Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN BBDM MODUL 4.

2
SKENARIO 2
“Malu Giginya Ompong”

Disusun oleh :

Nia Damayanti
22010218130066

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
Lembar Pengesahan

Laporan : Belajar Bertolak Dari Masalah


Modul : 4.2
Skenario :2
Kelompok :6
Judul Skenario : Malu Giginya Ompong
Tutor : drg. Rizky Merdietio B, M.Sc.Fodont

Tanda Tangan Tutor / Dosen Yang


Tanggal Pengesahan
Mengesahkan
SKENARIO 2
MALU GIGINYA OMPON1G
Seorang pasien wanita berprofesi sebagai guru berumur 35 tahun datang ke klinik gigi
dengan keluhan gigi depannya ompong. Kejadian bermula 1 hari yang lalu pasien terjatuh
ketika naik motor sepulang mengajar, akibatnya gigi depan patah seluruh mahkota, tinggal
sisa akar. Pasien selama 1 hari ini bingung karena lusa harus mengajar dan ada lomba
menyanyi tingkat kecamatan, sementara pasien malu dengan penampilannya seperti itu,
pasien juga tidak bisa mengunyah dengan nyaman dan jika bicara menjadi tidak jelas.
Pemeriksaan intra oral juga didapatkan sariawan di mukosa bibir rahang bawah. Sariawan
tersebut diakui pasien sering muncul setiap bulannya. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang
tidak bisa dilepas dan ingin diobati sariawannya karena sangat mengganggu.

PETA KONSEP

PASIEN

Penegakkan
diagnosis

Gigi patah RAS

tatalaksana tatalaksana

SASARAN BELAJAR
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan:
1. definisi, etiologi, klasifikasi gigi patah dan RAS
2. penegakkan diagnosis pada kasus
3. prosedur perawatan dan tatalaksana pada kasus
4. indikasi dan kontraindikasi perawatan
5. prognosis kasus
ANAMNESA
A. Informasi Pasien
Nama :-
Alamat :-
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Keluhan Utama
Gigi aneterior ompong, patah seluruh mahkota tinggal sisa akar
C. Keluhan Tambahan
Tidak bisa mengunyah dengan nyaman, bicara tidak jelas, sariawan mengganggu
D. Kebiasaan Buruk
-
E. Riwayat Penyakit Dahulu
-
F. Riwayat Penyakit Keluarga
-
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Berprofesi guru
H. Tindakan yang Sudah Dilakukan
Pencabutan gigi 51, 61, dan 62 oleh dokter gigi sebelumnya

PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah : Simetris
Limfonodi : Tidak ada pembengkakan

PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Gigi anteior patah seluruh mahkota tinggal sisa akar
 Sariawan di mukosa bibi rahang bawah

DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosa Sementara : Gigi anterior patah dengan Recurrent Apthous Stomatitis
Diagnosa Banding : Traumatic ulcer, squamous cell carcinoma
PEMERIKSAAN FISIK(1)
1) Response Pulpa terhadap dingin atau panas.
2) Response periapikal terhadap tekanan, palpasi, dan perkusi. Dan lakukan juga
pemeriksaan inspeksi serta sondasi.
3) Pemeriksaan periodontal bukal dan lingual dicatat dalam mesial dan distal ruang
interproksimal dan furca. Probings interproksimal ini akan diarahkan tepat di mana
retakan ridge marginal diidentifikasi untuk menunjukkan probing terdalam dari
retakan. Total 6 titik pemeriksaan dicatat untuk setiap gigi.
4) Respon menggigit berbagai cusps dari gigi yang didiagnosis, dengan setidaknya 1
cusp menunjukkan rasa sakit untuk menggigit “burlew wheel” yang ditumbuhkan atau
Tooth Slooth.

PEMERIKSAAN PENUNJANG(2)
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan tes vitalitas, dimana tes vitalitas ini
digunakan untuk menentukan apakah gigi geligi pada anak masih vital atau sudah mengalami
nekrosis (kematian jaringan). Kemudian untuk pemeriksaan penunjang yang selanjutnya
dapat dilakukan pemeriksaan radiografi pada rongga mulut anak untuk melihat keadaan
rahang dan juga gigi geligi anak tersebut.

DIAGNOSIS(3-5)

Pulpitis ireversibel terjadi ketika pulpa gigi (jaringan di dalam gigi yang mengandung
saraf) telah rusak tidak dapat diperbaiki. Ini ditandai dengan rasa sakit yang hebat , cukup
untuk membangunkan seseorang di malam hari dan dianggap sebagai salah satu alasan paling
sering pasien menghadiri perawatan gigi darurat. Standar perawatan untuk pulpitis
irreversible adalah pencabutan segera pulpa dari gigi yang terkena - sekarang diterima secara
luas namun di beberapa bagian dunia antibiotik tetap diresepkan. Sedangkan, gangren radix
adalah kematian pulpa di saluran akar , yg mana gigi biasanya tanpa crown.

Dari anamnesa, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang kelainan di diagnosa


sebagai rampant karies. Rampant karies telah didefinisikan oleh "Massler" sebagai jenis
karies yang muncul secara tiba-tiba, meluas, dan cepat tumbuh, mengakibatkan keterlibatan
dini pulpa dan mempengaruhi gigi-gigi yang biasanya dianggap kebal terhadap kerusakan
biasa. Timbulnya penyakit yang tiba-tiba menunjukkan bahwa ketidakseimbangan yang
sangat besar dari lingkungan rongga mulut telah terjadi, dan beberapa faktor dalam proses
karies tampaknya mempercepatnya sehingga menjadi tidak terkendali, hal itu kemudian
disebut sebagai rampan karies.

RENCANA PERAWATAN(3)
- Perawatan saluran akar
- Pulpektomi
- Pemasangan stainless steel crown untuk gigi posterior
- Pemasangan space maintainer
- Restorasi GIC atau resin komposit untuk gigi anterior
- Ekstraksi gigi
- Pemberian topikal flouride dan atau CPP-ACP
- Edukasi (kontrol diet dan menjaga oral higiene)
- Radiografi dental panoramik
TATALAKSANA
Gigi sulung dengan diagnosis pulpitis irreversible, yakni gigi 55, 63, 64, 65, 74, dan
84 dapat dilakukan perawatan saluran akar yang selanjutnya direstorasi dengan bahan adhesif
dan teknik penambalan yang adekuat. Restorasi paling efektif untuk jangka panjang adalah
dengan menggunakan stainless steel crown, namun jika terdapat email yang cukup
mendukung dapat menggunakan resin komposit.(6) (7)
Gigi sulung dengan diagnosis gangren radix, yakni gigi 52, 51, 61, 62 dapat dilakukan
pencabutan dan dilakukan pemasangan space control.
Pada gigi 54, 75, 85 dilakukan pencabutan dan pemasangan space maitainer crown
dan band loop untuk mencegah terjadinya lengkung gigi dan oklusi yang tidak normal.(6)
Sedangkann pada gigi 53 dapat dilakukan restorasi GIC karena bahan restorasi GIC
memiliki warna yang sewarna gigi sehingga estetis baik, merupakan bahan yang melepaskan
fluor, dan dapat dapat dilakukan secara cepat sehingga cocok untuk anak kecil.(8)
Untuk mencegah terjadinya karies rampan, terdapat beberapa cara. Pertama, setelah
diberi makan bersihkan gusi anak dengan kain atau lap bersih, bersihkan atau sikat gigi anak
jika giginya sudah erupsi, bersihkan dan pijat gusi pada area yang ompong dan mulai flossing
semua gigi anak yang telah erupsi, biasanya pada usia 2-2,5 tahun. Kedua, jangan
membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu formula atau jus buah
atau larutan yang manis. Ketiga, jka anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang
regular pada malam hari atau hingga tertidur berilahanak dot bersih yang direkomendasikan
oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah memasukkan dot dengan minuman yang
manis. Keempat, Jika air yang diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride, tanyakan
dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak. Kelima mulai berkunjung ke dokter gigi
sejak tahun pertama kelahiran secara teratur. Jika anak mempunyai masalah dengan giginya,
segera periksakan ke dokter gigi.(9)
KIE yang diberikan dokter gigi dapat diberikan pada anak dan orang tua yang
mendampinginya :
- KIE verbal : berisi mengenal kunjungan berkala ke dokter gigi, cara membersihkan gigi dan
mulut, cara mengatur makanan rendah gula, faktor resiko karies, edukasi tentang erupsi gigi
permanen (fase gigi campuran), memberi pemahaman tentang rampant caries dan
menjelaskan keuntungan dari perawatan serta memotivasi pasien untuk mendapatkan
kesehatan gigi dan mulut yang baik.
- KIE non verbal : dokter gigi memberikan contoh atau memperagakan teknik membersihkan
gigi dan mulut dengan sikat gigi dan benang gigi.

Rampan karies juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Anak yang terkena
rampan karies secara signifikan memiliki tinggi dan berat badan yang kurang jika
dibandingkan dengan anak – anak pada umumnya.(10)
DAFTAR PUSTAKA
1. Krell K, Rivera E. A Six Year Evaluation of Cracked Teeth Diagnosed with
Reversible Pulpitis: Treatment and Prognosis. Journal of endodontics. 2008 01/01;33:1405-7.
2. Moimaz S, Borges H, Saliba O, Garbin C, Saliba N. Early Childhood Caries:
Epidemiology, Severity and Sociobehavioural Determinants. Oral health & preventive
dentistry. 2015 11/03;14.
3. A C. Handbook of Pediatric Dentistry 4th Edition2014.
4. Fedorowicz Z, van Zuuren Ej Fau - Farman AG, Farman Ag Fau - Agnihotry A,
Agnihotry A Fau - Al-Langawi JH, Al-Langawi JH. Antibiotic use for irreversible pulpitis.
(1469-493X (Electronic)). eng.
5. Ratnawati Hendari d. Determination Of Internal and External Factors Cause Pulp
Tissue Diseases 2015.10(2):227-31.
6. al MLe. Handbook of Clinical Dentistry 5th Edition2014.
7. Juwitaningrum R C SIS. Tatalaksana paripurna pulpitis ireversibel gigi sulung anak
usia 11 tahun. Indonesian Journal of Paediatric. 2018;1(1):92-6.
8. Basso M. GLASSIONOMER CEMENT FOR PERMANENT DENTAL
RESTORATIONS: A 48-MONTHS, MULTI-CENTRE, PROSPECTIVE CLINICAL
TRIAL. Stoma Edu Journal. 2015 10/01;2:25-35.
9. W MN. Pencegahan dan Perawatan Karies Rampan. Journal Biomedik. 2015;7(1):25-
8.
10. Ayhan H, Suskan E, Yildirim S. The effect of nursing or rampant caries on height,
body weight and head circumference. The Journal of clinical pediatric dentistry. 1996
04/01;20:209-12.

Anda mungkin juga menyukai