.L.S., dan Soedharmadi, S.D).
Keuntungan pasak fiber adalah dapat diindikasikan untuk saluran akar yang lebar, dinding
saluran akar yang tipis misalnya pada akar yang belum terbentuk sempurna.selain itu, pasak
fiber juga memiliki keuntungan dari segi estetik, karena pasak ini memiliki warna sesuai
dengan warna gigi, sehingga tidak menimbulkan bayangan warna keabu-abuan pada gigi
yang telah direstorasi.
Hal ini tidak hanya berperan pada gigi anterior tetapi juga pada gigi posterior. Preparasi
saluran akar pasak dilakukan hingga kira-kira tersisa 4,5 mm gutta percha pada bagian apical,
lalu pasak fiber disementasi dengan menggunakan semen resin. Setelah itu kavitas ditutup
dengan tumpatan resin komposit hingga penuh dan kelebihan pasak fiber dipotong sebatas
permukaan oklusal
6. Perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu
:
1. Banyaknya jaringan gigi tersisa
Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi.
Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat dipengaruhi
oleh banyaknya struktur gigi tersisa (Garg, 2011).
2. Fungsi gigi
Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang diterima gigi.
Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi.
3. Posisi atau lokasi gigi
Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih dibandingkan dengan gigi
posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki niali estetik yang baik (Cheung, 2011).
4. Bentuk gigi
5. Ukuran gigi
6. Warna gigi
7. Posisi gigi
8. Visibilitas
9. Simetrisitas
10. Estetika gingiva
11. perubahan warna gigi
12. perbandingan antara mahkota dan akar yang masih tertinggal
13. keadaan sosial ekonomi pasien
Pada restorasi gigi anterior, terutama yang melibatkan tepi insisal, diperlukan kekuatan
dan estetik yang relatif cukup tinggi. Bahan restorasi estetik sebaiknya sesuai dengan struktur
warna gigi, memiliki sifat translusensi dan opasitas, permukaan halus dan mengkilap, dan
memiliki ketahanan terhadap pewarnaan dan keausan.
Idealnya bahan restorasi adalah mendekati sifat struktur jaringan gigi, mempunyai
kekuatan adesi dengan jaringan gigi yang cukup dan hasil restorasi mempunyai tampilan
yang baik. Sifat ideal bahan restorasi dapat dibagi dalam 4 kategori yaitu sifat fisik-mekanik,
biokompatibilitas, estetika dan aplikasi.
Perubahan warna gigi Pemilihan jenis restorasi pasca endodontik juga harus sesuai dengan
indikasinya. Perubahan warna gigi yang diakibatkan perawatan endodontik atau yang
disebabkan kerusakan-kerusakan jaringan lainnya sangat mempengaruhi jenis restorasi akhir
yang akan dibuat.
Perbandingan antara mahkota dan akar yang masih tertinggal Perbandingan antara
mahkota dan akar gigi yang masih tertinggal sangat besar pengaruhnya, terutama pada
pembuatan restorasi akhir mahkota penuh dengan menggunakan retensi pasak dan inti karena
pelebaran saluran akar untuk tempat pasak dapat melemahkan struktur jaringan akar. Oleh
karena itu, perbandingan yang paling baik antara akar dan mahkota gigi yang masih
tertinggal untuk pembuatan restorasi akhir berkisar 3:2.
Keadaan sosial ekonomi pasien Keadaan sosial ekonomi pasien menjadi salah satu faktor
yang dipertimbangkan operator dalam menentukan jenis serta bahan restorasi akhir yang akan
dipakai. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tingkatan sosial ekonomi dalam masyarakat
dan juga sangat banyaknya variasi biaya restorasi akhir sehingga perlu dicari restorasi yang
sesuai dengan keadaan sosial ekonomi pasien.
7. dx:nekrosis pulpa, fraktur class IV ellis
dd : pulpitis reversibel dan irreversible
Peta Konsep
Restorasi Keramik
Biokompatibilitas
Sasaran Belajar
Mahasiswa mengetahui, memahami dan menjelaskan
1. Indikasi dan kontraindikasi restorasi keramik
2. Karakteristik keramik
3. Prosedur pembuatan restorasi keramik
4. Komposisi dari keramik
5. Kelebihan dan kekurangan dari keramik
Belajar Mandiri
2. Karakteristik keramik
a. Karakteristik Mekanis
Sifat mekanis berhubungan dengan kemampuan suatu bahan untuk menahan
tekanan yang diberikan pada saat digunakan maupun dalam proses
pembuatannya.Sifat ini bergantung pada komposisi dan mikrostruktur.Berikut ini
akan dibahas beberapa sifat mekanis keramik gigi yaitu strength,shrinkage dan
hardness.
Strength
Strength ialah stress maksimum yang dapat dikeluarkan benda pada saat benda itu
patah atau rusak total.Keramik gigi memiliki nilai compressive strength yang tinggi
(280MN/) namun tensil strength nya rendah yaitu 70MN.
Shrinkage
Penyebab shrinkage selama pembakaran adalah adanya hambatan pada saat
kondensasi.Makin sedikit air yang tinggal sewaktu pembakaran dimulai,maka
makin sedikit terjadi shrinkage.Selama proses pembakaran keramik gigi akan
terjadi penyusutan sebanyak 30%-40% dari volume awal.Oleh karena itu,mahkota
keramik harus dibuat lebih besar dari ukuran selama pembakaran.
Beberapa studi menyatakan tipe low fusing porcelain memiliki ukuran volume
shrinkage antara 32-37%,tipe high fusing porcelain memiliki ukuran volume
shrinkage sebesar 28-34%,medium fusing porcelain memiliki ukuran volume
shrinkage diantara kedua tipe diatas.
Hardness
Hardness atau kekuatan bahan keramik gigi dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik yang dihubungkan dengan kemampuan bahan tersebut untuk bertahan
terhadap penetrasi pada permukaan yang dapat menyebabkan retak dan fraktur serta
abrasi akibat aliran yang plastis.Nilai hardness pada permukaan keramik gigi adalah
460KHN.Nilai hardness ini biasanya berhubungan dengan resistensi terhadap
pemakaian yaitu ketahanan terhadap abrasi.Untuk meminimalkan terjadinya abrasi
pada email yang berkontak dengan struktur keramik gigi maka harus digunakan
keramik gigi yang permukaan mikrofraktur dengan tingkat yang sama dengan gigi
asli dalam kondisi beban,struktur antagonis,sifat abrasive dari substansi
makanan,kekuatan yang diberikan dan tingkat kelarutan yang serupa.
b. Karakteristik Fisis
Sifat fisis keramik gigi merupakan sifat yang berhubungan dengan sifat-sifat
material yang ada di dalam keramik tersebut.
Thermal Ekspansi
Merupakan kemampuan suatu bahan untuk ekspansi atau memuai bila dipanaskan
dan akan menyusut bila didinginkan.Koefisiensi ekspansi thermal keramik gigi
adalah rendah yaitu 7x/C.Resistensi keramik dapat ditingkatkan dengan
menggunakan system perbedaan thermal ekspansi.Sistem ini memiliki prinsip
sebagai berikut,pertama harus dilakukan penekanan kembali terhadap keramik gigi
yang mengalami pemuaian dalam volumenya pada saat dipanaskan.Kedua,keramik
gigi harus ditingkatkan ekspansinya selama pemanasan dan harus lebih
dikontraksikan pada saat didinginkan.
Warna
Pada dasarnya,warna bubuk keramik gigi sebelum pencampuran adalah kuning
hingga oranye.Oleh karena warna gigi asli sangat bervariasi,maka warna keramik
gigi dimodifikasi dengan penambahan zat warna seperti biru,kuning,merah
muda,oranye,coklat dan abu-abu.Keramik gigi diberi zat warna dengan penambahan
oksida untuk menghasilkan tingkatan warna sesuai kebutuhan .
c. Karakteristik Biologis
Biokompatibilitas
Diartikan sebagai kemampuan suatu bahan dapat bertahan terhadap
korosi,perubahan selama pemakaian serta tidak menimbulkan reaksi penolakan
terhadap jaringan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guess, P. C., Schultheis, S., Bonfante, E. A., Coelho, P. G., Ferencz, J. L., & Silva, N. R.
(2011). All-ceramic systems: laboratory and clinical performance. Dental clinics, 55(2),
333-352.
2. Niekrash, C., Giedrimienė, D., Sakalauskienė, J., Gleiznys, A., Ivanauskienė, E.,
Pileičikienė, G., Junevičius, J. (2015). Composite and ceramic restorations:[elektroninė
knyga]: handbook for students of odontology.
3. Bajraktarova-Valjakova, E., Korunoska-Stevkovska, V., Kapusevska, B., Gigovski, N.,
Bajraktarova-Misevska, C., & Grozdanov, A. (2018). Contemporary dental ceramic
materials, a review: chemical composition, physical and mechanical properties,
indications for use. Open access Macedonian journal of medical sciences, 6(9), 1742.
4. Shenoy, Arvind & Shenoy, Nina. (2010). Dental ceramics: An update. Journal of
conservative dentistry : JCD. 13. 195-203. 10.4103/0972-0707.73379.
5. Babu PJ, Alla RK, Alluri VR, Datla SR, Konakanchi A. Dental Ceramics: Part I – An
Overview of Composition, Structure and Properties. Am J Mater Eng Technol.
2015;3(1):13–8.
6. McEntire BJ, Lakshminarayanan R, Thirugnasambandam P. Processing and
chracterization of silicon nitride bioceramics. Bioceram Dev Appl. 2016;6(93):1-10.
7. Raghavan RN. Ceramics in dentistry, sintering of ceramics-new emerging techniques.
India: 2012. Tersedia pada:https://www.intechopen. com/books/sintering-of-ceramics-
new- emerging-techniques/ceramics-in-dentistry. DOI: 10.5772/39090.
8. Stefano. 2015. A new classification system for all-ceramic and ceramic-like restorative
materials. Italy : Qointessence Publishing Co Inc
9. Anusavice, K.J. 2003.Phillips:Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Ed.10. Jakarta:
EGC