Anda di halaman 1dari 17

MTA

1. Mengetahui dan menjelaskan komposisi MTA


2. Mengetahui dan menjelaskan sifat-sifat MTA
3. Tujuan penggunaan dari MTA
4. Mengetahui dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi MTA
5. Mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan MTA
6. Mengetahui dan menjelaskan prosedur aplikasi MTA beserta cara manipulasinya (tatalaksana)
7. Mengetahui dan menjelaskan mekanisme kerja MTA
8. Respon tubuh terhadap MTA

KOMPOSISI MTA

Definisi

MTA (Mineral Trioxide Aggregate) adalah semen endodontik hidrofilik dan biokompatibel, mampu
merangsang penyembuhan dan osteogenesis. Ini terdiri dari bubuk trioksida halus (trikalsium oksida, silikon
oksida, bismut oksida) dan partikel hidrofilik lainnya (trikalsium silikat, trikalsium aluminat, yang bertanggung
jawab atas sifat kimia dan fisik agregat bahan MTA), yang mengeras dengan adanya kelembaban. Hidrasi
serbuk menghasilkan pembentukan gel koloid dengan pH 12,5, yang memadat dalam struktur dalam waktu
sekitar 3 sampai 4 jam.

Komposisi

komponen MTA yaitu tri calcium silicate, tricalciumaluminate, tricalcium oxide dan silicate oxide dan
beberapa mineral oksida yang bertanggungjawab atas sifat fisika dan kimia. Penambahan bahan pada MTA
seperti mineral oksida (bertujuan untuk meningkatkan respon fisik dan kimia dari aggregate) dan bismuth
oksida (untuk meningkatkan radiopasitas dan memerikan warna abu-abu) memiliki tujuan untuk meningkatkan
kualitasnya. MTA terdiri dari 50-75% (berat) kalsium oksida dan 15-25% silikon dioksida. Kedua komponen ini
terdiri dari 70-95% semen. Ketika bahan baku ini dicampur, mereka menghasilkan trikalsium silikat, dikalsium
silikat, trikalsium aluminat, dan tetrakalsium aluminoferit. Pada penambahan air, semen terhidrasi, membentuk

gel silikat hidrat.

MTA putih (WMTA) vs MTA abu-abu (GMTA)

MTA dipasarkan dalam dua sediaan, yaitu grey dan white. Komposisi utama dari sediaan grey-colored
adalah trikalsium silikat, dikalsium silikat, serta bismut oksida dengan zat besi dan aluminium dalam jumlah
kecil. Komposisi dari sediaan white-colored adalah trikalsium silikat dan bismut oksida serta sedikit atau tidak
ada zat besi. White MTA tidak memiliki fase aluminoferit yang memberi warna abu-abu pada GreyMTA. White
MTA merupakan pengembangan estetik dari grey MTA disebabkan karena tidak terdapat tetrakalsium
aluminoferrit pada white MTA.

MTA tersedia dalam dua jenis berdasarkan warna yang dikenal sebagai gray MTA (GMTA) dan white
MTA (WMTA). MTA yang beredar saat ini berbeda dengan pendahulunya yang berwarna abu abu. Warna abu
dikhawatirkan akan mengganggu estetis terutama pada gigi anterior. Saat ini MTA yang beredar telah berwarna
putih dengan ukuran partikel lebih kecil yaitu antara 1,5-40 mikrometer. Berdasarkan pengamatan SEM, MTA
putih mengandung Al2O3 54,9% lebih sedikit, MgO 56,5% lebih sedikit dan FeO 90,8% lebih sedikit
dibandingkan MTA abu abu, hal ini lah yang mempengaruhi warna. Perbandingan MTA abu dan putih yaitu
komposisi alumunium oksida pada GMTA lebih tinggi 122%, magnesium lebih tinggi 130% dan besi 1000%
lebih tinggi. MTA abu lebih menginduksi pembentukan odontoblast, sedangkan MTA putih lebih menginduksi
pembentukan sementoblas dan kerationsit.

SIFAT-SIFAT MTA

 Compressive strength Telah ditunjukkan bahwa setelah setting, MTA memiliki kekuatan gaya
tekan/compressive strength sama dengan IRM dan Super EBA tapi kurang dari amalgam. Kekuatan tekan
MTA dalam waktu 24 jam mixing sekitar 40,0 MPa dan meningkat menjadi 67,3 MPa setelah 21 hari. Sebagai
perbandingan, MTA abu- abu menunjukkan kekuatan tekan yang lebih besar daripada MTA putih .
Compressive strenght merupakan fakor yang penting untuk di pertimbangkan bila bahan pengisi di tempatkan
dalam suau kavitas yang menahan tekanan oklusa.
 Adaptasi marginal dan kemampuan penyegelan MTA berkembang selama setting yang mungkin menjadi
alasan kemampuan Sealing/ penyegelannya yang sangat baik. MTA juga telah membuktikan dirinya lebih
unggul dalam uji kebocoran bakteri dengan tidak membiarkan masuknya bakteri. Ketebalan MTA sekitar 4
mm cukup untuk memberikan seal yang baik.
 Reaksi dengan bahan kedokteran gigi lainnya  MTA tidak bereaksi atau mengganggu Semen restoratif
lainnya. Sementara kalsium hidroksida yang tersisa bereaksi dengan MTA ke dentin sehingga mempengaruhi
setting MTA. Beberapa agen pengoksidasi irigasi intrakanal telah ditemukan mempengaruhi kekuatan push-
out GMTA karena rentan terhadap natrium hipoklorit. GMTA rentan terhadap oksidator. Agen preparasi
saluran akar berbasis H2O2 menunjukkan penurunan kekuatan push-out GMTA ke dentin sedangkan
klorheksidin dan NaOCl 2% dan 5,25% masing-masing tidak mempengaruhi.
 Biokompatibilitas MTA tidak mutagenik, kurang sitotoksik dibandingkan dengan IRM. Penerapan MTA
sebagai material pengisi ujung akar merangsang regenerasi jaringan gigi dan tulang, dan dapat menginduksi
sementoblas untuk pembentukan sementum di sekitar MTA.
 Regenerasi jaringan MTA mampu mengaktifkan sementoblas dan memproduksi sementoblas. Ini secara
konsisten memungkinkan pertumbuhan sementum yang berlebihan dan juga memfasilitasi regenerasi ligamen
periodontal. MTA memungkinkan penyembuhan tulang dan menghilangkan gejala klinis gejala dalam banyak
kasus
 Mineralisasi MTA menginduksi pembentukan jembatan dentin yang lebih cepat, lebih tebal dengan
integritas struktural yang baik. MTA juga terbukti lebih baik dalam merangsang pembentukan dentin reparatif
dan menjaga integritas pulpa.
 Porositas Pengaruh rasio air terhadap bubuk pada porositas MTA telah dipelajari; kelarutan dan tingkat
porositas material meningkat dengan rasio air-bubuk yang lebih tinggi. Analisis porositas mengungkapkan
bahwa volume pori MTA putih lebih rendah daripada Portland putih pada kedua nilai pH. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, dalam kelarutan, penambahan oksida bismut sebagai radiopacificer di semen MTA
bertanggung jawab untuk penurunan kekuatan mekanik yang kemungkinan besar adalah likely terkait dengan
peningkatan bertahap pada porositas, yang menunjukkan korelasi langsung antara bismuth jumlah oksida dan
porositas.
 Setting time Final setting time untuk MTA yaitu 3-4 jam. Sedangkan initial setting time untuk GMTA yaitu
2 jam dan 55 menit dan untuk WMTA yaitu 2 jam dan 20 menit. Keuntungannya yaitu waktu setting MTA
yang lama dimana semakin cepat material setting maka material lebih menyusut. Setting time MTA tergantung
pada : ukuran partikelnya, ratio powder, temperatur, adanya air, udara yang terperangkap.
 Bond strength Nilai bond strength ProRoot MTA berkisar antara 4.7 MPa. MTA merupakan semen
hidrofilik sehingga ia meningkatkan sifatnya dengan adanya kelembapan. Ketika MTA disimpan dalam
lingkungan yang lembab, maka bond strength material juga akan meningkat seiring waktu.
 Microhardness Nilai microhardness MTA yaitu 37.54 dan 53.26. Berbagai faktor seperti pH, ketebalan
bahan teknik mixing, tekanan kondensasi, ukuran partikel bubuk, etsa, kontaminasi darah atau serum, dan
suhu dapat mempengaruhi nilai microhardness MTA. Lingkungan yang asam, terkontaminasi darah serta
serum, dan suhu yang rendah dapat mengurangi microhardness MTA. Nilai microhardness MTA dapat
ditingkatkan dengan mengurangi ukuran partikel bubuk MTA yang meningkatkan luas permukaan material.
 Dimensional stability Stabilitas bahan KG dipengaruhi oleh faktor yang meliputi kondisi setting dan tingkat
kelarutan bahan. MTA menunjukkan ekspansi higroskopis ketika kontak dengan cairan jaringan dan menyusut
jika dibiarkan.
 Solubility (kelarutan) Kelarutan MTA dipengaruhi oleh rasio powder:liquid yang digunakan untuk mixing.
Jumlah air yang lebih tinggi menyebabkan porositas yang lebih tinggi dan meningkatkan kelarutan yang lebih
tinggi dikarenakan terlepasnya kalsium dalam jumlah yang lebih besar. Kelarutan dari bahan WMTA lebih
tinggi dibandingkan dengan GMTA.
 Sealing ability MTA mempunyai sealing ability yang lebih baik dibandingkan dengan amalgam sebagai
bahan pengisi ujung akar. MTA sebanding dengan super EBA dalam mencegah kebocoran mikro saat
digunakan sebagai bahan pengisi ujung akar. Menurut Shipper dan Torabinejad,dkk MTA memiliki
kemampuan sealing yang sangat baik yang mungkin terjadi karena MTA mengembang selama reaksi setting.
 Radiopasitas MTA mengandung 20% bismuth oksida yang ditambahkan untuk meningkatkan radiopasitas
material. Radiopasitas rata-rata MTA yaitu 7.17 mm pada ketebalan setara alumunium, karena itu lebih
radiopak dari gutta - percha konvensional dan dentin, harus dapat dibedakan pada radiografi bila digunakan
sebagai material pengisi akar. WMTA memiliki radiopasitas yang lebih tinggi daripada GMTA dikarenakan
memiliki kandungan bismuth oksida yang lebih sedikit.
 pH Nilai pH MTA setelah mixing yaitu 10.2 angka ini akan naik menjadi 12.5 setelah 3 jam. Pencampuran
MTA dengan air menghasilkan pembentukan kalsium hidroksida dan lingkungan pH tinggi.
 Antibakteri dan antifungal MTA memiliki sifat antibakteri dan antifungal. Sifat tersebut dipengaruhi oleh
rasio powder:liquid pada manipulasinya. MTA efektif dalam membunuh bakteri E.coli, Actinomyces viscosus,
Streptococcus mutans, dan Candida albicans. Efek antijamur dari MTA mungkin karena pH tinggi atau zat
yang dilepaskan dari MTA.

TUJUAN MTA

 MTA yang bertindak sebagai apical plug yang mengiinduksi pembentukan apical calcific barier dan proses
penyembuhan sehingga proses pengisan saluran akar dapat lebih cepat dilakukan, mencegah fraktur dan
dapat memberikan keuntungan dalam mengurangi jumlah paparan radiografis dan meningkatkan kooperatif
pasien.
 penggunaan MTA sebagai sumbat apikal (apical plug) yaitu barier apikal buatan yang dapat secara cepat
menutup apeks yang masih terbuka, sehingga saluran akar dapat langsung dilakukan obturasi dan restorasi
tetap.
 MTA juga memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan proses penyembuhan yang sempurna. MTA dapat
menciptakan suasana anti bakteri, anti jamur dalam lingkungan alkali dan mempunyai kemampuan untuk
membentuk hidroksiapatit di atas permukaan serta menciptakan biologic seal. Dengan demikian dapat
mengurangi jumlah kunjungan bahkan dapat dilakukan hanya dalam beberapa kali kunjungan saja, sehingga
dapat mengurangi resiko terjadinya fraktur gigi selama perawatan. Penggunaan MTA untuk apeksifikasi
hasilnya lebih pasti dan mempersingkat waktu perawatan dengan hasil yang lebih memuaskan.
 MTA mempunyai ion kalsium dan fosfat yang mirip dengan hidroksiapatit yang mengandung mineralisasi
pada jaringan, tulang sementum dan dentin jika dilihat secara radiografi. Ditambah dengan sifat perlindungan
dan biokompatibel yang baik, MTA dapat dianggap sebagai materi bioaktif yang mampu menginduksi
pembentukan kalsifikasi barier.
 Kandungan trikalsium silikat semen dalam bahan MTA memberikan keuntungan karena tidak mengiritasi
jaringan dan tidak mudah larut dalam darah, dapat beregenerasi pada ligament periodontal, mineralisasi pada
sementum, pembentukan kalsifikasi barier yang menstimulasi penutupan periapikal dan membentuk radiopak
pada ujung apikal sehingga gigi tidak mudah mengalami fraktur. Kerapatan MTA yang baik dapat mencegah
bakteri, maka MTA dapat sebagai antibakteri terutama terhadap bakteri Enterococcus faecalis dan
Streptociccus sanguis.

INDIKASI & KONTRAINDIKASI MTA

Indikasi

 Root-end filling Dalam kasus operasi endodontic. Bahan harus menge-seal sistem saluran akar, mencegah
invasi bakteri ke jaringan periradikular, menginduksi regenerasi kompleks PDL (sementogenesis).
 Direct pulp-capping MTA adalah semen hidrofilik dan higroskopis yang memungkinkan bahan untuk
mengatur adanya darah dan cairan jaringan. Diketahui bahwa semen kalsium silikat seperti MTA tidak hanya
memiliki kemampuan untuk melepaskan ion kalsium dan hidroksil setelah kontak dengan sel dan cairan
jaringan, tetapi juga untuk membentuk kristal hidroksiapatit pada permukaannya. Formasi apatit berkontribusi
terhadap pengurangan kebocoran tidak hanya dengan mengisi celah di sepanjang interface tetapi juga melalui
interaksi dengan dentin selama deposisi apatit intrafibrilar.
 Perforation repair pada akar atau furkasi  Dalam kasus zip, strip, perforasi furkasi. Keuntungan: seal baik
bahkan ketika terkontaminasi dengan darah. Kerugian: pengaturan waktu yang lama
 Apexogenesis Menyerupai pulpotomi, tetapi fokus di sini adalah untuk melanjutkan pengembangan fisiologis
dan pembentukan ujung akar. Jika pulpa menjadi meradang yang tidak dapat dibalikkan atau nekrotik atau
diserap secara internal, lanjutkan dengan penghilangan pulp total dan apeksifikasi
 Apeksifikasi Pembentukan jaringan keras oleh MTA: merangsang produksi pelepasan interleukin dan sitokin
sehingga inflamasi minimal. Oleh karena itu, ia mampu mendorong regenerasi ligament periodontal pada
apikal dan pembentukan jaringan keras. Gigi direstorasi setelah MTA setting, sekitar 3 jam. Dengan demikian,
resistensi fraktur gigi dengan dinding dentin yang tipis meningkat. MTA dapat digunakan pada gigi dengan
nekrosis pulpa dan lesi periapikal yang meradang karena dapat terjadi pada lingkungan yang lembab karena
MTA bersifat hidrofilik.
 Resorption repair internal dan external Karena pH tinggi, pH alkali MTA mungkin telah menonaktifkan
proses inflamasi dan memperlambat aktivitas odontoklastik, sealing marginal yang sangat baik dan
kemampuan untuk menstimulasi perlekatan cementoblasts / odontoblasts / osteoblasts, dapat digunakan dalam
kasus resorpsi akar. Karena gigi memiliki apical opening akibat resorpsi eksternal, perawatan dengan MTA
sebagai apical plug juga dapat menyebabkan pelepasan ion kalsium secara jangka panjang melalui tubulus
dentin ke dalam defek resorpsi eksternal.
 Pulpotomi gigi sulung pada anak (usia> 2-12 tahun) dan remaja (usia> 12-21 tahun) populasi pasien anak
 Perbaikan fraktur-Horisontal dan Vertikal MTA mungkin merangsang fibroblast PDL untuk
menampilkan fenotip osteogenik dan meningkatkan produksi osteonektin, osteopontin, dan meningkatkan
kadar alkali fosfatase. Saluran akar obturasi MTA menunjukkan resistensi yang jauh lebih besar terhadap
fraktur akar vertikal.
 Coronal barrier untuk endodontik regenerative  Juga dikenal sebagai revaskularisasi atau apexogenesis
pada gigi nekrotik. Contoh kasus pada gigi tidak dewasa avulsi dengan mahkota utuh. Keuntungan:
pengembangan akar lebih lanjut, penguatan dinding gigi.
 Sealer saluran akar Dalam bentuk bubuk / gel (Generex B ProRoot Endo Sealer, Sealer Endo CPM, MTA
Plus), pasta ganda (MTA Fillapex), atau pasta tunggal (Endosequence BC Sealer). Sifat fisik pendukung:
aliran, ketebalan film, kelarutan, stabilitas dimensi, radiopacity.

Kontraindikasi

 Bahan ini tidak direkomendasikan untuk obturasi gigi sulung yang memang diharapkan untuk tanggal
sendirinya karena bahan ini sangat lambat untuk diserap atau bahkan tidak diserap.
 Tidak dianjurkan untuk digunakan pada zona estetika karena dikhawatirkan dapat menyebabkan perubahan
warna terutama pada gigi anterior
 Tidak bisa digunakan untuk post retention
 Tidak bisa diaplikasikan didaerah yang kering karena MTA butuh kelembapan agar dapat bekerja dengan baik
 Perawatan pulpa pada anak yang tidak kooperatif
 Pada anak cenderung memiliki psikologis yang sangat labil dan tidak sabar menunggu dalam waktu lama,
karena setting time meterial ini bisa sampai 3 hingga 4 jam

KELEBIHAN & KEKURANGAN MTA

Kelebihan

 Membentuk endapan serupa hidroksiapatit


 Mempunyai efek antibakteri
 Biokompatibilitas sangat baik  MTA memiliki sifat biologis yang baik dan merangsang perbaikan
jaringan.
 Reaksi inflamasi lebih ringan
 MTA termasuk bahan semen hidrolik yang mengeras dengan adanya air
 Dapat menginduksi jaringan keras secara lebih cepat  memiliki potensi untuk menginduksi
pembentukan sementum (bila digunakan berdekatan dengan jaringan periradikular) dan ligamen
periodontal juga kapasitas penyegelan yang ketat terhadap bakteri apabila digunakan sebagai apical
plug.
 Waktu perawatan yang singkat  Waktu perawatan yang cukup singkat dan frekuensi kontrol pasien
secara periodik yang lebih sedikit akan mengurangi risiko fraktur akar akibat penggantian dressing yang
berulang-ulang
 Kemungkinan penundaan untuk merestorasi gigi minimal.
 Tingkat keberhasilan lebih tinggi dari CaOH  Tingkat kesuksesannya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kalsium hidroksida. (Tingkat kesuksesan perawatan apeksifikasi dengan kalsium hidroksida
hanya 87% sedangkan MTA tingkat kesuksesannya mencapai 100%).
 Sifat nonsitotoksik
 Setting bisa dalam keadaan lembab  MTA memiliki sealing ability dan adaptasi marginal yang baik,
dapat mengeras dalam lingkungan yang basah atau lembab bahkan memiliki kemampuan menempel
walaupun ada kontaminasi darah.
 Sifat mekanik baik
 Lebih radiopak dari CaOh sehingga saat RO lebih jelas
 Menghindari perubahan sifat mekanik dentin karena penggunaan kalsium hidroksida yang
berkepanjangan.
 MTA telah dilaporkan memperkuat ketahanan fraktur servikal pada gigi insisivus dibandingkan dengan
penggunaan kalsium hidroksida. Dapat meminimalisasi microleakage dan memperbaiki hasil perawatan.
 Dapat merangsang pembentukan jaringan keras pada pulpa dan membuat terjadinya pertumbuhan sel
yang sangat baik.
 Dapat merangsang pembentukan jembatan dentin yang lebih cepat dari kalsium hidroksida, dimana
jembatan dentin yang terbentuk lebih tebal dan merata

Kekurangan

 Setting time cukup lama (2-4) jam


 Sensitif dalam manipulasi
 Konsistensinya bergranulasi
 Dapat menyebabkan diskolorasi
 Sulit diambil dan dibuang saat sudah setting
 Sulit digunakan pada saluran akar yang bengkok
 Mahal  produk import

JAWABAN BBDM NIA


Kelebihan bahan MTA
- Bahan MTA memiliki tingkat kelarutan yang rendah
- Lebih radiopak dibandingkan dentin
- Memiliki kemampuan sealing yang baik
- Biokompatibel, mudah melekat dengan dinding kavitas
- Memiliki pH 12,5 (pH yang tinggi) setelah setting yang serupa dengan Ca(OH)2 sehingga memiliki
efek antimikroba/antibakteri.. Namun MTA lebih efektif dalam melawan bakteri fakultatif, yaitu lima
dari Sembilan bakteri fakultatif, yaitu S.mitis, S.mutans, S.salivarius, Lactobacillus dan S.epidermidis.
- Dapat merangsang pembentukan jembatan dentin
- Dapat menginduksi pembentukan jaringan keras
- Tidak larut dalam jaringan mulut
- Dapat mengeras dalam keadaan lingkungan yang lembab
- Derajat sitotoksisitas rendah
- Daya tahan terhadap pembentukan celah mikro baik
- Pada perawatan pulpotomy, waktu berkunjung pasien lebih singkat. Pada kunjungan pertama dilakukan
prosedur pengambilan jaringan pulpa yang terinfeksi kemudian menempatkan MTA diatas ruang pulpa
serta preparasi untuk pebuatan restorasi. Pada kunjungan berikutnya, pemasangan restorasi dapat
dilakukan tanpa pengambilan MTA terlebih dahulu.
- Menempatkan bahan MTA pada kavitas tidak memerlukan penekanan dengan alat, sebab MTA
memiliki konsistensi putty yang dapat mengalir mengisi kavitas
- Menginduksi vasokonstriksi sehingga dapat memfasilitasi control perdarahan
- MTA dapat berekspansi selama pengerasan yang mungkin menjadi penyebab dari kemampuan
penutupan tepi yang sangat bagus. Memiliki kerapatan tepi yang baik juga disebabkan bubuk yang
bersifat hydrophylic sehingga tidak mudah larut oleh cairan jaringan yang banyak dijumpai disaluran
akar dan secara dimensional stabil. Kerapatan tepi yang baik juga menciptakan seal yang mampu
menahan masuknya bakteri kedalam saluran akar dan jaringan periradikuler
- Grey MTA memiliki kekuatan tekan yang lebih besar dibandingkan dengan white MTA.
- MTA tidak menimbulkan reaksi maupun mengganggu bahan restorasi lainnya.
- Penggunaan MTA untuk apeksifikasi dapat terprediksi hasilnya dan mempersingkat waktu perawatan
dengan hasil yang lebih memuaskan.
- Tes genetoksik menunjukkan pada MTA tidak ada bersifat merusak DNA.

Kekurangan bahan MTA


- Berpotensi mengalami diskolorisasi khususnya grey MTA
- Sulit dalam penanganan bahan
- Setting time lama dengan rata-rata waktu kurang lebih 165 menit sehingga MTA sebaiknya tidak
diaplikasikan pada satu kali kunjungan
- Harga mahal
- Tidak adanya pelarut
- Sulit untuk dibuang setelah mengeras. Jika semen sulit untuk dimanipulasi maka air dapat ditambahkan
untuk mendapatkan feasible plasticity,
- Efektivitas MTA terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Enterococcus faecalis, Pseudomonas
aeruginosa, Bacillus subtilis, Candida albicans tidak sebaik kalsium hidroksida
- Jika berada pada lingkungan yang asam, kekuatan tekan dari MTA dapat berkurang
- Tidak memperlihatan aktivitas antimikroba terhadap bakteri anaerob. Karena mayoritas dari flora yang
terdapat pada saluran akar ada bakteri anaerob dengan sedikit anaerob fakultatif, maka penggunaan
MTA mungkin tidak menguntungkan sebagai antibakteri direk dalam praktek endodontik.
- Penambahan bismuth oksida dapat memberi efek negative yaitu pada jaringan dilepaskan sebagai ion
Bi3+ yang mana merupakan bahan yang toksik bagi sel.
TATALAKSANA (MANIPULASI & APLIKASI)

Tatalaksana sesuai skenario

 Anamnesis secara lengkap dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat terjadinya
trauma dilakukan dengan memberikan pertanyaan kapan terjadinya trauma, bagaimana trauma bisa
terjadi, perawatan apa yang telah dilakukan, apakah pernah terjadi trauma gigi pada masa lalu.
 Pemeriksaan ekstra oral dilakukan dengan cara palpasi pada bagianbagian wajah sekitar.
 Pemeriksaan intraoral, Palpasi dilakukan pada alveolus dan gigi, tes mobilitas, reaksi terhadap perkusi,
transiluminasi, tes vitalitas baik konvensional maupun menggunakan vitalitester, gigi-gigi yang bergeser
diperiksa dan dicatat, apakah terjadi maloklusi akibat trauma, apakah terdapat pulpa yang terbuka,
perubahan warna, maupun kegoyangan.
 Pemeriksaan penunjang: Pembuatan foto periapikal dengan beberapa sudut pemotretan ataupun
panoramik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosa.
 Rencana perawatan : Perawatan apeksifikasi dengan MTA, pemutihan gigi (bleaching) intracoronal
menggunakan sodium perborat dan hidrogen peroksida 30% kemudian dilakukan tumpatan klas IV resin
komposit dan DHE.
 Pemeriksaan objektif didapatkan gigi insisivus sentralis kiri (21) terdapat fraktur mahkota sepertiga yang
melibatkan email, dentin dengan pulpa yang terbuka. Tes perkusi positif, palpasi dan vitalitas negatif.
Pada pemeriksaan radiografis nampak saluran akar dengan apeks yang terbuka dengan kamar pulpa
yang besar serta terdapat radiolusensi periapikal. Gigi mengalami diskolorasi. dengan warna kecoklatan
(C4). Rencana perawatan terdiri dari perawatan apeksifikasi dengan MTA, dilanjutkan dengan obturasi
gutta percha, pemutihan gigi (bleaching) intracoronal menggunakan sodium perborat dan hidrogen
peroksida 30% kemudian dilakukan tumpatan klas IV resin komposit. Prognosis kasus ini baik, karena
pasien dapat diajak kerjasama dan kebersihan mulut yang terjaga.

Manipulasi

 Bubuk dicampur dengan air steril yang disediakan dalam rasio 3:1 bubuk/pelarut. Untuk mencampur
MTA, bubuk MTA harus dituangkan ke dalam Paper pad atau glass slab dan selanjutnya pelarut juga
diteteskan di sebelah bubuk. Bubuk dan pelarut ini kemudian dicampurkan dengan menggunakan
spatula plastic/logam untuk mendapatkan konsistensi seperti dempul/putty-like.
 Waktu pencampuran MTA harus kurang dari 4 menit karena pencampuran yang lama dapat
menyebabkan dehidrasi campuran, sedangkan campuran yang terlalu lembab dapat menyebabkan
campuran menjadi terlalu pekat dan sulit untuk digunakan.
 Dengan menggunakan spatula, sebagian kecil campuran ini disiapkan untuk insersi. Biasanya amalgam
carrier berukuran kecil atau condenser digunakan untuk memindahkan MTA secara hati-hati ke lokasi
yang diinginkan.
 Campuran yang telah diinsersikan tadi ditutupi dengan cotton pellet lembab untuk mencegah dehidrasi
campuran serta untuk meningkatkan flexural strenght dari semen yang telah setting.
 MTA tidak boleh terhalang oleh darah atau air karena dibutuhkan kelembaban untuk setting material
yang lebih baik. Hidrasi yang diperlukan untuk setting MTA dapat diberikan oleh pelet kapas lembab
yang ditempatkan sementara (sampai janji temu berikutnya) dalam kondisi berkontak langsung dan/atau
pada jaringan sekitarnya.

Aplikasi MTA (ini kl mau step by step lengkapnya ada di laporan kelompok 1 sasbel 5)

 Pada kunjungan pertama, dilakukan pembukaan akses, preparasi saluran akar, dan dressing saluran akar
dengan menggunakan kalsium hidroksida untuk desinfeksi saluran akar. Kemudian tumpat dengan
bahan restorasi sementara.
 Pada kunjungan selanjutnya, yaitu setelah minimal satu minggu dari kunjungan pertama, gigi bebas dari
tanda dan gejala infeksi, tumpatan sementara dibuka kemudian kalsium hidroksida dibersihkan. Saluran
akar diirigasi dan dikeringkan. MTA diaduk sesuai petunjuk pabrik sampai konsistensi yang seperti krim
yang agak keras. MTA dimasukkan ke dalam saluran akar sebanyak 4-5 mm dengan menggunakan
amalgam carrier kemudian kondensasi dengan menggunakan paper point atau plugger berujung tumpul.
Kelebihan MTA dibersihkan dari saluran akar dan kavitas. Tempatkan cotton pellet yang basah supaya
lingkungan lembab sehingga MTA dapat berpolimerisasi. Akses kemudian ditutup sementara dengan
menggunakan cavit, atau thermoplastic guta perca dan zink oxide eugenol.
 Pada kunjungan berikutnya, tumpatan sementara dibongkar, dan kapas dikeluarkan. MTA yang telah
keras dapat diperiksa dengan menggunakan file atau probe. Saluran akar kemudian diisi dengan guta
perca termoplastis kemudian ditumpat dengan menggunakan resin komposit. Saluran akar dapat juga
diisi dengan menggunakan resin komposit intrakanal polimerisasi sinar secara langsung untuk
meningkatkan ketahanan terhadap fraktur akar. dapat juga dengan meletakkan selapis GIC di atas MTA
diikuti dengan penempatan komposit resin atau bonded post. Restorasi akhir sudah dapat dilakukan
setelah 4 jam MTA dimasukkan ke dalam saluran akar.
 Pada saat kontrol, pasien sudah merasa nyaman dengan penampilannya dan tidak dirasakan nyeri pada
gigi pasien. Pada pemeriksaan objektif didapatkan hubungan tepi restorasi Kelas IV yang baik, tidak
ditemukan garis fraktur pada restorasi dan tidak terdapat trauma oklusi. Pasien dianjurkan untuk tetap
menjaga kebersihan mulutnya sehari-hari dengan menggosok gigi secara teratur, menggunakan benang
gigi, menggunakan tooth mousse, berkumur setelah mengkonsumsi makanan maupun minuman dengan
warna yang pekat dan melakukan kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali serta pasien diharapkan agar
menghubungi segera apabila gigi mengalami sakit.

Apeksifikasi kunjungan tunggal dengan MTA

 Apeksifikasi kunjungan tunggal dapat dilakukan sebagai berikut. Membuka akses kemudian saluran akar
dibersihkan dan dibentuk dengan menggunakan instrument rotary Ni-Ti dengan NaOCl sebagai bahan
irigasi yang disemprotkan perlahan-lahan. Smear layer yang ada dibersihkan dengan menggunakan
campuran EDTA dan NaOCl. Setelah pembentukan dan pembersihan selesai, plugger kecil dimasukkan
dan longgar 1,5 mm dari apikal radiografis. MTA kemudian ditempatkan dengan MTA carrier dan
dipadatkan dengan plugger yang sebelumnya difitting. Pemeriksaan tumpatan apeks MTA dengan
radiografis, bila sudah baik pada sepertiga apikal, maka kelebihan MTA di dinding saluran akar
dibersihkan dengan irigasi menggunakan air steril. Sisa air kemudian dibersihkan dengan paperpoint
steril. Restorasi akhir dengan menggunakan resin komposit yang juga mengisi saluran akar yang tidak
terisi MTA supaya lebih kuat dan tahan terhadap fraktur.

TAMBAHAN NIA

Langkah-Langkah yang Terlibat dalam Penempatan Pulp Capping atau Agen Pulpotomi:

 Pendarahan dikontrol dengan kapas yang dibasahi dengan Natrium Hipoklorit (NaOCl).

 MTA ditempatkan di atas pulp yang terbuka dengan menggunakan amalgam carrier

 Bahannya dilapisi dengan cotton pellet basah

 Cotton pellet basah ditempatkan pada MTA dan bahan diperbolehkan untuk diatur. Sisa rongga terisi
dengan bahan pengisi sementara

 Pada kunjungan berikutnya materi sementara dihilangkan bersama dengan pelet kapas dan gigi
dipulihkan dengan restorasi permanen

 Seluruh rongga juga dapat diisi dengan MTA, sebagai gantinya dari bahan sementara. Sepotong kain
kasa basah ditempatkan antara gigi yang dirawat dan gigi lawan selama 3-4 jam. Ini hanya dapat
dilakukan pada pasien yang patuh. Setelah 1 minggu, sekitar 3-4 mm bahan dari permukaan oklusal
dihilangkan dan restorasi akhir ditempatkan atas MTA.

Langkah-Langkah yang Terlibat dalam Root-End Filling:

 Flap diangkat dengan anestesi lokal. Ini diikuti dengan ostektomi, reseksi ujung akar dan kontrol
perdarahan
 MTA ditempatkan ke dalam rongga ujung akar yang telah disiapkan dengan small carrier dan sedikit
ditekan dengan plugger

 Sejak penempatan kapas basah di atas pengaturan MTA adalah tidak mungkin, lingkungan lembab dapat
diciptakan oleh menginduksi perdarahan ringan dari jaringan yang berdekatan dan membawa darah di
atas MTA

 Area tersebut tidak boleh dibilas setelah penempatan MTA

 Flap kemudian dijahit kembali ke tempatnya.

Langkah-langkah yang terlibat dalam perbaikan perforasi:

o Prosedur dilakukan dengan anestesi dan rubber dam

o Setelah melakukan pembukaan akses, irigasi saluran dengan NaOCl.

o Kalsium hidroksida dapat ditempatkan di saluran in between appointments yang akan membantu
mengontrol perdarahan.

o Sebelum menempatkan MTA, kalsium hidroksida harus benar-benar dihilangkan.

o Bagian apikal saluran akar diobturasi dengan sectional cone technic menggunakan gutta percha dan root
canal sealer.

o MTA ditempatkan ke lokasi defect dan cotton pellet yang lembab ditempatkan di atasnya. Acces cavity
ditutup dengan restorasi sementara.

o Bagian saluran yang tersisa direstorasi dengan bahan pengisi permanen kemudian setidaknya 3-4 jam.

MEKANISME MTA

 MTA yang bersifat biokompatibel dan antibakteri, dapat menyediakan substrat biologis aktif untuk
perlekatan sel sehingga efektif untuk meminimalisasi mikroleakage dan memperbaiki hasil perawatan.
Selain itu, MTA mampu membentuk jembatan dentin yang lebih cepat, tebal, dan merata.
 Pembentukan barrier terjadi karena MTA menghasilkan pembentukan granula kalsit dan jembatan
termineralisasi di bawahnya.
 Saat dicampur dengan air steril atau saline, bubuk kalsium oksida dari MTA berubah menjadi Ca(OH)2
yang terurai menjadi ion kalsium dan hidroksil saat berkontak dengan cairan jaringan.
 Ion kalsium bereaksi dengan karbonit dalam jaringan pulpa dan membentuk granula kalsit. Fibronektin
berkumpul di sekitar granula-granula tersebut sehingga memungkinkan adhesi dan differensiasi sel yang
diikuti dengan pembentukan jaringan teremineralisasi
 Selain pembentukan jembatan dentin, MTA juga menyebabkan terjadinya kalsifikasi intrapulpa,
terbentuknya odontoblast yang normal dan iregulaer, sementum, tanpa adanya resorpsi internal dan
hanya ada inflamasi minimal dengan sedikit infiltrate. Pembentukan osteoblast ini terjadi karena aksi
dari kandungan trioksida dan oksida dari MTA pada sel.
 MTA juga merangsang keluarnya osteoblast yang secara aktif mendorong terbentuknya jaringan keras.
Pada suatu penelitian, MTA menunjukkan kemampuan yang lebih besar untuk memelihara integritas
jaringan pulpa dibanding dengan Ca(OH)2.
 MTA mengalami disolusi dalam cairan jaringan dan melepaskan seluruh konstituen kationiknya. Ion
yang dilepaskan oleh MTA secara berurutan adalah: kalsium, silika, bismuth, besi, aluminium dan
magnesium. Dari konstituen yang terlepas ini, yang paling dominan adalah Ca2+. Ion ini sedikit larut di
dalam cairan jaringan, karena itu terjadilah presipitasi hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2-HA] baik pada
permukaannya maupun di sekitar cairan tersebut.
 Pengamatan dengan mikroskop optikal menunjukkan adanya suatu lapisan putih antara MTA dan
dinding saluran akar. Lapisan putih ini terdiri dari kalsium, fosfor (PO4 3-) dan HA (Hidroksi Apatit).
Ternyata HA ini membentuk ikatan kimiawi dengan dentin yang berhadapan dengannya sehingga
menjelaskan sealing ability yang dimiliki MTA. Selain itu, HA juga melepaskan kalsium dan fosfor
yang diperlukan untuk metabolisme tulang sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi dan
remineralisasi jaringan keras.
 MTA memiliki aksi mekanisme yang mirip dengan kalsium hidroksida. Kemiripan ini dikarenakan
MTA yang berkontak dengan air akan menghasilkan monosulfat, ettringite, kalsium silikat hidrat dan
kalsium hidroksida sebagai produk utamanya dan kemudian membentuk gel padat yang berporus dan
sedikit mengkristal.

RESPON TUBUH TERHADAP MTA

 MTA tidak bersifat mutagenik dan jauh lebih sedikit sitotoksiknya. Hal ini mendukung keunggulan
MTA dibandingkan formokresol sebagai obat pulpotomi.
 Pada kontak langsung MTA menghasilkan reaksi minimal atau inflamasi pada jaringan lunak dan
mampu menginduksi regenerasi jaringan.
 perbaikan tulang dari perforasi furkasi yang diobati dengan MTA menunjukkan interaksi yang baik
dengan sel pembentuk tulang: sel tetap hidup dan melepaskan kolagen bahkan setelah 72 jam dengan
kepatuhan yang baik. Penelitian oleh Koh et al mengungkapkan bahwa MTA memberikan substrat aktif
secara biologis untuk sel-sel tulang dan merangsang produksi interleukin. MTA juga dikatakan
merangsang produksi sitokin dalam osteoblas manusia.
 MTA merupakan bahan kaping pulpa direk yang biokompatibel dan mampu menutup defek pada atap
kamar pulpa dengan maksimal, karena sifat ekspansi pasca settingnya. Serangkaian tes untuk menilai
biokompatibilitas MTA telah dilakukan, mulai dari tes mutagenesitas, neurotoksisitas, biokompatibilitas
terhadap sirkulasi darah, genotoksisitas, uji subkutan, uji klinis hingga uji implantasi. Dan semua tes
menyatakan bahwa MTA adalah bahan kaping pulpa yang memiliki sifat biokompatibilitas yang sangat
baik.
 Menurut Nowicka A., dkk., MTA memiliki kemampuan pembentukan densitas jembatan dentin paling
baik, ditunjukkan dengan angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Kalsium Hidroksida dan
Biodentine. MTA tetap dipilih pada kasus perawatan kaping pulpa indirek, karena sifatnya yang tidak
larut dan tidak teresorbsi, jadi lebih mampu melindungi pulpa dari tekanan mekanik dan fisik.

TAMBAHAN  APEKSIFIKASI (detailnya ada dilaporan kelompok 5 ya)

Definisi apeksifikasi

 Apeksifikasi adalah cara untuk mengisi dan memacu perkembangan apikal gigi yang imatur non vital
dengan pembentukan osteosementum atau jaringan menyerupai tulang lainnya yang bertujuan
menginduksi penutupan sepertiga apikal saluran akar atau pembentukan suatu apical calciffic barrier
pada apikal sehingga pengisian saluran akar dapat dilakukan secara hermetic seal. Calciffic barier
diperlukan untuk mencegah ekstruksi semen dan guta perca ke arah periapikal pada saat dilakukan
obturasi.
 Apeksifikasi adalah suatu perawatan endodontik yang bertujuan untukmerangsang perkembangan lebih
lanjut atau meneruskan proses pembentukan apeks gigi yang belum tumbuh sempurna tetapi sudah
mengalami kematian pulpa dengan membentuk suatu jaringan keras pada apeks gigi tersebut.
 Indikasi yaitu dilakukan pada gigi dengan kondisi non vital dengan foramen apikal terbuka atau belum
terbentuk sempurna. Kontraindikasi apeksifikasi yaitu tidak bisa dilakukan pada gigi permanen muda
non vital dengan kelainan periapikal.

Bahan yang digunakan dalam apeksifikasi (macam dan sifat)

 MTA  Bahan ini berbentuk bubuk yang terdiri dari partikel partikel halus hidrofilik yang komponen utama
adalah tricalcium silicate, tricalcium aluminate, tricalcium oxide, silicate oxide dan bersifat basa kuat dengan
pH awal 10,2 dan akan menjadi 12,5 yang mengeras dalam 3-4 jam setelah pencampuran. Penggunaan MTA
untuk apeksifikasi hasilnya lebih pasti dan mempersingkat waktu perawatan dengan hasil yang lebih
memuaskan. Apeksifikasi dengan bahan MTA dapat merangsang pembentukan calcific barier dan
penyembuhan apikal sehingga terbentuknya kerapatan apikal serta memungkinkan penempatan restorasi
dalam saluran akar dapat segera dilakukan dengan minimal aplikasi MTA 24 jam sehingga dapat mencegah
fraktur. MTA lebih superior dibandingkan kalsium hidroksida dalam adaptasi marginalnya karena dapat
berekspansi selama pengerasan sehingga memiliki adaptasi marginal dan kekmapuan menutupi tepi yang
bagus. MTA dapat mengaktivasi sementoblas sehingga dapat meregenerasi ligamen periodontal. MTA juga
mampu menginduksi pembentukan jembatan dentin.
 Kalsium Hidroksida  Kalsium Hidroksida atau Ca(OH)2 adalah bubuk putih yang tidak berbau dengan
berat molekul 74,08. Bahan tersebut secara kimia diklasifikasikan sebagai basa kuat dengan pH tinggi (12,5)
dan hanya sedikit larut dalam air dengan kelarutan 1,2 g/l. Sifat utama dari kalsium hidroksida adalah sifat
mekanik dan termal, kelarutan, dan pH. Kalsium hidroksida memiliki nilai tensile strength, compressive
strength, dan modulus elastisitas yang rendah, dibandingkan dengan base dengan kekuatan tinggi.
Manipulasi kalsium hidroksida terbilang cukup sederhana, yakni mencampurkan powder dan liquid
(biasanya berupa larutan saline, atau ditambah zat lainnya untuk menghasilkan sifat yang lebih baik) di atas
glass plate dengan spatula logam hingga menjadi konsistensi seperti pasta

Indikasi Kontraindikasi

 Pasien usia muda  Gigi sulung


 Poor apical sedang  Operator tidak memiliki ketrampilan
 Extensive root resection  Medikamen intrakanal selama PSA
 Pulp capping  Tidak untuk pasien yang menginginkan
 Root perforation tindakan yang cepat karena jika
 Perawatan lesi periapikal dan adanya menggunakan kalsium hidroksida
resorbsi akar, membutuhkan waktu lama

 Sebagai material sterilisasi antar kunjungan  Tidak untuk digunakan di gigi dengan beban
pada perawatan saluran akar oklusal besar.

 Perawatan apeksifikasi gigi permanen muda

Memahami, mengetahui dan menjelaskan tatalaksana apeksifikasi

 Pasien dilakukan tindakan berupa trepanasi gigi 21 untuk mengambil jaringan pulpa yang telah
mengalami kematian. Trepanasi dilakukan dengan menggunakan bur bulat dan beberapa campuran iod
gliserin dan larutan saline steril. Pasien diinstruksikan untuk kembali 3-7 hari kemudian.
 Penatalaksanaan selanjutnya adalah perawatan apeksifikasi, diawali dengan pembukaan kamar pulpa
menggunakan bur bulat, dan pengangkatan jaringan pulpa sampai dengan menemukan orifice.
Pengambilan jaringan pulpa/syaraf pada saluran akar dilakukan menggunakan barbed broach. Lalu
dilakukan preparasi saluran akar dengan menggunakan k-file dan irigasi (NaOCl).
 Saluran akar dikeringkan meggunakan papper point sampai benar-benar kering. Aplikasi bahan MTA
yang dipersiapkan pada wadah stainless steel. Serbuk MTA dan larutan saline dicampur dan diaduk
kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan MAP (Micro Apical Placement) sepanjang 5
mm ke arah apikal dan dipadatkan dengan finger plugger yang sudah dipasang stopper. Selanjutnya
dilakukan pengambilan gambar radiografis setelah aplikasi MTA dalam saluran akar untuk konfirmasi
pengisian MTA. Kapas lembab yang telah dibasahi akuades dimasukkan ke dalam saluran akar
kemudian kavitas ditutup dengan tumpatan sementara. Isolator karet dan saliva ejector dilepas. Pasien
diinstruksikan untuk melakukan kontrol lagi seminggu kemudian.
 Jika tidak ada keluhan bisa dilanjutkan perawatan dengan isolasi daerah kerja dengan pemasangan
isolator karet saliva ejector dan cotton roll. Tumpatan sementara dan kapas diambil dari kavitas.
Selanjutnya dilakukan persiapan obturasi dengan gutta percha. Penutupan cavitas dengan semen zinc
phosphate, kemudian dilakukan pengambilan radiografi periapikal. Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1
minggu kemudian.
 Setelah itu dilakukan penumpatan menggunakan restorasi semen ionomer kaca dan dilanjutkan dengan
pengambilan radiografi periapical.
 Perawatan dikatakan berhasil jika telah menunjukkan tanda kondisi ujung akar yang baik (radiopak) dan
tidak ada area radiolusen pada periapical yang menandakan keadaan patologis

Anda mungkin juga menyukai