1. IDENTITAS
No. Kartu : W. 22261
Nama Pasien : Paulus Karamoy
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kauditan
2. KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun yang berdomisili di Kauditan datang
ke klinik RSGM PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin dibuatkan gigi palsu
rahang atas dan rahang bawah karena telah banyak kehilangan gigi. Pasien
mengalami kesulitan ketika mengkonsumsi makanan dan merasa tidak nyaman
karena mempengaruhi penampilannya.
Foto wajah
Gambaran Klinis
3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hiper/hipotensi
Kelainan darah
Haemophilia
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi obat
Alergi makanan Udang
Hamil/menyusui
K. K. Tl.
Fasial Neuromuscular TMJ
Ludah Limfe Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Gangguan
t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Fungsi
6. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : Tidak bengkak; Tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
Pemeriksaan
Dilakukan secara (1) palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari
telunjuk ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian
pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan.
Rasakan apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. (2) auditori, pada
saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula menggunakan
stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). (3) visual, memperhatikan kondilus
ketika bagian ini menggerakan kulit pelindungnya, bila terdapat kelainan
(pembengkakan) maka hentakan/lompatan dapat terlihat dengan jelas pada
regio ini. (4) nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan
bagian lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan
kedalam Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya kearah
depan. Rasa sakit menunjukkan adanya peradangan/pembengkakan.
d. Bibir : Simetris
Panjang bibir : Sedang
Kekuatan : Sedang
Bibir yang tidak simetris akan mempengaruhi faktor estetis dalam
pembuatan gigi tiruan. Tonus otot bibir akan mempengaruhi penentuan
garis-garis orientasi. Tonus bibir yang kuat akan mempengaruhi
kestabilan gigi tiruan.
Cara pemeriksaan :
(1) Bentuk bibir diperiksa secara visual dengan cara menarik garis
median wajah yang terletak pada titik Glabella-Subnasion-
Pogonion, kemudian bandingkan dan amati bentuk bibir bagian
kanan dan kiri. Adapun titik landmark pada bibir yang dapat
dijadikan panduan yaitu titik lip upper line, titik chelion, titik
stomion, dan titik lip lower line.
(2) Ukuran bibir, diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal
imaginer interpupil dan garis vertikal imaginer ala nasi. Bila ip < C
> al = normal, ip > C > al = panjang, ip < C < al = pendek.
- Dalam mulut
a. Bentuk lengkung RA : Lonjong
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke
dalam rongga mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat (1)
persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan
bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar. (2)
lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung
posterior melengkung. (3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C)
lebih kecil dibandingkan bentuk lengkung posterior maka, berbentuk
lancip.
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk linggir pasien. (1)
persegi, bila linggir pada permukaan labial/bukal sejajar permukaan
lingual/palatal. (2) lonjong, bila linggir membulat bentuknya dan tidak
sama rata /sejajar permukaan labial/bukal dengan lingual/palatal. (3)
lancip, bila linggir berpuncak sempit dan tajam seperti pisau. (4) bulbous,
bila linggir membesar/melebar dipuncaknya dan terdapat leher/gerong.
Bentuk persegi paling menguntungkan karena sisi sejajar dapat menahan
daya ungkit dan perpindahan pada gigi tiruan sedangkan bentuk lancip
dapat menimbulkan rasa sakit sehingga pembuatan gigi tiruan nantinya
harus dibuat dengan baik serta rapat agar dapat mencegah hal tersebut.
e. Hubungan RA – RB :normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior
RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB.Kemudian digerakan secara
vertikal dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung
kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar
dengan linggir rahang bawah,(2) retrognatik, apabila linggir rahang bawah
terletak lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila
linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang
atas.Pemeriksaan ini berguna memberi pedoman untuk penyusunan gigi
dengan tidak menganggu estetik.
dan (3) pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung tidak bergerak.
m. Perlekatan otot labial RA : Sedang
Perlekatan otot bukal Ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal Ki. : Sedang
Perlekatan otot labial RB : Dangkal
Perlekatan otot lingual : Dangkal
Perlekatan otot bukal Ka. : Dangkal
Perlekatan otot bukal Ki. : Dangkal
Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan
kedalam vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal
tegak lurus.Kemudian diangkat dan diamati kedalaman perlekatan otot
nya. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi (1) dalam, apabila
seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang
terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang
terbenam.
q. Retromylohyoid :Dalam
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal
tegak lurus hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1)
dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca
mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut
yang terbenam.
sedang, apabila lidah tidak berlebihan mengisi lengkung gigi, tepi lateral
lidah berkontak dengan permukaan linggir posterior dan ujung lidah
berada sedikit di bawah tepi linggir anterior, (3) kecil, apabila ukuran lidah
lebih kecil dari lengkung linggir dan terletak lebih kebawah hingga ke
dasar mulut. Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara menyentuhkan
instrument tertentu ke salah satu bagian lidah. Lidah yang aktif akan peka
dan melakukan gerakan yang aktif. Kategori gerakan lidah (1) aktif,
apabila lidah bergerak dengan cepat dan sulit dikendalikan, (2) sedang,
apabila gerakan dapat dikendalikan dan, (3) pasif, apabila gerakan lamban
dan cendrung tanpa gerakan.
Keterangan:
: Sisa akar gigi
X : Missing
7. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas : Edentulous
Rahang Bawah : Radix = 31,41,42
Mobile º3 = 32
Missing teeth : 33,34,35,36,37,38,43,44,45,46,47,48
8. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan penuh lepasan pada rahang atas dan rahang bawah
Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi ini
diberikan dan pasien setuju selanjutnya pasien diminta menandatangani
informed consent.
2. Pembuatan diagnostic impression/pencetakan pendahuluan
Setelah informed consent ditanda tangani oleh pasien, tahap selanjutnya
adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated
stock tray dan bahan cetak alginat.
Diagnostic impression/cetakan pendahuluan digunakan untuk mepelajari dan
mengevaluasi keadaan rahang atas dan rahang bawah, mempelajari masalah
yang mungkin akan timbul selama pembuatan gigi tiruan, sebagai penunjang
diagnostik, dan untuk menentukan perawatan-perawatan yang diperlukan
dalam kaitanya dengan persiapan pasien dan perbaikan jaringan rongga mulut
sebelum dibuat gigi tiruan pada pasien.
Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.
- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien
dengan cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor
terbesar.Sendok cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila
diletakan dalam mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk
rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum lunak dank keras
serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai
retromolar pad.Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 1.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien.
Saat mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan
pasien.
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air)
menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik
sehingga sesuai untuk ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung
udara dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga
adonan terlihat homogen (adonan sewarna,konsistensi lunak dan
permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang
atas, aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal
(posterior) kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok
cetak. Bila mencetak rahang bawah, aplikasikan adonan ke dalam sendok
cetak melalui bagian lingual lengkung gigi anterior kemudian menyusuri
bagian oklusal gigi kearah posterior sendok cetak.
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan
penekanan secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk
mengerutkan bibir sekuatnya. Sedangkan untunk rahang bawah masukan
sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan secara vertikal arah
bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat lidah. Pertahankan posisi
sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak
dari mulut pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga
mulut untuk membantu melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air
mengalir untuk menghilangkan kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada
bagian yang terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak
tercetak.
- Setelah itu, cor hasil cetakan dengan gypsum tipe tiga. Ukur perbandingan
powder dan liquid menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuain
dengan petunjuk pabrik dan ukuran cetakan rahang yang akan diisi dengan
gips.
- Campur bubuk dan air ke dalam mangkuk karet lalu aduk selama 1 menit
(120 putaran) hingga adonan terlihat homogen.
- Isi hasil cetakan dengan adonan gips lalu ketuk-ketuk agar gelembung
udara yang terperangkap dapat hilang sehingga hasil pengisian gips tidak
porus. Apabila mengisi hasil cetakan RA, maka apliaksi adonan dimulai
dari bagian palatal (posterior) hasil cetakan, sedangkan untuk mengisi hasil
cetakan RB dimulai dari bagian oklusal gigi posterior menuju anterior.
- Rapikan hasil pengisian gips dan biarkan mengeras (setting time) proses
mengerasnya gips akan melewati fase panas dingin.
- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan
boxing karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar
dapat digunakan sebagai model studi.
Model studi
3. Perawatan Pendahuluan
Sebelum perawatan dilakukan terdapat hal-hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu:
- Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga
pasien mengerti akan kegunaan gigi tiruan tersebut.
- Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.
- Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.
- Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan
bertujuan untuk melihat keadaan seluruh perubahan-perubahan/kelainan yang
terjadi pada linggir alveolus yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga
mulut lain yang dapat menggagalkan dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
Secara garis besar, ada dua tahapan preparasi mulut (mouth preparation).
Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan seperti
tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik,
bahkan ortodontik perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien
1
1 2
2
Keterangan :
Rahang Atas dan Rahang Bawah:
1 – Plat akrilik
2 – Elemen gigi tiruan
Hasil cetakan yang baik akan terlihat dengan jelas bagian-bagain sebagai
berikut:
- Prosessus alveolaris yang tidak bergigi
- Perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali
pada daerah-daerah yang mengambarkan perlekatan otot.
- Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
- Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat
- Cetakan rahang atas harus mencakup hamular notch
- Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad
Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) frenulum
labialis, (2) frenulum bukalis, (3) vestibulum labialis, (4) vestibulum bukalis,
(5) papilla insisivum, (6) rugae palatine, (7) hamular notch, (8) tuberositas
maksila, (9) palatum, (10) mukobukalfold.
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) frenulum labialis, (2)
frenulum bukalis, (3) frenulum lingualis, (4) Vestibulum labialis, (5) vestibulum
bukalis, (6)retromolar pads (7) retromylohioid, (8) mukobukalfold.
- Sendok cetak perorangan yang sudah selesai dibuat dicobakan pada mulut
pasien dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum
dilakukan border moulding dan pencetakan fisiologis.
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang
utuh.
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Pasien harus terlihat normal seakan-akan seperti bergigi. Penilaiannya
dilihat dari sulkus nasolabialis dan philtrum pasien tampak tidak
terlalu dalam atau alurnya hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat
pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi bite rim rahang atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat
dari muka, sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan garis
tragus-alanasi.
- Apabila pasien tersenyum, garis insisal/bidang orientasi bite rim
rahang atas terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir.
4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.
Hubungan antara garis interpupil mata, camper’s line dan bidang oklusal.
Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukalbite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.
Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge. Pertama-tama cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
a) Bagian anterior dengan garis pupil.
b) Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke
tragus, caranya menarik benang katun yang telah dihubungkan ke
gelang karet pada kedua ujungnya. Lalu gelang karet tersebut dikaitkan
pada daun telinga kanan dan kiri (tragus) sedangkan benang katun
diposisikan pada sub nasal. Selanjutnya dibuat penyesuaian pada basis
gigi tiruan dan bite rim rahang atas sehingga diperoleh kesejajaran
terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Penyesuaian untuk bite rim rahang atas hanya dilakukan melalui
penambahan atau pengurangan biterim di bagian posterior.
staples yang dipanaskan pada lampu spritus. Jika sulit, bagian anterior
difiksasi terlebih dahulu tanpa merusak tanda letak garis median line dan
posisi gigi kaninus.
4) Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian
dipasangkan pada model kerja yang selanjutnya akan ditanam pada
artikulator.
1) Bentuk wajah
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
lancip, dan lonjong dilihat drai pandangan fasial
- Terdapat tiga profil wajah yaitu datar, cembung dan cekung yang sesuai
dengan bentuk kontur gigi pandangan proksimal.
3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi sedangkan
wanita bentuk giginya lonjong dan sudutnya distalnya mebulat.
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral, sedangkan
wanita gigi insisivusnya lateralnya jauh lebih kecil dari yang central.
Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)
2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari
distal kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko – lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio –
distalnya sehingga bentuknya sebanding.
Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.
Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar
mesio-distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas
dan bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibular
berada dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah
pada sisi yang berlawanan dengan working occlusion
2. Tampak proksimal
Inklinasi labiopalatal
- Bagian 1/3 permukaan labial agak tampak depresi
- Insisal edge terletak pada bite-rim bawah
c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line,
- Puncak cups menyentuh bidang oklusi
- Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum
lateralis superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labio-palatal
- Bagian 1/3 labio-servikal lebih prominent dan ujung cups lebih ke
palatal dan menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak insisal
- Permuakaan labial sesuai dengan lengkung bite rim rahang bawah
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2 bawah
c. caninus inferior
1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi miring ke mesial
- Tampak proksimal
1) Bagian servikal permukaan labial lebih prominent
2) Ujung cusp berada diantara gigi-gigi caninus superior dan
incisivus lateralis superior
2. Protrusive relation
- Facies insisal atas dan bawah menunjukan hubungan edge to edge
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2 bawah
3. Working occlusion
Distal labial slope caninus inferior kanan dan kiri berkontak
dengan mesio palatal slope caninus superior kanan dan kiri.
Kurva lateral
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-1 atas
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 atas
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-1 atas
(kiri) Inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2 atas
Tonjol mesio bukal dan disto bukal molar inferior pertama kiri
berkontak dengan tonjol palatina premolar superior kedua kiri dan
tonjol mesio palatina molar superior pertama kiri.
(A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas berasada pada
mesiobukal developmental groove M-1 bawah
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 bawah
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 bawah
(kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2 bawah
- Pada setiap gerakan dari lengan artikulator, vertikal pin tidak boleh
terangkat.
2. Gigi-gigi posterior
Hal – hal yang harus diperhatikan ketika melakukan try in posterior yaitu :
- Cek garis median.
- Lihat tepi sayap dari malam, apakah sudah tepat dan sudah melekat ke
mukosa (peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior – posterior.
- Minta pasien untuk coba mengunyah dan bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan
tidak ada gangguan.
Setelah try in gigi tiruan malam pada pasien, kedua gigi tiruan rahang atas
dan bawah ditempatkan kembali pada working model di artikulator.
19. Insersi
Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan
benar-benar telah dibuat dengan baik oleh tekniker, dengan memperhatikan
hal – hal sebagai berikut :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur
(kasar) yang tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam mulut
pasien, yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicoba pada pasien, dilihat apakah GTP sudah memiliki retensi
yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut. Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan
dalam mulut (belum boleh dioklusikan) buat PIP (pressure indicator
paste) untuk mengetahui letak rasa sakit. PIP dibuat dengan
mencampurkan fletcher dan minyak zaitun sampai terbentuk pasta,
aplikasikan dengan kuas kecil ke permukaan cetakan (bagian dalam gigi
tiruan), masukkan ke dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh beroklusi)
dan harus per rahang), daerah yang sakit dan menekan akanterlihat dengan
hilangnya pasta di daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan
dari penekanan dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi, artikulasi, dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan