Anda di halaman 1dari 37

Case Review | Gigi Tiruan Penuh

KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA


RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PRA CASE REVIEW / DENTAL SIDE TEACHING (CR / DST)


MANADO, 18 JANUARI 2024

GIGI TIRUAN PENUH

Nama : Dita C. Kaida (20014103034)

Melyana Wanti (20014103037)

Tutor : drg. Jean S.R. Tairas

MANADO
2024
Case Reviewn | Gigi Tiruan Penuh

CASE REVIEW
GIGI TIRUAN PENUH

1. IDENTITAS
No. Kartu : A.26241
Nama Pasien : R.A
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tuminting, Manado

2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 46 tahun yang berdomisili di Tuminting
datang ke RSGM dengan keluhan kehilangan seluruh gigi rahang atas dan
rahang bawah. Keadaan tersebut membuat pasien sulit untuk mengunyah
makanan. Pasien mulai kehilangan gigi sekitar satu tahun lalu dan ingin
dibuatkan gigi palsu.

Foto wajah

Tampak Depan Tampak Samping


Bentuk muka : Profil Wajah :
Lonjong Cekung

2
Case Reviewn | Gigi Tiruan Penuh

Gambaran Klinis :

Rahang Atas Rahang Bawah

3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung 
Hiper/hipotensi  
Kelainan darah 
Haemophilia 
Diabetes mellitus  
Terkontrol
Penyakit ginjal 
Hepatitis 
Penyakit pernafasan 
Kelainan pencernaan 
Epilepsi 
HIV/AIDS 
Alergi obat 
Alergi makanan 

3
Case Reviewn | Gigi Tiruan Penuh

4. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

Fasial Neuromuscular K. K. Tl. TMJ


Ludah Limfe Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Gangguan t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Fungsi

5. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGI


a. Lama tidak bergigi : ± 1 tahun yang lalu
b. Terakhir cabut gigi : ± 6 tahun yang lalu
c. Sebab pencabutan gigi : Gigi goyang
d. Riwayat gigi tiruan : Pasien pernah menggunakan gigi tiruan sebagian
sebelumnya
Pengalaman GT : Sudah menggunakan gtsl sekitar 3 tahun tetapi pasien
merasa gtslnya sudah longgar karena gigi asli yang tersisa
sudah goyang

6. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : Tidak bengkak; Tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
b. Pembukaan mulut : Besar
c. Gerakan protusif : Lancar
Gerakan lateral kanan : Lancar
Gerakan lateral kanan : Lancar
d. Bibir

Bentuk : Simetris
Ukuran : Sedang
Tonus : Lemah

4
Case Reviewn | Gigi Tiruan Penuh

- Dalam mulut
a. Bentuk lengkung RA : Lonjong
Bentuk lengkung RB : Lonjong

Bentuk lengkung pasien


b. Ukuran lengkung RA : Sedang
Ukuran lengkung RB : Sedang
c. Bentuk linggir RA : Lonjong
Bentuk linggir RB : Lonjong
Ukuran linggir RA : Tinggi (anterior), sedang (posterior)
Ukuran linggir RB : Tinggi (anterior), rendah (posterior)
d. Hubungan RA – RB : Normal

e. Kesejajaran linggir RA/RB : Sejajar

5
Case Reviewn | Gigi Tiruan Penuh

f. Ruang antarmaksila :-
g. Tuberositas kanan : Sedang
Tuberositas kiri : Kecil
h. Exostosis : Tidak ada
i. Torus palatina : Ada
Torus mandibula : Tidak ada
j. Palatum lunak : Kelas I, Gerakan normal
k. Perlekatan otot labial RA : Sedang
Perlekatan otot bukal Ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal Ki. : Sedang
Perlekatan otot labial RB : Sedang
Perlekatan otot lingual : Sedang
Perlekatan otot bukal Ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal Ki. : Sedang
l. Frenulum labialis RA : Sedang
Frenulum bukalis Ka. : Sedang
Frenulum bukalis Ki. : Sedang
Frenulum labialis RB : Sedang
Frenulum lingualis : Sedang
Frenulum bukalis Ka. : Sedang
Frenulum bukalis Ki. : Sedang
m. Tahanan jaringan linggir : Besar di regio 1,3,4: Sedang di regio 2
n. Bentuk palatum : Lonjong
Kedalaman palatum : Sedang
o. Retromylohyoid : Sedang
p. Ludah
konsistensi :Sedang
Volume ludah :Sedang
q. Refleks muntah :Sedang
r. Lidah
ukuran :Normal
Posisi (Wright) :Klas II
Gerakan lidah :Normal

6
Case Reviewn | Gigi Tiruan Penuh

s. Status gigi geligi :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan:

: Missing

7. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas : Edentulus (K.08.1 Complete loss of teeth / Edentulous)

Rahang Bawah : Edentulous (K.08.1 Complete loss of teeth / Edentulous)

8. RENCANA PERAWATAN
Gigi tiruan penuh pada rahang atas dan rahang bawah bahan akrilik.

9. DENTAL SIDE TEACHING (JANUARI 2024)

10. PENENTUAN DESAIN GIGI TIRUAN


Gigi tiruan lengkap lepasan yang akan dibuat akan menggunakan dukungan
mukosa dengan desain sebagai berikut:
- Rahang Atas: GTL yang akan dibuat meliputi basis yang menutupi
palatum dan diperluas hingga tuberositas maksilaris kanan meluas ke
lateral sampai ke vestibulum bukalis dan ke anterior sampai vestibulum
labialis. Begitupun dengan regio kiri, basis meluas dari vestibulum labialis
kiri, vestibulum bukalis hingga ke daerah posterior dan palatum.
- Rahang Bawah: GTL meliputi basis yang menutupi 1/3 retromolar pad
kiri, meluas hingga ke daerah lateral sampai ke vestibulum bukalis dan
vestibulum labialis kiri. Sedangkan pada regio kanan, basis meluas dari

7
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

1/3 retromolar pad, hingga ke lateral, vestibulum bukalis dan vestibulum


labialis kanan. Untuk daerah lingual, basis menutupi retromylohyoid di
kedua sisi mandibula.

Gambar 2. Desain Gigi Tiruan Lengkap


Keterangan:
1. Plat akrilik
2. Elemen gigi tiruan

Prosedur Perawatan

1. Pemeriksaan Sistem Stomatognati / Indikasi, Subjektif dan Objektif


( 16 Agustus 2023)
Instruktur: drg. Jean S.R Tairas
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi ini
diberikan dan pasien setuju untuk dilakukan perawatan.

8
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

2. Pencetakan Diagnostik dan Pembuatan Model Studi (05 Desember 2023)

Instruktur: drg. Jean S.R Tairas

Pencetakan rongga mulut pasien yang disebut dengan pencetakan


anatomis, hasil cetakannya lazim disebut model studi/model anatomis. Pada
model studi dapat dibuat sendok cetak perorangan yang akan digunakan untuk
mencetak cetakan akhir.
Cetakan anatomis merupakan langkah awal pembuatan suatu gigi tiruan
penuh. Model studi yang diperoleh dari hasil pencetakan tahap ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan sendok cetak perorangan.
cetakan ini dibuat menggunakan endentulous perforated stock tray dengan
cara dan teknik mencetak yang sama seperti pada pembuatan diagnostic
impression/cetakan pendahuluan.
Hasil cetakan yang baik akan terlihat dengan jelas bagian-bagian sebagai berikut:
- Prosessus alveolaris yang tidak bergigi
- Perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali
pada daerah-daerah yang mengambarkan perlekatan otot.
- Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
- Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat
- Cetakan rahang atas harus mencakup hamular notch
Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad
Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) frenulum
labialis, (2) frenulum bukalis, (3) vestibulum labialis, (4) vestibulum bukalis,
(5) papilla insisivum, (6) rugae palatine, (7) hamular notch, (8) tuberositas
maksila, (9) palatum, (10) mukobukalfold.
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) frenulum labialis,
(2) frenulum bukalis, (3) frenulum lingualis, (4) Vestibulum labialis, (5)
vestibulum bukalis, (6) retromolar pads (7) retromylohioid, (8)
mukobukalfold.

9
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

3. Pembuatan Model Studi (05 Desember 2023)


Instruktur: drg. Jean S.R Tairas

Setelah pencetakan pendahuluan, kemudian cetakan di cor dengan dental


stone. Setelah itu, hasil cor kemudian dirapikan dan diboxing dengan basis
segi tujuh dengan bahan plaster of paris agar dapat digunakan sebagai model
studi.

4. Penentuan Warna dan Bentuk Gigi (05 Desember 2023)

Instruktur: drg. Jean S.R Tairas

Pemilihan elemen gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan
umur pasien untuk menentukan warnanya dan tingkat keausannya. Ukuran
elemen gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada galengan gigit.
a) Wajah
- Bentuk gigi dipilih sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang

10
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

- Bentuk anasir gigi tiruan dipilih berdasarkan profil wajah


b) Jenis Kelamin
c) Usia

Warna Gigi A3

5. Pembuatan Sendok Cetak Perorangan/Individual


Sendok cetak perorangan akan digunakan untuk mencetak secondary
impression/cetakan fisiologis yang nantinya akan dicor sehingga didapatkan
working model. Cara pembuatan sendok cetak perorangan ialah sebagai
berikut.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sendok cetak perorangan
yaitu:
- Self curing akrilik
- Selembar malam merah
- Bunsen burner dan cairan spiritus
- Gunting
- Lecron
- Pensil 2B dengan karet penghapus
Shellac lempeng gigit
- Menggambar batas-batas pada model studi dengan pensil yakni, garis
pertama digambar pada batas antara jaringan bergerak dan tidak bergerak,
kemudian ±1mm di atasnya digambarkan batas untuk border moulding dan
yang terakhir ±1mm di atas garis border moulding digambarkan batas
untuk scp. Sendok cetak perorangan tersebut harus mencakup seluruh
prosessus alveolaris dan jaringan lunak.
- Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk
rahang atas ialah: (a) notch hamular, (b) fovea palatina, (c) frenulum bukal
dan (d) frenulum labial. Sedangkan untuk rahang bawah ialah (a) garis
distal dan retromolarpad, (b) oblique ridge external, (c) frenulum bukal,
(d) frenulum labial, (e) retromylohyoid dan (f) frenulum lingualis.

11
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

- Bahan yang akan digunakan untuk scp yaitu bahan shellac. Selanjutnya,
bahan shellac akan dilunakkan di atas lampu spritus dan diletakkan pada
model studi kemudian ditekan dengan bantuan kain hingga bentuknya
sesuai dengan desain yang telah digambar sebelumnya. Bagian tepi
landasan disesuaikan dengan menggunakan karet penghapus pensil.

- Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan lecron/gunting panas


dalam keadaan lunak, kemudian sisa kelebihan shellac dapat dibuatkan
pegangan sendok cetak.

- Saat sendok cetak perorangan sudah selesai dibuat, kemudian dicobakan


pada mulut pasien. Sendok cetak harus cekat saat dicobakan, kemudian
diperhatikan batas-batas dalam mulut pasien apakah sudah tepat atau perlu
dikurangi.
Cara pembuatan sendok cetak perorangan ialah sebagai berikut:
 Model studi digambar menggunakan pensil batas antara jaringan bergerak
dengan tidak bergerak. Batas-batas sendok cetak perorangan ditentukan ±
1-2 mm lebih pendek dari batas jaringan bergerak-tidak bergerak untuk
memberi tempat pada bahan cetak namun tetap tidak mudah lepas dari
rahang pasien. Sendok cetak harus mencakup seluruh prosessus alveolaris
dan jaringan lunak. Harus tepat untuk memperoleh perlekatan otot dan
perlekatan frenulum.
 Lapis selembar malam merah yang telah dilunakkan di atas model studi
kemudian ditekan mengikuti batas desain yang telah di gambar. Malam
merah berfungsi sebagai bahan pelapis antara bahan shellac lempeng gigit
dengan model studi, agar kelak terdapat ruang untuk bahan cetak ketika
sendok cetak perorangan digunakan.
 Selanjutnya bahan shellac lempeng gigit dilunakkan diatas lampu spiritus,
lalu diletakkan di atas malam merah (yang telah dibasahi air atau diberi
baby powder) dan ditekankan dengan bantuan kain hingga bentuknya
sesuai dengan desain yang telah dibuat sebelumnya. Bagian tepi landasan
disesuaikan dengan menggunakan karet penghapus pensil 2B.
 Kelebihan shellac lempeng gigit dipotong dengan menggunakan
gunting/lecron panas saat keadaan lunak sesuai bentuk dan batas desain
yang telah di gambar sebelumnya lalu sempurnakan tepi-tepi sendok

12
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

cetak. Setelah itu dibuat pegangan pada sendok cetak perorangantersebut.

6. Pembuatan Secondary Impression/Pencetakan Fisiologis dan Pembuatan Model


Kerja
Pencetakan fisiologis atau secondary impression mencakup tiga langkah utama yakni
(a) pembuatan border moulding, (b) Pencetakan fisiologis, dan (b) penentuan
vibrating line untuk pembuatan postdam.

a. Border Molding
Border moulding ialah proses pembentukan tepi-tepi sendok cetak
fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur pembatas gigi tiruan yang
lebih akurat. Green stick compound merupakan bahan yang paling baik
digunakan untuk membuat border moulding karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain setting cepat, dapat digunakan kembali apabila
dilakukan pengulangan prosedur border moulding, karena kekauannya dapat
digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu pendek hingga 3-
4 mm, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah
pengerasan, serta menghasilkan detail jaringan secara halus.
Adapun cara melakukan border moulding ialah sebagai berikut:
- Greenstick compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan
sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49°C (120°F) sampai 60°C
(140°F). Kemudian diletakkandi tepi luar sendok cetak perorangan, lalu di
rendam dalam air selama beberapa detik sebelum dimasukan ke dalam
rongga mulut pasien
- Selanjutnya dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk
tepi struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Greenstick ditambahkan sedikit
demi sedikit pada tepi luar sendok cetak perorangan kira-kira sepanjang 1
cm secara continuous hingga menutupi seluruh tepi sendok cetak pribadi.
Prosedur border moulding dilakukan secara berurutan dimulai dari
vestibulum bukal kemudian vestibulum labial, daerah posterior palatum
pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.
- Ketika sendok cetak perorangan yang sudah diletakkan greenstick
compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan
rahang atas ke kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular

13
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi
dan bibir pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk
daerah sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan
bibir atas ke depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk membentuk
daerah posterior palatum durum yang merupakan batas antara palatum
molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah”.
- Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal sheld, maka setelah greenstick dilunakkan dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut, pasien diminta untuk membuka mulut
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Untuk
membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid, pasien diinstruksikan
untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum
durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada
pasien untukmeletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke
bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan
instruksi yang sama dengan instruksiborder moulding rahang atas.
- Greenstick compound dipanaskan diatas lampu spritus dengan merata,
letakkan green stick compound yang telah dipanaskan tadi pada tepi
sendok cetak, dimulai dari posterior ke anterior, per regio kiri/ kanan untuk
memudahkan pembentukan tepi. Panaskan lagi diatas api spritus kemudian
celupkan ke air hangat lalu masukkan ke dalam mulut pasien.
- Pasien dianjurkan untuk melakukan gerakan fungsional : menghisap,
menelan, menggerakkan rahang bawah ke kiri kanan untuk mendapatkan
ketebalan sayap disto-bukal rahang atas, atau menggigit jari operator yang
diletakkan di posterior antara galengan gigit dan prosesus alveolaris.
- Menurut Elinger, pembentukan tepi dengan border moulding dapat
dilakukan dengan cara berikut;
 Rahang atas:
 Untuk mendapatkan tepi distobukal, mukosa pipi di daerah tersebut
ditarik ke atas, ke luar ke bawah dan ke depan.

 Ketebalan sayap distobukal didapat dengan cara menginstruksikan


pasien untuk menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri
sehingga dapat memperoleh jejak dari prosesus koronoideus.

14
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

 Untuk hamular notch, pasien diinstruksikan untuk membuka mulut


lebar.
 Untuk postdam, pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah”.

 Untuk vestibulum bukalis/labialis, bibir pasien ditarik ke atas, ke


luar dan ke bawah.

 Untuk frenulum bukalis, mukosa pipi ditarik ke atas, ke luar, ke


bawah, ke depan dan kebelakang.

 Rahang Bawah
 Untuk tepi distobukal, pipi ditarik ke luar dan ke atas.
 Untuk daerah sudut mulut, ditarik ke luar, ke atas, ke depan dan ke
belakang.
 Untuk vestibulum labialis, bibir ditarik ke luar dan ke atas.
 Untuk seluruh daerah labial, bibir di tarik ke bawah, ke luar dan ke
atas.
 Untuk daerah lingual dan distolingual yang berhadapan dengan
lidah, ujung lidah digerakkan ke arah pipi kiri dan kanan.
 Untuk sayap distal, pasien diinstruksikan untuk membuka mulut
lebar, serta lidah diulurkan kemudian menutup mulut sambil
menggigit jari operator.

b. Pencetakan Fisiologis & Penentuan Vibrating Line

Bahan yang digunakan saat mencetak fisiologis ialah bahan cetak


elastomer tipe silikon/vinyl polysiloxane (medium body type). Teknik
mencetak yang digunakan yakni teknik mencetak mukokompresi. Selanjutnya
bahan cetak elastomer di aduk hingga konsistensinya homogen diatas glas lab
menggunakan spatula semen dari bahan plastik. Waktu pengadukan berkisar
30-45 detik dangan waktu kerja 2-4 menit dan waktu pengerasan 6-8 menit.
Kemudian ditempatkan pada sendok cetak perorangan rahang atas. Letakan
sendok cetak perorangan kedalam mulut pasien. Pasien diinstruksikan untuk
tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang. Teknik mencetak rahang
atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan pada bagian posterior
kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior. Penekanan dilakukan

15
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di mulut pasien.


Selanjutnya dilakukan pencetakan pada rahang bawah pasien.

Teknik yang digunakan yakni teknik mencetak mukokompresi. Alat dan


bahan yangdiperlukan pada tahap ini ialah:
- Sendok cetak perorangan yang telah dibuat border moulding
- Bahan cetak elastomer jenis silikon/vinyl polysiloxane (light body type)
- Glass lab
- Spatula semen
- Lipstik
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan
penentuan A- line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal.
Tahap ini dilakukan dengan teknik fluid wax yaitu teknik ini dilakukan setelah
melakukan pencetakan fisiologis, kemudian menandai vibrating line pada
cetakan fisiologis kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulut pasien.
Batas anterior vibrating line terletak di antara palatum lunak sedangkan batas
posterior vibrating line terletak di mukosa bergerak dan tidak bergerak pada
palatum lunak, kemudian ditarik hingga ke daerah posterior hamular notch
sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang utuh. Adapun proses
pengerjaannya ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “Ah” berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual
dan di tentukan vibrating line nya.
- Batas anterior vibrating line terletak diantara palatum keras dan palatum
lunak sedangkan batas posterior vibrating line berada di jaringan bergerak
dan tidak bergerakpada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga dapat di tandai dengan spidol bila
diperlukan. Garis pada daerah hamular notch nantinya dapat disatukan
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal
yang utuh.
- Selanjutnya bahan cetak elastomer di aduk hingga konsistensinya
homogen diatas glaslab menggunakan spatula semen dari bahan plastik.
Waktu pengadukan berkisar 30-45 detik dangan waktu kerja 2-4 menit
dan waktu pengerasan 6-8 menit. Kemudian ditempatkan pada sendok

16
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

cetak perorangan rahang atas.


- Letakan sendok cetak perorangan kedalam mulut pasien. Pasien
diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan
pada bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior.
Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di
mulut pasien, lalu biarkan bahan cetak mengeras.
- Beri tanda vibrating line/ A line yang telah di tentukan sebelumnya
menggunakan lipstik, lalu bahan cetak rahang atas yang telah mengeras
diletakan kembali dan dilakukan penekanan untuk menciplak daerah
vibrating line yang telah ditandai. Sehingga nantinya akan ada tanda
vibrating line pada bagian posterior dari hasil cetakan rahang atas.
Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.

7. Beading Wax, Boxing, dan Pembuatan Model Kerja

Pembuatan boxing & Working model


Sebelum dicor dengan stone gips dibuat boxing dengan menggunakan
lembaran malam di sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi
cetakan. Maksud dari boxing ialah agar bentuk/batas tepi tetap dipertahankan.
Sekeliling tepi batas cetakan diberi malam merah yang tebalnya 5 mm,
dengan jarak antara batas tepi cetakan dengan malam merah ±3 mm.
Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing sekitar 10 mm agar stone gips dibatasi dan pekerjaan mengecor lebih
mudah. Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone gips untuk
memperoleh model kerja. Setelah stone gips mengeras, lempeng dinding
malam, sendok dan bahan cetak dilepas.
Boxing dibuat dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk tepi hasil
cetakan yang akan tercatat pada model kerja. Sebelum dicor dengan dental
stone dibuatkan beading wax menggunakan malam merah dengan ketebalan
3-5mm yang dilekatkan dibawah seluruh tepi hasil cetakan kira-kira berjarak
2-3mm. Dibagian luar beading wax dilekatkan boxing wax yang bertujuan
untuk memberi bentuk basis dari model. Tinggi boxing kira-kira 10 mm.
Selanjutnya, hasil cetakan yang telah diboxing dicor menggunakan dental
stone.

17
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

Working model kemudian digambarkan guidelines yang bertujuan sebagai


pedoman atau panduan saat akan menyusun gigi. Adapun landmark guidelines
sebagai berikut:
Untuk RA:
- Garis midline; dari titik papila insisivum melewati midline palatum hingga
ke fovea palatina. Garis ini berfungsi sebagai bidang referensi untuk
mendapatkan garis anterior secara simetris.

- Garis anterior; dari titik papila insisivum melewati puncak linggir anterior
hingga ke titik kaninus RA dengan ruggae palatina sebagai titik
pedomannya.
- Garis posterior; dari titik kaninus RA melewati puncak linggir posterior
hingga ke daerah hamular notch sebagai batas paling posterior gigi tiruan.

Untuk RB:
- Garis anterior; dari titik kaninus melewati puncak linggir hingga ke titik
kaninus. Garis ini berfungsi untuk mendapatkan posisi buko-lingual anasir
gigi tiruan.
- Garis posterior; dari titik kaninus melewati puncak linggir posterior hingga
ke titik paling distal posterior RB yaitu midpoint retromolar pad.

8. Pembuatan Garis Pedoman


Model kerja digambarkan garis pedoman yang bertujuan sebagai pedoman
atau panduansaat akan menyusun gigi. Adapun landmark guidelines sebagai
berikut:
Untuk RA:
 Garis midline; dari titik papila insisivum melewati midline palatum
hingga ke fovea palatina. Garis ini berfungsi sebagai bidang referensi
untuk mendapatkan garis anterior secara simetris.
 Garis anterior; dari titik papila insisivum melewati puncak linggir
anterior hingga ke titik kaninus RA dengan ruggae palatina sebagai
titik pedomannya.
 Garis posterior; dari titik kaninus RA melewati puncak linggir
posterior hingga ke daerah hamular notch sebagai batas paling

18
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

posterior gigi tiruan.


Untuk RB:
 Garis anterior; dari titik kaninus melewati puncak linggir hingga ke titik
kaninus. Garis ini berfungsi untuk mendapatkan posisi buko-lingual anasir gigi
tiruan.

 Garis posterior; dari titik kaninus melewati puncak linggir posterior hingga ke
titik palingdistal posterior RB yaitu midpoint retromolar pad.

9. Lempeng Gigit

Occlusal galengan gigit terdiri dari dua bagian yaitu lempeng gigit dan
galengan gigit.
1) Membuat lempeng gigit
- Membuat gambar desain gigi tiruan penuh pada model kerja,
berdasarkan pada batastepi dengan memperhatikan daerah
mucobuccal fold.

- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu
diletakkan di atas working model dan ditekan mulai dari bagian
palatum dengan batas-batas sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas
sehingga mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan
pisau malam.
- Lempeng gigit dibuat menggunakan self cure acrylic.Melakukan try in
lempeng gigit dengan memperhatikan:
Retensi dan stabilisasi lempeng gigit gigi tiruan :
- Lempeng gigit gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah
lepas atau bergerak ketika mukosa digerakkan.
- Permukaan lempeng gigit gigi tiruan harus rapat dengan jaringan pendukung.
- Tepi lempeng gigit gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.

2) Pembuatan galengan gigit

Menggunakan bahan malam merah. Galengan gigit yang telah dibuat diletakkan di
atas lempeng gigit dengan patokan sebagai berikut:
19
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

Prosedur pembuatan galengan gigit untuk rahang atas dan rahang


bawah sama. Galengan gigit dibuat dari malam merah dan diletakkan di
atas lempeng gigit dengan mengacu pada ukuran galengan gigit RA dan
RB ; anterior (t: 12mm, l: 4mm), posterior (t:10-11mm, l: 6mm).
Galengan gigit yang telah dibuat diletakkan di atas lempeng gigit
dengan patokan sebagai berikut:
 Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada galengan gigit
sehingga garis puncak linggir rahang letaknya pada galengan gigit
rahang atas yaitu di bagian bukal : bagian palatal 2 : 1 (4 mm di
bagian bukal dan 2 mm di bagian palatal), sedangkan pada galengan
gigit rahang bawah yaitu bagian bukal : bagian lingual 1 : 1 (3 mm di
bagian bukal dan 3 mm di bagian lingual).
 Sudut galengan gigit terhadap lempeng gigit dibuat 80°-85° terhadap
dataran oklusal.
 Tinggi galengan gigit di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11
mm.
 Kemudian dilakukan uji coba oklusal galengan gigit dengan pedoman:

o Retensi:
 Kemampuan gigi tiruan untuk bertahan terhadap pelepasan
saat berfungsi maupun istirahat secara vertikal.
 Diamati saat melakukan gerakan otot pipi, bibir dan lidah atau
dengan memberikan gaya untuk melepas gigi tiruan (gigi
tiruan yang retentif merupakan gigi tiruan yang sulit dilepas).
 Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi/kohesi
saliva. Kesesuaian letak seal dengan menggerakkan otot pipi.
Jika plat terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over
extension plat. Sebaliknya, jika seal pada under extension plate
maka kohesi dan adhesi saliva berkurang sehingga alat menjadi
tidak retentif.
o Stabilisasi:
 Kemampuan gigi tiruan untuk bertahan terhadap perpindahan
tempat saat berfungsi secara horizontal.
 Stabilisasi dapat diamati dengan menekan salah satu sisi

20
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

oklusal galengan gigit atau dengan menginstruksikan pasien


untuk melakukan gerakan fungsi. Jika oklusal galengan gigit
diam di tempat dan tidak bergerak maka stabilisasinya baik.
Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu oklusal galengan gigit rahang
atas dimasukan kedalam mulut pasien.
Uji coba Oklusal galengan gigit RA dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
 Retensi dan stabilitas galengan gigit gigi tiruan :
- Galengan gigit gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah
lepas atau bergerakketika mukosa digerakkan.
 Profil wajah pasien :
o Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung
o Lihat sulkus nasolabialis dan philtrum pasien jika tampak dalam
atau alurnya hilang.
 Tinggi galengan gigit
o Pedoman untuk galengan gigit rahang atas ialah low lip line, yaitu
pada saat pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang
oklusal/bidang orientasi galengan gigit rahang atas setinggi garis
bawah bibir atas dilihat dari muka, sedangkan apabila dilihat dari
lateral sejajar dengan garis tragus-alanasi.

10. Pengukuran Kesejajaran Galengan gigit


Setelah uji coba oklusal galengan gigit selesai, dilakukan pengukuran
kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge. Pertama
tarik garis bidang orientasi dengan menyejajarkan:
a. Bagian anterior dengan garis pupil
Bagian posterior dengan garis chamfer yang berjalan dari ala nasi ke tragus
dengan bantuan benang katun yang direkatkan sejajar dengan tragus kiri
dan melewati sub nasal hingga ke tragus kanan. Selanjutnya dibuat
penyesuaian pada galengan gigit rahang atas sehingga diperoleh kesejajaran
terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.

b. Penyesuaian galengan gigit rahang atas dilakukan dengan penambahan


maupun pengurangan galengan gigit.

c. Dukungan bibir dan pipi;

21
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

 Dinilai dari sulkus nasolabialis, philtrum labio mental groove, labial


commisure dan labio marginal sulcus pasien tidak boleh terlalu dalam
atau alurnya hilang.
 Bibir dan pipi pasien harus terlihat normal, tidak boleh terlihat cekung
atau cembung.
d. Tinggi galengan gigit
Untuk pedoman galengan gigit rahang atas ialah low lip line, yaitu pada
saat pasien dalam keadaan istirahat, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi galengan gigit rahang atas setinggi garis bawah bibir atas (1,5 –
2mm) dari tampak depan, sedangkan bila dilihat dari tampak lateral, galengan
gigit harus sejajar dengan garis tragus-ala nasi.

11. Pengukuran Dimensi Vertikal


Pada pasien yang telah kehilangan seluruh gigi, dimensi vertikalnya telah
hilang sehingga harus dilakukan pencarian kembali dengan rumus :

Dimensi vertikal = Physiological rest position – free way space

Dilakukan 3 metode pengukuran DV:

 Dimensi vertikal posisi istirahat menurut Silverman:


 Ukur dimensi vertikal dengan memasukkan galengan gigit rahang atas dan
rahang bawah dalam mulut.
 Tentukan dua titik pada wajah pasien sejajar dengan median line.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik

subnasion sampai titik gnation.


 Pasien diinstruksikan menyebutkan kata berdesis dengan menghitung kata
berakhiran “S” seperti Sebelas sampai Sembilan belas serta
mempertahankan posisi rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat
tersebut jarak kedua titik diukur.
 Pasien harus mengambil physiological rest position saat galengan gigit
dimasukkan ke dalam mulut, tanpa mengganggu posisi istirahat bibir
pasien dibuka perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang bebas antara
galengan gigit atas dan bawah, biasanya sebesar 2-4 mm.
 Hasil pengukuran tersebut dikurangi dengan free way space (besar free
22
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar dimensi vertikal.

 Dimensi vertikal posisi istirahat menurut Niswonger:


 Ukur dimensi vertikal dengan memasukkan galengan gigit rahang atas
dalam mulut.
 Tentukan dua titik pada wajah pasien sejajar dengan median line.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik
subnasion sampai titik gnation.
 Pasien diinstruksikan menyebutkan kata “M” sampai pengucapan huruf
tersebut terlihat normal, pada saat tersebut jarak kedua titik diukur.
 Hasil pengukuran tersebut dikurangi dengan free way space (besar free
way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar dimensi vertikal.

 Dimensi vertikal metode Willis:


- Masukan bite rim atas dan bawah ke dalam mulut pasien.
- Perlu diperhatikan kesimetrisan wajah pasien.
- Ditetapkan dua titik pengukuran yaitu PMHD (Pupil-Mulut = Hidung-Dagu).
- Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik subnation-
gnationadalah sama dengan jarak pupil ke sudut mulut.
- Hasil dari 2 metode sebelum dicocokkan dengan jarak pupil ke sudut mulut.

Pengukuran DVO metode Willis

Bila hasil DVI ketiga metode ini telah sesuai, maka dikurangi dengan free way
space (2-4 mm) untuk memperoleh besar dimensi vertikal oklusal (DVO).
Tanyakan kepada pasien apakah terasa nyaman atau ada keluhan.

23
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

Dimensi vertikal oklusi:


 Tentukan dua titik pada wajah pasien sejajar dengan median line.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik
subnasion sampai titik gnation.
 Seterusnya pasien diinstruksikan untuk menelan dan dalam keadaan rileks
dilakukan pengukuran, pada saat tersebut jarak kedua titik diukur.
 Hasil pengukuran dimensi vertikal istirahat yang telah dilakukan dikurangi
dengan free way space dicocokkan dengan hasil dari pengukuran dimensi
vertikal oklusi.
 Bila hasilnya telah sesuai artinya dimensi vertikal telah didapatkan dengan
benar.
 Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian galengan gigit rahang
bawah harus dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali
bila memerlukan pengurangan yang banyak, maka galengan gigit atas bisa
dikurangi.
 Pengurangan galengan gigit rahang atas harus hati-hati jangan sampai
kehilangan kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.
 Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan
galengan gigit rahang bawah dengan menggunakan wax agar ketebalannya
merata dan tidak mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
 Jangan pernah menambah galengan gigit rahang atas, karena akan
menambah garis insisal yang telah ditentukan sebelumnya.

12. Penentuan Relasi Sentrik


Secara garis besar, relasi sentrik dapat ditentukan dengan dua cara yakni
pasif/statis dan aktif/fungsional.
 Metode pasif/statis
o Merupakan metode dimana operator yang berperan aktif untuk mencari
relasi sentrik, sedangkan pasien hanya membantu. Beberapa metode
pasif/statis antara lain metode Gysi, Rehm, Gravitasi dan Green.
o Metode gravitasi dicobakan pada pasien dengan panduan;
Pasien diinstruksikan untuk merelaksasikan mandibulanya dan meminta
pasien untuk duduk tegap tidak bersandar sambil menghadapkan
kepalanya ke atas. Operator kemudian membantu menggerakan
24
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

mandibula pasien ke arah posterior hingga pasien merasakan kontak


oklusi pertama pada bagian posterior.
 Metode aktif/fungsional
o Merupakan metode dimana pasien sendiri yang aktif mencari relasi
sentrik. Beberapa metode aktif/fungsional antara lain metode menelan,
Nucleus Walkhof, alat Gothic Arch Tracer dan cara Chew In.
o Metode Nucleus Walkhof dicobakan pada pasien dengan panduan;
 Dilakukan dengan bantuan gulungan malam merah seperti bola kecil
yang diletakkan pada lempeng gigit rahang atas paling posterior.
 Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengangkat dan menyentuh
ujung lidahnya pada bola tersebut sambil menggigit galengan gigit.

Relasi sentrik dapat ditentukan melalui beberapa cara seperti :


- Pasien diinstruksikan untuk mengatur posisi tubuh tegak dan tidak bersandar.
- Galengan gigit dimasukkan dan ditentukan garis median pada galengan
gigit, lalu pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan lalu
gerakan mengunyah berulang kali, jika gerakan sudah tepat di garis yang
telah ditentukan, berarti relasi sentrik telah didapatkan.
- Jika oklusi pasien berubah-ubah atau tidak stabil, maka operator dapat
membantu dengan cara menempelkan bulatan malam merah ke posterior
lempeng gigit, dan meminta pasien untuk menempatkan ujung lidahnya
pada bulatan malam merah tersebut saat beroklusi.
- Penutupan rahang diulang beberapa kali untuk memastikan bahwa oklusal
galengan gigit rahang atas berkontak dengan occlusal galengan gigit
rahang bawah untuk waktu yang sama setiap saat.
- Pasien diinstruksikan untuk melakukan oklusi dengan kuat.

Tujuan dari penentuan relasi sentrik, yaitu;


 Agar gigi posterior dapat mencapai hubungan atar tonjol yang tepat
sehingga penyimpangan dalam mulut dapat terdeteksi. Gigi dengan
kemiringan tonjol 30°dapat lebih efektif untuk memeriksa kecermatan
hubungan rahang dibandingkan dengan kemiringan tonjol 20°, tonjol
dengan kemiringan 30° dapat memperbesar kemungkinan adanya
kesalahan oklusi.

25
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

 Merupakan salah satu persyaratan fisiologis untuk kenyamanan serta


stabilitas dalam rongga mulut.

13. Memfiksir Galengan Gigit Rahang Atas dan Bawah

Setelah menentukan relasi sentrik, galengan gigit difiksasi dengan cara dibuatkan
double vgroove yaitu 4 buah groove berbentuk v pada kanan (2) dan kiri (2) galengan
gigit RA bagian C dan P2 atau P1 dan M1, kemudian groove diberi vaselin. Pada
galengan gigit RB diberi tambahan malam merah menyesuaikan groove kemudian
katupkan dengan galengan gigit RA. Dilanjutkan dengan menggunakan staples yang
dipanaskan kemudian ditancapkan ke galengan gigit. Selanjutnya tarik garis-garis
orientasi, yakni:
1) High lip line yaitu garis tertinggi bibir waktu pasien tersenyum, hal ini berguna
untuk penyusunan gigi tiruan, yaitu 2/3 anasir gigi tiruan harus terlihat saat
pasien tersenyum.
2) Low lip line yaitu garis terendah bibir atas saat posisi istirahat, anasir gigi
tiruanharus terlihat sekitar 2 mm saat posisi istirahat.
3) Median line yaitu garis tengah wajah.

4) Tandai bagian distal gigi kaninus atas kiri dan kanan dengan pedoman sudut
mulut pasien. Tandai ujung cups gigi kaninus dengan pedoman sejajar ala
nasi/lacrimal.
5) Jika sulit fiksasi menggunakan staples yang dipanaskan pada lampu spritus,
bagian anterior difiksasi terlebih dahulu tanpa merusak tanda letak garis median
line dan posisigigi kaninus.
6) Cara lain untuk fiksasi yaitu dengan membuat double V groove pada biterim atas
di daerah premolar – molar kemudian diolesi dengan vaseline. Bite rim rahang
bawah regio premolar – molar dipotong kemudian letakkan elastomer pada
oklusal biterim lalu instruksikan pasien untuk oklusi sentris.

14. Pemasangan Model Pada Artikulator


Jenis artikulator yang digunakan pada kasus ini yaitu average value
articulator. Kemudian sebelum model dipasang, dilakukan persiapan yang
meliputi penyesuaian ketinggian model atas dan bawah dengan ruang antara
bagian atas dan bawah artikulator. Bila terlalu tinggi yang paling aman ialah
mengurangi model bawah.

26
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

a. Artikulator sebelumnya dipasangkan karet gelang melingkar pada titik tengah


yang membagi artikulator secara vertikal. Selanjutnya, pasang model kerja
dan galengan gigit yang telah difiksasi pada artikulator dengan pedoman:
o Garis tengah working model dan galengan gigit atas berhimpit dengan
garis yang terbentuk oleh karet gelang dan garis tengah artikulator.
o Jarum horizontal insisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior dan
tepat pada median line gigi anterior RA.
b. Setelah pedoman tersebut diikuti, upper member artikulator digerakan ke atas
dan adonan gips dituang pada bagian atas model kerja rahang atas, kemudian
upper member digerakkan ke bawah/menutup hingga menekan gips yang ada
pada model kerja rahang atas.
c. Setelah mengeras kemudian artikulator dibalik. Buat adonan gips kemudian
lower member artikulator diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada
model kerja rahang bawah, kemudian lower member digerakkan ke
bawah/menutup sampai menekan adonan gips.
d. Artikulator dibalik dan gips dirapikan.

15. Penyusunan Gigi Anterior

Syarat utama penyusunan gigi:


 Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi:
- Inklinasi mesio-distal
- Inklinasi antero-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual sesuai
dengan kecondongan tanggul gigitan.
 Dilihat dari oklusal berada diatas linggir rahang.
Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan linggir, pada pasien yang
sudah lama kehilangan gigi sering sudah terjadi resorbsi linggir.
Penyusunan elemen gigi dilakukan secara bertahap yaitu mulai pada bagian
anterior atas, anterior bawah, posterior atas, molar pertama bawah dan sisa
posterior lainnya.

27
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

a. Penyusunan gigi anterior atas

1) Gigi I1 atas
Poros gigi membentuk sudut 85 derajat terhadap bidang oklusal
dan insisal menyentuh bidang orientasi atau meja artikulator.

2) Gigi I2 atas
Poros gigi membentuk sudut 80 derajat terhadap bidang oklusal
dan tepi insisal 1 mm diatas bidang oklusal.

3) Gigi Kaninus atas


Poros gigi hampir sama dengan I1 atas atau paling condong garis
luar distal tegak lurus bidang oklusal atau meja artikulator. Ujung cusp
lebih ke palatal dan menyentuh bidang orientasi/meja artikulator.

28
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

b. Penyusunan gigi anterior bawah


Penyusunan gigi anterior bawah disesuaikan dengan gigi anterior atas
yang telah disusum memenuhi estetika dan untuk fungsi memotong dan
menyobek makanan. Posisi gigi anterior atas dan bawah harus diberi jarak
vertikal dan horizontal yang cukup untuk menyesuaikan dengan tinggi cusp
gigi posterior.

1) Gigi I1 Bawah
Poros gigi membentuk sudut 85 derajat terhadap bidang oklusal
dan tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal.

2) Gigi I2 Bawah
Poros gigi membentuk sudut 80 derajat terhadap bidang oklusal
dan tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal.

29
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

3) Gigi C bawah

c. Penyusunan gigi posterior


Penyusunan gigi posterior atas harus disusun sedemikian rupa sehingga
terbentuk curve of spee kearah anterior posterior dan curve of wilson kearah
lateral kiri dan kanan. Curve of spee merupakan garis anatomis yang
membentuk permukaan oklusal gigi dari ujung cusp gigi kaninus
mandibular sampai bukal cusp dari gigi posterior mandibula pada potongan
sagital dan dilanjutkan sampai permukaan anterior dari ramus.

Curve of Wilson merupakan garis khayal yang terbentuk dari kontak


ujung cusp bukal dan lingual gigi molar pada pandangan frontal. Sedangkan
curve of monson merupakan perluasan dari Curve of spee dan Curve of
Wilson.

a. Gigi premolar 1 atas


Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cusp bukal menyentuh
bidang oklusal dan cusp palatal menggantung/sedikit melayang.
b. Gigi premolar 2 atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal, cusp bukal dan palatal
menyentuh bidang oklusal.

30
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

c. Gigi molar 1 atas


Cusp mesio-palatal menyentuh bidang oklusal, cusp mesio bukal
dan disto palatal sama tinggi kira-kira 1 mm diatas bidang oklusal dan
cusp disto bukal kira-kira 2mm diatas bidang oklusal.
d. Gigi molar 2 atas
Cusp mesio bukal setinggi cusp disto bukal molar 1, cusp disto
bukal sedikit melayang kurang lebih 1,5 mm dan cusp mesio palatal
setinggi cusp disto palatal molar 1.
e. Gigi molar 1 bawah
Cusp mesio bukal molar 1 atas berada pada groove mesio bukal
molar 1 bawah.
f. Gigi premolar 2 bawah
Cusp bukal berada pada fosa sentral gigi p1 dan p2 atas.
g. Gigi molar 2 bawah
Cusp bukal berada diatas linggir rahang.
h. Gigi premolar 1 bawah
Cusp bukal berada pada fosa sentral gigi p1 dan kaninus atas.

16. Wax Conturing


Wax contouring ialah memberi bentuk basis dan gigi tiruan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyerupai bentuk anatomis dari gingiva dan jaringan lunak
sekitarnya yang asli. Tahap ini dilakukan dengan cara:
o Memfiksir pinggiran landasan gigi tiruan dengan malam pada model kerja.
o Mengambil lembaran malam secukupnya yang dilunakkan di atas api
spirtus dan ditaruh pada daerah labial dan bukal pada rahang atas maupun
rahang bawah.
o Malam dipotong disekitar servikal gigi dengan mebentuk sudut 45°
menggunakan lecron.

31
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

o Malam dibentuk sesuai dengan bentuk gingiva dan bentuk jaringan di


sekitar gigi tiruan.
o Saat mengukir tonjolan-tonjolan akar, perlu diperhatikan bahwa gigi
kaninus rahang atas merupakan gigi dengan akar terpanjang sedangkan
gigi insisivus lateralis rahang atas merupakan gigi dengan akar yang
terpendek. Tonjolan-tonjolan akar diukir dengan bentuk huruf V.
o Daerah interproksimal harus sedikit cembung menyerupai daerah-daerah
papila interdental agar dapat mencegah pengendapan sisa-sisa makan dan
plak.
o Kemudian postdam dibuat dengan malam dan mengikuti hasil kerukan
yang dilakukan pada working model.
o Haluskan semua permukaan gigi tiruan malam yang telah dikontur dengan
melewatkan diatas bunsen api lalu digosok dengan kain hingga mengkilat.

17. Try In Gigi Tiruan Malam Pada Pasien


Try in gigi tiruan malam pada pasien dilakukan dalam dua sesi yang berbeda. Pada
sesi pertama, dilakukan try in anterior dan hal-hal yang diperhatikan antara lain;
 Retensi: kemampuan GTL melawan gaya yang menyebabkan GTL
lepassecara vertikal.
 Stabilisasi: GTL tidak mengalami pergerakan bahkan sedang dalam
aktivitasseperti berbicara, mastikasi, tertawa dan lainnya.
 Oklusi: diperiksa overjet dan overbite dari gigi-geligi anterior.
 Fonetik: S, P, B, T, D, V, R, M, F; saat huruf F diucapkan, sudut insisal
gigi insisvus rahang atas harus menyentuh wet-dry border pada bibir
bawah. Hal ini dapat menentukan apakah posisi sudut insisal dari gigi
insisivus rahang atas sudah tepat atau belum.
 Estetik: hal ini meliputi warna gigi dan posisi inklinasi tiap gigi harus
sesuai dengan keadaan pasien. Garis kaninus pada saat posisi istirahat
terletak pada sudut mulut.

Try in gigi tiruan malam pada sesi kedua ialah try in posterior. Hal-hal yang
diperhatikan pada tahap ini serupa dengan yang dilakukan pada tahap try in
anterior;

 Retensi: kemampuan GTL melawan gaya yang menyebabkan GTL lepas


secara vertikal.

32
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

 Stabilisasi: GTL tidak mengalami pergerakan bahkan sedang dalam aktivitas


seperti berbicara, mastikasi, tertawa dan lainnya.

 Oklusi: pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan
antero- posterior.
 Fonetik: S, P, B, T, D, V, R, M, F; saat huruf F diucapkan, sudut insisal
gigi insisvus rahang atas harus menyentuh wet-dry border pada bibir
bawah. Hal ini dapat menentukan apakah posisi sudut insisal dari gigi
kaninus rahang atas sudah tepat atau belum. Kemudian operator dapat
memperhatikan fonetik pasien dengan cara mengajak pasien bercerita atau
menginstruksikan pasien untuk membaca sebuah kalimat.
 Estetik: hal ini meliputi warna gigi dan posisi inklinasi tiap gigi harus
sesuai dengan keadaan pasien. Garis kaninus pada saat posisi istirahat
terletak pada sudut mulut.

18. Interocclusal record


Interocclusal record/bite registration merupakan catatan relasi antara permukaan
oklusal gigi tiruan RA dan RB saat posisi mandibula terletak paling posterior dan
dalam keadaan relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba (try – in) gigi
tiruan. Material yang digunakan elastomer (putty) atau material elastomer khusus
untuk bite registration. Tujuannya untuk melihat apakah terjadi permasalahan oklusi
terutama pada oklusi eksentrik

Tahapan interocclusal record :

1. Posisikan pasien semi supine dan kepala dorsal fleksi, karena pada posisi ini
kondile pasien akan berada paling posterior (relasi sentris)

2. Insersikan gigi tiruan (GT) akrilik RA dan RB pada pasien

3. Manipulasi bahan base-katalyst elastomer putty

4. Letakkan elastomer putty pada kedua sisi posterior kanan dan kiri GT akrilik RB
(sepanjang P1 s/d M2). Instruksikan pasien untuk menutup mulut secara perlahan
dan menggigit putty elastomer. Ketika pasien menutup mulut, operator
memfiksasi GT akrilik RA dengan ibu jari dan telunjuk kiri, sedangkan RB
dengan ibu jari dan telunjuk kanan, sambil melakukan gerakan ringan
mendorong mandibula ke posterior untuk tercapai relasi sentrik. Perhatikan : saat
beroklusi, garis median GT akrilik RA dan RB harus segaris. Jika ada deviasi,

33
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

ulang kembali prosedur tersebut di atas.

5. Setelah mengeras, keluarkan interocclusal record dari rongga mulut.

Bite registration adalah gambaran hubungan oklusal antara maksila dan


mandibular.bite registration ini selanjutnya digunakan dalam artikulasi antara maksila
dan mandibular pada model studi, dan mengikuti bentuk dari cetakan maksila. Jika
bite registrasi dilakukan pada first impression, dapat digunakan sebagai acuan
pencarian sendok cetak yang cocok. Tujuannya adalah untuk memindahkan oklusi
sentrik dari pasien ke model studi saat pembuatan basis segi

Syarat-Syarat Bite Registration

1. Gigitan lilin meliputi regio premolar (distal caninus RA) dan distal M1

2. Oklusi sentrik sebelum menggigit lilin dan selama menggigit lilin harus sama

Cara Menentukan Oklusi Sentrik :

1. Pasien diinstruksikan menelan ludah

2. Pasien disuruh meletakkan ujung lidah pada palatum bagian posterior

3. Pasien menutup mulut dan kepala pasien menengadah

4. Operator membantu menutupkan mandibular perlahan-lahan

Cara Melakukan Pembuatan Bite Registration :


- Ambil lilin merah panjang ± 7 cm dan lebar sedikit lebih lebar dari lebar lengkung
gigi region P dan M (kanan-kiri).
- Panaskan lilin, dan lipat lilin untuk region premolar.
- Tentukan oklusi sentrik pasien.
- Lilin yang sudah dilipat dicoba ke mulut pasien, bila sudah sesuai lilin dilunakkan
dengan cara dipanaskan (dengan lampu spiritus atau disiram air panas).
- Letakkan lilin di tengah-tengah P1 rahang bawah lalu instruksikan pasien untuk
menggigit (oklusi sentrik).
- Ambil gigitan lilin dari mulut pasien lalu bilas dengan air dingin.
- Periksa kembali gigitan lilin dengan cara memasukkan lagi gigitan lilin ke dalam
mulut pasien, kemudian instruksikan pasien untuk menggigit lilin, periksa apakah
oklusinya sesuai dengan oklusi sentrik.

34
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

19. Flasking, Packing, Curing & Deflasking


 Flasking
Merupakan proses penanaman working model dan trial denture ke dalam
flask/cuvet untuk membuat sectional mold.
 Packing
Merupakan proses pencampuran monomer dan polimer resin akrilik.
 Curing
Merupakan proses polimerisasi antara monomer yang berekasi dengan
polimerisasinya bila dipanaskan pada suhu tertentu atau ditambahkan zat
kimia lainnya.
 Deflasking
Proses melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari flask/cuvet tetapi tidak
boleh lepas dari working model agar gigi tiruan dapat diremounting pada
artikulator.

20. Insersi
Sebelum melakukan insersi, pastikan gigi tiruan memeriksa seluruh bagian
gigi tiruan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Daerah permukaan intaglio tidak boleh ada yang tajam, hal ini diperiksa
dengan bantuan kassa yang dilewatkan pada seluruh permukaan intaglio,
apabila ada daerah yang tajam maka permukaan tersebut dihaluskan.
 Permukaan cameo surface/poles adalah bagian permukaan gigi tiruan yang
terbentang dari tepi gigi tiruan kepermukaan oklusal, termasuk permukaan
palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya di poles, termasuk
permukaan bukal dan lingual gigi dan permukaan gigi berkontak dengan
bibir, pipi, dan lidah. Permukaan tajam dihaluskan dan dapat dicek dengan
kasa atau jari kelingking.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam
mulut pasien, antara lain;

35
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

 Retensi
Saat GTL dicobakan, periksa apakah gigi tiruan sudah memiliki retensi
yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTL terhadap

jaringan mulut. Apabila terdapat over extention pada sayap GTL, kurangi
dengan stone bur atau bur fraser serta, jika terdapat daerah permukaan
yang sakit saat GTL diinsersikan, ambil atau kurangi daerah tersebut
menggunakan bur fraser.
 Stabilisasi
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian belakang dan
depan gigi tiruan secara bergatian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
adanya pergerakan saat pemeriksaan stabilisasi dilakukan.
 Oklusi
Pemeriksaan ini dilakukan menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik,
lateral dan antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang
diletakkan di antara permukaan gigi atas dan bawah, kemudian pasien
diinstruksikan untuk melakukan gerakan pengunyahan berulang kali.
Selanjutnya gigi tiruan diperiksa apabila terdapat titik-titik pada kontak
oklusal. Pada keadaan normal, kontak ini akan tersebar merata di antara
semua gigi tiruan. Jika terdapat titik kontak yang menonjol, lakukan
pengasahan menggunakan fissure bur hingga tanda tersebut hilang namun
harus tetap mengikuti kontur atau aspek anatomis gigi tersebut.

Beberapa instruksi yang diberikan pada pasien, yaitu:


a. Mengajarkan cara memasang dan melepaskan protesa yang dilakukan di
depan cermin sehingga pasien dapat memperhatikan dengan baik,
kemudian instruksikan pasien untuk mencoba memasang dan melepas
protesa tersebut tanpa bantuan operator.
b. Gigi tiruan harus dipakai secara terus-menerus untuk proses adaptasi.
c. Pasien harus menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut dengan
cara yaitu gigi tiruan harus dibersihkan setiap pagi dan malam, pada
malam hari sebelum tidur gigi tiruan dilepas dan direndam dalam air.
d. Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
Pasien diminta untuk melakukan kontrol 1 minggu setelah insersi gigi
tiruan.

36
Case Review | Gigi Tiruan Penuh

Setelah dilakukan insersi pasien sudah tidak merasakan rasa sakit dan tertekan,
dilakukan juga pengecekan oklusi sudah tidak terdapat trauma oklusi, dan hasilnya
sudah baik.

21. Tahap Kontrol


Kontrol pertama dilakukan untuk melihat adaptasi gigi tiruan pada pasien.
Kontrol pasien dilakukan untuk mengoreksi atau memperbaiki kesalahan
yang mungkin terjadi. Pada saat kontrol dilakukan pemeriksaan.
a. Pemeriksaan subjektif
1) Apakah ada keluhan atau tidak
2) Apakah ada gangguan atau tidak
3) Apakah ada rasa sakit atau tidak
b. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan disesuaikan dengan keluhan pasien
1) Dilihat keadan mukosa mulut, palatum, lingual, gingiva dan bahasa
mulut, apakah ada peradangan atau perlukaan.
2) Diperiksa retensi dan stabilisasi GTP.
3) Diperiksa posisi GTP terhadap jaringan mulut
4) Dilakukan relining pada gigi tiruan RA karena pasien merasa longgar
pada gigi tiruan RA dengan menggunakan self curing acrylic.
c. DHE
1) Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan plat gigi
tiruannya. Operator juga melakukan tindakan profilaksis antara lain
pembersihan debris pada gigi tiruan jika ada.
2) Gigi tiruan harus dipakai secara terus-menerus untuk proses adaptasi.
3) Ajarkan cara membersihkan gigi tiruan, disikat dengan sikat halus di
bawah air mengalir tanpa pasta apapun di atas wadah yang berisi air.
4) Disimpan di wadah berisi air/cairan denture cleanser.
5) Instruksikan digunakan untuk makan.

37

Anda mungkin juga menyukai