Anda di halaman 1dari 4

LBM 5

Pertanyaan :
1. Apa penyebab yang menimbulkan bercak ungu pada bibir seperti kasus di skenario?

FDE adalah erupsi alergi obat yang sering dicetuskan oleh obat atau bahan kimia. Tidak ada faktor
etiologi lain yang dapat mengeliminasi
Pasien fixed drug eruption dapat sembuh dengan menghentikan obat yang diduga sebagai alergen,
serta diberikan anti inflamasi kortikosteroid, meskipun Lesi pada perioral warnanya memudar, tetapi
tidak hilang dan menetap.

1. Patogenesis FDE diduga merupakanFixed drug eruption adalah erupsi alergi obat
yang bila berulang akan timbul pada tempat yang sama.. Lesi berupa makula oval atau
bulat berwarna merah tau keunguan, berbatas tegas, dapat ditemukan bula diatasnya,
dapat dijumpai pada kulit dan mukosa, terutama pada bibir dan genital.

2. reaksi hipersensitifitas tipe lambat dan dihubungkan dengan genetik adanya kesamaan
pada HLA B12.

2. Apa saja klasifikasi dari alergi antibiotik? (nada)


3. penatalaksanaan dr kasus tsb? (melia)

1. Penatalaksanaannya yang terutama adalah penghentian penggunaan obat yang diduga


mencetuskan FDE, pengobatan oral dengan antihistamin dan pengobatan

topikal tergantung lesi jika basah diberikan kompres dan jika kering dapat diberikan
kortikosteroid topikal.

1. Hentikan penggunaan obat yang diduga sebagai penyebab.

2. Pengobatan Sistemik

Pemberian kortikosteroid sistemik biasanya tidak diperlukan.Untuk keluhan rasa gatal pada
malam hari yang kadang mengganggu istirahat pasien dan orang tuanya dapat diberikan
antihistamin generasi lama yang mempunyai efek sedasi

3. Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit apakah kering atau basah.

a. Jika lesi basah dapat diberi kompres secara terbuka. Tujuannya adalah untuk mengeringkan
eksudat, membersihkan debris dan krusta serta memberikan efek menyejukkan.
Pengompresan dilakukan cukup 2-3 kali sehari, biarkan basah (tetapi tidak sampai menetes)
selama ±15-30 menit. Eksudat akan ikut mongering bersama penguapan. Biasanya
pengompresan cukup dilakukan 2 sampai 3 hari pertama saja. Cairan kompres yang dapat
dipilih antara lain larutan NaCl 0,9 atau dengan larutan antiseptik ringan misalnya larutan
Permanganas Kalikus 1:10.000 atau asam salisilat 1:1000
b. Jika lesi kering dapat diberi krim kortikosteroid misalnya krim hidrokortison 1 % atau
2,5%. Lesi hiperpigmentasi tidak perlu diobati karena akan menghilang dalam jangka waktu
lama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan kortikosteroid topikal pada
bayi dan anak:

1. Pilihlah potensi kortikosteroid sesuai dengan daerah atau lokasi yang akan diobati,
misalnya daerah lipatan (aksila,popok) atau muka sebaiknya menggunakan potensi
rendah sedangkan pada badan atau ekstremitas dapat diberikan potensi sedang.
2. PIlihlah potensi terendah yang dapat menghilangkan kelainan kulit dalam waktu
sesingkat mungkin. Sedapat mungkin hindari penggunaan kortikosteroid yang sangat
poten, terutama untuk anak berusia kurang dari 12 tahun.

3. Gunakan vehikulum yang tepat sesuai kondisi kelainan kulit, misalnya salap untuk
lesi kering dan tebal serta krim untuk radang ringan atau lipatan.

4. Aplikasi 2 kali sehari selama 7- 14 hari biasanya cukup

5. Hati-hati dengan penggunaan kortikosteroid potensi sedang sebanyak > 15g/minggu.

6. Penggunaan di daerah yang oklusif harus hati-hati, misalnya daerah popok atau aksila

3. bagaimana pemeriksaan terkait kasus tersebut (dapul)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang khas Riwayat
perjalanan penyakit yang rinci, termasuk pola gejala klinis, macam obat, dosis,waktu dan
lama pajanan serta riwayat alergi obat sebelumnya penting untuk membuat diagnosis. Selain
itu pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang

diagnosis:

1. Biopsi kulit membantu untuk memastikan diagnosis atau menyingkirkan diagnosis


banding

2. Uji tempel obat merupakan prosedur yang tidak berbahaya . Reaksi anafilaksis sangat
jarang terjadi, dan untuk mengantisipasinya dianjurkan mengamati penderita dalam
waktu setengah jam setelah penempelan. Secara teoritis dapat terjadi sensitisasi akibat
uji tempel, namun dalam prakteknya jarang ditemui. Tidak dianjurkan melakukan uji
tempel selama erupsi masih aktif maupun segera sesudahnya. Berdasarkan
pengalaman para peneliti, uji tempel sebaiknya Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan gambaran klinis yang khas

5. Bagaimana pathogenesis nya (fira)

1. Patogenesis FDE diduga merupakanFixed drug eruption adalah erupsi alergi obat
yang bila berulang akan timbul pada tempat yang sama.. Lesi berupa makula oval atau
bulat berwarna merah tau keunguan, berbatas tegas, dapat ditemukan bula diatasnya,
dapat dijumpai pada kulit dan mukosa, terutama pada bibir dan genital.
2. reaksi hipersensitifitas tipe lambat dan dihubungkan dengan genetik adanya kesamaan
pada HLA B12.

6. Bagaimana gambaran klinis dari penyakit skenario di atas? (gia)

FDE dapat timbul dalam waktu 30 menit sampai 8 jam setelah ingesti obat secara oral. Lesi
berupa makula oval atau bulat, berawarna merah atau keunguan, berbatas tegas, seiring
dengan waktu lesi bisa menjadi bula, mengalami deskuamasi atau menjadi krusta.. Ukuran
lesi bervariasi mulai dari lentikuler sampai plakat. Lesi awal biasanya soliter, tapi jika
penderita meminum obat yang sama maka lesi yang lama akan timbul kembali disertai
dengan lesi yang baru. Namun jumlah lesi biasanya sedikit. Timbulnya kembali lesi ditempat
yang sama menjelaskan arti kata “fixed” pada nama penyakit tersebut.
Lesi dapat dijumpai dikulit dan membran mukosa yaitu di bibir, badan, tungkai, tangan dan
genital. Tempat paling sering adalah bibir dan genital. Lesi FDE pada penis sering disangka
sebagai penyakit kelamin

7. Bagaimana diagnosis dari skenario di atas?(ripki)


FDE umumnya terjadi pada alat kelamin, bibir, batang tubuh, dan tangan. Meskipun lesi
berbeda, diagnosis FDE sering terlewat karena tidak ada karakteristik yang sama seperti
ruam obat morbilliform yang lebih umum. Diagnosis dapat dipastikan dengan pemeriksaan
histopatologi dari spesimen biopsi pukulan kecil.
Histopatologi adalah prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh yang
diambil melalui biopsi atau operasi di bawah mikroskop.

8. bagaimna mekanisme terjadinya alergi antibiotik


9. apa gejala penyakit tsb?(lntng)

Gejala lokal meliputi gatal dan rasa terbakar , jarang dijumpai gejala sistemik.

keluhan kemerahan atau luka pada sekitar mulut, bibir, atau di alat kelamin, yang terasa panas.
Keluhan timbul setelah mengkonsumsi obat-obat yang sering menjadi penyebab seperti
Sulfonamid, Barbiturat, Trimetoprim, dan analgetik. Anamnesis yang dilakukan harus mencakup
riwayat penggunaan obat-obatan atau jamu. Kelainan timbul secara akut atau dapat juga beberapa
hari setelah mengkonsumsi obat. Keluhan lain adalah rasa gatal yang dapat disertai dengan
demam yang subfebril.

Faktor Risiko

1. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh pajanan sinar


matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka)
2. Riwayat atopi diri dan keluarga
3. Alergi terhadap alergen lain
4. Riwayat alergi obat sebelumnya
10. Apakah bercak tersebut berbahaya? dan bagaimana cara mengobatinya?
Pasien fixed drug eruption dapat sembuh dengan menghentikan obat yang diduga
sebagai alergen, serta diberikan anti inflamasi kortikosteroid, meskipun Lesi pada
perioral warnanya memudar, tetapi tidak hilang dan menetap

11. Bagaimana pencegahan penyakit tersebut ?

dengan menghindari obat yang diduga sebagai alergen,

serta diberikan anti inflamasi kortikosteroid, meskipun Lesi pada perioral warnanya memudar, tetapi tidak
hilang dan menetap.

Anda mungkin juga menyukai