Anda di halaman 1dari 24

Leukoplakia

Definisi
Oral leukoplakia adalah patch atau plak berwarna putih yang berkembang di rongga
mulut. Kondisi ini berpotensi ke arah keganasan dan seringkali berhubungan dengan
penggunaan tembakau.
Epidemiologi
- Prevalensi global sebesar 2.6% dan konversi menjadi keganasan bervariasi dari 0.1%
sampai 17.5%.
- Leukoplakia lebih biasa ditemukan pada laki-laki usia paruh baya dan dewasa.
- Prevalensi semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Etiologi dan Faktor Risiko
- Etiologi multifaktorial dan sebagian besar idiopatik.
- Berhubungan erat dengan penggunaan tembakau baik perokok maupun bukan.
- Kandidiasis kronis berhubungan dengan perkembangan leukoplakia nonhomogen →
produksi nitrosamine endogen.
- Faktor risiko lain yang bersinergi adalah konsumsi alkohol, iritasi kronis, infeksi
jamur seperti kandidiasis, infeksi bakteri, lesi penularan seksual seperti sifilis,
defisiensi kombinasi mikronutrisi, infeksi virus, gangguan hormonal, dan paparan
ultraviolet.
Klasifikasi
Oral leukoplakia dibagi menjadi dua tipe:
1. Tipe homogen, dan
2. Tipe non-homogen meliputi speckled, nodular, dan verukosa.
Tipe homogen yang tampak sebagai lesi uniform datar tipis berwarna putih,
dengan mukosa normal
Speckled (lesi berwarna merah dan putih, permukaan predominan putih)
Nodular (pertumbuhan polipoid kecil, membulat predominan kotoran putih)
Verukosa (permukaan tampak meninggi, proliferatif atau bergelombang)
Patogenesis
● Inisiasi leukoplakia dipengaruhi faktor ekstrinsik & intrinsik 🡪merokok, konsumsi alkohol, iritasi
kronis, kandidiasis, kekurangan vitamin, gangguan endokrin, serangan virus
● Infeksi Candida 🡪terjadinya transformasi malignan
● Penurunan level serum vitamin A, B12, C, beta karotin, dan asam folat yang signifikan,
meningkatkan kemungkinan leukoplakia
● Perokok aktif kemungkinan 6x lebih besar menderita leukoplakia
● Konsumsi alkohol 🡪perkembangan malignansi di rongga mulut
● Infeksi Human Papilloma Virus menyebabkan perkembangan malignansi di rongga mulut
🡪mengekspresikan protein onkogenik (human papilloma virus-16L1) yang menyebabkan
karsinogenesis
● Sel jaringan terpapar karsinogen 🡪 adaptasi 🡪 proliferasi, menyempitkan kapasitas sitosoliknya,
menggabungkan beban organelnya
● Adaptasi dilakukan dengan memperbesar ruang progenitor 🡪 hiperplasia menjadi tanda yang
paling awal muncul
● Iritan bertahan lama, epitelium akan menunjukkan bentuk degenerasi seluler 🡪 atrofi
● Ketika fase adaptasi dan kerusakan sel reversible selesai, sel akan memasuki tahap kerusakan
yang irreversible 🡪 apoptosis / transformasi malignan
● Respon adaptasi 🡪 gangguan genetik 🡪sel terus berproliferasi 🡪transformasi malignan lebih
banyak
Manifestasi klinis

● Plak putih, tidak bisa digolongkan secara klinis / patologis ke dalam penyakit lainnya
● Lesi pra kanker yang paling banyak (85% dari semua lesi pra kanker)
● Lesi sering ditemukan di daerah alveolar, mukosa lingual, labia, palatum, daerah dasar cavum oris,
gingiva, mukosa lipatan buccal, serta mandibular alveolar ridge
● Bentuk lesi & daerah lesi tergantung dari awal terjadinya lesi, setiap individu berbeda
● Lesi awal berwarna kelabu / sedikit putih, agak transparan, berfisura / keriput dan secara khas lunak
dan datar. Biasanya batas tegas tapi dapat juga tidak tegas
● Lesi berkembang dlm minggu-bulan menjadi tebal, sedikit meninggi, tekstur kasar dan keras
● Lesi biasanya tidak sakit, tapi sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan iritan
Diagnosis
● Anamnesis, pemfis, penunjang terutama histopatologi (gold standard)
● Makros : bercak putih batas tegas, permukaannya sedikit lebih menonjol
● Perkembangan lesi dimulai dengan munculnya lesi putih pudar dan rata 🡪makin lama, makin putih dan
menonjol ke permukaan mukosa mulut 🡪dapat menimbulkan ulkus
● Tidak menimbulkan gejala klinis 🡪diagnosis pasti dengan histopatologi 🡪kelainan sel epitel mukosa
mulut 🡪 inti sel hiperkromatik, hilangnya polaritas saat mitosis, inti sel pleomorfik, berubahnya
perbandingan ukuran inti sel & sitoplasma, hilangnya diferensiasi sel, dan keratinisasi pada sel
● Imunohistokimia 🡪presi protein Ki67 & protein p53 🡪 perubahan menuju keganasan eks
● Penunjang lain dengan pengecatan toluidine blue, endoskopi, sitologi, dan PET-scan
Histopatologi
● Hiperkeratosis / penebalan Stratum korneum kulit
● Acanthosis (peningkatan ketebalan Stratum spinosum)
● Intracellular hydropic degeneration (apoptosis)
● Epithelial pearl
● Tidak ada tanda-tanda displasia
● Infiltrasi round sel pada jaringan ikat
Toluidine blue
● Sel kanker akan mengabsorpsi warna biru, sedangkan jaringan normal tidak
● Prosedur:
○ wajah dan pakaian pasien dilindungi dari tumpahan pewarnaan
○ oleskan jelly petroleum pada bibir pasien untuk mengurangi pewarnaan
○ minta pasien untuk berkumur larutan asam asetat selama 20 detik, bilas dengan air
○ berkumur dengan larutan toluidin blue selama 20 detik
○ larutan asam asetat kembali selama 20 detik, cuci dengan air
● Warna yang dipertahankan oleh dorsum lidah adalah normal
● Bila warna biru dipertahankan di regio lain, tidak luntur dengan asam asetat maka positif
● Mencegah positif palsu: bila hasil yang pertama positif, tes ulang setelah 10-14 hari 🡪Jika hasil
yang ke-2 juga positif maka harus dilakukan biopsy (mandatory). Bila negatif, dicarikan second
opinion atau bila memungkinkan biopsi.
Endoskopi
● Pemeriksaan endoskopi, terutama flexible fiberoptic, penting dan harus rutin
dilakukan pada penderita kanker rongga mulut, faring, laring dan esophagus.
● Tujuan pemeriksaan : mencari synchronous cancers.
● Pemeriksaan sitologi dapat berasal dari sel-sel eksfoliatif / cucian mulut / specimen
kerokan dari lesi di rongga mulut (lesi prakanker / yang dicurigai)
PET-SCAN
● Merupakan pencitraan yang sangat sensitive untuk menemukan tumor primer yang
kecil (pada unknown/occult primary tumor) dan adanya metastase.
Tatalaksana
● Menghilangkan semua faktor penyebab (rokok, alcohol, sirih, dll)

● Lakukan pemeriksaan berkala setelah 2-3 minggu untuk menilai pengecilan ukuran.
• Jika terdapat perubahan maka kontrol setiap 3 bulan sekali kemudian kontrol dalam
6-12 bulan sekali jika membaik. 
• Jika lesi tidak mengalami pengecilan ukuran, biopsi wajib dilakukan untuk menilai
tingkat displasia epitel. 

● Jika tidak terdapat gambaran dysplasia, lakukan perawatan konservatif dengan antifungal
(polyene-nystatin, imidazole,fluconazole, atau amphoterisin B pada pasien dengan
immunocompromised) dan agen kemopreventif (vitamin A,C,E. antiinflamasi, dll)
● Jika terdapat gambaran displastik ringan, pengobatan eksisi bedah / bedah laser pada lesi harus
dipertimbangkan

● Jika terdapat gambaran displasia sedang hingga berat / leukoplakia verukosa proliferative dapat
dilakukan terapi laser atau eksisi bedah.

● Eksisi bedah paling baik dilakukan untuk eritroplakia atau leukoeritroplakia). Sebelum
melakukan tindakan bedah, perlu diperhatikan apakah lesi luas, melibatkan area besar pada
mukosa mulut, atau memiliki masalah medis yang memiliki risiko tinggi terhadap pembedahan,
dan apakah pasien menyetujui.

● Tindak lanjut untuk semua lesi harus dilakukan dan harus dijadikan perhatian.
Komplikasi
◦ Leukoplakia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan
permanen pada mulut. Namun meningkatkan risiko kanker mulut (1% - 9% pasien
berkembang menjadi kanker).

◦ Hairy leukoplakia tidak menunjukkan risiko kanker, namun bisa mengindikasi


HIV/AID
Edukasi
● Hindari produk tembakau dan alcohol sebagai upaya pencegahan.

● Rutin konsultasi ke dokter gigi jika anda mengonsumsi tembakau (rokok dsb) dan
alohol

● Bagi pasien dengan immunocompromised, identifikasi dini dengan rutin kontrol ke


dokter gigi dapat mempermudah tatalaksana
Daftar Pustaka

● Burket G..H. Oral medicine Diagnosis & Treatment, 6th edition, J.B. Lippincott Co., Philadelphia-Toronto. 2013.
● E. B. Kayalvizhi. Oral leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology, Pathology & Surgery. 2016. 2, 18–22.
Tersedia di https://www.journal-imab-bg.org/issues-2017/issue1/JofIMAB-2017-23-1p1495-1504.pdf
● Gissi, D. et al. Predictive Role of p53 Protein as a Single Marker or Associated with ki67 Antigen in Oral Leukoplakia: A Retrospective
Longitudinal Study. The Open Dentistry Journal. 2015. Volume 9, hh. 41-45.
● Harris CM. 2017. Oral Leukoplakia. MedScape. 1, 2. Tersedia di: https://emedicine.medscape.com/article/853864-overview#a5
● Mohammed, F and Fairozekhan, AT. 2020. Oral Leukoplakia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
● Parlatescu, I., Gheorghe, C., Coculescu, E., Tovaru, S. 2014. Oral Leukoplakia - an update. Maedica 9(1): 88-93.
● Prof. Dr. dr. I.B Tjakra Wibawa Manuaba, M.P.H., Sp.B(K)Onk. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta : CV Sagung Seto;
2017. Halaman 104-106.
● Turner, J. & Lingen, M. Oral Cavity and Gastrointestinal Tract. Dalam: V. Kumar, A. Abbas & J. Aster, penyunting. Robbins Basic
Pathology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier Sauders; 2013. h. 553.
● Varun, B., Ranganathan, K., Rao, U. & Joshua, E. Immunohistochemical detection of p53 and p63 in oral squamous cell carcinoma, oral
leukoplakia, and oral submucous fibrosis. Journal of Investigative and Clinical Dentistry. 2014. 5(3), hh. 214-219.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai