PEMICU 2
DISUSUN OLEH :
210600004
Kelompok 1
Fasilitator : Prof. Dr. drg. Ameta Primasari, MDSc., M.Kes., Sp. PMM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ulkus atau ulser merupakan kerusakan jaringan epitel yang sering berdampak
cekungan dan memiliki batas tegas, kasus ulkus seringkali ditemukan pada rongga
mulut. Bisul atau ulkus lidah ini biasanya berbentuk bulan atau oval, kadang berwarna
putih, merah, kuning atau abu-abu. Kondisi ini bisa terjadi akibat lebih dari satu
sariawan yang terjadi pada satu waktu. Sariawan ini bisa muncul di bagian pipi atau
bibir dan lidah. Umumnya, sariawan jenis ini juga bisa menyebar.
Ada banyak faktor yang bisa mencetuskan luka di lidah, contohnya
karena infeksi jamur atau mikroorganisme lain dalam rongga mulut, penyakit Behcet,
tergigit atau tertusuk makanan yang tajam, efek samping obat atau pemasangan kawat
gigi/ gigi palsu yang tidak tepat, dermatitis kontak alergi atau iritan, penyakit Crohn,
HIV, refluks asam lambung, flu singapura, tumor jinak atau ganas dalam rongga
mulut, kekurangan nutrisi, dan sebagainya. Penanganan atas luka ini tentu bisa
bervariasi caranya, tergantung penyebab yang mendasarinya. Maka dari itu, sangat
penting untuk mengetahui akibat dan cara penanganan dari ulkus tersebut.
2. DESKRIPSI TOPIK
Nama Pemicu : Ulkus di lidah yang tak sembuh
Penyusun : Prof. Dr. drg. Ameta Primasari, MDSc., M.Kes., Sp. PMM; dr. Tri
Widyawati, MSi., PhD.; Dr. dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked(PA), Sp.PA.
Hari/Tanggal : Selasa / 20 September 2022
Pukul : 13.30 – 15.30 WIB
Seorang pasien perempuan usia 50 tahun, perokok berat datang berobat ke
RSGM Universitas Sumatera Utara dengan keluhan ada luka yang tidak sembuh pada
pinggir kanan lidah sejak 6 bulan yang lalu. Dari hasil anamnesis menyatakan luka
tersebut telah diobati dengan obat kumur antiseptik 2x sehari, tapi tidak ada
perubahan kemudian pasien juga menggunakan obat kumur herbal sejak 10 hari yang
lalu namun tak kunjung sembuh. Pasien merokok 1 bungkus kretek per hari sejak 10
tahun lalu. Hasil pemeriksaan intra oral menunjukkan adanya ulkus berdiameter 3x2
cm, merah, tepi meninggi, dan keras pada pinggir kanan lidah . Ulkus tersebut tidak
sakit kecuali bila tergigit. Gigi 46 karies dengan permukaan gigi tajam dan kasar. Gigi
36, 37 edentulus. Hygiene mulut kotor disertai gingivitis pada gigi rahang atas
maupun rahang bawah. Pada pemeriksaan ekstra oral, menunjukkan pembengkakan
kelenjar getah bening daerah submandibularis kanan berdiameter 3 cm, dapat
digerakkan, dan tidak sakit. Selanjutnya pasien dirujuk ke bagian Patologi Anatomi
FK USU untuk dilakukan scrapping pada ulkus lidah dan aspirasi jarum halus pada
kelenjar getah bening submandibularis kanan. Diagnosis histopatologi berupa
squamous cell carcinoma pada lidah dan metastase lokal pada kelenjar getah bening.
Pertanyaan:
1. Berikan contoh dan penjelasan tentang faktor non karsinogenik pada kasus di atas!
2. Jelaskan faktor risiko dan penyebab proses kelainan pada lidah yang terjadi pada
kasus di atas.
3. Jelaskan mutasi gen yang mungkin terjadi pada proses keganasan
4. Jelaskan hubungan antara kondisi gigi 46 yang tajam dan kasar serta oral hygiene
buruk pada kasus tersebut.
5. Jelaskan patogenesis terjadinya pembesaran kelenjar getah bening.
6. Jelaskan peran exfoliative cytology, biopsy, fine needle aspiration untuk
mendiagnosis kasus di atas (disertai gambar).
7. Menurut saudara mengapa luka pada lidah tersebut tidak sembuh-sembuh
meskipun telah menggunakan obat kumur.
8. Jelaskan pengertian tentang terapi rasional dan jenis-jenis cara pemberian obat
(CPO) serta keuntungan dan kerugiannya.
Learning issue:
- Patologi Anatomi
- Farmakologi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Berikan contoh dan penjelasan tentang faktor non karsinogenik pada kasus
di atas!
- Faktor Gigi dan Mulut: Keadaan rongga mulut dengan higien yang jelek ikut
berperan memicu timbulnya karsinoma lidah. Iritasi kronis yang terus menerus
berlanjut dari gigi yang kasar atau runcing, gigi yang karies, akar gigi dan gigi
palsu yang letaknya tidak sesuai akan dapat memicu terjadinya keganasan.
Seperti pada kasus tersebut bahwa pasien perempuan tersebut memiliki gigi
karies dengan permukaan gigi tajam dan kasar tepatnya pada gigi 46 atau
molar 1 bagian bawah kanan. Hal tersebut memungkinkan adanya luka karena
terus-menerus bersentuhan dengan lidah.
- Infeksi virus HPV: Infeksi HPV pada mulut dikenal dengan istilah HPV oral.
Virus tersebut dapat dengan mudah menginfeksi ketika mukosa mulut tidak
dapat menahan paparan virus, seperti karena adanya luka atau celah pada
permukaan mukosa. Beberapa kebiasaan lain yang dapat mengganggu
kesehatan mulut adalah merokok karena menyebabkan mukosa mulut lebih
rentan terhadap infeksi HPV dari lingkungan. Selain itu, HPV memiliki sekitar
lebih dari 100 subtipe virus, sehingga lebih memudahkan untuk menginfeksi.2
Faktor risiko yang telah Merokok/ tembakau – rokok, cerutu, pipes, bidis
ditetapkan Smokeless tobacco – mengunyah tembakau, atau
produk yang tidak terbakar lainnya
Mengunyah betel quid/paan/guktha
Konsumsi alcohol yang tinggi (sinergis dengan
tembakau)
Adanya keadaan yang berpotensi malignant
Adanya riwayat kanker rongga mulut dan saluran
cerna
Paparan sinar matahari berlebih atau radiasi (untuk
kanker pada bibir)
Usia, dikaitkan dengan faktor risiko lainnya
Faktor risiko lainnya Kurangnya konsumsi buah segar dan sayur
Infeksi virus, misalnya human papillomaviruses
(HPVs)
Penyakit yang dapat menekan system imun
Minum mate
Sepsis kronik dalam mulut
Patofisiologi iritasi kronis penyebab timbulnya luka pinggir lidah pada kasus
di atas dapat disebabkan oleh aktivitas kebiasaan merokok yang dilakukan oleh
penderita. Asap panas dari rokok yang masuk ke dalam rongga mulut merupakan
rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi
pengeluaran saliva. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan memberikan
lingkungan yang sesuai bagi tumbuhnya bakteri. Komponen toksik dalam rokok
dapat mengiritasi jaringan lunak rongga mulut, dan menyebabkan terjadinya
infeksi mukosa, dry socket, memperlambat penyembuhan luka, memperlemah
kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblast, serta dapat mengurangi
asupan aliran darah ke gingiva.4 Insidensi karsinoma sel skuamous terutama
terjadi pada populasi usia lebih dari 40 tahun dan prevalensi pria lebih besar
daripada wanita.5
Keadaan rongga mulut dengan higien yang jelek ikut berperan memicu
timbulnya karsinoma lidah. Keadaan gigi yang tidak sehat berupa gigi 46
berkaries dan berpermukaan kasar, sehingga memungkinkan mukosa mulut
tergigit tanpa sengaja. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dari gigi yang
kasar atau runcing, gigi yang karies serta hygiene mulut kotor akan dapat memicu
terjadinya keganasan.5
Jadi sesuai dengan skenario, kebiasaan merokok si pasien , tembakau salah
satu faktor yang berhubungan erat dengan karsinoma lidah, dengan perkiraan 6
kali lebih sering terjadi daripada perokok pasif, ditambah umur pasien yang sudah
lebih dari 40 tahun, oral hygiene yang buruk dan juga kondisi gigi yang tidak
normal.
4. Jelaskan hubungan antara kondisi gigi 46 yang tajam dan kasar serta oral
hygiene buruk pada kasus tersebut.
Adanya ulkus pada kasus di atas sangat berkaitan erat dengan kondisi klinis
gigi dan mulut pasien tersebut. Keadaan gigi 36 dan 37 edentulous pasien yang
dibiarkan begitu saja akan memengaruhi pergerakan gigi 46.7
Hal tersebut demikian karena hilangnya gigi posterior yang tidak segera
diganti menimbulkan permasalahan lanjutan terhadap gigi lainnya. Gigi geraham
kanan bawah pun mengambil peran gigi edentulous tersebut.8
Gigi 46 yang juga distimulasi oleh buruknya oral hygiene mengakibatkan
terbentuknya karies, kalkulus, dan gingivitis pada mandibula serta maxilla
sehingga jaringan pendukung (gusi) mengalami resesi sebagian kemampuannya
dalam menopang gigi. Permukaan lidah yang mengalami kontak langsung dengan
gigi 46 berpermukaan kasar serta berkaries besar memiliki risiko lebih tinggi
untuk terluka. Dengan kata lain, keadaan gigi 46 yang dibiarkan tidak terawat -
tidak dihilangkan- menyebabkan terjadinya ulkus lidah yang tidak kunjung
sembuh. Lidah yang terus menerus tergesek dengan gigi 46 yang karies (dengan
permukaan kasar) dapat menimbulkan lesi. Lesi tersebut tidak kunjung sembuh
sebab gigi 46 yang merupakan etiologi utama tidak diatasi dengan baik.8
Biopsy
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit
atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ,
untuk mengetahui jenis pengobatan atau terapi yang terbaik bagi pasien, dan
berguna juga untuk mengetahui tingkat invasi penyakit yaitu apakah penyakit
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Risiko yang dapat ditimbulkan oleh
kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan.10
Fine needle aspiration
Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
adalah merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan
tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan
untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Tindakan biopsi aspirasi
ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan papable misalnya tumor
kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain. Sedangkan
untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal, hati, limpa
dan lain-lain dilakukan dengan bantuan CT Guided. Dengan metode FNAB
diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang pasien dapat segera
ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif tidak
membutuhkan waktu tunggu yang terlalu lama. Tindakan FNAB ini dapat
dilakukan oleh seorang dokter terlatih dan dapat dilakukan di ruang praktek
sehingga ini sangat bermanfaat bagi pasien rawat jalan.12
Kekurangan:
Aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan
gawat (30 sampai dengan 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek
puncaknya dicapai setelah 1 sampai 1,5 jam.)
Rasa dan bau obat yang tidak enak sering menganggu pasien
Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-
mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
2. SUBLINGUAL
Obat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Obat yang sering diberikan dengan cara ini
adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi
pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami
nyeri dada akibat angina pectoris.
Keuntungan:
Obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan
Kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari (tidak lewat vena aorta)
Kekurangan:
Kekurangan:
Absorbsi tidak adekuat
Banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal
4. INHALASI
Merupakan pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara
inhalasi. Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang
ditujukan untuk mengembalikan perubahan-perubahan patofisiologi
pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti dengan
menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol.
Kelebihan:
Absorpsi terjadi secara cepat karena permukaan absorpsinya luas
Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk
segera bekerja
Efek samping dapat dikurangi
Jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara
pemberian lainnya.
Kekurangan:
Diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan
Sukar mengatur dosis
Obatnya sering mengiritasi epitel paru
5. BUCCAL
Dilakukan dengan menempatkan obat padat di membran mukosa pipi
sampai obat larut.
Kelebihan:
onset cepat
mencegah “first-pass effect”
tidak diperlukan kemampuan menelan
Kekurangan:
absorbsi tidak adekuat
kepatuhan pasien kurang (compliance)
mencegah pasien menelan
6. INTRAVENA
Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat,
tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Kelebihan:
Kekurangan:
Obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek
toksik lebih mudah terjadi
Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi.
Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil
mengawasi respons penderita
Konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi, dan
memerlukan keahlian13
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Karsinoma lidah merupakan keganasan jenis karsinoma yang terdapat pada
lidah, pada umumnya terletak pada tepi lateral dan anterior lidah. Jenis karsinoma
lidah yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa tipe moderately well
differentiated. Beberapa faktor yang berhubungan dengan timbulnya karsinoma lidah
adalah penggunaan tembakau dan alkohol dalam waktu lama, infeksi virus papiloma,
higiene mulut yang jelek, iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dari gigi yang
kasar atau runcing, gigi yang karies, akar gigi dan gigi palsu yang letaknya tidak
sesuai.
Diagnosis karsinoma lidah ditegakkan berdasarkan anamnesis yang terarah
dan pemeriksaan fisik yang cermat terutama dengan pemeriksaan bimanual. Kadang-
kadang diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan atau MRI. Diagnosis pasti
adalah berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Terapi karsinoma lidah berupa
pembedahan dengan pendekatan yang dipilih sesuai dengan lokasi tumor, radioterapi,
kombinasi pembedahan dan radioterapi serta kemoterapi. Prognosis tergantung
stadium penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. Majalah Ilmiah
Sultan Agung 2011; Vol 49(124).
2. Hello Sehat.Infeksi HPV bukan hanya mengincar alat kelamin, tapi juga mulut.
https://hellosehat.com/seks/hpv/infeksi-virus-hpv-di-mulut-oral/ (27 Agustus 2021).
3. Kusumadewi S. Oral suqmous cell carcinoma. Penelitian 2017. Universitas Udayana:
4-5.
4. Siagian KV. Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut. Jurnal 3-Clinic 2016; Vol.
4, No. 1.
5. Ruslim WH, Krisnuhoni E, Suid K. Hubungan Imunoekspresi β-Catenin antara
Karsinoma Sel Skuamosa Oral Derajat Rendah dan Derajat Tinggi Berdasarkan
Sistem Grading Bryne. Majalah Patologi Indonesia 2014; Vol. 23 No. 3.
6. Nabilah F, Mohd B. Tampilan Imunohistokimia P53 pada Karsinoma Sel Skuamosa
Rongga Mulut. 2018.
7. Siagian KV. Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut. Jurnal 3-Clinic 2016; Vol.
4, No. 1.
8. Anonymous. Oklusi. Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/file?
file=digital/125321-R17-PRO-197%20Korelasi%20usia-Literatur.pdf/
9. Pangaribuan C, Sadhana U, Astuti MDK, dkk.. Ekspresi p53 dan E-Cadherin sebagai
Prediktor Prognososis pada Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut di RSUP dr.
Kariadi Semarang. JKR 2019; 5(1): 7-17
10. Damanhuri RY, Widiastuti MG, Rahajoe PS. Kesalahan Diagnosis pada Pemeriksaan
Aspirasi Jarum Halus. MKGK 2017; Vol.3 (1): 26-9.
11. Rahmawati A, Tofrizal, Yenita, Nurhajjah S. Gambaran sitologi eksfoliatif pada
apusan mukosa mulut murid SD negeri 13 Sungai Buluh Batang Anai Padang
Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas 2018; Vol.7 (2).
12. Widjajahakim, Grace. Fine needle aspiration biopsy. Mmeditek 2007; Vol.15 (39):
12-9.
13. Priyanto. Terapi Rasional (Rational Therapy), Kerasionalan Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto.
Farmakoterapi dan terminologi medis 2012.