Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN
Jurnal 1
Erosive lichen planus: A case report
Lakshmi Balraj, Tejavathi Nagaraj, Naritma Nigam, Sida Tagore
Department of Oral Medicine dan Radiology, Sri Rajiv Gandhi College of Dental
Sciences & Hospital, Bengaluru, Karnataka, India, Department od General
Pathology, Sri Rajiv College of Dental Sciences & Hospital, Bengaluru, Karnataka
India
Wanita 78 tahun datang ke departemen kesehatan mulut dan radiologi dengan
keluhan utama rasa terbakar pada rongga mulut sejak 1 tahun yang lalu dan
memberat saat pasien mengonsumsi makanan pedas. Pasien memiliki riwayat
ekstraksi dan pengunaan prostetik. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan telah
mengonsumsi obat hipertensi utnuk 12 tahun. Kebiasaan makanan beragam.
Pada pemeriksaan ekstra oral, tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan intra oral
ditemukan dua plak diskret pada mukosa bukal sebelah kiri dan dikelilingi oleh area
arosif eritematus berukuran 2,5cm x 3 cm. Pada bukal kanan Nampak striae
berwarna putih keabuan yang tersusun annular dan tampak pigmentasi melanin
pada ujungnya. Pada oberservasi, tampak pula area erosive eritematus pada bagian
posterior dai puncak maxillary alveolar ridge. Semua temuan inspeksi dikonfirmasi
menggunakan palpasi yaitu non-scrapable dan terasa nyeri pada bukal kiri.
Berdasarkan gejala klinis dan riwayat medis pasien ditentukan diagnose sementara
yaitu erosive LP. Differential diagnosis yang perlu dipertimbangkan yaitu lupus
erythematosus, pemphigus vulgaris, dan anthropic candidiasis. Pasien diarankan
untuk melakukan biopsy denagan insisi sebelum melakukan pemeriksaan darah.
Gula darah puasa dan tekanan darah dalam batas normal. Pemeriksaan histopatologi
menunjukkan adanya area dengan atrofi epithelial dan degenerasi sel basal dengan
adanya penebalan lapisan subepithelial akibat infiltrasi cell inflamasi kronis. Semua
komponen ini menunjukkan adanya erosive LP dan mengkonfirmasi diagnose
sementara sebelumnya.
Pasien diterapi dengan kortikosteroid topical yaitu krim oral triamcinolone
acetonide 0.1% selama 3 bulan. Pasien dianjurkan untuk menggunakan krim pada
lesi 3 kali sehari setelah makan dan control 1 minggu kemudian. Saat control,
Nampak adanya remisi pada lesi dan gejala.

OLP merupakan penyakit kronis yang sering terjadi pada wanita paruh byaa dan
disebabkan oleh adanya abnormalitas dari T-cepp mediated immune respons.
Etiologi OLP sangat kompleks dan disebabkan oleh banyak factor. Gejala umum
yang muncul pada OLP adalah lesi reticuler dan lesi erosive, dimana lesi pada oral
lebih sering dari pada lesi pada kulit.
Bentuk erosive dari OLP memiliki tingkat transformasi malignant paling tinggi
diantara bentuk lainnya. Pada sebuah studi menunjukkan peningkatan resiko
terjadinya squamous cell carcinoma pada pasien dengan OLP sebanyak 10 kali lipat
dibanding dengan populasi tanpa OLP.
Kortikosteroid topical atau sistemik merupakan pilihan utama untuk menangani
pasien OLP dengan tujuan mensupresi aktivitas T-cell. Kortikosteroid yang dapat
digunakan, gel clobetasol propionate 0.05%, gel bethamethasone 0.1% atau 0.05%,
gel fluocinonide 0.05% dan salep triamcinolone acetonide 0.1%. Modalitas terapi
lainnya berupa pharmakoterapi menggunakan imunomodulator atau
imunosupresant.
Jurnal 2
Oral Lichen Planus: A case Report
Pradkhshana Vijay, Nilesh Pardhe, Ishank Singhal, Rohit Punga, Harender Singh
Department of Oral Pathology and Microbiology, Faculty odf Dental Sciences,
KGMU, Lucknow.

Pasien laki-laki 25 tahun datang dengan keluhan utama adanya plak keputihan pada
mukosa bukal kiri sejak 1 tahun lalu. Pasien mengeluh rasa terbakar yang
berdampak pada kelitan makan dan menelan selama 6 bulan terakhir. Pasien merasa
tidak nyaman saat konsumsi makanan pedas dan asam. Tidak ada lesi kulit yang
Nampak. Pasien tidak mempunyai riwayat sakit sebelumnya, tidak minum alcohol,
tidak merokok. Pemeriksaan Intraoral menunjukkan adanya whickhams striae pada
mukosa bukal kiri. Berdasarkan pemeriksaan klinis, kasus ini didiagnosa sementara
dengan reticular lichen planus. Pemeriksaan hematologi dan biochemistry normal.
Pada pemeriksaan Histopatologi menunjukkan hilangnya lapisan sel basal
epitelium disertai reaksi inflamasi pada juxta-epithelial. Lapisan penghubung pada
bagian bawah memadat dan menunjukkan adanya infiltrate sel inflamasi kronis
yang didominasi oleh limfosit. Berdasarkan temuan histopatologi maka dapat
ditentukan diagnosis lichen planus. Pasien diterapi dengan topical triamcinolone
acetonide 0.1% untuk 7 hari, dan kapsul Lycostar 2 kali sehari. Pasien disarankan
menghindari makanan pedas dan dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sehat
seperti buah dan sayur. Saat control 1 minggu kemudian, pasien mengatakan adanya
perbaikan pada keluhan. Pasien diedukasi mengenari oral hygiene dan control
dalam 15 hari. Pasien disarankan untuk melakukan tapering pada dosis
kortikosteroisd yang digunakan dan melanjutkan Lycostar selama 3 bulan.

Lichen planus merupakan lesi mukokutaneus yang Nampak pada bukal dan gingiva
akibat adanya abnormalitas pada sel T. OLP merupakan suatu penyakit yang
memiliki resiko keganasan sehingga penitng untuk mendiagnosa dan melakukan
terapi agar tidak terjadi komplikasi meskipun insidensi terjadinya malignansi pada
OLP cukup rendah. Resikol ini dapat diturunkan dengan konseling, oral hygiene
yang baik, dan konsumsi makanan sehat. Lesi yang timbul biasanya bilateral
simetris dan dapat muncul dalam 6 bentuk berbeda, yaitu reticular, popular, plak,
erosive, atropic dan bula. Lesi sering muncul pada mukosa bukal. Lidah dan
gingiva. Terapi utama menggunakan kortikosteroid dengan terapi tambahan berupa
injeksi triamcinolone, retinoids, azathioprine, photodynamic therapy dan laser CO2.
Jurnal 3
Case reports of two clinical forms or oral lichen planus with review of literature
Tejavathi Nagaraj, C. K. Sumana, Arundhati Biswas, Haritma Nigam
Department of Oral Medicine and Radiology. Sri Rajiv Gandhi College of Dental
Sciences, Bengaluru, Karnataka, India

Case 1
Pasien wanita 35 tahun datang dengan keluhan rasa terbakar pada pipi sejak 2 bulan
yang lalu. Sensasi hilang timbul dan memberat saat konsumsi makanan panas dan
pedas. Pasien memiliki riwayat perawatan endodontic 3 bulan yang lalu. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit lainnya. Pemeriksaan intraoral menunjukkan
adanya plak pada mukosa bukal kanan berukuran 2 cm x 1cm pada area molar.
Mukosa bukal kiri menunjukkan wickham striae annular berukuran 2 cm x 1.5 cm
pada area premolar sampai molar. Diagnosa sementara adalah erosive lichen planus
pada mukosa bukan kanan dan reticular lechen planus pada mukosa bukal kiri.
Histopatologi pada lesi mukosa bukal kanan mengkonfirmasi erosive lichen planus.
Pasien diterapi dengan topical triamcinolone acetonide 2 kali sehari.

Case 2
Pasien wanita 51 tahun datang dengan keluhan utama rasa terbakar pada pipi
terutama saat konsumsi makanan pedas dan panas sejak 1 bulan terakhir. Pasien
memiliki riwayat hipotoridism dan sedang dalam pengobatan selama 5 tahun
terakhir. Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya lesi wickhams striae reticular
berukuran 2 cm x 2 cm pada 37 sampai retromolar mukosa bukal kiri. Pemeriksaan
histopatologi mengkonfirmasi diagnosisnya. Pasien diterapi menggunakan
kortikosteroid selama 15 hari.

OLP merupakan penyakit autoimun oleh T-cell dan dapat disebabkan oleh banyak
factor. OLP memiliki korelasi terhadap factor psikogenik sehingga tingkat
keparahannya akan meningkat saat pasien mengalami stress. Tipe OLP: Reticular,
popular, plak, atropic, reosive, ulcerative dan bullous. Pengobatan untuk OLP yaitu
kortikosteroid atau dengan obat imonumodulatory lainnya. Pasien harus tetap
control untuk mencegah meningkatnya kemungkinan terjadinya malignansi.
Jurnal 4
Pigmented Oral Lichen Planus: A Case Report
Firstine Kelsi Hartanto, Thomas George Kallarakal
Department of Oral Medicine, Faculty of Dentistry, Trisakti University, Indonesia
Department of Oro-masillofacial Surgical & Medical Science, Faculty of Dentistry,
University of Malaya, Malaysia
Jurnal 5
Bullous Lichen Planus: A Case Report with Review of Literature
Kumari A and Singh PK
Department of Oral medicine and Radiology, Buddha Institute of Dental Science
and Hospital, Patna, Bihar, India
Department of Periodontics, Buddha Institute of Dental Sciences and Hospital,
Patna, Bihar, India

Case Report
Pasien laki-laki 48 tahun dengan keluhan utama rasa terbakar pada rongga mulut
sejak 8 bulan terakhir. Rasa terbakar sangat mengganggu apabila timbul dan disertai
dengan erupsi cairan dari vesikel dan memburuk saat mengonsumsi makanan pedas
dan panas. Pasiwn memiliki riwayat astma dan penggunaan inhaler steroid. Pasien
juga memiliki riwayat kunjungan ke dokter gigi 4 bulan yang lalu namun gejala
masih belum hilang. Pemeriksaan intraoral menunjukkan lesi campuran merah dan
putih berbentuk irregular berukuran 3 x 4 cm pada mukosa bukal bilateral yang
berawal dari garis oklusi memanjang 2 cm pada bukal kanan dan kiri, dan pada
anteroposterior dari komisura bibir sampai ke retromolar tampak lesi kemerahan
dikelilingi dengan striae berwarna putih. Lesi juga tampak pada mukosa labia atas
dan bawah dengan batas tidak jelas dan tertutup pseudomembran. Pada palpasi
ditemukan nyeri, oermukaan halus dan non-scrapable. Tampak peradangan pada
gingiva, kemerahan, berdarah saat test peobe dan nyeri. Terdapat pocket, stain dan
calculus pada hamper semua gigi. Berdasarkan temuan klinis dan riwayat pasien,
diagnose sementara yang ditetapkan adalah Bullous lichen planus dengan
differential diagnose pemphigus vulgaris atau erosive lichen planus. Pemeriksaan
histopatologi mengkonfirmasi Bollous LP. Pasien diterapi dengan prednisolong
20mg, 2 kali sehari selama seminggu kemudian 10mg 2 kali sheari selama 1
minggu, topical clotrimazole 1%, benzidamine oral rinse 0.15%, ranitidine 150 mg
1 kali sehari untuk 15 hari.

OLP merupakan penyakit inflamasi kronis pada mukokutaneus dan dapat muncul
dengan berbagai bentuk. Bullous merupakan salah satu bentuk yang jarang ditemui.
Bulla intraoral akan segera rupture begitu mereka muncul dan menghasilkan
gambaran OLP erosive. Riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik penting dalam
menentukan diagnosis namun pemeriksaan biopsy dibutuhkan untuk membedakan
OLP dengan penyakit lesi kronis pada rongga mulut lainnya.
Tujuan pengobatan OLP saat ini adalah menghilangkan lesi kemerahan pada
mukosa, dan menghilangkan gejala yang menyertai. Saat ini kortikosteroid
merupakan obat pilihan utama untuk OLP.
Jurnal 6
Achondroplasia with Oral Lichen Planus – A Case Report
Nivedita CKVS, Ajit D. Dinkar, Sonam Khurana
Department of Oral Medicine and Radiology, Goa Dental College and Hospital,
Goa, India

Pasien laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan utama rasa terbakar pada mukosa
bibir saat mengonsumsi makana pedas dan panas sejak 2 bulanyang lalu. Pasien
memiliki riwayat iritasi kronis pada mukosa bukal akibat terjebaknya pipi bagian
dalam diantara gigi. Pasien lahir dari orang tua yang tidak memiliki hubungan darah
dan lahir cukup bulan. PAsien memiliki kakak yang normal dan dua adik yang
memiliki posture pendek. Pasien memiliki riwayat epilepsy dan dalam pengobatan
sodium valproate. Test kognitif dan kepintaran menunjukkan pasien memiliki
tingkat pemahaman yang rendah, kurang kontak mata, gelisah, dan reaksi yang
lambat. IQ 69-75 dan dikategorikan normal.
Pemeriksaan fisik menunjukkan postur pendek, lordotic lumbar spine, pemendekan
tangan dan kaki, tangan pendek dan gemuk.. anthropometry menunjukkan tinggi
124,9 cm berat 35 kg, dengan rasio tungkai atas dan tungkai bawah >1. Lingkar
kepala 49.7 cm. Vital sign normal. Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan adanya
enlarged calvarium, brachycephaly, midfacial hypoplasia, pelebaran nasal bridge
dan pelebaran competent lips. Dagu tidak menonjol. Pemeriksaan Intra oral
menunjukkan adanya area kemerahan berbatas difus dengan ulcer pada mukosa
bukal kanan dan kiri dengan adanya area keratotic dan pigmentasi pada area
retrokomisura. Tampak striae berwarna putih tersusun annular pada labial bawah
bersama dengan adanya kemerahan pada gingiva marginal dan papiler serta lesi
tidak nyeri saat dipalpasi. Temuan lainnya berupa meningkatnya kemiringan gigi
atas dan bawah ke depan, dan adanya resesi gingiva secara umum. Ukuran, bentuk,
dan jumlah gigi normal dengan adanya beberapa karies.
Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya missing pada 34, 36, 37, 46, dan 47.
Enlarged calvarium dengan peningkatan jarak transversal, J shape sella,
pemendekan skull base, returded maxilla. Pada cephalogram lateral tampak
proclinedmaxilarry and mandibular incisors. Diagnosis akhir achondroplasia
ditentukan berdasarkan riwayat, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya fibro collagenous tissue tertutup
stratified squamous epithelium yang menunjukkan hyperkeratosis, acantosis dan
pembentukan bulla epithelial. Jaringan subepitelial menunjukkan adanya infiltrate
inflamasi kronis. Temuan ini menandakan adanya lichen planus. Pada masa
pengobatan, pasien mendapat steroid topical clobetasol 0.01% dengan prednisolone
30 mg dosis terbagi. Pasien rutin control setiap 1-2 minggu sekali selama 2 bulan.
Saat tidak ada lagi lesi aktif, dosis obatnya diturunkan dan control 6 bulan
kemudian.

Achondroplasia merupkan suatu kondisi akibat terjadinya mutase pada FGFR3,


termasuk didalamnya hypochondroplasia, severe achondroplasia with
developmental delay and acanthosis nigricans (SADDAN) dan thanatophoric
dysplasia, yang dapat dibedakan melalui analisis radiografi dan molekuler. Pada
kondisi heterozygous achondroplasia bukan penyakit yang mematikan namun
pasien yang mengidap akan mengalami gangguan berupa kompresi
cervicomedullary, spinal stenosis, obesitas, dan gangguan tidur obstruktif. Pada
kondisi homozygous, achondroplasia bersifat lethal akibat deformitas tulang rusuk
yang menyebabkan insufisiensi respirasi.
Jurnal 7
Lichen Planus of the Tongue Case Report
Yousif I Eltohami, Nour E Alim, Amal H Abuaffan
Faculty of Dentistry, University of Khartoum, Sudan

Pasien laki-laki 36 tahun datang dengan keluhan rasa terbakar dan kesulitan makan
serta menelan mendadak sejak 18 hari yang lalu. Tidak ada riwayat medis dan
social. Pada pemeriksaan ditemukan adanya ulkus dangkal berbatas difus dan nyeri
tanpa discharge dan Nampak patchs berwarna putih pada seluruh lidah dan mukosa
bukal bilateral.Pemeriksaan histologi menunjukkan karakterikstik lichen planus.
Pengobatan dilakukan dengan steroid oral dosis tinggi dan membaik dalam 1
minggu pengobatan.

OLP mempengaruhi 1-2% dari total populasi dunia dengan predileksi wanita usia
30-70 tahun dan muncul pada mukosa bukal, dorsum lidah, dan gingiva. Pada kasus
ini usia pasien masih dalam rentang yang sesuai meskipun kejadian pada laki-laki
jarang terjadi. Posisi lesi pada lidah merupakan salah satu predileksi penyakit.
Pasien direncanakan control rutin dan pemeriksaan fisik rutin. Terapi bertujuan
untuk memperpendek lama dan keparahan gejala yang muncul, terutama pada tipe
erosive yang memiliki resiko menjadi keganasan memerlukan penanganan segera
dan control rutin.
Jurnal 8
Oral Lichen Planus: A case series
Durga Okade, Tejavathi Nagaraj, Poonam Sahu, Swati Saxena, Arundhati Biswas,
Soniya Kongbrailatpam
Department of Oral Medicine and Radiology, Sri Rajiv Gandhi College of Dental
Sciences, Bengaluru, Karnataka, India

Anda mungkin juga menyukai