Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT SESSION

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

IDENTITAS

No. Kartu : L. 19544


Nama Pasien : Susana Elisabet Lembong
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

KASUS
Seorang pasien perempuan usia 52 tahun berdomisili di Koka datang ke klinik RSGM UNSRAT
dengan keluhan gigi palsu sebagian yang sedang digunakan sudah mulai longgar dan ingin
dibuatkan gigi palsu agar pasien bisa kembali mengunyah dengan baik. Pasien sudah tidak
bergigi sejak ± 20 tahun yang lalu dan terakhir melakukan pencabutan gigi depan bawah sebelah
kanan ± 1 bulan yang lalu.

Kondisi Sistemik
Nama Penyakit Keluhan / gejala Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung 
Hiper/hipotensi 
Kelainan darah 
Haemophilia 
Diabetes melitus 
Penyakit ginjal 
Hepatitis 
Penyakit pernafasan 
Kelainan pencernaan 

Epilepsi 
HIV/AIDS 
Alergi obat 
Alergi makanan 
Hamil/menyusui 

 Oral hygiene OHI-S index : 1,6 kategori : Sedang

 Kondisi gingiva : Normal

MARIA WOKANUBUN/14014103089 1
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Pemeriksaan Ekstra Oral

Fasial Neuromuscular K. K. Tl. TMJ


Ludah Limfe Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
GangguanFungsi t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k

Riwayat yang berhubungan dengan gigi :


 Lama tidak bergigi : ± 20 tahun yang lalu
 Terakhir cabut gigi : ± 1 bulan yang lalu
 Sebab pencabutan gigi : karena gigi tersebut sudah goyang
 Pernah/belum pernah memakai GT : Sudah memakai gigi tiruan sebelumnya ± sejak 15 tahun
yang lalu (gigi tiruan tersebut sudah longgar ).

Status Lokal
 Luar mulut :
a. Sendi kanan : palpasi tidak bengkak, auditori tidak ada clicking
Sendi kiri : palpasi tidak bengkak, auditori tidak ada clicking
b. Pembukaan mulut : kecil
c. Gerakan protrusive : lancar
Gerakan lateral kanan : lancar
Gerakan lateral kiri : lancar
d. Bibir : bentuk simetris, ukuran sedang, tonus otot sedang
 Dalam mulut :
a. Bentuk lengkung RA : lonjong
Bentuk lengkung RB : lonjong
b. Ukuran lengkung RA : sedang
Ukuran lengkung RB : sedang
c. Bentuk linggir RA : lancip

MARIA WOKANUBUN/14014103089 2
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Bentuk linggir RB : lancip


d. Ukuran linggir RA : tinggi
Ukuran linggir RB : rendah
e. Hubungan RA-RB : normal
f. Kesejajaran linggir RA/RB : sejajar
g. Ruang antar maksila : kecil
h. Ruang antar alveolar : sedang
i. Tuberositas kanan : kecil
Tuberositas kiri : kecil
j. Exostosis : tidak ada
k. Torus palatina : tidak ada
Torus mandibula : tidak ada
l. Palatum lunak : Kelas I, gerakan sedang
m. Perlekatan otot labial RA : sedang
Perlekatan otot bukal ka. : dangkal
Perlekatan otot bukal ki. : dangkal
Perlekatan otot labial RB : dangkal
Perlekatan otot lingual : sedang
Perlekatan otot bukal ka. : dangkal
Perlekatan otot bukal ki. : dangkal
n. Frenulum labialis RA : rendah
Frenulum bukalis kanan : sedang
Frenulum bukalis kiri : sedang
Frenulum labialis RB : rendah
Frenulum lingualis : sedang
Frenulum bukalis kanan : sedang
Frenulum bukalis kiri : sedang
76543211234567
o. Tahanan jaringan linggir : sedang di regio
7654 4567
p. Palatum, bentuk : lonjong
Kedalaman palatum : dangkal

MARIA WOKANUBUN/14014103089 3
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

q. Retromylohyoid : dangkal
r. Ludah, konsistensi : sedang
Volume ludah : sedikit
s. Refleks muntah : kecil
t. Lidah, ukuran : sedang
Gerakan lidah : sedang
u. Status gigi-geligi :

Keterangan:
X : Missing teeth
: Sisa akar
: Karies profunda

Diagnosis klinik
Rahang atas : Edentoulus teeth RA
Rahang bawah: Missing teeth (35,36, 37,38,44,45,46,47,48)
Karies profunda (38)

Klasifikasi Geligi Tiruan Sebagian Lepasan


Rahang atas : Gigi tiruan penuh lepasan
Rahang bawah : Kelas I Applegate-Kennedy

Indikasi Perawatan
Rahang atas : Gigi tiruan penuh lepasan
Rahang bawah : GTSL free-end bilateral

MARIA WOKANUBUN/14014103089 4
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Foto Profil Pasien

G ambar 1. Foto tampak depan


dan tampak samping

Bentuk Muka : lonjong, simetris


Profil Muka : cembung

Gambaran Klinis

Gambar 2. Foto intraoral rahang atas dan rahang bawah

MARIA WOKANUBUN/14014103089 5
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Gambar Desain Gigi Tiruan

Rahang atas

Keterangan gambar :

Rahang atas
1. Plat akrilik serta perluasan ke arah bukal
2. Elemen GT

2 1

Rahang bawah
Keterangan gambar :
Rahang bawah :
1. Plat akrilik
2. Elemen GT
3. Cengkeram half-jackson dari bagian mesial gigi 33 dan 43

MARIA WOKANUBUN/14014103089 6
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Tahap Rencana Perawatan :


(Prosedur Klinik)
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Tanggal: 06 Februari 2018
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status prostodonsia yang
terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, diagnosis, dan rencana
perawatan. Pasien diinformasikan tentang rencana perawatan yang akan dilakukan yakni
pembuatan gigi tiruan penuh lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah.
Pasien juga diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi ini
diberikan dan pasien setuju selanjutnya pasien diminta menandatangani informed consent
Instruktur: drg. Merlin Liempepas

2. Tahap Pencetakan pendahuluan sebagai model studi (RA dan RB)


Tanggal: 23 Februari 2018
 Alat : Sendok Cetak Perforated Stock Tray No. 2 yang bersudut untuk rahang bawah dan
sendok cetak edentulous perforated stock tray untuk rahang atas.
 Bahan cetak : alginate
 Teknik mencetak : Teknik yang digunakan adalah teknik mukostatis, yaitu suatu teknik
pencetakan yang dilakukan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi.
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan stone gips.

Gambar 3. Model studi rahang atas dan

Instruktur: drg. Merlin Liempepas

MARIA WOKANUBUN/14014103089 7
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

3. Tahap Perawatan Pendahuluan


Sebelum perawatan dilakukan terdapat hal-hal yang penting untuk diperhatikan yaitu:
- Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga pasien
mengerti akan kegunaan gigi tiruan tersebut.
- Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.
- Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.
- Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan bertujuan untuk
melihat keadaan seluruh perubahan-perubahan/kelainan yang terjadi pada linggir alveolus
yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga mulut lain yang dapat menggagalkan dalam
pembuatan gigi tiruan penuh.
Pada kasus ini, perawatan pendahuluan yang dilakukan adalah pencabutan sisa akar pada gigi
15,37,38,44,47

4. Dental Side Teaching (DST)


Tanggal : 14 Maret 2018
Instruktur: drg. Merlin Liempepas

5. Menentukan desain gigi tiruan


 Menentukan kelas dari daerah tak bergigi
Rahang atas :
Gigi tiruan penuh (GTP) lepasan berbahan akrilik dengan dukungan mukosa karena telah
mengalami kehilangan seluruh gigi. Karena tidak tersisa lagi gigi pada rahang atas maka
digunakan retensi secara tidak langsung berupa perluasan plat pada daerah gigi artificial
sampai di daerah mucobuccal fold tetapi tidak sampai mengganggu pergerakan otot pipi.
Konektor utama untuk rahang atas yakni berupa plat akrilik.
Rahang bawah :
a. Menentukan daerah tak bergigi
Kelas I Applegate-Kennedy
b. Menentukan macam dukungan sadel
Dukungan yang dipilih dari kasus ini adalah dukungan mukosa dan dukungan gigi.
MARIA WOKANUBUN/14014103089 8
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

c. Menentukan macam penahan


Direct retainer berupa cengkeram C atau half Jackson dengan diameter 0.7 mm
diletakan bilateral pada gigi 33 dan 43 sebagai retensi dari plat gigi tiruan.
Retensi secara tidak langsung berupa plat akrilik setinggi singulum dan interdental
gigi 33,32,31,41,42,43 yang akan digunakan sebagai retensi tambahan.
Perluasan Plat juga digunakan pada daerah gigi artificial sampai daerah muccobuccal
fold tetapi tidak sampai mengganggu pergerakan otot pipi.
d. Menentukan macam konektor
Konektor yang digunakan adalah plat akrilik

6. Menentukan warna dan bentuk elemen gigi tiruan.


Pemilihan warna, bentuk dan ukuran gigi tiruan mengikuti panduan dari vitapan classical
shade guide dan juga disesuaikan dengan gigi asli pasien: warna gigi yang digunakan untuk
elemen protesa adalah A2.

7. Tahap Pembuatan cetakan anatomis (primary impression)


Tanggal : 09 Mei 2018
Cetakan anatomis merupakan langkah awal pembuatan suatu gigi tiruan penuh. Model
studi yang diperoleh dari hasil pencetakan tahap ini digunakan sebagai pedoman dalam
pembuatan sendok cetak perorangan.
Hasil cetakan yang baik terlihat dengan jelas bagian-bagain sebagai berikut:
- Prosessus alveolaris yang tidak bergigi
- Perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali pada
daerah-daerah yang mengambarkan perlekatan otot.
- Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
- Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat
- Cetakan rahang atas harus mencakup hamular notch
- Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad
Instruktur: drg. Merlin Liempepas

MARIA WOKANUBUN/14014103089 9
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

8. Tahap Pembuatan sendok cetak perorangan


Tanggal : 29 Juni 2018
Sendok cetak perorangan digunakan untuk membuat secondary impression/cetakan
fisiologis. Hasil dari cetakan fisiologis mengunakan sendok cetak perorangan akan
digunakan sebagai model kerja untuk membuat gigi tiruan.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan waktu membuat sendok cetak perorangan yaitu:
- Base plate shellac (warna putih) rahang atas dan rahang bawah
- Selembar malam merah
- Bunsen burner dan spiritus
- Bedak tabur
- Gunting
- Lecron
- Pensil 2B dengan karet penghapus
Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang atas ialah
Notch hamular,fovea palatinus,frenulum bukal,frenulum labial. Batas-batas desain
untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang bawah ialah, garis distal dan
retromolarpad,oblique ridge external,frenulum bukal,frenulum labial,tuberositas
lingual,linggir milohoid,frenulum lingualis.

Gambar 4 : Desain SCP RA & RB

Cara pembuatan sendok cetak perorangan adalah sebagai berikut:


- Pada model studi gambar menggunakan pensil batas antara jaringan bergerak
dengan tidak bergerak. Batas-batas sendok cetak perorangan ditentukan ± 1-2 mm

MARIA WOKANUBUN/14014103089 10
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

lebih pendek dari batas jaringan bergerak-tidak bergerak untuk memberi tempat
pada bahan cetak namun tetap tidak mudah lepas dari rahang pasien. Sendok cetak
harus mencakup seluruh prosessus alvoelaris dan jaringan lunak. Harus tepat
untuk memperoleh perlekatan otot dan perlekatan frenulum.
- Lapis selembar malam merah yang telah dilunakkan diatas model studi kemudian
ditekan mengikuti batas desain yang telah digambar. Malam merah berfungsi
sebagai bahan pelapis antara bahan shellac base plate dengan model studi, agar
kelak terdapat ruang untuk bahan cetak ketika sendok cetak perorangan di
gunakan.
- Selanjutnya bahan shellac base plate dilunakkan diatas lampu spiritus, lalu
diletakkan di atas malam merah (yang telah dibasahi air atau diberi baby powder)
dan ditekankan dengan bantuan kain hingga bentuknya sesuai dengan desain yang
telah dibuat sebelumnya. Bagian tepi landasan disesuaikan dengan menggunakan
karet penghapus pensil 2B.
- Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan gunting/lecron panas saat
keadaan lunak sesuai bentuk dan batas desain yang telah digambar sebelumnya
lalu sempurnakan tepi-tepi sendok cetak. Setelah itu dibuat pegangan pada sendok
cetak perorangan tersebut.
- Sendok cetak perorangan yang sudah selesai dibuat dicobakan pada mulut pasien
dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border
moulding dan pencetakan fisiologis.
Instruktur : Drg. Merlin Liempepas

9. Tahap Pencetakan Fisiologis,Boxing dan pembuatan model kerja

Tanggal : 18 Juli 2018 (RA)


Tanggal : 01 Agustus 2018 (RB)
Teknik yang digunakan yakni teknik mencetak mukokompresi yaitu jaringan lunak mulut
di bawah penekanan, teknik ini mengharuskan pencetakan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan.
Alat dan bahan yang diperlukan pada tahap ini ialah:
MARIA WOKANUBUN/14014103089 11
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

- Sendok cetak perorangan


- Bahan cetak elastomer jenis silikon/vinyl polysiloxane (light body type)
- Glas lab
- Spatula semen dari bahan plastik
- Spidol permanen
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan penentuan A-
line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal. Adapun proses pengerjaannya
ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “A” berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual dan ditentukan
vibrating line nya.
- Batas anterior vibrating line terletak diantara palatum keras dan palatum lunak
sedangkan batas posterior vibrating line berada di jaringan bergerak dan tidak
bergerak pada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga di tandai dengan spidol bila diperlukan.
Garis pada daerah hamular notch natinya dapat disatukan dengan vibrating line,
sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang utuh.
- Selanjutnya bahan cetak elastomer di aduk hingga konsistensinya homogen diatas
glass lab menggunakan spatula semen dari bahan plastik. Waktu pengadukan
berkisar 30-45 detik dengan waktu kerja 2-4 menit dan waktu pengerasan 6-8
menit. Kemudian ditempatkan pada sendok cetak perorangan rahang atas.
- Letakan sendok cetak perorangan kedalam mulut pasien. Pasien diinstruksikan
untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang. Teknik mencetak
rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan pada bagian posterior
kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior. Penekanan dilakukan hingga
dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di mulut pasien, lalu biarkan bahan
cetak mengeras.
- Beri tanda vibrating line/ A line yang telah di tentukan sebelumnya menggunakan
methylene blue, lalu bahan cetak rahang atas yang telah mengeras diletakan
kembali dan dilakukan penekanan untuk menciplak daerah vibrating line yang

MARIA WOKANUBUN/14014103089 12
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

telah ditandai. Sehingga nantinya akan ada tanda vibrating line pada bagian
posterior dari hasil cetakan rahang atas.
- Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.
- Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci dengan
kran air yang mengalir kemudian dikeringkan dengan semprotan udara kering.

Gambar 5. Hasil pencetakan fisiologis/secondary impression pada RA dan RB

Sebelum dicor dengan stone gips dibuat boxing dengan menggunakan lembaran malam di
sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan. Maksud dari boxing ialah
agar bentuk/batas tepi tetap dipertahankan. Sekeliling tepi batas cetakan diberi malam
merah yang tebalnya 5 mm dengan jarak antara batas tepi cetakan dengan malam merah ±
3 mm.

Gambar 6 : Boxing pada RA dan RB

Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam boxing
paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan mengecor lebih mudah.
Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone gips untuk memperoleh model kerja.
Setelah stone gips mengeras, lempeng dinding malam, sendok dan bahan cetak dilepas,
jangan sampai modelnya rusak.
MARIA WOKANUBUN/14014103089 13
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Instruktur: drg. Merlin Liempepas

10. Tahap Pembuatan base plate gigi tiruan dan bite rim, uji coba bite rim
Tanggal : 08 Agustus 2018
Tanggal : 10 Agustus 2018
Occlusal bite rim terdiri dari dua bagian yaitu base plate dan bite rim.
1) Membuat base plate
- Membuat gambar desain gigi tiruan penuh pada model kerja, berdasarkan pada
batas tepi dengan memperhatikan daerah mucobuccal fold.
- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu diletakkan di
atas working model dan ditekan mulai dari bagian palatum dengan batas-batas
sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas sehingga
mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan pisau malam.
2) Pembuatan bite rim
- Buat cetakan berbentuk balok panjang dari kertas karton tebal dengan ukuran
yang mengacu pada ukuran bite rim rahang atas yakni anterior (t: 12 mm, l: 4
mm) posterior (t: 10-11 mm, l: 6 mm) dan rahang bawah yakni anterior (t: 12 mm,
l: 4mm) dan posterior (t:10-11mm, l: 5 mm)
- Kemudian oles permukaan dalam cetakan balok dengan vaselin.
- Panaskan malam diatas bunsen burner hingga larut menggunakan sendok.
- Tuang malam yang telah larut ke dalam cetakan balok dan tunggu hingga
mengeras
3) Bite rim yang telah dibuat diletakkan di atas base plate dengan patokan sebagai
berikut:
- Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada bite rim sehingga garis puncak
linggir rahang letaknya pada bite rim rahang atas yaitu di bagian bukal : bagian
palatal 2 : 1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian palatal), sedangkan pada

MARIA WOKANUBUN/14014103089 14
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

bite rim rahang bawah yaitu bagian bukal : bagian lingual 1 : 1 (3 mm di bagian
bukal dan 3 mm di bagian lingual).
- Sudut bite rim terhadap base plate dibuat 80°-85° terhadap dataran oklusal
- Panjang bite rim sampai bagian distal molar kedua. Kontur bagian bukal bite rim
dirapikan dengan menggunakan pisau malam.
- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape diatas api
bunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan tinggi ite rim
di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.
4). Melakukan uji coba / try in bite rim rahang atas dan rahang bawah.
Pada rahang atas :
- Bite rim diam di tempat, tidak mudah lepas atau bergerak.
- Permukaan basis gigi tiruan dan bite rim rapat dengan jaringan pendukung.
- Pasien terlihat normal seperti bergigi ditunjukkan dengan posisi sulkus
nasolabialis dan philtrum pasien tidak terlalu dalam.
- Bibir dan pipi pasien tidak tampak cekung atau cembung.
- Ketinggian bite rim rahang atas anterior adalah low lip line yaitu pada saat
istirahat sisi depan garis insisisal bite rim atas berada 1-2 mm dari low lip line dan
dari sisi lateral sejajar dengan garis ala nasi – tragus.
Pada rahang bawah :
- Bite rim rahang bawah sudah rapat dengan bite rim rahang atas.
- Permukaan labial – bukal bite rim rahang bawah sudah terlihat sebidang dengan
bite rim rahang atas.

MARIA WOKANUBUN/14014103089 15
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Gambar 8 : Try in Base plate


Instruktur: drg. Merlin Liempepas

11. Tahap Pengukuran kesejajaran bidang orientasi, dimensi vertikal serta penentuan
oklusi sentrik.
Tanggal: 15 Agustus 2018
Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu Occlusal bite rim rahang atas dimasukan
ke dalam mulut pasien.
Uji coba Occlusal bite rim RA dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
1) Adaptasi base plate gigi tiruan :
- Base plate gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas atau
bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
- Permukaan base plate gigi tiruan harus rapat dengan jaringan pendukung.
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Pasien harus terlihat normal seakan-akan seperti bergigi. Penilaiannya dilihat dari
sulkus nasolabialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau alurnya
hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat pasien
dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang orientasi bite rim
rahang atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari muka, sedangkan apabila
dilihat dari lateral sejajar dengan garis tragus-alanasi.
- Apabila pasien tersenyum, garis insisal/bidang orientasi bite rim rahang atas
terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir.
MARIA WOKANUBUN/14014103089 16
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus (porion) hingga
ala nasi.

Gambar 9. Hubungan antara garis interpupil mata, camper’s line dan bidang oklusal.

Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan dengan uji
coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:

1) Adaptasi landasan
- Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak boleh
mudah lepas/bergerak
- Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan yang lebih
sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada celah)
dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila kelebihan
harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median pasien.
- Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Pertama-tama cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
 Bagian anterior dengan garis pupil.

MARIA WOKANUBUN/14014103089 17
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

 Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus,
caranya menarik benang katun yang telah dihubungkan ke gelang karet pada
kedua ujungnya. Lalu gelang karet tersebut dikaitkan pada daun telinga kanan
dan kiri (tragus) sedangkan benang katun diposisikan pada sub nasal.
Selanjutnya dibuat penyesuaian pada basis gigi tiruan dan bite rim rahang atas
sehingga diperoleh kesejajaran terhadap bidang orientasi dengan
menggunakan fox bite gauge. Penyesuaian untuk bite rim rahang atas hanya
dilakukan melalui penambahan atau pengurangan biterim di bagian posterior.
Pada pasien yang telah kehilangan semua gigi, dimensi vertikal sangat penting karena
fungsi mastikasi, berbicara, maupun estetika wajah, semuanya bergantung pada hubungan
vertikal dan horizontal mandibula dengan maksila. Terdapat dua jenis dimensi vertikal,
yaitu dimensi vertikal oklusal (DVO) dan dimensi vertikal istirahat/fisiologis (DVI).
DVO adalah jarak vertikal rahang saat gigi beroklusi. Sedangkan DVI adalah jarak

DVO = DVI – free way space

vertikal saat otot-otot pembuka dan penutup mandibula dalam kondisi istirahat pada tonic
contraction, di mana gigi-geligi tidak saling berkontak. DVI selalu lebih besar daripada
DVO. Selisih antara DVI dan DVO disebut freeway space atau interocclusal gap atau
interocclusal clearance. Besar rata-rata freeway space yang dianggap normal adalah 2-4
mm. Pada kasus ini diperoleh DVO = 58,2.
Instruktur: drg. Merlin Liempepas

12. Tahap Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dan penanaman model pada
artikulator
Tanggal: 15 Agutus 2018

MARIA WOKANUBUN/14014103089 18
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Setelah dimensi vertikal pasien didapat, pasien dilatih untuk melakukan berbagai macam
gerakan di atas untuk menentukan relasi sentriknya, selanjutnya tarik garis-garis orietasi
diantaranya :
 High lip line, yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum, low lip line dan
median line.
 Tandai bagian distal gigi kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct –ala nasi).
 Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan staples yang
dipanaskan pada lampu spritus. Jika sulit, bagian anterior difiksasi terlebih dahulu
tanpa merusak tanda letak garis median line dan posisi gigi kaninus.
 Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian dipasangkan
pada model kerja yang selanjutnya akan ditanam pada artikulator.
Sebelum memasang model kerja dengan oklusal bite rim nya di dalam artikulator,
harus dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan dilakukan persiapan model
yang meliputi penyesuaian ketinggian model atas dan bawah dengan ruang antara
bagian atas dan bawah artikulator. Bila terlalu tinggi yang paling aman ialah
mengurangi model bawah.
 Artikulator sebelumnya dipasangkan karet gelang melingkar pada titik tengah yang
membagi artikulator secara vertikal. Selanjutnya, pasang model kerja dan bite rim
rahang atas pada artikulator dengan pedoman :
- Garis tengah working model dan bite rim atas berhimpit dengan garis yang
terbentuk oleh karet gelang dan garis tengah artikulator.
- Jarum horizontal insisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior bite rim
model RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
 Setelah pedoman tersebut terpenuhi upper member artikulator digerakan ke atas dan
adonan gips dituang pada bagian atas model kerja rahang atas, kemudian upper
member digerakkan ke bawah/menutup sampai menenkan gips yang ada pada model
kerja rahang atas.
 Setelah mengeras kemudian artikulator dibalik. Oklusal bite rim rahang bawah
diletakkan kembali pada pada oklusal bite rim rahang atas sesuai dengan oklusinya.
Buat adonan gips kemudian lower member artikulator diangkat ke atas dan adonan

MARIA WOKANUBUN/14014103089 19
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

gips dituang pada model kerja rahang bawah, kemudian lower member digerakkan ke
bawah/menutup sampai menekan adonan gips. Artikulator dibalik dan gips dirapikan
Instruktur: drg. Merlin Liempepas

13. Tahap Penyusunan gigi


 Penyusunan elemen gigi dilakukan secara bertahap yaitu mulai pada bagian anterior atas,
anterior bawah, posterior atas, molar pertama bawah dan sisa posterior lainnya.
Penyusunan gigi harus memperhatikan curve of spee ke arah anterior – posterior, curve of
Wilson ke arah lateral kiri dan kanan serta kesejajaran terhadap bidang orientasi, dan
kurva bidang oklusal dilihat secara tiga dimensi meliputi premolar kanan kiri, cusp molar
serta kondil kanan dan kiri.

 Gigi I-1 atas


 Gigi I-2 atas
 Gigi kaninus atas
 Gigi P-1 Atas
 Gigi P-2 Atas
 Gigi M-1 atas
 Gigi M-2 atas
 Gigi M-1 bawah
 Gigi P-2 bawah
 Gigi P-1 bawah
 Gigi M-2 bawah

14. Tahap Wax contouring


Tanggal : 19 September 2018
Hal – hal yang harus diperhatikan ketika melakukan yaitu :
MARIA WOKANUBUN/14014103089 20
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

- Cek garis median.


- Lihat tepi sayap dari malam, apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa
(peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior – posterior.
- Minta pasien untuk coba mengunyah dan bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf S, D,
O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
- Setelah try in gigi tiruan malam pada pasien, kedua gigi tiruan rahang atas dan bawah
ditempatkan kembali pada working model di artikulator.
Wax contouring memberi bentuk basis dari gigi-gigi tiruan sedemikian rupa, sehingga
dapat menyerupai bentuk anatomis dari gingiva dan jaringan lunak yang asli.

Instruktur: drg. Merlin Liempepas

15. Tahap Insersi Alat


Tanggal :10 Agustus 2018
 Operator melakukan pemasangan alat pertama kali pada pasien dan menanyakan apakah
alat tersebut terasa nyaman dan tidak ada bagian yang tajam sehingga beresiko dapat
melukai gusi. Jika ada keluhan, maka dilakukan pengurangan plat di bagian yang berlebih
atau tajam.
 Setelah gigi tiruan dapat dimasukkan ke dalam mulut sebagaimana mestinya, operator
melakukan pemeriksaan atau pengecekan secara seksama mencakup; stabilitas gigi tiruan,
oklusi, artikulasi, estetik dan kecekatan serta ketepatan kontak bagian-bagian protesa
dengan jaringan keras maupun lunak mulut.
 Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat kepada pasien yang dilakukan
di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta untuk
mencoba memasang alat sendiri tanpa bantuan operator.
 Pasien diberi instruksi mengenai cara perawatan alat. Menjelaskan kepada pasien agar
alat harus dilepas ketika tidur dan direndam dalam wadah yang berisi air bersih. Pasien

MARIA WOKANUBUN/14014103089 21
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

juga diberitahu untuk membersihkan gigi tiruan sekurang-kurangnya dua kali sehari
dengan menggunakan sikat yang halus dan deterjen cair sebagai pembersih.
 Melakukan komunikasi efektif dengan pasien dalam hal cara perawatan alat selama
digunakan serta menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan kontrol 1-2 minggu
kemudian.

Instruktur: drg. Merlin Liempepas

16. Tahap Kontrol I


Tanggal: 31 Agustus 2018
Pada saat pasien datang untuk melakukan kontrol, operator melakukan pemeriksaan
keutuhan dari plat gigi tiruan serta kondisi jaringan lunak pasien terutama keadaan
jaringan lunak dibawah gigi tiruan, memeriksa gigi tiruan apakah masih retentif atau tidak,
melihat stabilitas alat pada saat dipakai untuk mengunyah makanan, mengecek oklusi
pasien serta melihat fungsi fonetik apakah bermasalah atau tidak.

MARIA WOKANUBUN/14014103089 22
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Pada pemeriksaan subyektif pasien belum merasa nyaman, tidak ada keluhan sakit dan
terbiasa menggunakan gigi tiruan. Pada pemeriksaan objektif terdapat ulkus pada rongga
mulut pasien.
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan plat gigi tiruannya.

Instruktur: drg. Merlin Liempepas

17. Tahap Kontrol II


Tanggal: 09 November 2018
Pada saat pasien datang untuk melakukan kontrol, operator melakukan pemeriksaan
keutuhan dari plat gigi tiruan serta kondisi jaringan lunak pasien terutama keadaan
jaringan lunak dibawah gigi tiruan, memeriksa gigi tiruan apakah masih retentif atau tidak,
melihat stabilitas alat pada saat dipakai untuk mengunyah makanan, mengecek oklusi
pasien serta melihat fungsi fonetik apakah bermasalah atau tidak.
Pada pemeriksaan subyektif pasien sudah merasa nyaman, tidak ada keluhan sakit dan
terbiasa menggunakan gigi tiruan. Pada pemeriksaan objektif sudah tidak terdapat lagi
ulkus pada rongga mulut pasien.
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan plat gigi tiruannya.

MARIA WOKANUBUN/14014103089 23
CASE REPORT SESSION
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Instruktur: drg. Merlin Liempepas

MARIA WOKANUBUN/14014103089 24

Anda mungkin juga menyukai