BLOK 19 MODUL 2
Kelompok 4
Nama Anggota:
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
Skenario 2 "Hadeeuuhh Gigiku"
Nadya (9 tahun) besama ibunya datang ke RSGMP untuk konsultasi mengenai keadaan gigi
depan atas yang terlihat maju. Ibu Nadya merasa cemas dengan keadaan gigi anaknya yang
menyebabkan wajah Nadya terlihat kurang menarik.
Dokter gigi melakukan anamnesa, menanyakan riwayat gigi keluarganya. Pemeriksaan intra
oral menunjukkan gigi yang ada 16, 55, 14, 5, 12, 1, 21, 22, 63, 24, 65, 26, 36, 75, 74, 33, 32, 31,
41, 42, 85, 46, partial erupsi gigi, 43 44. Relasi molar tonjol mesio bukal molar satu atas erkontak
dengan lekuk bukal molar satu bawah, jarak gigit 7,5 mm, tumpang gigit 4, mm, bentuk kepala
dolicosepalik, bentuk wajah leptoprosop, profil muka cembung. Analisa sefalometri menunjukkan
SNA=830, SNB=810, fasial angle=900.
A. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi
B. Menentukan masalah
Uraian:
A. Terminologi
1. Dolicosefalik
Dolicosefalik adalah bentuk kepala yang panjang dan sempit.
2. Leptoprosop
Leptoprosop adalah bentuk muka yang tinggi dan sempit.
3. SNA
SNA adalah posisi maksila terhadap basis cranium.
4. SNB
SNB adalah posisi mandibular terhadap basis cranium.
5. Facial Angle
Facial Angle adalah yang dibentuk dari garis Fh dengan NPog yang menunjukkan protusif
mandibular.
B. Masalah
Ket :
- Mesosefalik : 76 80,9
- Branoisefalik : > 81
- Skrup ekspansi
- Labial bow
D. Skema
Nadya (9 tahun)
Pergi ke RSGMP dengan
keluhan Gigi Anterior rahang
atas terlihat maju
Rencana Perawatan
F. Kumpulan informasi
GOLONGAN MALOKLUSI :
Dental displasia
Skeletal dysplasia
1. Dental displasia :
Maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang dalam
hubungan abnormal satu dengan lain.
Hubungan rahang atas dan rahang bawah normal
Keseimbangan muka dan fungsi normal
Perkembangan muka dan pola skeletal baik
Macam-macam kelainan :
Misalnya : kurang tempatnya gigi dalam lengkung, oleh karena prematur loss,
tambalan kurang baik, ukuran gigi lebih besr, sehingga dapat terjadi keadaan
linguiversi, labioversi dan sebagainya.
Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang tidak
normal pada hubungan rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan rahang
terhadap kranium, fungsi otot dapat normal atau tidak tergantung macam kelainan
dan derajat keparahan kelainan tersebut.
3. Skeletal Displasia
Dalam kelainan skeletal displasia terdapat hubungan yang tidak normal pada :
Jika mandibula dengan lengkung giginya dalam hubungan mesiodistal yang normal
terhadap maksila.
Tanda-tanda :
a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada celah bagian bukal (buccal
groove) gigi M1 bawah.
b. Gigi C atas terletak pada ruang antara tepi distal gigi C bawah dan tepi
mesial P1 bawah.
c. Tonjol mesiolingual M1 atas beroklusi pada Fossa central M1 bawah.
Dr. Martin Dewey membagi klasifikasi kelas I maloklusi Angle menjadi 5 tipe yaitu :
Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C
ektostem
Tipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi
Tipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik
(anterior crossbite).
Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.
Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat
prematur ekstraksi.
Disebut sub divisi bila kelas II hanya dijumpai satu sisi atau unilateral.
Tanda-tanda :
a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi dengan bagian distal tonjol distal
gigi M1 bawah dan tepi mesial tonjol mesial tonjol mesial gigi M2 bawah.
b. Terdapat gigitan silang atau gigitan terbalik atau cross bite anterior pada relasi
gigi anterior.
c. Lengkung gigi mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan
yang lebih mesial terhadap lengkung gigi maksila.
d. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi pada ruangan interdental antara
bagian distal gigi M1 bawah dengan tepi mesial tonjol mesial gigi M2 bawah.
Kelas III Angle dibagi menjadi :
True Class III maloklusi skeletal kelas III
Pseudo Class III pergerakan ke depan dari manibula ketika rahang menutup
Class III Subdivision kondisi dikarakteristik pada hubungan molar klas III pada
satu sisi dan hubungan molar klas I di sisi yang lain
Dr. Martin Dewey membagi klasifikasi kelas III maloklusi Angle menjadi 3 tipe yaitu :
Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak normal.
Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi ada
linguoversi dari gigi anterior mandibula.
Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi anterior
maksila; lengkung gigi mandibula baik
Metode yang lebih klinis untuk mengklasifikasikan maloklusi didasarkan pada hubungan gigi
insisivus rahang atas dan rahang bawah. Ini merupakan cerminan yang lebih benar hubungan dasar
pada basis kerangka dan sering menjadi perhatian pasien. pada dasarnya adalah klasifikasi Angle,
seperti yang diterapkan pada gigi insisivus. didefinisikan pada hubungan ujung insisivus
mandibular ke cingulum gigi insisivus sentral rahang atas, dibagi atas :
Class I ujung gigi insisivus bawah beroklusi atau berada di bawah dataran tinggi
cingulum gigi insisivus atas
Class II ujung gigi insisivus bawah beroklusi atau terletak di posterior dataran tinggi
cingulum gigi insisivus atas.
Klasifikasi ini dibagi lagi menjadi:
- Class II, Divisi I : overjet meningkat dengan gigi insisivus atas tegak lurus (gigi
insisivus atas proinklinasi)
- Class II, Divisi II :gigi insisivus atas retroinklinasi, dengan overjet normal atau kadang
meningkat.
Class III ujung insisivus bawah beroklusi atau terletak di anterior dataran tinggi cingulum
gigi insisivus atas.
Kebingungan bisa timbul bila gigi seri atas tegak lurus atau retroclined, tapi dengan bertambah
overjet Hal ini menyebabkan diperkenalkannya Class II intermediet (Williams dan Stephens,
1992):
Class II intermediet tepi gigi insisivus bawah terletak di posterior dataran cingulumgigi
seri atas. Gigi seri atas berdiri tegak atau sedikit bergaris dan overjet terletak di antara 5 dan
7 mm.
Kenyataannya, overjet yang meningkat dengan gigi insisivus atas retroclined ada dalam deskriptif
Class II divisi 2.
1. Faktor Ekstrinsik
a. Keturunan (hereditair)
b. Kelainan bawaan (kongenital) misal : sumbing, tortikollis, kleidokranial diostosis,
cerebral plasi, sifilis dan sebagainya.
c. Pengaruh lingkungan
Postnatal, misalnya : luka kelahiran, cerebal palsi, luka TMJ dan sebagainya.
d. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit
Gangguan metabolisme
Penyakit infeksi
Kelainan bicara
g. Posture tubuh
2. Faktor Intrinsik :
a. Kelainan jumlah gigi
c. Kelainan bentuk
e. Prematur los
f. Prolong retensi
i. Ankilosis
j. Karies gigi
FAKTOR EKSTRINSIK
Faktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari orang
tuanya atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus suatu ras
atau bangsa misalnya bentuk kepala atau profil muka sangat dipengaruhi
oleh ras atau suku induk dari individu tersebut yang diturunkan dari kedua
orang tuanya. Bangsa yang merupakan prcampuran dari bermacam-macam ras atau
suku akan dijumpai banyak maloklusi
b. Kelainan bawaan
Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan
misalnya sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah langit-langit (cleft
palate).
Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat
tegak mengkibatkan asimetri muka.
Kleidokranial disostosis adalah tidak adanya tulang klavikula baik sebagian atau
seluruhnya, unlateral atau bilateral, keadaan ini diikuti dengan terlambatnya
penutupan sutura kepala, rahang atas retrusi dan rahang bawah protrusi.
Serebral palsi adalah adanya kelumpuhan atau gangguan koordinasi otot yang
disebabkan karena luka didalam kepala yang pada umumnya sebagai akibat
kecelakaan pada waktu kelahiran. Adanya gangguan fungsi pada otot-otot
pengunyahan, penelanan, pernafasan dan bicara akan mengakibatkan oklusi gigi
tidak normal.
Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan
terjadinya kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkan
c. Gangguan keseimbangan endokrine
Misal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-beri
(kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.
1. Kedudukan dan penyesuaian antara otot-otot perioral dengan bentuk dan ukuran
lidah mempengaruhi keseimbangan oklusi (oklusi normal). Adanya penyesuaian
antara bentuk muka, bentuk dan ukuran rahang dan lidah.
Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.
kedudukan bibir.
3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan gigi
berjejal atau bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan panjang
lengkung rahang, penyesuaian antara rahang atas dan rahang bawah mengakibatkan
terjadinya mandibuler retrusi atau prognatism.
Lebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary. Dapat terjadi pada rahang
atas maupun rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang bawah. Urutan
kemungkinan terjadi kekurangan gigi adalah sebagai berikut :
- Pada kelainan jumlah gigi kadang diikuti dengan adanya kelainan bentuk
atau ukuran gigi. Misalnya bentuk pasak dari gigi seri II (peg shaps tooth).
Salah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran gigi
tidak sesuai dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit dibandingkan
dengan lebara lengkung rahang sehingga meyebabkan crowded atau spasing.
c. Kelainan bentuk gigi
Kelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk pasak)
atau gigi bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi (karena
fungsi) besar pengaruhnya terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada gigi sulung
(desidui).
d. Kelainan frenulum labii
e. Premature los
Fungsi gigi sulung (desidui) adalah : pengunyahan, bicara, estetis
Juga yang terutama adalah menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu
mempertahankan tinggi oklusal gigi-gigi lawan (antagonis), membimbing erupsi gigi
tetap dengan proses resopsi.
Akibat premature los fungsi tersebut akan terganggu atau hilang sehingga dapat
mengkibatkan terjadinya malposisi atau maloklusi.
Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung atau
karena jaringan mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan
eksisi. Kadang-kadang hilang terlalu awal (premature los) gigi sulung akan
mempercepat erupsinya gigi tetap penggantinya, tetapi dapat pula menyebabkan
terjadinya penulangan yang berlebihan sehingga perlu pembukaan pada waktu gigi
permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap penggantinya dapat dicegah.
Merupakan akibat lebih lanjut dari gangguan lain. Misalnya adanya pola herediter
dari gigi berjejal yang parah akibat tidak seimbangnya lebar dan panjang lengkung
rahang dengan elemen gigi yaitu adanya : persistensi atau retensi, Supernumerary,
pengerasan tulang, tekanan-tekanan mekanis : pencabutan, habit atau tekanan
ortodonsi, faktor-faktor idiopatik (tidak diketahui)
h. Ankilosis
Ankilosis atau ankilosis sebagian sering terjadi pada umur 6 12 tahun. Ankilosis
terjadi oleh karena robeknya bagian dari membrana periodontal sehingga lapisan
tulang bersatu dengan laminadura dan cemen.
Ankilosis dapat juga disebabkan oleh karena gangguan endokrin atau penyakit-
penyakit kongenital (misal : kleidokranial disostosis yang mempunyai predisposisi
terjadi ankilosis, kecelakaan atau trauma).
i. Karies gigi
Contoh : jika pasien mengeluh protusi dan gigi I tidak teratur, maka harus diutamakan
keluhannya, walaupun ada gigi yang butuh perawatan.
Kemungkinan perawatan
1. Interaksi antar kemungkinan solusi, kalau bisa rencana perawatan yang kita
lakukan bisa menjadi solusi untuk masalah yang lainnya juga.
Informed consent.
Timing of treatment
Kebanyakan maloklusi bisa terjadi pada masa awal gigi bercampur dan perawatan
dapat dimulai pada masa ini (ekspansi rahang). Disarankan untuk melakukan
perawatan sejak dini untuk memaksimalkan pertumbuhkan. Mengurangi resiko jika
gigi insisivus maksila prominen, mengurangi kemungkinan ekstraksi,
menyederhanakan perawatan selanjutnya. Selain itu juga manfaat psikologinya agar
meningkatkan kepercayaan diri akan tetapi perawatan yang terlalu dini juga
memiliki kerugian, seperti :
Waktu yang paling tepat untuk memulai treatment adalah saat masa akhir periode
gigi bercampur, lebih tepatnya setelah hilangnya masa molar kedua desidui.
Hasilnya akan terlihat dalam waktu yang cepat, tetapi ada beberapa perawatan yang
sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Seperti :
2. Kelas II skeletal
1. Memposisikan gigi dan skeletal serta jaringan lunak untuk mendapatkan bentuk
wajah yang estetik.
Alat Lepasan : Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.
c. Plat Ekspansi
d. Aktivator/Monoblock
B. Komponen Retentif :
1. Klamer / Clasp
2. Kait / Hook
B. Komponen Aktif :
C. Komponen Pasif :
Keterangan :
B. Komponen Retentif
C. Komponen Aktif
D. Komponen Pasif
E Komponen Penjangkar
Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat akrilik,
berfungsi untuk :
Stabilitas alat di dalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut berfungsi
(mengunyah, bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian, mempertinggi akurasi /
ketepatan tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar di daerah rahang bagian depan .
Untuk mencapai stabilitas alat yang maksimal ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan karena plat yang
terlalu lebar akan menggangu fungsi lidah dan kenyamanan pemakaian.
2. Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa mulut, permukaan
plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan rasa menekan, tepi plat dapat
beradaptasi dengan kontur permukaan cervical di palatinal/lingual gigi-gigi masuk dengan
pas didaerah interdental membentuk Verkeilung, tanpa ada celah tempat terselipnya sisa
makanan.
3. Plat di daerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan sehingga tidak tertahan setelah
mendapat tekanan dari pir atau busur labial yang telah diaktifkan.
Plat dasar di daerah gig-gigi yang akan digerakan dapat dibebaskan sehingga pir-pir
penggerak gigi tersebut tampak terbuka, tetapi dalam keadaan tertentu untuk menghindari
terganggunya lidah, atau pada pemasangan pir dibawah bite plane anterior plat masih tetap
menutupi pir-pir tersebut tapi tetap dalam keadaan bebas dalam box/ruangan di bawah plat.
Bagian kawat yang tertanam didalam plat (basis spring) ujungnya harus dibengkokkan
untuk retensi agar tidak mudah lepas, dan bagian retensi tersebut harus berada dalam ketebalan
platnya.
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen retentif dari alat
ortodontik lepasan .
Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait /
hook, berfungsi untuk :
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga pada gigi
yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus, tidak memerlukan banyak
materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan pada
gigi desidui atau gigi permanen yang baru erupsi.
Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 0,9 mm, sedangkan untuk
gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm. bagian-bagiannya terdiri dari : legan, pundak, dan
basis.
Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan.
Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi anterior.
Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm
untuk gigi anterior. Bagian-bagiannya terdiri dari : Cross bar, U loop, pundak, dan basis.
Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak panah, masuk
daerah interdental membentuk sudut 90 terhadap posisi lengannya. Lengan tidak boleh
menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm di sebelah bukalnya, lengan juga tidak boleh
terlalu panjang sampai melebihi posisi vornic supaya tidak melukai sulcus buccalis.
Klamer ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya dipakai
sebagi bagian retentif plat ekspansi. Diameter kawat yang di pakai : 0,7 mm
4. Klamer Modifikasi
Modifikasi klamer berupa tekukan kawat yang ujungnya men cengkram
permukaan interdental dua buah gigi bersebelahan.Bagian-bagiannya terdiri dari :
basis, pundak, dan ujung (End).
Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di daerah interdental pada gigi
posterior, pemasangannya bisa dikombinasikan dengan klamer C Dibuat dari kawat
berdiameter 0,7 mm
Sesuai dengan namanya busur labial merupakan kawat melengkung yang menempel pada
permukaan labial gigi-gigi.
Bagian-bagiannya :
Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior berfungsi untuk :
1. Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.
2. Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary
3. Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs
4. Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut
F. PLAT AKTIF
Plat Aktif merupakan alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan komponen aktif yang
berfungsi untuk menggerakkan gigi
Plat Aktif merupakan alat/pesawat ortodontik bersifat:
1. Removable/lepasan, karena dalam pemakaiannnya dapat dipasang dan dilepas oleh pasien
sendiri
2. Aktif:, karena bagian-bagian dari alat tersebut secara aktif dapat menghasilkan suatu
kekuatan untuk menggerakkan gigi.
3. Mekanik, karena kekuatan yang dihasilkan memberikan tekanan atau tarikan secara mekanis
kepada gigi.
4. Korektif, karena alat ini dipakai utuk tujuan merawat kelainan letak gigi (malposisi),
1. Cobourne, MT dan D Biase A,t., Walmsley AD., Handbook of Orthodontics, 2010, Mosby
Elsevier. St Louis.
2. Moyers, Robert E., Handbook of Orthodontics, 4th ed,1988. Year Book Medical Publishers.
London
3. Singh, Gurkeerat., Textbook of Orthodontics, 2nd ed, 2007, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi.
5. Iman, Prihandini., Buku Ajar Ortodonsia II, 2008, Gadjah Mada University. Yogyakarta