Disusun Oleh:
Muhammad Hafizh
22010115210067
Candra Cahyaningtyas G.
22010114210014
22010114210071
Indriyani Mangampa
22010114210092
22010115210140
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh,
abnormal pada tubuh yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Dalam artian
khusus, tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Neoplasma
merupakan pertumbuhan sel atau jaringan baru di luar kendali tubuh. Neoplasma
dapat bersifat jinak atau ganas.1,2 Tumor yang terjadi pada rongga mulut dapt
menyerang lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang rahang, kelenjar ludah
dan kelenjar getah bening.
Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti
tumor pada gusi. Epulis merupakan tumor jinak dan bersifat lokal. 3 Untuk
membantu menegakkan diagnosa maka diperlukan pemeriksaan mikroskopis pada
spesimen yang diambil. Berdasarkan etiologi terjadinya epulis dapat dibedakan
menjadi epulis gravidarum, kongenitalis, fibromatosa, granulomatosa, dan epulis
fissuratum.4
Prevalensi nasional tumor/kanker rongga mulut di Indonesia tahun 2007
adalah 0,4%.
Sebanyak
provinsi
mempunyai
prevalensi
penyakit
tumor/kanker diatas prevalensi nasional yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Selatan.5 Angka kejadian epulis berkisar dari 0.2-5 % dari ibu hamil. Puji, Lestari
Ika dalam penelitiannya di RSUP Sanglah Denpasar Bali, menyatakan hasil
sebanyak 105 kasus tumor rongga mulut pada periode 2009-2010, yang terdiri
dari 56 kasus tumor jinak dan 49 kasus tumor ganas rongga mulut. Prevalensi
diagnosis akhir tertinggi untuk tumor jinak rongga mulut adalah ameloblastoma.
Prevalensi penderita perempuan lebih tinggi daripada penderita laki-laki yaitu
30:26.6 Namun demikian, epulis dapat terjadi pada semua usia.7
Pada tulisan ini dilaporkan seorang wanita usia 55 tahun dengan tumor
ginggiva rahang bawah dekstra curiga jinak. Pada laporan ini akan dibahas
temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik hingga diagnosis dan rencana terapi
yang akan diberikan kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Neoplasma
Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Suatu
neoplasma, sesuai definisi Willis, adalah massa abnormal jaringan yang
pertumbuhannya
berlebihan
dan
tidak
terkoordinasikan
dengan
2.2.2
dalam
bahan-bahan
bangunan
jika
terhirup
seringkali
berhubungan dengan tumor pada selaput paru-paru. Selain itu logamlogam berat seperti kromium dan berilium dapat merangsang munculnya
tumor dengan bereaksi pada asam nukleat fosfat pada DNA.
2.2.2.3 Mikroorganisme
Beberapa mikroorganisme yang berhubunga degan tumor mulut
adalah candida albicans. Penekanan sistem kekebalan tubuh oleh obatobatan atau HIV dapat menyebabkan infeksi candida meningkat.
Hubungan antara infeksi candida dengan penyakit speckled leukoplakia
adalah pada 7-39% dijumpai adanya hyphaedan penyakit ini memiliki
kecenderungan utuk berubah menjadi tumor. Penyakit sifilis yang
disebabkan oleh mikroorgnisme treponema pallidum dengan lesi tersier
dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kanker lidah.11
2.2.2.4 Defisiensi Nutrisi
Defisiensi mikronutrisi seperti vitamin A, C, E dan Fe dilaporkan
mempuyai hubungan dengan terjadiya tumor. Vitamin A memiliki dua
golongan yaitu retinol dan caretenoids yang mempuyai kemampuan
untuk menghambat pembentukan tumor dengan memperbaiki keratinisasi
dan menghambat efek karsinogen.11
Dilaporkan juga bahwa terjadi peningkatan insidensi kaker
payudara pada penderita defisiensi vitamin E. Sedangkan pada penderita
2.3.1.1 Odontogenik
a. Epitelium odontogenik (berdasarkan asal jaringan)
- Ameloblastoma
- Calcifyng epitelial odontogenik tumor (pinborg tumor)
- Clear cell odontogenik tumor
2.3.2.1 Odontogenik
a. Ektodermal: intraalveolar carcinoma
b. Mesodermal: odontogenik sarcoma
c. Ektodermal & mesodermal: ameloblastic fibrosarcoma
2.3.2.2 Non odontogenik
a. Osteosarcoma
b. Ewing sarcoma
c. Multiple myeloma
Karsinoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan
epitel. Sarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat.
Benigna pada rongga mulut dapat dijumpai pada jaringan gusi atau
membran mukoperiosteal dari prosesus alveolar rahang atas atau rahang
bawah: Fibroma, Hyperplasia, pyogenic granuloma, pregnancy tumor,
papilloma, hemangioma, peripheral giant cell reparative granuloma,
peripheral giant cell tumor, neuroma.
Pada tulang kortikal rahang atas atau rahang bawah: Eksostoses,
torus palatina, torus mandibula, chondroma, osteochondroma, osteoma
atau diffus hiperostosis. Dalam tulang kanselus rahang atas atau bawah:
Diffuse hyperostosis osteoma, ossifyng fibroma, asteoid osteoma,
ameloblastoma, myxoma, odontoma, dan lain-lain.8
Diatas atau dibawah mukosa pipi: Fibroma, neuro fibroma,
lipoma, fibropapilloma, hemangioma, epulis fisuratum, pleomorpic
adenoma,
dan
lain-lain.
Pada
palatum:
Fibroma,
fibromatosis,
Papilloma,
hemangioma,
rhabdomyoma,
myoblastoma,
beberapa
menyebutkan
subtipe
yang
berbeda,
tetapi
beberapa
literatur
granulomatosa dan epulis sel raksasa (giant cel epulis). Secara histologi,
epulis terdiri dari kumpulan serat kolagen ditutupi dengan epitel sel
skuamosa yang berkeratin. Ketika terkena trauma, epulis dapat berisi
infiltrat inflamasi dan bisa menjadi sebuah ulserasi yang ditutupi oleh fibrin
dan organisme dari flora mulut. Epulis granulomatosa biasanya muncul di
papilla interdental sebagai hasil dari iritasi lokal (kalkulus, plak bakteri,
10
karies atau restorasi dengan margin yang tidak teratur).13 Epulis dianggap
lesi besar reaktif dari pada neoplasia, biasanya tanpa gejala dengan tingkat
pertumbuhan variabel. Lesi reaktif adalah pembengkakan yang berkembang
yang disebabkan oleh iritasi kronis sehingga merangsang respon jaringan
secara berlebihan.14
2.4.1 Faktor Predisposisi Epulis
Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya
kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.15
Klasifikasi Epulis 15
1. Epulis Gravidarum
Tumor kehamilan yang juga dikenal dengan epulis gravidarum atau
granuloma pyogenic, merupakan kelainan gingiva yang sangat jarang
11
12
13
Pengobatan : eksisi
Terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan
lidah
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival
dan juga sering terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari
iritasi kronis. Tampak klinis yang terlihat antara lain bertangkai, dapat
pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan
kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak menimbulkan
rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu
pengunyahan dan menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai
14
oleh proliferasi jaringan ikat kolagen dengan berbagai derajat dari sel
infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel skuamosa
berlapis. Pengobatan epulis jenis ini dengan eksisi biopsi bedah dan
metode ini juga memiliki tujuan untuk menyingkirkan lesi/neoplasma
lainnya.
15
padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak beraturan.
Juga ada sel radang kronis dalam stroma.
16
5. Epulis Fissuratum19,20
Epulis fissuratum adalah hyperplasia mukosa akibat trauma
ringan kronik oleh pinggiran gigi palsu. Epulis fissuratum dianalogikan
17
18
mengakibatkan
inflamasi
hiperplasi
jaringan yang
tindakan
preventif
sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan
penatalaksanaan
segera,
prognosis
dari
epulis
fissuratum ini adalah baik. Masalah yang mungkin terjadi adalah, massa
pada daerah mukosa vestibuler dan berhubungan dengan gigi palsu
sering lolos dari diagnosis sebagai epulis fissuratum. Sayangnya, pada
kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi skuamos sel karsinoma atau
19
Tatalaksana Epulis
Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari
operasi.
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi
dengan Garamycin (dosis menyesuaikan untuk profilaksis).
Tahapan operasi
20
f. Komplikasi operasi
Perdarahan
Infeksi
Residif
g. Mortalitas
Sangat rendah
h. Perawatan Pascabedah
i. Follow-Up
21
22
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 55 tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal Pemeriksaan
No. CM
: C594306
KELUHAN SUBYEKTIF
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 20 Juli 2016 pukul 10.00 WIB di poli Gigi dan
Mulut RSDK
Keluhan utama : benjolan pada gusi kanan bawah bagian belakang
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 tahun yang lalu, pasien merasakan sakit gigi sebelah kanan bawah bagian
belakang. Beberapa bulan setelah itu pasien merasa mulai muncul benjolan di
daerah gusi kanan bawah bagian belakang. 5 bulan yang lalu benjolan
semakin lama semakin besar, tidak nyeri, dan tidak mudah berdarah. Pasien
masih bisa makan seperti biasa. 1 bulan yang lalu, pasien berobat ke dokter
gigi keluarga dan mendapat obat kumur namun tidak ada perbaikan.
1 hari SMRS, benjolan dirasan sudah sebesar bola bekel, tidak nyeri, tidak
mudah berdarah, gangguan menelan (-), gangguan bernafas (-), gangguan
bicara (-), pusing (-), sulit membuka mulut (-). Pasien kemudian dirujuk ke
RSUP Dr. Kariadi Semarang.
22
23
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Pasien dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 20 Juli 2016 pukul
10.00 WIB di Poli Klinik Gigi dan Mulut RSUP Dr. Kariadi Semarang.
a
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis, E4M6V5 (GCS 15)
Keadaan gizi : Baik
24
Tanda-tanda vital
TD
: 140/100 mmHg
HR
: 84 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 37,5 C
Gambaran umum lainnya
TB
: 157 cm
BB
: 51 kg
Nutrisi
Hidrasi
: baik
Edema
:-
Pucat
:-
Jaundice
:-
: asimetri (-)
: tidak teraba dari ekstra oral, nyeri tekan (-)
: visus 6/6, diplopia (-), injeksi konjungtiva (-)
: deviasi (-), discharge (-)
: discharge (-)
: normoestesia
25
(-)
Palpasi
26
Status Dental
Gigi 1.1 dan 3.2 missing teeth
Gigi 3.1
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Sondase
Vitalitas
Mobilitas
Gigi 4.1
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Sondase
Vitalitas
Mobilitas
27
Gigi 4.2
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Sondase
Vitalitas
Mobilitas
4
DIAGNOSIS KERJA
Tumor gusi rahang bawah dekstra curiga jinak
Diagnosa Banding
Epulis fibromatosa
Iritation Fibroma
Epulis Granulomatosa (Giant cell)
Initial Plan
Dx
S : benjolan pada gusi kanan bawah bagian belakang
O: Keadaan umum : baik, compos mentis
Darah lengkap, GDS, elektrolit, kimia darah
Rx: Pro Foto Panoramik
Konsul Bedah Mulut ( pro ekskokleasi)
Mx:Keadaan umum, Tanda vital, perjalanan dan perkembangan gejala,
Ex
komplikasi penyakit
:
Menjelaskan kepada pasien agar tetap patuh untuk hidup sehat dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini didapatkan seorang wanita 55 tahun dengan keluhan
keluhan utama benjolan di gusi kanan rahang bawah yang muncul 5 bulan yang
lalu, benjolan mula- mula kecil kemudian makin lama semakin besar, tidak nyeri,
dan tidak mudah berdarah. Pasien masih dapat makan seperti biasanya.
Sebelumnya 1 tahun yang lalu, pasien merasakan sakit gigisebelah kanan bawah
bagian belakang. Pasien telah berobat ke dokter gigi keluarga 1 bulan yang lalu
dan mendapat obat kumur namun tidak ada perbaikan. Saat masuk RS, benjolan
telah berukuran sebesar bola bekel pada gusi kanan pinggir bawah. Nyeri spontan
(-), pusing (-), pingsan (-), sulit membuka mulut (-). Pasien dapat bernapas dan
berbicara seperti biasa. Riwayat keganasan sebelumnya disangkal, riwayat sakit
gigi sebelumnya (+), riwayat trauma daerah bibir dan mulut (-), riwayat
menggunakan gigi palsu dan gigi logam (-), penyakit sistemik (DM, Hipertensi),
penyinaran sebelumnya, merokok, mengkonsumsi alkohol disangkal.
Dari hasil anamnesis, karakeristik benjolan pada pasien sesuai dengan
tumor gingival jinak, yaitu benjolan yang tumbuh pada gusi, memiliki
progresivitas yang cukup lama, tidak ada nyeri spontan, dan tidak mudah
berdarah. Hal ini sesuai dengan sifat tumor gingival jinak yang jarang sekali
menimbulkan nyeri kecuali terdapat infeksi sekunder. Dari hasil anamnesis
diperkirakan etiologi dari tumor gingival pada pasien yaitu iritasi kronis dari
peradangan gigi.
Pada pemeriksaan fisik, diperoleh keadaan umum pasien dalam batas
normal. Pada pemeriksaan ekstraoral tidak didapatkan asimetri wajah,
pembengkakan pada pipi kiri (-), nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar limfonodi
leher (-), dan tidak terdapat trismus. Pada pemeriksaan intraoral Tampak benjolan
takteraturdi ginggiva rahangkanan bawahbagian posterior sebesar bola bekel,
warna sama dengan mukosa, hiperemis (-), oedematous (-), ulcus (-). Dari hasil
palpasi didapatkan benjolan di mukosa bucal rahang bawah kanan (+) ukuran
29
4x3x3 cm, konsistensi kenyal, batas tegas, nyeri tekan (-), fluktuasi (-), kapsul
(-), mudah berdarah (-), permukaan licin, bertangkai (+), mobile (+), lokasi
benjolan kira-kira di belakang gigi 4.7. Pada pemeriksaan gigi geligi pasien
didapatkan kalkulus dan tidak didapatkan tanda penyakit lain. Dari hasil
pemeriksaan ekstraoral dan intraoral dari pasien tersebut didapatkan tanda-tanda
yang mengarah pada diagnosis tumor ginggiva rahang bawah dekstra curiga jinak
dengan diagnosis banding epulis fibromatosa, yaitu massa konsistensi massa
gingiva kenyal, tidak mudah berdarah, batas tegas, tidak mudah berdarah bentuk
29
bertangkai, warna seperti mukosa sekitarnya serta tidak ada kelainan pada
pemeriksaan ekstraoral.
Untuk kepentingan diagnosis pasti, pasien diprogramkan untuk foto
rontgen panoramic serta pemeriksaan labaoraturium darah, kimia klinik, GDS,
serta elektrolit. Pasien juga dirujuk ke bagian gigi dan mulut pada strata fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi untuk tatalaksana lebih lanjut berupa biopsy preeksisi
maupun ekskokleasi. Untuk sementara pasien diberikan terapi simptomatis berupa
analgesik dan edukasi tentang penyakit pasien maupun rencana tatalaksana yang
akan dilakukan, serta hygiene oral yang baik.
30
BAB V
KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang wanita berumur 55 tahun dengan diagnosis
penyakit utama tumor ginggiva rahang bawah dekstra curiga jinak
dengan
dengan
anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik. Penatalaksanaan
31
31
DAFTAR PUSTAKA
1
De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. 2004. Jakarta: EGC
Agus,
Peter.
Lecture
slides.
Tumor
Jaringan
Lunak
Di
Gingiva
Lestari Ika Puji. Prevalensi Tumor Jinak dan Tumor Ganas Rongga Mulut di
RSUP Sanglah Denpasar Bali Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan Terapi
Periode 2009-2010. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
2014
Van der Waal, Isaac. Atlas of Oral Diseases: A Guide for Daily Practice. 2015.
Berlin: Springer
Robbins dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Ed 7. EGC: Jakarta. Hal.
168
10 umar M, Nanavati R, Modi TG, Dobarinya C. Oral Cancer : Etiology and risk
factor: Areview. JCRT 2013; 3(4): 1257-68.
11 Ram H, Sarkar J, et al. Oral Cancer: Risk Factors and Molecular
Pathogenesis. JMOS 2011;10(2):132-137
12 Syafriadi Mei, 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik
RonggaMulut). Jogjakarta: Andi
32
32
13 Liu C, Qin ZP, Fan ZN, et al. New treatment strategy for granulomatous
epulis: intralesional injection of propranolol. Med Hypotheses. 2012;78
2:327329
14 Rajanikanth BR, Srinivas M, Suragimath G, et al. Localized gingival
enlargementa diagnostic dilema. Indian J Dent. 2012;3 1:4448.
15 Eghbalian, Fatemeh, and Alireza Monsef. "Congenital epulis in the newborn,
review of the literature and a case report." Journal of pediatric
hematology/oncology 31.3 (2009): 198-199.
16 Pirie M, et all. Review Dental Manifestation of Pregnancy. The Obstetricians
and Gynaecologist, 2007; 9 ; 21-6.
17 Tandon Shruti, Dsilva Ingrid. Periodontal Physiology During Pregnancy.
Indian J Physiol Pharmacol 2003; 47(4): 367-72.
18 David B, Graham R. Congenital Epulis:A Case Report and Estimation of
Incidence. International Journal of Otolaryngology. 2009
19 Cawson, Roderick A., and Edward W. Odell. Cawson's essentials of oral
pathology and oral medicine. Elsevier Health Sciences, 2008.
20 Leong,
R.,
and
G.
F.
Seng.
"Epulis
granulomatosa:
extraction