Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RENCANA PERAWATAN

GIGI TIRUAN LENGKAP

NAMA

: Erisa Rinintia Pratiwi

NO. MHS

: 20070340004

PEMBIMBING : drg. Hastoro Pintadi, Sp.pros

PRODI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
1

LAPORAN RENCANA PERAWATAN GIGI TIRUAN LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Kondisi edentolus adalah kondisi dimana sudah tidak terdapat gigi lagi pada rahang.

2. Akibat Edentolous Total


a.

Fungsi Pengunyahan terganggu

b.

Pengucapan kurang jelas Ada beberapa huruf yang dinamakan Labio-dental(f,v), linguodental(t,th)tidak akan terdengar jelas.

c.

Perubahan Penampilan.
1) Posisi bibir dan pipi tertarik kedalam
2) Relasi RB terhadap RA terlihat lebih maju dan tertarik keatas
3) Dimensi Vertikal 1/3 wajah bagian bawah terlihat lebih pendek

d.

Gangguan rasa sakit karena terjepinya chorda thympani

3. Syarat-syarat Gigi tiruan lengkap


Gigi tiruan lengkap adalah gigi tiruan lepasan yang menggantikan semua atau
seluruh gigi asli dan struktur pendukungnya yang telah hilang pada rahang atas dan bawah.
Syarat gigi tiruan lengkap :
a. Adanya rahang atas dan rahang bawah yang tidak bergigi sama sekali
b. Diutamakan pasien dengan kondisi sehat secara umum dan lokal
c. Enak dipakai
1) Material : tidak berbau,halus
2) Ukuran sesuai dengan rahangnya
3) mempunyai retensi dan stabilisasi
d. Dapat berfungsi : mengunyah, berbicara,menelan
e. Keseimbangan oklusi : Deep overbite, Overjet, balancing side, working side
f. Kuat : tidak mudah pecah, tahan menerima tekanan pengunyahan
g. Estetika : Warna, ukuran, susunan gigi

B. DIAGNOSA PASIEN
1. Data Pasien
Nama

: NY. Sri Sedyastuti

Alamat

: Jl. Kaliurang Gang Kenari II/B3, Yogyakarta

TTL

: Solo, 14 Desember 1948

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

2. Informasi Medis
Golongan Darah

:B

Penyakit jantung

: Tidak ada

Diabetes

: ada

Haemophili

: Tidak ada

Hepatitis

: Tidak ada

Penyakit lainnya

: Tidak ada

Alergi terhadap obat

: Tidak ada

Alergi terhadap makanan : Tidak ada


Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan merasa tidak percaya diri, karena giginya sudah hampir
habis. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan pada rahang atas dan rahang bawahnya.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Dulunya pasien memiliki gigi berlubang, karena berlubangnya sudah cukup dalam dan
luas akhirnya gigi gigi tersebut dicabut, dan ada beberapa gigi juga yang lepas dengan
sendirinya karena pasien memakan makanan yang keras
Riwayat Kesehatan Oral.
Pasien terakhir datang ke dokter gigi sebulan yang lalu untuk konsultasi pembuatan gigi
palsu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah : tidak memiliki penyakit sistemik
Ibu : tidak memiliki penyakit sistemik
3

Riwayat Kehidupan Pribadi / Sosial


Pasien seorang ibu rumah tangga tinggal bersama suaminya, dan aktif dipengajian.
Riwayat Kesehatan Utama
Pasien belum pernah di rawat inap di Rumah Sakit sebelumnya
Vital Sign
Tekanan darah

: 110/80

Nadi

: 60 x/menit

Pernafasan

: 10 x/menit

Suhu

: Afebris

Berat badan

: 44 kg

Tinggi badan

: 152 cm

Pemeriksaan Ekstra Oral


(kepala/muka, kulit, mata, hidung, bibir, telinga, muskulus skeletal, system pengunyahan,
kelenjar ludah dan limfe)

Deformitas
Nyeri
Tumor
Gangguan
Fungsi

Fasial
TAK
TAK
TAK
TAK

Neuromuskular K.Ludah
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK

K.Limfe
TAK
TAK
TAK
TAK

Tl.Rahang
TAK
TAK
TAK

TMJ
TAK
TAK
TAK

TAK

TAK

Deskripsi lesi/kelainan yang ditemukan :


Tidak ada lesi/kelainan yang ditemukan

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rongga mulut (intraoral)
PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK

Deskripsi Lesi / Kelainan yang Ditemukan:


Tidak terdapat lesi/kelainan yang ditemukan

Pemeriksaan klinis intraoral


ODONTOGRAM

18

48

17

47

16

46

15

14

13

12

11

21

22

23

24

25

55

54

53

52

51

61

62

63

64

65

85

84

83

82

81

71

72

73

74

75

45

44

43

42

41

31

32

33

34

35

18

: missing

28

: missing

17

: missing

27

: missing

16

: missing

26

: missing

15 (55) : missing

25 (65) : missing

14 (54) : missing

24 (64) : missing

13 (53) : missing

23 (63) : missing

12 (52) : missing

22 (62) : missing

11 (51) : missing

21 (61) : missing

41 (81) : missing

31 (71) : missing

42 (82) : missing

32 (72) : missing

43 (83) : missing

33 (73) : missing

44 (84) : Atrisi

34 (74) : missing

45 (85) : Normal

35 (75) : missing

46

: missing

36

: missing

47

: missing

37

: missing

48

: missing

38

: missing

26

27

28

36

37

38

Torus Palatinus

: Tidak ada

Torus Mandibula

: Tidak ada

Palatum

: Sedang

Mukosa

: Normal

Gingiva

: Normal

Bentuk Lengkung :
RA

: Parabola Form

RB

: U Form

Kontur Lingir

RA

: bentuk U

RB

: bentuk V

Tuberositas

: tidak ada

Undercut Tulang

: tidak ada

Ridge Rahang atas

: sedang

Ridge Rahang bawah

: sedang

Gambar model
Rahang Atas

Rahang Bawah

3. Ringkasan pemeriksaan
Keadaan pasien dengan edentolous total pada rahang atas dan edentoulous partial pada
rahang bawah dengan gigi yang tersisa yaitu gigi 44 dan 45

Pemeriksaan Processus Alveolaris


a. Rahang Atas :

b. Rahang Atas :

Posterior Kiri

: Sedang

Posterior Kiri

: Sedang

Anterior

: Sedang

Anterior

: Sedang

Posterior Kanan

: Sedang

Posterior Kanan : Sedang

Diagnosis : Edentolus total rahang atas dan sebagian rahang bawah


Rencana Perawatn : Gigi Tiruan lengkap (GTL) rahang atas dan Gig Tiruan Sebagian (GTS)
rahang bawah

BAB II.

RENCANA PERAWATAN

Pemasangan gigi tiruan lengkap dengan langkah langkah dibawah ini :


A. Tahap Pertama / Kunjungan Pertama
1. Pemeriksaan Lengkap
2. Pencetakan Studi Model
a. Sendok cetak : Tray No.3
b. Bahan Cetak

: Alginat

c. Metode mencetak : Mucostatik


Cara Mencetak :
Mula mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3 : 1, setelah dicapai
konsistensi tertentu yang homogen, bahan dimasukkan dalam sendok cetak, kemudian
masukkan ke dalam mulut dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai rahang yag dicetak.
Di samping itu, dilakukan muscle trimming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa,
kemudian setelah keras sendok cetak dikeluarkan dari dalam mulut. Selanjutnya hasil
cetakkan diisi dengan gips stone.
3. Pengambilan foto rontgen OPG untuk mengetahui keadaan gigi yang lainnya
B. Tahap Kedua / Kunjungan kedua
1.

Pembuatan sendok cetak individual :


Dari studi model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base plate, dengan
batas 2 3 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia ruang yang cukup untuk
memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Sellac digunakan dengan cara
memanaskan diatas lampu spiritus lalu ditekankan diatas study model. Sellac dipotong
dengan menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus kanan dan
kiri dibuat stop vertical dari wax sebagai batas penekanan saat mencetak sedangkan untuk
8

rahang atas ditambah dengan pembuatan post dam area yang juga dari wax untuk menahan
bahan cetak agar tidak mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang lubang pada
sendok cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat dengan
menggunakan bur bulat no. 8 dengan jarak masing masing lebih dari 5 mm.
2.

Mencoba sendok cetak individual


- Stabilisasi

: dengan menghindari muscular atachment

- Relief area : tercakup semua baik RA dan RB


3.

Pencetakkan Work Model


- Sendok Cetak

: Sellac Base Plate

- Bahan Cetak

: Alginat

- Metode Mencetak

: Mucodynamic

- Cara Mencetak

Rahang Atas :
Bahan Cetak alginat diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimsukkan ke dalam
sendok cetak individual. Masukkan sendokcetak dan bahan cetak kedalam mulut, kemudian
sendok cetak di tekan prosessus alveolaris.
Posisi operator disamping kanan belakang. Dilakukan muscle trimming, pasien diminta
menyebut huruf A O U supaya bahan cetak mencapai lipatan mucobuccal. Posisi sendok
cetak dipertahankan sampai setting. Setelah setting, sendok cetak dilepas. Sendok cetak
dimasukkan lagi ke rahang atas untuk pemberian tanda vibrating line.
Rahang Bawah :
Bahan cetak (alginate) diaduk dengan perbandingan 3 : 1 setelah teraduk rata dan mencapai
konsistensi tertentu dimasukkan kedalam sendok cetak individual. Pasien dianjurkan
membuang ludah. Masukkan sendok ceak dan bahan cetak kedalam mulut, kemudian sendok
cetak ditekan ke processus alveolaris. Posisi operator disamping kanan depan. Pasien
diinstruksikan untuk menjulurkan lidah. Dilakukan muscle trimming, pasien diminta
menyebut huruf AOU supaya bahan cetak mencapai lipatan mucobukal. Pasien
diinstruksikan pula untuk melakukan gerakan rahang ke kanan dan ke kiri serta bibir dan
pipi digerakkan agar alginate dapat mencapai bucal flange. Posisi dipertahankan sampai
setting.
Setelah sendok cetak dilepas dari mulut, cetakkan disiram dengan air dingi untuk
menghilangkan saliva. Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips
stone. Setelah mengeras, gips stone dilepas dan didapatkan cetakkan model kerja.

4. Membuat Base Plate permanen dan Bite Rim


Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuat post dam.
Kemudian menurut batas batas tersebut dibuat base plate dari wax yang kemudian diganti
dengan akrilik. Base plate yang diperoleh dihaluskan dan diatasnya dibuat bite rim dari wax.
Base plate harus benar benar menempel pada model kerja. Untuk lengkung bite rim RB
disesuaikan dengan alveolar rodge yang ada, sedangkan untuk RA dibuat setinggi 2 mm di
bawah bibir atas rest posisi. Tingi bite rim RB dibuat sejajar dengan tinggi retromolar pad.
Yang perlu diperhatikan saat pembuatan bite rim :
-

Bite rim atas anterior harus sejajar dengan garis pupil (garis yang menghubungkan kedua
pupil dan jalannya sejajar dengan garis incisal) dan bite rim RA bagian posterior sejajar
dengan garis chamfer

Bite Rim RA harus kelihatan kira kira 2 mm dibawah garis bibir

Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah yang memisahkan
incisivus kanan dan kiri

Garis caninus yaitu tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi

Garis ketawa, yaitu pada saat tertawa gusi tidak terlihat

C. Tahap Ketiga / Kunjungan Ketiga


1. Insersi oklusal bite rim, retensi dan stabilisasi diperhatikan
2. Dilakukan pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR)
Oklusal bite rim dipasang untuk ketentuan posisi posterior bite rim harus dibuat
sejajar dengan garis chamfer (garis yang berjalan dari ala nasi ke tragus / porion) dan untuk
bagian anterior bite rim atas sejajar dengan garis pupil. Tinggi bite rim atas 2 mm di bawah
garis bbir atas pada waktu rest posisi. Alat yang digunakan adalah oklusal guide plane.
Dilakukan pencatatan MMR. Mula mula pasien dipersilahkan duudk di dental
chair, dataran oklusal diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik
dibawah :
-

4 mm dari meatus acusticus eksternus

Telinga kanan dan kiri

Spina nasalis anterior


Kemudian titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya record

blok dipasang dengan posisi bite rim RA terlihat 2 mm dibawah garis bibir atas saat rest
position.

10

Bila dilihat dari depan, bite rim RA tampak sejajar dengan garis pupil (dilihat dengan
bantuan oklusal guide plan)

Bila dilihat dari samping, bite rim RA tampak sejajar dengan garis chamfer

Bila bite rim RB dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara sempurna (tidak
boleh ada celah dan merupakan satu garis lurus)
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya
record blok dipasang dengan posisi bite rim RA terlihat 2 mm di bawah garis bibir atas
saat rest posisi

Bila dilihat dari depan, bite rim RA tampak sejajar dengan garis pupil (dilihat dengan
bantuan oklusal guide plan)

Bila dilihat dari samping, bite rim RA tampak sejajar dengan garis chamfer

Bila bite rim RB dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara sempurna (tidak
boleh ada celah dan merupakan satu garis lurus)
Kemudian dicari vertical dimensi (inter oklusal distance) dengan metode pengukuran

jarak pupil dan sudut mulut dengan dengan jarak hidung dan dagu (PM dan HD), pada
keadaan rest position PM = HD. Pada keadaan relasi sentrik, dimensi vertical : physiological
rest position freeway space (PM = HD 2 mm). Free way space 2mm diperoleh dengan
cara mengurangi bite rim RB.
4. Centric Relation Record
Cebtric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla pada suatu relasi
vertical yang ditetapkan pada posisi paling posterior. HD = PM 2 mm. Dua milimeter
diperoleh dengan cara mengurangi bite rim RB dengan maksud sebagai freeway space. Cara
menentukan relasi sentrik yaitu dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa
sehingga procesus condyloideus akan tertarik ke fossa paling belakang karena tarikan dari
otot dan menelan ludah berulang ulang. Pasien disuruh melakukan gerakan mandibula
berulang ulang sampai pasien terbiasa dengan oklusi tersebut. Setelah mendapat posisi
sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan garis ketawa.
Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fiksasi dengan cara dibuat groove berbentuk V
(double V groove) pada kanan dan kiri RA bagian posterior (daerah P1 dan M1 RA),
kemudian grrove diberi vaselin. Pada bite rim RB diberi tambahan wax atau gulungan
malam kecil yang telah dilunakkan dibawah double V groove RA menyesuaikan groove RA
kemudian katupkan dengan bite rim RA, kemudian pasien disuruh menggigit kembali pada
oklusi sentrik.

11

Incisal guide ditentukan setelah pemasangan gigi anterior atas dan bawah dan telah
memenuhi nilai estetis. Pada pemasangan gigi anterior harus diingat high lip line, median
line dan caninus line. Gigi anterior bawah menyesuaikan atas.

5. Pemasangan pada Artikukator


Pemasangan pada artikulator (free plane articulator). Setelah oklusal bite rim RA dan RB
selesai di fixir, letakkan oklusal bite rim RA pada mounting table dengan pedoman :
-

Garis tengan bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting table

Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table

Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior bite rim RA dan
tepat pada garis tengah bite rim
Oklusal bite rim RA difixir dengan menuang adonan gips pada bagian atas model kerja.
Mounting table dilepas dari articulator. Selanjutnya bite rim RB dipasang dan dipaskan
dengan bite rim RA, diberi karet dan kemudian difixir dengan adonan gips plaster.

D. Tahap ke empat / Kunjungan keempat


Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi anterior. Urutan pemasangan
antaerior atas kemudian bawah. Setelah itu dilakukan try in untuk gigi depan atas dan
gigi depan bawah. Kemudian periksa over bite dan over jetnya ( 2 4 mm ), garis
caninus ( pada saat rest position terletak pada sudut mulut ) dan garis ketawa ( batas
servikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat ketawa ). Fonetik dapat kita cek dengan
cara pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m. Selanjutnya dilakukan sliding ke
kanan dan kiri. Setelah gigi anterior dipasang maka dilanjutnya pemasangan gigi
posterior RA kemudian gigi posterior RB.

E. Tahap kelima / Kunjungan kelima


Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi gigi posterior. Untuk
pemasangan gigi gigi posterior RA ini diperhatikan :
a. Dataran orientasi, jika dilihat dari sagital harus membentuk kurve monson
b. Dataran orientasi, jika dilihat dari lateral harus membentuk kurve Vons Spee
Setelah pemasangan gigi posterior, dilakukan try in. Perhatikan inklinasinya dan kontur
gigi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan terhadap :
1. Oklusi
2. Stabilisasi
3. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
12

4. Fonetik dengan cara pasien disuruh mengucap huruf s, d, o, m, r, a, t, th, p, b, h, f, v,


dan sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan
Gigi tiruan yang telah try in dikirim ke laboratorium untuk diproses dengan bahan akrilik.

F. Tahap keenam / kunjungan keenam


Setelah diganti dengan akrilik, protesa diinsersikan ke dalam mulut. Kemudian dilakukan
remounting. Tujuan dari remounting adalah :
a. Untuk mengecek oklusi protesa pada sebelum dan sesudah dipasang
b. Untuk mengetahui selektif grinding
c. Untuk mengetahui premature kontak
Jadi pada saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1. Retensi : di cek dengan menggerak gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau
tidak
2. Oklusi : di cek balancing side, working side serta ada tidaknya premature kontak.
Apabila oklusi terganggu, dilakukan grinding atau penambahan. Gangguan
diketahui dengan articulating paper yang diletakkan pada oklusi, kemudian
pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
3. Stabilisasi : di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara dan ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada
gangguan amaka protesa dapat dipolis.
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Diberikan instruksi kepada pasien untuk beradaptasi dengan protesa tersebut
sampai terbiasa. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot otot
dibawahnya dapat beristirahat. Pasien membersihkan protesanya setiap kali
sehabis makan. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,
pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik dan control sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak
ada gangguan, pasien bisa terus memakainya.

G. Tahap ketujuh / Kunjungan ketujuh


Setelah pemasangan GTL selama satu minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu
diperhatikan saat konrol :
13

a. Pemeriksaan Subjektif : Ditnyakan apakah ada keluhan selama pemakaian,


ditanyakan apakah ada gangguan selama pemakaian, dan ditanyakan apakah ada rasa
sakit saat mengunakan alat protesanya
b. Pemeriksaan Objektif : Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau
perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi

BAB. III SKEMA TAHAP RENCANA PERWATAN


Tahap Klinis :
1. Cetak Study Model
2. Cetak Work Model
3. Tentukan MMR
4. Pemasangan gigi anterior
5. Pemasangan gigi posterior
6. Try in : cek over jet, over bite, garis kaninus dan garis ketawa, retensi, stabilisasi,
estetik dan fonetik
7. Insersi : Oklusi, retensi dan stabilisasi, instruksi dan remounting
8. Kontrol : Pemeriksan subjektif, objektif, final remounting
Tahap Laboratoris :
1. Buat sendok cetak individual
2. Buat Base plate dan bite rim
3. Pasang gigi anterior dan posterior
4. Proses akrilik dan polis

BAB IV . PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan pertimbangan :
1. Jaringan pendukung sehat
2. Kesehatan umum pasien baik
3. Pasien kooperatif dan komunikatif

14

Yogyakarta, Januari 2014


Menyetujui,
Pembimbing

drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros

Operator

Erisa Rinintia Pratiwi, S.KG

15

Anda mungkin juga menyukai