Anda di halaman 1dari 63

KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

Case Review (CR)


Manado, Oktober 2021

Gigi Tiruan Jembatan 3 Unit Gigi Permanen (Bridge)

Nama : Moh Fahmi M. Mokodompit, S.KG


NIM : 20014103014
Tutor : drg. Jean Tairas

MANADO
2021
CASE REVIEW
GIGI TIRUAN JEMBATAN 3 UNIT GIGI PERMANEN (BRIDGE)
I. REKAM MEDIK
A. IDENTITAS
No. Kartu : R.2065
Nama : R.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Malalayang
No. Hp : 0822924565

B. KASUS
Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke RSGM dengan keluhan sering
terselip makanan karena kehilangan gigi belakang kiri bawah dan ingin dibuatkan
gigi palsu. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa saat ini pasien dalam keadaan
menyusui bayinya yang berumur 3 bulan. Pasien sudah kehilangan giginya
tersebut sejak 1 tahun yang lalu karena berlubang. Pemeriksaan ekstra oral dalam
keadaan normal. Pemeriksaan intra oral terdapat kehilangan gigi 35, dan adanya
karang gigi pada seluruh rahang.
Gigi yang dirawat : Gigi 35

C. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama

Pasien dengan keluhan terdapat ruang kosong pada gigi kiri bawah
belakangnya dan ingin dibuatkan gigi palsu yang tidak dapat dilepas-lepas
pada daerah yang tidak bergigi tersebut agar bisa dipakai untuk
mengunyah.
2. Riwayat yang Berhubungan Dengan Gigi

- Lama tidak bergigi : 1 tahun yang lalu


- Terakhir cabut gigi : 1 tahun yang lalu

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 2


- Sebab pencabutan gigi : karies pulpa
- Riwayat Gigi Tiruan : Pasien belum pernah memakai gigi palsu

3. Kesehatan Umum

Pasien dalam keadaan menyusui bayinya yang berumur 3 bulan. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi proses perawatan
pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini penting untuk diketahui, agar operator dapat
lebih waspada untuk mencegah penularan terhadap dirinya, perawat dan pasien
yang lain. Penyakit sistemik yang berlangsung lama dapat mengubah sifat
jaringan mulut, sehingga dapat menyulitkan untuk proses pembuatan gigi tiruan
cekat.
Pasien tidak pernah menjalani rawat jalan di rumah sakit, tidak
mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak memiliki gejala-gejala penyakit
sistemik tertentu. Pasien datang dalam keadaan baik, sehat dan kooperatif.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah : T.A.K
Ibu : T.A.K
5. Riwayat Keadaan Sosial Ekonomi
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
6. Kondisi Sistemik
Golongan darah :B

Tabel 1. Kondisi Sistemik


Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung 
Hiper/hipotensi 
Kelainan darah 
Haemophilia 
Diabetes mellitus 
Penyakit ginjal 
Hepatitis 
Penyakit pernafasan 

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 3


Kelainan pencernaan 
Epilepsi 
HIV/AIDS 
Alergi obat 
Alergi makanan 
Hamil/menyusui Pasien sedang menyusui
√ bayi 3 bulan

D. PEMERIKSAAN Ekstra Oral


Tabel 2. Pemeriksaan Ekstra Oral
Fasial Neuromuscular K. Ludah K. Limfe Tl. Rahang TMJ
Deformitas (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Nyeri (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Tumor (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Gangguan
(-) (-) (-) (-) (-) (-)
Fungsi

Tabel 3. Pemeriksaan Intra Oral


OHIS : 2,5 (Sedang)

Regio M kanan Anterior M kiri Total


RA 1 1 1 3
DIS 1,16
RB 2 1 1 4
RA 1 1 1 3
CIS 1,33
RB 2 1 2 5

E. STATUS LOKAL
1. Luar mulut :
a. Sendi kanan : Tidak bengkak, tidak sakit, tidak kliking
Sendi kiri : Tidak bengkak, tidak sakit, tidak kliking
Hal ini bertujuan agar operator berhati-hati untuk melakukan preparasi gigi
penyangga GTC, jika pasien memiliki masalah pada TMJ maka pembukaan

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 4


mulut diupayakan tidak terlalu lama. Contoh lain, pembuatan GTC yang
overkontak dapat menyebabkan gangguan pada sendi pasien.
Pemeriksaan
Pasien diminta untuk duduk tegak dan relaks, letakkan jari pada garis eye-ear
line (tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus, kemudian pasien
diminta membuka dan menutup mulut berkali-kali dan perlahan-lahan. Rasakan
apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. Operator dapat menggunakan
stetoskop dan mendengarkan suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). Selain itu, operator dapat menekan
bagian lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan ke dalam
Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya ke arah anterior, kemudian
pasien diminta membuka dan menutup mulut berkali-kali dan perlahan-lahan
Jika pasien mengeluhkan ada rasa sakit, maka hal ini menunjukkan adanya
radang atau bengkak.1

Gambar 4. Cara pemeriksaan sendi

b. Pembukaan mulut : Sedang


Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembukaan mulut pasien besar,
sedang atau kecil. Jika kecil maka akan menyulitkan operator saat melakukan
pencetakan dan preparasi pada gigi penyangga GTC.
Pemeriksaan
Pasien diinstruksikan membuka mulut lebar kemudian diukur menggunakan
jangka sorong jarak interinsisal dari tepi insisal central rahang atas ke rahang
bawah dalam satuan mm untuk pasien bergigi sedangkan untuk pasien tidak
bergigi diukur dari puncak linggir rahang atas ke rahang bawah. Untuk

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 5


perempuan jarak normalnya 50 mm (untuk pasien bergigi) dan 10-15 mm (untuk
pasien tidak bergigi)

Gambar 5. Cara pemeriksaan pembukaan mulut

c. Gerakan protrusif : Lancar


Gerakan lateral kanan : Lancar
Gerakan lateral kiri : Lancar
Pemeriksaan
Pasien diinstruksikan untuk menggerakan rahang bawah ke arah depan dan
belakang serta kanan dan kiri, kemudian dilihat apakah terdapat hambatan selama
pergerakan atau tidak. Jika terdapat hambatan, maka GTC harus dibuat
sedemikian rupa agar tidak menghalangi oklusi dan kontak saat pasien
melakukan gerakan protrusif dan lateral kiri kanan.

d. Bibir Bentuk : Bentuk bibir simetris


Ukuran : Panjang; Tonus Otot : Kuat
Hal ini bertujuan agar gigi tiruan yang dibuat nantinya sesuai dengan bentuk dan
ukuran bibir, khususnya pada gigi anterior yang memerlukan estetis.
Pemeriksaan
(1) Bentuk bibir, diperiksa secara visual dengan cara menarik garis median wajah
yang terletak pada titik glabella-subnasion-pogonion, kemudian bandingkan dan
amati bentuk bibir bagian kanan dan kiri. Adapun titik landmark pada bibir yang
dapat dijadikan panduan yakni : titik lip upper line, titik chelion, titik stomion,
dan titik lip lower line.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 6


(2) Ukuran bibir, diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal imaginer
interpupil dan garis vertikal imaginer alae nasi. Bila, ip < C > al = normal, ip > C
> al = panjang, ip < C < al = pendek.
(3) Tonus otot, diperiksa menggunakan kaca mulut yang diletakkan di dasar
vestibulum, kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan penelanan,
lalu dirasakan kekencangan ototnya. Bila otot terasa kencang = hipertonus,
normal = sedang, dan lemah = hipotonus. Dapat pula diperiksa dengan
menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan penelanan, lalu amati secara
visual. (a) kuat, bila saat melakukan gerakan penelanan bibir atas dan bibir bawah
pasien mengatup dengan mudah dan bibir telihat tebal. (b) sedang, bila saat
melakukan gerakan penenlanan, tidak terlihat adanya kontraksi/kesulitan pada
pasien dan bibir seakan-akan terlihat normal (tidak sedang melakukan gerakan
penelanan). (c) lemah, bila saat melakukan gerakan penelanan pasien terlihat
kesulitan mengatupkan bibir atas dan bawahnya, terlihat adanya kontraksi
berlebih dan dalam keadaan rileks mulut pasien tebuka.

Gambar 6. Titik-titik landmark pemeriksaan bibir

2. Dalam mulut :
a. Bentuk lengkung RA : Lonjong
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Hal ini bertujuan agar GTC dibuat sesuai dengan bentuk lengkung rahang
sehingga tidak keluar kontak serta mengurangi nilai estetisnya.
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke dalam
rongga mulut pasien maupun menggunakan model studi.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 7


(1) persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan
bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar.
(2) lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung
posterior melengkung.
(3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) lebih kecil dibandingkan
bentuk lengkung posterior maka, berbentuk lancip.

Gambar 7. Bentuk lengkung rahang

b. Ukuran lengkung RA : Besar


Ukuran lengkung RB : Besar
Pemeriksaan
Dilakukan ketika melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Ukuran
sendok cetak yang digunakan dapat dijadikan patokan ukuran lengkung rahang
yang dimiliki pasien. (1) besar, Apabila menggunakan sendok cetak no. 1. (2)
sedang, apabila menggunakan sendok cetak no.2. (3) kecil, apabila menggunakan
sendok cetak no.3.
Semakin besar ukuran lengkung semakin baik untuk kemantapan gigi tiruan,
adaptasi jarak interoklusal kedua sisi rahang (kiri-kanan) saat proses mastikasi.

c. Bentuk linggir RA : Lonjong


Bentuk linggir RB : Lonjong
Hal ini bertujuan agar bentuk dan jenis pontik GTC dibuat sesuai dengan bentuk
linggir dari gigi yang hilang, misalnya jenis pontik Conical sesuai untuk linggir
anterior RB yang seringkali berbentuk lancip/taper.
Pemeriksaan

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 8


Dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk linggir pasien. (1) persegi,
bila linggir pada permukaan labial/bukal sejajar permukaan lingual/palatal. (2)
lonjong, bila linggir membulat bentuknya dan tidak sama rata /sejajar
permukaan labial/bukal dengan lingual/palatal. (3) lancip, bila linggir berpuncak
sempit dan tajam seperti pisau. (4) bulbous, bila linggir membesar/melebar
dipuncaknya dan terdapat leher/gerong. Bentuk persegi paling menguntungkan
karena sisi sejajar dapat menahan daya ungkit dan perpindahan pada gigi tiruan
sedangkan bentuk lancip dapat menimbulkan rasa sakit sehingga pembuatan gigi
tiruan nantinya harus dibuat dengan baik serta rapat agar dapat mencegah hal
tersebut.

Gambar 8. Bentuk-bentuk linggir

Bentuk linggir persegi sangat baik menahan tekanan horizontal, tetapi


menyulitkan pemasangan GT. Bentuk lonjong merupakan bentuk yang paling
menguntungkan, bentuk runcing dapat menyebabkan rasa sakit saat pemakaian
GTC.1

d. Ukuran linggir RA : Sedang


Ukuran linggir RB : Sedang
Hal ini bertujuan untuk menentukan jenis pontik yang akan digunakan, harus
sesuai dengan ukuran linggir. Contohnya penggunaan hygene pontic harus
melihat ketinggian linggir karena ditempatkan melayang sekitar 1-2 mm di atas
linggir.
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no.3. kaca mulut dimasukan kedalam
vestibulum rahang atas sampai di dasar forniks. Kemudian dilihat tinggi linggir
pada rahang atas maupun pada rahang bawah. (1) tinggi, apabila seluruh kaca

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 9


mulut terbenam dan sama tinggi dengan linggir. (2) sedang, apabila ½ bagian
kaca mulut yang terbenam dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang
terbenam. Ketinggian linggir dapat mempengaruhi kekokohan dan kemantaan
gigi tiruan.

Gambar 9. Cara pemeriksaan ukuran linggir

e. Hubungan RA-RB : Normal


Hal ini berguna agar penyusunan gigi tiruan mengikuti hubungan rahang RA dan
RB, GTC disesuaikan dengan relasi rahang untuk estetika dan oklusi yang tepat.
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi istirahat
kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior RA dan ibu jari
pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara vertikal dan dilihat
hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung kedua jari terletak segaris
vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar dengan linggir rahang bawah, (2)
retrognatik, apabila linggir rahang bawah terletak lebih ke anterior dari rahang
atas, dan (3) prognatik, apabila linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior
dari rahang atas. Pemeriksaan ini berguna memberi pedoman untuk penyusunan
gigi dengan tidak menganggu estetik.1

Gambar 10. Pemeriksaan hubungan rahang

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 10


f. Kesejajaran linggir RA/RB : Sejajar
Pemeriksaan
Dilakukan dengan keadaan pasien dalam posisi istirahat, kemudian dilihat secara
visual kesejajaran puncak linggir rahang atas dengan rahang bawah baik di regio
anterior maupun di regio posterior. (1) sejajar, apabila jarak puncak linggir
rahang atas dan rahang bawah di region anterior sama dengan di region
posterior, (2) konvergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang
bawah di region anterior lebih kecil daripada di regio posterior, dan (3) divergen,
apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di region anterior
lebih besar daripada di regio posterior. Kegunaan pemeriksaan ini untuk
menentukan panjang gigi dalam arah vertikal.

Gambar 11. Pemeriksaan kesejajaran linggir

g. Ruang antar maksila : Besar (17,5 mm)


Pemeriksaan
Ruang antar maksila merupakan ruang antara rahang atas dan bawah, ketika
rahang bawah dalam posisi istirahat. Normalnya mengandung gigi dan prosesus
alveolaris. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur jarak dari prosesus
alveolaris rahang atas ke prosesus alveolaris rahang bawah menggunakan kaliper.
Hasil pengukuran yang normal akan menunjukkan nilai 10-15 mm. hasil
pengukuran ruang antar maksila (1) besar, apabila diperoleh jarak > 15 mm, (2)
sedang, apabila diperoleh jarak 10-15 mm, dan (3) kecil, apabila diperoleh jarak
< 10 mm.

Gambar 12. Pemeriksaan ruang antar maksila

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 11


Ruang antar maksila yang cukup merupakan salah satu indikasi perawatan GTC.
Jika terlalu kecil, maka akan menyulitkan pemasangan GTC dan fungsinya
ketika oklusi dan saat mengunyah.

h. Ruang antar alveolar : Besar (17mm)


Pemeriksaan
Dilakukan dengan menginstruksikan pasien dalam posisi istirahat kemudian
diukur menggunakan jangka sorong puncak alveolar rahang atas ke puncak
alveolar rahang bawah. Hasil pengukuran (1) besar, bila jarak puncak alveolar
rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah > 15 mm, (2) sedang, , bila jarak
puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah 10-15 mm, (3)
kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah <
10 mm.

Gambar 13. Pemeriksaan ruang antar alveolar

i. Tuberositas kanan : Sedang


Tuberositas kiri : Sedang
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no. 3 yang diletakkan tegak lurus pada
bagian vestibulum. (1) besar, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang,
apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3) kecil, apabila kurang dari ½ kaca
mulut yang terbenam. Pemeriksaan ini memiliki peranan retensi pada gigi tiruan.
Tuberositas yang besar dapat mengganggu retensi GT.1
j. Exostosis : Tidak ada penonjolan tulang
Pemeriksaan
Exositosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang disebabkan
karena tindakan pencabutan gigi, bagian ini bila diraba terasa sakit dan tidak

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 12


dapat digerakan. Pemeriksaannya dengan cara melakukan palpasi pada seluruh
permukaan linggir baik di regio anterior maupun posterior.
Pasien akan merasa sakit saat memakai GTC jika terdapat eksostosis pada linggir
dimana pontik ditempatkan

k. Torus palatina : Tidak terlihat, tidak teraba


Torus mandibula : Tidak terlihat, tidak teraba
Pemeriksaan
Torus palatina merupakan tonjolan tulang pada garis tengah palatum sedangkan
ptorus mandibular merupakan tonjolan tulang pada dasar mulut yang biasanya
terletak di regio P1 dan P2 rahang bawah. Pemeriksaan dilakukan menggunakan
instrument burnisher dengan menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan
perbedaan kekenyalan jaringan.

Gambar 14. Klasifikasi torus palatinus


Jika terdapat torus, khususnya pada mandibula maka dapat menyulitkan
perawatan GTC seperti penempatan pontik dan menganggu stabilitas GT.
Tergantung besar dan luasnya torus mandibularis.

l. Palatum lunak : Klas I gerakan sedang


Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk mengucapkan huruf A secara
berulang kali kemudian dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian diamati
kurva getar/kurva A yang terletak di daerah perbatasan antara palatum keras
dengan palatum lunak. Lalu secara visual dapat ditentukan lereng landasan dari
palatum lunak nya. Palatum lunak dapat di kategorikan (1) klas I, apabila lereng
landasan palatum mole rendah, (2) klas II, apabila lereng landasan palatum mole

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 13


sedang atau > 30°, dan (3) klas II, apabila lereng landasan palatum panjang atau
menyentuh kerongkongan dengan sudut > 60°.
Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak dikategorikan (1) aktif, apabila
gerakannya cepat, (2) sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous, dan (3)
pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung tidak bergerak.

Gambar 15. Klasifikasi palatum lunak1

m. Perlekatan otot labial RA : Sedang


Perlekatan otot bukal ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal ki. : Sedang
Perlekatan otot labial RB : Sedang
Perlekatan otot lingual : Sedang
Perlekatan otot bukal ka. : Sedang
Perlekatan otot bukal ki. : Sedang
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan kedalam
vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak lurus.
Kemudian diangkat dan diamati kedalaman perlekatan ototnya. Hasil
pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi (1) dalam, apabila seluruh kaca mulut
terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3) rendah,
apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.

Gambar 16. Klasifikasi perlekatan otot labial

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 14


n. Frenulum labialis RA : Sedang
Frenulum bukalis kanan : Sedang
Frenulum bukalis kiri : Sedang
Frenulum labialis RB : Sedang
Frenulum lingualis : Sedang
Frenulum bukalis kanan : Rendah
Frenulum bukalis kiri : Rendah
Frenulum yang tinggi akan mengurangi retensi dan stabilisasi dari GT. 1
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan kedalam
vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak lurus.
Kemudian bagian labial, bukal, dan lingual diretraksi hingga terlihat dengan jelas
perlekatan frenulumnya. Pemeriksaan visual frenulum dikategorikan menjadi (1)
tinggi, apabila perlekatan frenulum mendekati puncak prosesus alveolaris, (2)
sedang, apabila berada di antara puncak prosesus alveolaris dan dasar
vestibulum, (3) rendah, apabila mendekati dasar vestibulum. 1

Gambar 17. Klasifikasi frenulum labialis


o. Tahanan jaringan linggir : Sedang di gigi 35
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan burnisher dengan cara menekan daerah ridge edentolus
pada bagian anterior dan posterior. Perubahan warna menjadi pucat dan
burnisher tidak terlalu terbenam pada saat ditekan menunjukkan tahan jaringan
yang rendah, sedangkan jika saat ditekan burnisher terbenam dan tidak terjadi
perubahan warna menunjukkan tahanan jaringan yang besar.1

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 15


Gambar 18. Pemeriksaan tahanan jaringan linggir

p. Bentuk palatum : Lonjong


Kedalaman palatum : Sedang
Pemeriksaan
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan mengamati bentuk lengkung
palatum. Bentuk palatum dikategorikan (1) persegi, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya, (2) lonjong, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum membulat di kedua sisinya, (3) lancip, apabila bentuk
dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian dalam arah vertikal dan
membesar ke bagian bawah. Pemeriksaan kedalaman palatum dilakukan
mengunakkan kaca mulut no.3. (1) dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang
dari ½ kaca mulut yang terbenam.

Gambar 19. Klasifikasi bentuk palatum

q. Retromylohyoid : Sedang
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal tegak
lurus hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1) dalam, apabila
seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam,
dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 16


Hal ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman retromylohyoid, semakin dalam
maka gigi tiruan akan semakin retentif.
r. Ludah, konsistensi : Sedang
Volume ludah : Sedang
Pemeriksaan
Konsistensi dan volume ludah dapat diukur mengunakan alat khusus agar
diperoleh pengukuran yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan yakni
dengan mengunakan kaca mulut yang diusapkan ke dalam rongga mulut (dapat
diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal) kemudian dilihat secara
visual konsistensinya.
(1) kental, apabila konsistensi ludah terlihat liat atau likat, (2) sedang, apabila
terdapat buih-buih/gelembung-gelembung pada ludah, (3) encer, apabila
konsistensi ludah cair. Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan
pencetakan atau melalui sapuan kaca mulut serta instruksi meludah yang
diberikan kepada pasien. Volume ludah dikategorikan menjadi banyak, sedang,
dan sedikit.

s. Refleks muntah : Kecil


Pemeriksaan
Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan pencetakan rahang atas dan
rahang bawah. Refleks muntah yang besar akan menyulitkan ketika dilakukan
pencetakan.
Adapun cara mengurangi refleks muntah yang besar yaitu dengan,
menginstruksikan pasien untuk berkumur air dingin, menyemprotkan cairan
anastetikum ke daerah palatum mole, pengalihan pasien dengan melakukan
komunikasi yang baik antara dokter-pasien agar pasien merasa nyaman.

t. Lidah, ukuran : Sedang


Gerakan lidah : Sedang
Pemeriksaan

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 17


Dilakukan secara visual dengan mengamati ukuran dan gerakan lidah pasien. Jika
ukuran lidah terlalu besar, maka ruang untuk lidah menjadi sempit sehingga
mengganggu kestabilan protesa dan menyulitkan pencetakan. 1
Ukuran lidah dikategorikan (1) besar, apabila menutupi dasar mulut dan juga
prosesus alveolaris yang telah ditinggali gigi-giginya, (2) sedang, apabila lidah
tidak berlebihan mengisi lengkung gigi, tepi lateral lidah berkontak dengan
permukaan linggir posterior dan ujung lidah berada sedikit di bawah tepi linggir
anterior, (3) kecil, apabila ukuran lidah lebih kecil dari lengkung linggir dan
terletak lebih kebawah hingga ke dasar mulut.
Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara menyentuhkan instrument tertentu ke
salah satu bagian lidah. Lidah yang aktif akan peka dan melakukan gerakan yang
aktif. Kategori gerakan lidah (1) aktif, apabila lidah bergerak dengan cepat dan
sulit dikendalikan, (2) sedang, apabila gerakan dapat dikendalikan dan, (3) pasif,
apabila gerakan lamban dan cendrung tanpa gerakan.
Lidah yang gerakannya terlalu aktif dapat mengganggu kestabilan GT.1

Gambar 20. Klasifikasi ukuran lidah1

u. Status gigi-geligi :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 21. Odontogram


Keterangan :
: Missing

Pada kasus ini pasien mengalami kehilangan gigi 35 sehingga menyebabkan pasien
merasa ada ruangan yang kosong pada sebelah kiri rahang bawahya. Meskipun

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 18


kehilangan gigi tersebut terjadi pada daerah posterior, namun estetika dan hygiene harus
tetap diperhatikan untuk memenuhi suatu syarat gigi tiruan jembatan yang baik,
sehingga gigi tiruan yang dibuat harus menyerupai gigi asli. Akan tetapi usaha untuk
mencapai tingkat keaslian ini tidak boleh mengorbankan kekuatan dan kebersihan gigi
tiruan jembatan tersebut.

Secara fisiologis, kebersihan rongga mulut harus diperhatikan. Jika OHI-S pasien
buruk, menandakan kesadaran pasien akan kebersihan gigi dan mulut yang kurang
sehingga mengakibatkan resiko penumpukan plak dan kalkulus pada gigi tiruan
jembatan yang dibuat akan berujung pada kegagalan perawatan. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan edukasi yang tepat pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Pada kasus ini, OHI-S pasien baik, menunjukkan bahwa pasien mengerti akan
pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Dilihat dari gigi penyangga dan jaringan yang
mendukung dapat dipelihara pada kondisi yang sehat.. Secara fisiologis pasien
memenuhi kriteria untuk dibuatkan gigi tiruan jembatan.

Riwayat dan Kondisi Gigi Terlibat (Pemeriksaan Klinis & Radiografi)


a. Gigi 34 (abutment)
- Gigi vital, perkusi (-), tekanan (-), palpasi (-), termal dingin (+)
- Tidak goyang
- Gingiva sekitar gigi normal
- Pulpa baik, ketebalan dentin cukup
- Jaringan periodontal baik
- Tidak terdapat karies
- Tidak ada kelainan akar
- Overbite 2mm
b. Gigi 35
- Missing
- Gingiva normal
- Tidak ada kelainan pada gambaran radiografi
c. Gigi 36 (abutment)
- Gigi vital, perkusi (-), tekanan (-), palpasi (-), termal dingin (+)
- Tidak goyang

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 19


- Gingiva sekitar gigi normal
- Pulpa baik, ketebalan dentin cukup
- Jaringan periodontal baik
- Tidak terdapat karies
- Tidak ada kelainan akar
- Overbite 2mm

E. KOMPONEN GIGI TIRUAN CEKAT


1. Gigi abutment
2. Retainer
3. Pontik/ Dummy
4. Konektor/ Joint

Gambar 25. Komponen Gigi Tiruan Cekat

Keterangan gambar2 :
1) Gigi Abutment/penyangga/pegangan adalah : Gigi asli atau akar yang telah
dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang mendukung GTC tersebut.
2) Retainer adalah : Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
3) Pontik/Dummy adalah : Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan memperbaiki fungsinya.
4) Konektor/Joint adalah : Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan
pontik.
Setiap bagian GTC yang meliputi Retainer atau Pontik disebut : Unit
Contoh : GTC yang terdiri dari 1 pontik dan 2 retainer disebut GTC 3 unit (Three
Unit Bridge).

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 20


F. INDIKASI GIGI TIRUAN MAHKOTA & JEMBATAN
1. Kehilangan satu gigi atau lebih.
2. Diastema yang abnormal.
3. Usia diatas 17 tahun. Usia dibawah 17 tahun memiliki mahkota klinis yang
pendek, pulpa besar, pembentukan akar belum sempurna serta masih dalam
masa pertumbuhan rahang sedangkan usia lebih dari 55 tahun biasanya
berhubungan dengan kesehatan pasien dan penggunaan obat-obatan, jaringan
periodonsium mengalami kemunduran misalnya resesi gingiva, resorpsi tulang
alveolar hingga kegoyangan gigi.
4. Oral hygiene baik.
5. Memenuhi syarat gigi abutment.

G. SYARAT GIGI ABUTMENT


1. Vital. Bila nonvital, harus diawali dengan perawatan endo secara sempurna.
2. Bentuk dan ukuran normal.
3. Posisi normal di dalam lengkung rahang.
4. Kemiringan gigi maksimal 20°.
5. Rasio mahkota akar 2:3, minimal 1:1 dengan pertimbangan beban kunyah ringan
6. Konfigurasi akar. Akar tunggal sebaiknya melebar ke arah bukolingual serta
panjang. Akar ganda sebaiknya divergen.
7. Memenuhi syarat hukum Ante, “luas permukaan jaringan periodonsium gigi
penyangga harus sama atau lebih besar dari luas permukaan gigi yang hilang
atau daerah anodonsia.”

H. SYARAT GIGI TIRUAN MAHKOTA & JEMBATAN


1. Biologis: biokompatibel, tidak iritatif, bukan sebagai penghantar termis.
2. Mekanis: kuat dan tidak mudah berubah warna, retensi dan resistensi.
Ketebalan minimum;
- Logam: 0,5mm
- Akrilik/Porselen: 1mm
- Kombinasi: 1,5mm
3. Estetis: memiliki warna, bentuk, ukuran dan inklinasi yang baik.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 21


4. Hygienis: mudah dibersihkan, licin, mengkilap, titik kontak dan marginal fitness
baik (tidak menyebabkan retensi makanan).
5. Fungsional: oklusi dan artikulasi seimbang, keleluasaan berbicara (tebal dan
tipis sesuai).

I. PENENTUAN DIAGNOSIS & RENCANA PERAWATAN


Indikasi gigi tiruan mahkota dan jembatan dan hasil pemeriksaan klinis:
1. Kehilangan satu gigi atau lebih
2. Diastema yang abnormal
3. Usia > 17 tahun
4. Oral Hygiene Baik

Analisis kasus perawatan gigi tiruan mahkota dan jembatan dilihat dari segi
syarat gigi abutment:

a. Vital.
Bila gigi nonvital, sudah harus dirawat saluran akan dengan sempurna.
b. Bentuk dan ukuran
c. Posisi normal di dalam lengkung rahang
d. Kemiringan gigi maksimal 20°
e. Dukungan tulang atau jaringan periodontal baik
f. Rasio mahkota akar 2:3, minimal 1:1 dengan pertimbangan beban kunyah
ringan
g. Konfigurasi akar.
h. Memenuhi hukum Ante, Hukum ini mengatakan : Seluruh luas jaringan
perodonsium gigi penyangga harus paling sedikit sama, atau melebihi
seluruh luas jaringan periodonsium gigi yang diganti. Rasio perbandingan
mahkota dan akar ialah 2:3. Minimal 1:1 dengan pertimbangan beban
kunyah ringan (gigi antagonis adalah gigi tiruan), atau tambah abutment.1
 Analisis gigi sebagai persyaratan untuk Gigi Tiruan Mahkota dan Jembatan
- Secara mekanis : gigi penyangga yang sejajar → agar saat preparasi gigi
tersebut tidak membahayakan pulpa sehingga dapat menyediakan retensi yang
adekuat atau tahan terhadap tekanan untuk retainer dan terlepasnya restorasi.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 22


- Secara estetik : pasien kehilangan gigi 35. Meskipun kehilangan gigi tersebut
terjadi pada daerah posterior, namun estetika dan hygiene harus tetap
diperhatikan untuk memenuhi suatu syarat gigi tiruan jembatan yang baik,
sehingga gigi tiruan yang dibuat harus menyerupai gigi asli.
- Secara biologis : umur pasien termasuk dalam indikasi pembuatan GTC karena
pulpa sudah normal (tidak lebar), perbandingan antara panjang mahkota dan
akar gigi yang cukup untuk dibuatkan restorasi, jaringan periodontal baik dan
TMJ pasien normal.
- Secara fisiologis : gigi penyangga dan jaringan yang mendukung dapat
dipelihara pada kondisi yang sehat, agar restorasi tidak mudah terjadi
penumpukan plak yang berujung pada kegagalan perawatan. Hal ini didukung
dengan kondisi kebersihan mulut pasien yang baik.
- Secara fungsional : kehilangan gigi yang dialami dapat berdampak
terganggunya oklusi dan mastikasi, sehingga perlu dibuatkan restorasi agar
dapat mengembalikan fungsi tersebut.

Berdasarkan analisis kasus yang dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang ada,
kehilangan gigi 35 pada pasien ini dapat dirawat dengan gigi tiruan mahkota dan
jembatan.

J. DIAGNOSIS KLINIK
Missing teeth 35
Kode ICD (International Classification of Diseases) K.08.409 Partial Loss Of Teeth

K. RENCANA PERAWATAN
Berdasarkan pertimbangan yang telah dibahas di atas, baik pertimbangan dari
gigi abutment, syarat mekanis, biologi, estetik dan higienis maka desain gigi tiruan
yang akan dibuat sebagai berikut;

- Tipe gigi tiruan mahkota jembatan: Fixed-fixed bridge. Tipe ini dipilih agar
beban kunyah yang diterima merata dan memiliki retensi yang baik.
- Desain material: Porcelain fused to metal. Bahan ini dipilih karena kombinasi
sifat kekuatan dan keakuratan dari bahan metal serta estetis dari bahan porselen.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 23


- Tipe pontik : Hygienic. tipe pontik ini dipilih dengan pertimbangan syarat
higienis. Selain fungsinya untuk menggantikan premolar kedua mandibula
mengembalikan fungsi oklusal dan menstabilkan gigi tetangga dan antagonis,
pontik jenis ini dirancang untuk memberikan ruang yang memadai antara
permukaan pontik dengan jaringan mukosa untuk memudahkan pembersihan.
Jenis pontik ini tidak berkontak dengan ridge edentulous.
- Kedalaman preparasi: equigingiva. Hal ini dipertimbangkan dengan keadaan
jaringan periodontal dari pasien agar beban kunyah dari gigi tiruan mahkota dan
jembatan yang dihasilkan minimum serta tingkat destruksi gigi minimal. Kontak
restorasi mahkota porcelain fused to metal dengan daerah gingiva dapat
dihindari dengan menempatkan tepi restorasi pada equigingiva (tidak mengiritasi
gingiva) serta menjamin kesehatan jaringan periodontal.
- Tipe akhiran: Chamfer. Tipe akhiran ini memiliki kelebihan antara lain tingkat
destruksi gigi minimal, tekanan yang dihasilkan minimal, restorasi yang
dilakukan minimal serta menghasilkan retensi yang baik. Akhiran ini merupakan
pilihan yang tepat jika disesuaikan dengan pemilihan material porcelain fused to
metal.

L. PROGNOSIS
Baik, karena kondisi gigi abutment yang masih bagus dan tidak ada karies, ruang
yang tersedia cukup, pasien tidak memiliki kebiasaan buruk, pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik serta pasien kooperatif.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 24


M. PROSEDUR PERAWATAN
- Case Review

Pengisian RM Pengambilan Foto


Indikasi Rontgen
Prostodonsia

Pencetakan
Pembuatan index putty Perawatan
Pendahuluan/Model Pendahuluan
Studi

Preparasi Model Preparasi Molar Preparasi Premolar


Studi Pertama Pertama

Pencetakan Model Retraksi gingiva Pencetakan untuk


Kerja Preparasi

Pembuatan catatan Pemilihan warna Pemasangan


gigitan gigi Mahkota Sementara

Tahap Sementasi Uji Coba GTC Proses laboratorium

Tahap Kontrol

Bagan 1. Prosedur Perawatan

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 25


ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Masker, handscoen, penutup dada, Alkohol 70%
gelas kumur
Diagnostic set, Nier beiken Kapas
Contra angel handpiece (low speed & Benang retrak gingiva
high speed)
Mata bur low-speed(round dan fissure cotton roll dan cotton pellet
bur diamond)
Mata bur high-speed (round dan Dental floss
fissure bur diamond, small wheel dan
fine finishing bur)
Semen spatel Pehacain
Semen stopper GIC tipe I
Glass plate Zinc phosphate cement
Dappen glass Bahan cetak alginat
Plastic filling instrument dari bahan Bahan cetak elastomer (double
plastic impression) putty type dan light body
Shade guide(vitapan) Gips biru (gypsum tipe III) + Gips
merah (gypsum tipe IV)
Bite block Mahkota sementara
Syringe disposable 3cc
Sendok cetak dan sendok cetak parsial
a. INDIKASI
Indikasi kasus gigi tiruan jembatan 3 unit gigi permanen gigi 35.

b. PENGISIAN REKAM MEDIK BAGIAN PROSTODONSIA


Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Setelah dilakukan indikasi kasus, maka dilakukan pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif,
diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang rencana perawatan
yang akan dilakukan. Pasien juga diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan
dilakukan. Informasi ini diberikan dan jika pasien setuju selanjutnya pasien diminta
menandatangani informed consent.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 26


c. PENGAMBILAN FOTO RONSEN PANORAMIK
Evaluasi mutu radiografi panoramik harus mampu memberikan infomasi yang jelas
mengenai objek yang dituju, dapat diinterpretasi, dan dapat menjadi radiognosis dan
radiognosis banding. Aspek yang dinilai :
1. Ketercakupan objek didalam radiografi Objek mencapai tepi bawah mandibula,
kondilus kiri dan kanan serta tepi bawah orbita yang sesuai dengan tujuan
pembuatan radiografi.
2. Memiliki kontras, detail dan ketajaman yang baik
3. Distorsi, tidak ada distorsi horizontal dan vertikal.
4. Tidak ada artefak atau ghost image yang mempengaruhi interpretasi.
5. Tumpang tindih, tidak ada gambaran radiolusen yang overlap dengan apikal gigi
anterior yang disebabkan karena pasien tidak mengikuti intruksi untuk
meletakkan lidah pada langit-langit mulut.
Anatomi yang biasanya terlihat pada radiografi panoramic
 Sinus maxilaris
 Anterior nasal spine
 Nasal septum
 Zygomatic process
 Meatus akustikus eksternus
 Prosesus stiloideus (tempat melekat oto stylohyoid, stilofaringeus)
 Tulang zygoma
 Mandibular canal
 Internal oblique ridge
 Genial tubercle dan lingual foramen
 Submandibular fossa

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 27


Gambar 23. Hasil analisa radiografi panoramik diatas menunjukkan missing teeth pada gigi 35,
keadaan gigi tetangga baik, tidak terdapat reabsorbsi tulang alveolar pada area missing teeth.

d. PERAWATAN PENDAHULUAN
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan bertujuan
untuk melihat keadaan seluruh perubahan-perubahan/kelainan yang terjadi pada linggir
alveolus yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga mulut lain yang dapat
menggagalkan dalam pembuatan gigi tiruan cekat.
Secara garis besar, ada dua tahapan preparasi mulut (mouth preparation). Pertama,
dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan seperti tindakan bedah,
perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik, bahkan ortodontik perlu
dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima gigi tiruan. Tahapan
pertama ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat. Kedua, mulut
pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahap
ini dilakukan proses pengubahan kontur jaringan untuk mengurangi hambatan dan
mencari bidang bimbing. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model
diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan perubahan-
perubahan.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 28


Pada kasus ini dilakukan pembersihan karang di semua regio gigi pasien. Sedangkan
kontur jaringan tidak dilakukan karena keadaan kontur jaringan baik dan dirasa cukup
untuk mendukung kekokohan dan kemantapan gigi tiruan.

e. PEMBUATAN INDEX PREPARASI


Index berguna sebagai panduan untuk melihat berapa banyak struktur gigi yang
hilang saat dilakukan preparasi sehingga operator mengetahui apakah preparasi yang
telah dilakukan berlebihan atau kurang. Index dibuat sebelum preparasi gigi penyangga
dilakukan dengan cara mencetak anatomis gigi dan jaringan penyangga dengan material
elastomer/silicone putty yang dipilih karena meminimalkan resiko distorsi index ketika
diinsersikan ke dalam rongga mulut. Apabila preparasi gigi akan dilakukan pada gigi
penyangga yang telah banyak kehilangan struktur mahkotanya, maka terlebih dahulu
dilakukan pembuatan mock up atau diagnostic wax-up gigi penyangga untuk membuat
suatu bentukan struktur mahkota yang ideal. Kemudian dilakukan pencetakan anatomis
pada diagnostic wax-up untuk membuat index.

Tahapan kerja pembuatan index :


a. Alat dan bahan :
- sendok cetak sebagian
- bahan cetak
- elastomer/silicone putty
- glass plate
- alat potong (pisau malam, pisau model, cutter)
b. Manipulasi bahan cetak elastomer putty menjadi adonan yang homogen
kemudian aplikasikan pada sendok cetak sebagian (perhatikan working dan
setting time sesuai aturan pabrik).
c. Lakukan pencetakan pada daerah gigi penyangga, tunggu hingga bahan cetak
mengeras kemudian lepaskan dari rongga mulut.
d. Lepaskan hasil cetakan dari sendok cetak sebagian dan bersihkan dibawah air
mengalir.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 29


e. Desinfeksi hasil cetakan dengan cara merendamnya pada larutan glutaraldehyd
2% atau natrium hipoklorit (NaOCL) 1% selama 20-30 menit atau disemprot
dengan iodoform spray
f. Gunakan alat potong yang tajam (mis. cutter) untuk membelah cetakan menjadi
dua bagian permukaan gigi penyangga dari arah bukal ke lingual tegak lurus
dengan sumbu akar gigi penyangga untuk digunakan sebagai panduan preparasi
permukaan labial dan palatal.
g. Hasilnya akan didapatkan index untuk melihat hasil preparasi permukaan
insisal/oklusal, labial/bukal dan palatal/lingual. Kemudian lakukan pasang coba
index pada gigi penyangga dan gunakan saat preparasi gigi penyangga.
h. Setelah preparasi permukaan insisal, labial dan palatal selesai dilakukan maka
maka belah index menjadi dua bagian secara melintang (arah mesial ke distal)
untuk mengevaluasi hasil preparasi permukaan proksimal gigi penyangga.

Gambar 23. Ilustrasi pembuatan index preparasi

f. PENCETAKAN PENDAHULUAN/MODEL STUDI


Diagnostic impression/cetakan pendahuluan digunakan untuk mempelajari dan
mengevaluasi keadaan rahang atas dan rahang bawah, untuk menentukan perawatan-
perawatan yang diperlukan dalam kaitannya dengan persiapan pasien dan perbaikan
jaringan rongga mulut sebelum dibuat gigi tiruan pada pasien.3

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 30


Gambar 24. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien

Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien. Atur
ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien sejajar dengan bahu
operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien sejajar dengan siku operator.

Gambar 25. Posisi pasien ketika melakukan pencetakan rahang

- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien dengan cara
mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor terbesar. Sendok cetak
harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakan dalam mulut harus ada selisih
ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum
lunak dan keras serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai
retromolar pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 1 untuk rahang atas
dan rahang bawah.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien. Saat mencetak
RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan pasien.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 31


Gambar 26. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah (Neil dkk, 1990)

- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air) menggunakan sendok
takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik sehingga sesuai untuk ukuran rahang
yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan bahan cetak
alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung udara dalam adonan bahan
cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil adonan
ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga adonan terlihat homogen
(adonan sewarna, konsistensi lunak dan permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang atas,
aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal (posterior) kemudian
menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok cetak. Bila mencetak rahang bawah,
aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian lingual lengkung gigi anterior
kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah posterior sendok cetak.
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan secara
vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk mengerutkan bibir sekuatnya. Sedangkan
untuk rahang bawah masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan secara
vertikal arah bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat lidah. Pertahankan posisi
sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak dari mulut
pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga mulut untuk membantu
melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air mengalir untuk menghilangkan
kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada bagian yang
terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak tercetak.
Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 32
- Desinfeksi hasil cetakan dengan cara merendamnya pada larutan glutaraldehyd 2% atau
natrium hipoklorit (NaOCL) 1% selama 20-30 menit atau disemprot dengan iodoform
spray
- Setelah itu, cor hasil cetakan dengan gypsum tipe tiga. Ukur perbandingan powder dan
liquid menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuain dengan petunjuk pabrik dan
ukuran cetakan rahang yang akan diisi dengan gips.
- Campur bubuk dan air ke dalam mangkuk karet lalu aduk selama 1 menit (120 putaran)
hingga adonan terlihat homogen.
- Isi hasil cetakan dengan adonan gips lalu ketuk-ketuk agar gelembung udara yang
terperangkap dapat hilang sehingga hasil pengisian gips tidak porus. Apabila mengisi
hasil cetakan RA, maka apliaksi adonan dimulai dari bagian palatal (posterior) hasil
cetakan, sedangkan untuk mengisi hasil cetakan RB dimulai dari bagian oklusal gigi
posterior menuju anterior.
- Rapikan hasil pengisian gips dan biarkan mengeras (setting time) proses mengerasnya
gips akan melewati fase panas dingin.
- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan boxing karet segi
tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar dapat digunakan sebagai model
studi.

Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) gigi-geligi, (2) frenulum
labialis, (3) frenulum bukalis, (4) vestibulum labialis, (5) vestibulum bukalis, (6) papilla
insisivum, (7) rugae palatine, (8) hamular notch, (9) tuberositas maksila, (10) palatum, (11)
mukobukalfold.
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) gigi geligi, (2) frenulum
labialis, (3) frenulum bukalis, (4) frenulum lingualis, (5) Vestibulum labialis, (6) vestibulum
bukalis, (7) retromolar pads, (8) retromylohioid, (9) mukobukalfold.
Pencetakan dilakukan menggunakan bahan alginat setelah itu hasil cetakan di cor dengan
gipsum. Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan boxing
karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris).3

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 33


g. PEMILIHAN WARNA GIGI
Menggunakan shade guide Vitapan Classical dengan cara lampu dental dimatikan, usahakan
berada dalam cahaya yang natural. Jika pasien wanita menggunakan lipstick sebaiknya
dihapus terlebih dahulu. Kemudian shade guide ditempatkan diluar mulut dekatkan dengan
permukaan kulit muka di bawah bibir namun sebelumnya shade guide di basahkan terlebih
dahulu dan dilihat satu per satu warna yang cocok sewarna dengan gigi asli. Warna yang di
dapat adalah A3.

h. TAHAP PREPARASI4,5
Preparasi gigi penyangga bertujuan untuk mempersiapkan abutment yang digunakan sebagai
retainer gigi tiruan jembatan. Sebelum preparasi, terlebih dahulu dilakukan anestesi infiltrasi
pada area labial gigi yang akan dipreparasi. Preparasi akan dilakukan secara bertahap, dimulai
dari gigi 34 dan kemudian gigi 36. Terlebih dahulu buat orientasi groove pada bagian bukal dan
oklusal gigi yang akan dipreparasi menggunakan coarse-grit round-end tapered diamond bur.
1. Preparasi gigi 34

a. Reduksi Oklusal
b. Reduksi Proximal
c. Reduksi Bukal
d. Reduksi Lingual
e. Pembuatan sudut axial
f. Preparasi akhiran servikal (chamfer)
g. Bevel ke oklusal dan penghalusan

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 34


Gambar 27. Ilustrasi preparasi premolar

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 35


2. Preparasi 36
a. Reduksi Oklusal
- Buatlah Guiding groove pada bagian Oklusal menggunakan coarse-grit round end
tapered diamond bur yang mempunyai diameter 1,5 mm
- Buatlah 3 guiding groove pada sisi bukal dan 3 buah pada sisi lingual
- Asahlah bagian oklusal tadi sesuai dengan panduan kedalaman groove yang telah
dipersiapkan
Hasil akhir preparasi oklusal
- Bentuk anatomi yang ada tetap dipertahankan
- Bentuk cusp dan lereng bukal/ Lingual-palatal tetap ada meskipun lebih rendah dari
gigi tetangganya
- Jarak dengan gigi antagonis 1,5 mm dan dicek dengan gigitan malam atau sonde
khusus

Gambar 28. Ilustrasi Reduksi Oklusal


b. Reduksi Proximal
- Gunakan medium-grit short needle buryang berdiameter 1mm
- Letakkan bur sejajar sumbu gigi dan pada gigi yang akan dipreparasi
- Gerakan ke dalam arah buko ke lingual
- Hasil akhir titik kontak hilang, undercut servikal ke oklusal tidak ada
- Dapat dilewati sonde lurus

Gambar 29. Ilustrasi Reduksi Proksimal


Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 36
c. Reduksi Bukal
Sebelumnya dibuat beberapa guiding groove sedalam 1,5-2 mm sebagai petunjuk agar
tidak terjadi pengurangan yang berlebihan.
Ada 2 tahap yaitu kearah oklusal dan kearah servikal
- ½ kearah servikal sejajar sumbu gigi gunakan coarse-grit tapered torpedo diamond bur
sehingga undercut hilang
- ½ kearah oklusal di reduksi miring ke oklusal sesuai anatomi gigi tersebut

Gambar 30. Ilustrasi Reduksi Bukal


d. Reduksi Lingual
Pengurangan bagian lingual sebesar 1,5-2 mm.
- Gunakan coarse-grit tapered torpedo diamond bur
- Ujung bur pada tepi servikal
- Arah bur sejajar sumbu gigi
- Gerakan bur dari mesial ke distal dan sebaliknya sesuai dengan lengkung anatomi gigi
tersebut
- Hasil akhir dapat dievaluasi dengan tidak adanya undercut pada daerah tersebut
(servikal – oklusal)

e. Pembulatan sudut Axial


Ada 4 buah sudut yaitu
- Sudut mesio/disto bukal
- Sudut mesio/disto lingual-palatal
- Gunakan fine-grit tapered torpedo diamond bur, sejajar sumbu gigi
- Hasil akhir dapat dievaluasi dengan tidak adanya undercut pada daerah tersebut
(servikal – oklusal)
Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 37
f. Preparasi chamfer
- Gunakan fine-grit tapered torpedo diamond bur
- Arah bur sejajar dengan sumbu gigi
- Gerakan sesuai outline gigi sehingga diperoleh bentuk chamfer sekeliling tepi servikal
permukaan bukal, lingual dan proksimal
- Bevel 450 ke oklusal
- Lebar preparasi berkisar 1-1,5 mm.

Gambar 31. Ilustrasi Preparasi chamfer

g. Penghalusan (finishing and polishing)


- Gunakan fine-grit tapered torpedo diamond bur (label berwarna kuning)
- Preparasi sudah memenuhi syarat hanya tinggal penghalusan
- Preparasi jangan ditekan hanya tinggal dipoles saja
- Hilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan terdapat undercut terutama di sudut
pertemuan 2 bidang

Gambar 32. Ilustrasi Penghalusan


h. Menentukan Arah Masuk jembatan
- Perhatikan kesejajaran mesio-distal gigi 34 dan 36. Pandangan dari arah bukal

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 38


- Perhatikan kesejajaran bidang bukal-lingual pandangan dari arah oklusal, gunakan kaca
mulut
- Bagian-bagian yang terlihat kurang sejajar direduksi dengan menggunakan finegrit
tapered torpedo diamond bur

Gambar 33. Ilustrasi arah masuk jembatan (atas), hasil akhir preparasi molar (bawah)

i. PENCETAKAN UNTUK PEMERIKSAAN KETEPATAN HASIL PREPARASI


Rahang atas dan rahang bawah pasien dicetak menggunakan alginat dan desinfeksi hasil
cetakan dengan cara merendamnya pada larutan glutaraldehyd 2% atau natrium hipoklorit
(NaOCL) 1% selama 20-30 menit atau disemprot dengan iodoform spray kemudian dicor
dengan stone gips (gips biru). Dari model tersebut diperiksa batas-batas preparasi gigi 36 dan 34
apakah sudah sejajar ataukah masih memerlukan pengurangan dibagian tertentu. Apabila
terdapat bagian gigi yang berlebih atau belum sejajar maka saat kunjungan selanjutnya
diperbaiki.

j. RETRAKSI GINGIVA
Jika preparasi mahkota jaket sudah baik, selanjutnya retraksi gingiva. Retraksi gingiva
berguna untuk membebaskan tepi preparasi mahkota jaket dari jaringan lunak pada waktu
preparasi dan pencetakan, melihat bentuk anatomis mahkota gigi serta preparasi pundak servikal
terlihat jelas. Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi dan bahan kimia
merupakan metoda yang paling sering digunakan. Secara fisik benang retraksi untuk menekan

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 39


gingiva ke samping, sedangkan bahan kimia digunakan untuk mengontrol jangan sampai ada
cairan yang berasal dari sulkus gingiva. Kesalahan dalam pemilihan benang retraksi dan bahan
kimia dapat menyebabkan iritasi jaringan gingiva dan tidak akuratnya hasil yang diperoleh.
Hasil retraksi gingiva yang baik adalah bukaan permukaan servikal gigi yang dipreparasi
berkisar 0,35-0,50 mm melewati tepi gingival. Dengan ukuran bukaan sebesar itu
memungkinkan bahan cetak mengalir di tepi servikal, pengisian bahan cetak pada tepi
subgingival cukup tebal sehingga tidak mudah terjadi distorsi
Caranya dengan bantuan pinset benang retraksi terlebih dahulu direndam dalam cairan
adrenalin. Selanjutnya benang retraksi ditekan secara hati-hati kedalam sulkus gingival dengan
menggunakan plastic filling instrument (berujung datar) setelah 3-5 menit, benang retraksi
dikeluarkan dari dalam sulkus.6

Gambar 33. Ilustrasi Pemasangan benang retraksi. A. Bentuk loop U B. pemasangan pada
sisi interproksimal C. Pemasangan pada sisi lingual

Gambar 34. Ilustrasi Pemasangan benang retraksi. A. Posisi alat menyudut. B.


pemotongan benang retraksi C. Benang retraksi Overlapping sisi mesial

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 40


k. PENCETAKAN DAN PEMBUATAN MODEL KERJA
Pencetakan dilakukan dalam dua tahap dengan menekan sendok cetak yang telah diberi
bahan cetak pada gigi. Cetakan kavitas dan lengkung gigi (RB) dibuat dengan menggunakan
bahan cetak elastomer sedangkan cetakan dari rahang antagonisnya (RA) dicetak dengan alginat.
- Tahap I, bahan putty type diaduk sesuai aturan pabrik dan diletakkan pada sendok cetak dan
diberi lapisan plastik tipis. Sendok cetak dimasukan kedalam mulut (RB) pasien dan ditunggu
sampai setting. Kemudian dikeluarkan dari dalam mulut dan dilakukan desinfeksi pada hasil
cetakan. Pencetakan dilakukan menyeluruh seluruh rahang tidak menggunakan sendok cetak
partial.
- Tahap II, sebelum melakukan pencetakan dengan light body dilakukan retraksi pada gingiva
selama kurang lebih lima menit kemudian dilepas dan bahan cetak light body type diaduk
kemudian dituangkan di atas hasil cetakan yang jenis putty type tadi (RB). Lalu dicetakkan
kembali ke dalam mulut pasien. Setelah bahan cetak setting, sendok cetak dikeluarkan dari
mulut dengan hati-hati. Diperiksa keakuratan hasil cetakan tersebut lalu didesinfeksi.
- Pencetakan RA bahan cetak alginate diaduk sesuai aturan pabrik dan diletakkan pada sendok
cetak lalu dimasukkan ke dalam mulut pasien. Setelah bahan cetak setting, sendok cetak
dikeluarkan dari mulut dengan hati-hati kemudian dibersihkan dan desinfeksi hasil cetakan
dengan cara merendamnya pada larutan glutaraldehyd 2% atau natrium hipoklorit (NaOCL)
1% selama 20-30 menit atau disemprot dengan iodoform spray.
Hasil cetakan tadi kemudian dicor dengan gips tipe III pada RA dan gips tipe IV pada RB
yang mana cetakan ini akan menjadi model kerja dan die. Die adalah tiruan atau replica berupa
potongan model gips dari gigi pasien yang telah selesai dipreparasi dan dilanjutkan pada proses
laboratorium.
l. PEMBUATAN CATATAN GIGITAN
Pembuatan catatan gigitan dilakukan dengan cara menuntun pasien menggigit (oklusi
sentrik) 2 lapis lempeng malam merah yang telah dipanasi sehingga lunak dan diantaranya
diberi selapis kain kasa sebagai pembatas sehingga pada kedua sisi lempeng malam tersebut
tampak cetakan dari bidang oklusal gigi.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 41


Gambar 35. Ilustrasi Pembuatan catatan gigitan7

m. PEMASANGAN MAHKOTA SEMENTARA


Cara kerja:

- Cetak gigi yang akan dipreparasi dengan bahan alginate lalu desinfeksi hasil cetakan
- Setelah itu, preparasi gigi penyangga gigi yang akan dipasangkan GTC
- Lalu olesi gigi yang telah dipreparasi dengan vaseline
- Isi cetakan alginate dengan self curing akrilik di bagian gigi yang dipreparasi
- Cetakan dikembalikan ke mulut pasien pada posisi semula.
- Kelebihan akrilik diambil dengan bur hingga mahkota sementara sesuai dengan bentuk
gigi sebelum dipreparasi
- Lalu letakan/pasang mahkota sementara tersebut ke gigi yang telah dipreparasi.
Gigi yang telah dipreparasi (gigi 34 dan 36) ditutup dengan mahkota sementara
yang sebelumnya telah dibuat dengan bahan self curing acrylic. Mahkota sementara
disementasi menggunakan Temporary Cement yaitu freegenol.

n. PROSES PEMBUATAN DI DENTAL LABORATORIUM


Model kerja akan dikirim ke dental laboratorium untuk proses pembuatan mahkota dan
jembatan berbahan porcelain fused to metal (PFM), untuk kombinasi sifat kekuatan dan
keakuratan dari bahan metal serta estetis dari bahan porselen 7, dengan desain sebagai berikut:

1. Warna gigi dengan shade guide vita classical adalah A3.


2. Lapisan porselen didaerah bukal hingga 2/3 buko-lingual, sedangkan 1/3 serviko-lingual
adalah lapisan logam.
3. Pontik jenis hygienic (dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus,
sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-2mm).7

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 42


Gambar 36. Gigi tiruan jembatan dengan pontik tipe hygienic

CDisini pontik tidak mempunyai bagian yang menempel sama sekali dengan jaringan di
bawahnya/ridge. Bentuk ini sering disebut juga sebagai "sanitary pontic" tetapi hal ini
sebetulnya keliru, karena sanitary pontic merupakan nama dagang yang tergolong di dalam type
pontic bukan pada kelompok design pontic. Jenis ini dirancang untuk daerah yang tidak mudah
terlihat (nonappearance zone) dengan demikian daerah yang paling tepat adalah posterior RB.
Ketebalan oklusogingival pontic ini tidak boleh kurang dari 3 mm, dan jarak antara ridge
dengan pontik cukup lebar untuk memberikan fasilitas pembersihan.

Gambar 37. Contoh surat pengantar ke Dental Laboratorium

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 43


o. TAHAP PASANG COBA MAHKOTA JAKET
Setelah mahkota jaket selesai dibuat, kemudian dilakukan pasang coba mahkota tersebut.
Sebelumnya dicabut mahkota sementaranya menggunakan crown remover untuk melepas
mahkota sementaranya Tujuan tahap pasang coba mahkota jaket pada kavitas gigi ialah untuk
mengetahui ketepatan kontak dan kontur proksimal, oklusi, dan artikulasi serta batas preparasi.

p. TAHAP SEMENTASI
Apabila GTC sudah sesuai pada tempatnya, selanjutnya dilakukan insersi yaitu pemasangan
GTC dalam mulut pasien, ketika pengepasan GTC yang harus diperhatikan adalah: kontak
proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya, tepi GTC tidak boleh menekan gingiva serta
pemeriksaan kontak oklusi. Celah antara GTC dan gigi penyangga diisi dengan semen atau
bahan luting.7
Semen yang akan digunakan pada tahap sementasi ini adalah GIC tipe 1. Langkah-langkah
sementasi:
1. Gigi diisolasi dari saliva dengan bantuan cotton roll dan saliva ejector
2. Permukaan gigi dikeringkan dengan menggunakan syringe udara selama 3-5 detik
3. Mahkota dan jembatan dibersihkan dan dikeringkan
4. Semen dicampur sesuai instruksi pemakaian (petunjuk pabrik)
5. Semen diaplikasikan ke 2 permukaan gigi penyangga yang telah dipreparasi dan juga di
mahkota jembatan
6. Mahkota jembatan diletakkan pada tempatnya dengan menggunakan jari
7. Saliva ejector dilepas dan pasien diminta untuk oklusi sekitar 1 menit
8. Dipasang kembali saliva ejector dan rongga mulut dipertahankan terisolasi dari saliva
9. Setelah semen agak mengeras, kelebihan semen mulai dibersihkan dengan ekskavator
10. Sisa semen yang ada didaerah tersembunyi (proksimal) dihilangkan/dibersihkan dengan
menggunakan benang gigi (dental floss). Benang gigi harus melewati titik kontak, tepi
gingiva dan sulkus gingiva.
11. Evaluasi :
 Kecekatan/fitness/self retention
 Ketepatan marginal
 Kontak proksimal dengan gigi tetangga :

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 44


- Berkontak ringan dan tidak menekan, bisa dilewati dengan benang gigi
- Tidak open
 Stabilitas :
- Tidak terungkit jika ditekan 1 sisi
- Tidak berputar/rotasi
 Penyesuaian oklusi dan artikulasi dengan articulating paper:
- Permukaan oklusal berkontak dengan gigi antagonis
- Saat berartikulasi tidak ada hambatan
 Estetis dari segi bentuk, warna dan tanda anatomis
12. Instruksikan pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya, serta jika gigi tiruan terlepas,
untuk segera menghubungi operator, dan beritahukan untuk datang kembali melakukan
kontrol 1-2 minggu kemudian.

q. TAHAP KONTROL
Kontrol dilakukan 1-2 minggu kemudian setelah pemasangan mahkota dan jembatan. Pada
saat pasien datang kontrol dilakukan:
1. Pemeriksaan subyektif: menanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang
dan dipakai.
2. Pemeriksaan obyektif: melihat keadaan jaringan lunak disekitar daerah GTC apakah ada
peradangan atau tidak. Memeriksa retensi dan oklusi pasien.
3. Dilakukan DHE pada pasien, yaitu menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan
mulut dengan cara menggosok gigi yang benar, melakukan kontrol plak secara teratur, jika
mahkota GTJ patah atau terdapat rasa yang tidak nyaman dalam rongga mulut bisa dapat
menghubungi operator yang menangani kasus tersebut. Operator juga melakukan tindakan
profilaksis antara lain pembersihan debris pada gigi tiruan jika diperlukan.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 45


LANDASAN TEORI

I. KOMPONEN-KOMPONEN GIGI TIRUAN CEKAT2


Komponen atau bagian-bagian Gigi Tiruan Cekat :
1. Gigi abutment
2. Retainer
3. Konektor/ Joint
4. Pontik/ Dummy

Keterangan gambar
1. Gigi Abutment/penyangga/pegangan adalah :
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang mendukung GTC
tersebut.
2. Retainer adalah :
Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
3. Pontik/Dummy adalah :
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki fungsinya.
4. Konektor/Joint adalah :
Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan pontik.
Setiap bagian GTC yang meliputi Retainer atau Pontik disebut : Unit
Contoh : GTC yang terdiri dari 1 pontik dan 2 retainer disebut GTC 3 unit (Three Unit Bridge).

A. Gigi Abutment Atau Gigi Pendukung


Syarat-syarat gigi abutment :

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 46


Urutannya :
RA: 6 7 4 5 3 1 2
RB : 6 7 5 4 3 2 1

Urutannya :
RA: 6 3 7 4 5 1 2
RB : 6 3 7 5 4 2 1

tegak

Gigi abutment harus dipersiapkan supaya betul-betul dapat memberi dukungan yang kuat pada
GTC. Untuk menentukan banyaknya gigi abutment sebaiknya disesuaikan dengan Hukum Ante.

Hukum ANTE/ Ante's Law


Hukum ini mengatakan : seluruh luas jaringan perodonsium gigi penyangga harus paling sedikit
sama, atau melebihi seluruh luas ligamen periodonsium gigi yang diganti. Rasio perbadingan
akar dan mahkota dari gigi yang diganti ialah 3:2.

B. Retainer
1. Tipe dalam dentin (intra coronal)
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam badan mahkota
gigi.
Misalnya : tumpatan tuang MOD (Mesio Okluso Distal) atau MO (Mesio Oklusal).

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 47


2. Tipe luar dentin (extra coronal)

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar badan mahkota gigi. Misalnya : mahkota
penuh tuangan (full cast crown), mahkota 3/4 (3/4 crown).

3. Tipe dalam akar


Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar. Misalnya : mahkota
Richmond, mahkota pasak inti (pinledge).

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 48


Faktor Pengaruh Pada Pemilihan Retainer
Pemilihan retainer tergantung dari faktor-faktor :
1. Panjang rentang GTC
- Makin panjang rentang, makin besar stress yang diterima GTC, diperlukan retainer kuat dan
lebih banyak.
2. Tipe GTC
- GTC tipe fixed-fixed bridge memerlukan retensi yang kuat
- Sedapat mungkin digunakan full veneer crown karena retensinya seluruh bidang aksial.
3. Kekuatan gigitan
- Beban kunyah yang ditimbulkan oleh tekanan gigitan dipengaruhi oleh umur, kelamin dan
kekuatan otot kunyah
- Makin besar kekuatan gigitan, retensi dari retainer harus kuat
4. Gigi yang diganti
- Untuk gigi anterior bawah, retainernya tidak harus sekuat apabila yang hilang gigi molar
5. Tipe oklusi
- Corak penggesekan mempengaruhi pemilihan retainer, misalnya bila tampak ada faset-faset
yang agak menyolok, ini menandakan adanya suatu gigitan yang kuat
- Gigi lawan (antagonis) gigi yang hilang, yang sudah tampak ekstrusi (tumbuh berlebihan),
sebaiknya digerinda dulu dengan maksud membuat bidang gesekan gigi yang lebih teratur.
6. Kebiasaan pasien.
- Kebiasaan buruk pasien, misalnya pasien sering gigit-gigit pencil dan bruxism (kerot-jawa)
sehingga perlu bahan retainer kuat agar tidak mudah abrasi.

Besarnya Retensi Retainer tergantung dari


1. Gigi yang terlibat
Mahkota gigi yang besar mempunyai retensi besar.
2. Luas permukaan retainer
Permukaan dinding aksial yang luas menghasilkan retensi luas. Mahkota klinik rendah
menyebabkan retensi rendah. Retensi paling besar adalah bentuk full veneer crown.
3. Derajat kesejajaran antara berbagai aspek preparasi
Derajad pengerucutan (konvergensi) bidang aksial (searah poros akar gigi) sangat berpengaruh
pada retensi yang akan dicapai. Pengerucutan bidang aksial sebaiknya 5 derajat.
Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 49
4. Ketegaran retainer
Ketegaran bahan yang dipakai ikut menentukan keberhasilan GTC
5. Media semen yang digunakan
6. Bahan retainer
Akrilik tidak baik karena mudah fleksi, mudah menyerap air, mudah mengikat plak, sehingga
menghasilkan suasana yang kurang bersih di dalam mulut. Biasanya dipakai emas tipe III
(keras), tipe IV (terkeras), Nickel Chromium, Chrome Cobalt. Dewasa ini banyak dipakai bahan
paduan logam tidak mulia, yang ternyata juga dapat dipadukan dengan porselen.

B. Konektor/Joint

Definisi
Bagian dati gigi tiruan cekat yang menghubungkan setiap unit dari suatu
GTC.
Konektor suatu GTC dapat dibagi dua :
1. rigid connector
2. non rigid connector
Konektor yang paling sering dipakai adalah rigid connector, dikarenakan konektor jenis
ini lebih mudah dikerjakan/dibuat.

Rigid Connector
Rigid connector biasanya dibuat dengan menggunakan solder, dan logam perantara yang
digunakan untuk proses ini harus mempunyai titik lebur logam yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan titik lebur logam yang digunakan untuk pontik atau retainer. Cara lain
untuk pembuatan konektor yaitu dengan jalan welding cara ini logam pengisi tidak boleh terlalu
tebal dan mempunyai titik lebur yang sama dengan titik lebur pontik atau retainer. Welding ini
dapat dilakukan dengan pemberian panas atau tekanan. Cara yang paling mudah di dalam
pembuatan konektor yaitu one piece casting disini retainer, pontik dan konektor diproses
sekaligus sehingga merupakan kesatuan rangkaian.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 50


Ukuran, bentuk dan posisi suatu konektor akan mempengaruhi keberhasilan suatu gigi
tiruan cekat. Suatu konektor harus cukup besar untuk mencegah perubahan bentuk atau patah
selama berfungsi, tetapi juga tidak boleh terlalu besar sehingga akan menghalangi proses
pembersihan dan akan mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal. Selain itu konektor yang
terlalu besar akan mempengaruhi estetika pada GTC anterior.
Konektor dengan bentuk ellip dengan sumbu panjang searah tekanan pengunyahan akan
merupakan konektor yang paling kuat, tetapi karena pertimbangan anatomi gigi keadaan ini
sukar dilakukan, biasanya sumbu panjang ellip ini akan berpotongan secara tegak lurus dengan
arah tekanan pengunyahan dan ini menyebabkan konektor tersebut menjadi lemah.

Untuk memudahkan di dalam proses pembersihan konektor sebaiknya mengikuti bentuk


daerah interproksimal anatomi gigi normal. Untuk meningkatkan esthetika tanpa mengabaikan
kebersihan maka konektor untuk gigi anterior ditempatkan 1/3 arah palatinal/lingual.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 51


Pembuatan konektor dengan cara one piece casting akan banyak mengundang resiko
walaupun kelihatannya mudah. Pada konektor tipe ini akan terjadi perubahan bentuk sewaktu
model malam tersebut diambil dari model kerjanya karena bagian proksimal tersebut merupakan
bagian yang paling lemah selagi GTC ini masih berupa model malam.

Non Rigid Connector : stress breaker


Konektor jenis ini mempunyai dua bagian yang saling terpisah yaitu mortise (female)
yang dibentuk pada retainernya dan tenon (male) yang melekat pada pontik. Kesejajaran dinding
pada mortise merupakan hal yang sangat pokok selain itu bentuk tenon yang akurat sangat
diperlukan sehingga kedua bangunan tersebut dapat berhimpit secara tepat.

Loop Connector : spring bridge


Konektor jenis ini dibuat pada kasus diastema gigi yang mana pembuatan konektor
secara langsung antara unit-unit GTC tidak dimungkinkan. Konektor ini merupakan suatu
palatal/lingual bar yang menghubungkan antara pontik dengan retainer. Kelemahan tipe ini akan
timbulnya akumulasi sisa makanan yang akan terselip diantara konektor tersebut dengan mukosa
palatal/lingual akibatnya timbul inflamasi. Untuk mengatasi keadaan ini, titik pertemuan antara
konektor dengan mukosa dibuat sekecil mungkin dengan jalan membuat bagian konektor yang
menempel pada mukosa tersebut membulat.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 52


D. Pontik/Dummy
Definisi :
Pontik/ Dummy, adalah bagian dari unit GTC yang mengganti gigi yang hilang serta
merestorasi fungsi gigi tersebut.
Keberhasilan atau kegagalan dari suatu GTC sebagian besar tergantung dari desain
pontik. Desain ini harus dapat mencakup; fungsi, estetis, kuat, mudah dibersihkan, kepuasan
pasien dan memelihara kesehatan jaringan di bawahnya.

Persyaratan Pontik
1. Dapat menahan daya kunyah atau daya gigit.
Ini berarti suatu pontik harus kaku (rigid) dan tidak boleh membengkok atau patah akibat
tekanan daya kunyah. Suatu pontik harus mempunyai kekerasan permukaan yang cukup untuk
menahan kikisan (atrisi) gigi lawan.
2. Mempunyai estetika yang baik.
Pontik anterior, terutama bagian bukal dan labial, harus mempunyai bentuk dan ukuran anatomis
dari gigi ash yang digantinya. Warna dari bagian luar pontik (facing) harus sama dengan warna
gigi asli lainnya.
3. Tidak menyebabkan iritasi pada gusi.
Syarat ini berhubungan erat dengan bahan yang dipakai untuk membuat pontik, bentuk pontik
dan posisi pontik terhadap gusi.
4. Mudah dibersihkan.
Oral hygiene yang tidak diperhatikan merupakan sebab utama dari peradangan gusi dan
gangguan-gangguan periodontal. Oleh karena itu pontik harus dibuat sedemikian rupa sehingga

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 53


sisa-sisa makanan tidak mudah berkumpul membusuk. Desain pontik harus mudah dibersihkan
dengan sikat gigi/dental floss.

5. Beban tidak berlebihan.


Desain pontik tidak boleh menyebabkan beban yang berlebihan pada gigi abutment. Hal di atas
dapat terjadi, kalau permukaan oklusalnya terlampau lebar. Untuk mengurangi beban tersebut,
lebar buko-lingualnya dikurangi.

Design Pontic
1. Saddle Pontic,
Pontik ini paling menyerupai gigi asli, karena dapat menggantikan seluruh gigi yang
hilang tanpa merubah bentuk anatominya. Bagian embrasure mesial dan distal tertutup,
permukaan bukal overlaps pada daerah edentulous ridge dengan bagian yang kontak berbentuk
cekung. Keadaan ini menyebabkan kebersihan kurang terjamin sehingga akan menghasilkan
peradangan pada jaringan di bawahnya. Sebaiknya pontik jenis ini tidak dipakai/ dipergunakan.

2. Ridge Lap Pontic,


Pontik ini mempunyai gambaran seperti gigi asli, tetapi mempunyai permukaan yang
cembung pada daerah yang kontak dengan jaringan di bawahnya sehingga memudahkan proses
pembersihan. Permukaan lingual pontic ini berbentuk membelok/melengkung sedikit untuk
mencegah terjadinya akumulasi sisa makanan, bagian bukal sedikit cembung, daerah
cervikalnya menempel pada gingiva sehingga memungkinkan jenis ini untuk daerah yang
mudah terlihat ( appearance zone ). Pontik ini bisa digunakan untuk RA maupun RB.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 54


3. Hygienic Pontic
Disini pontik tidak mempunyai bagian yang menempel sama sekali dengan jaringan di
bawahnya/ridge. Bentuk ini sering disebut juga sebagai "sanitary pontic" tetapi hal ini
sebetulnya keliru, karena sanitary pontic merupakan nama dagang yang tergolong di dalam type
pontic bukan pada kelompok design pontic. Jenis ini dirancang untuk daerah yang tidak mudah
terlihat (nonappearance zone) dengan demikian daerah yang paling tepat adalah posterior RB.
Ketebalan oklusogingival pontic ini tidak boleh kurang dari 3 mm, dan jarak antara ridge
dengan pontik cukup lebar untuk memberikan fasilitas pembersihan.

4. Conical Pontic
Pontik ini mempunyai bentuk konus pada daerah yang menempel dengan jaringan di
bawahnya, sehingga mempunyai kecenderungan untuk terjadi akumulasi sisa makanan sering
disebut sebagai bullet /spheroid pontic.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 55


E. Macam-macam GTC
1. Fixed-Fixed Bridge :
Bridge (GTC) yang konektornya bersifat rigid/kaku. Bisa digunakan pada gigi
anterior/pasterior. Konektor dikerjakan dengan pematrian/soldering atau one piece casting.
2. Fixed Movable Bridge :
Bridge (GTC) yang konektornya yang satu rigid dan yang satunya non rigid/movable (bisa
bergerak). Sifat-sifat individu gigi secara alami mempunyai individual movement. Movable
berfungsi untuk meredam tekanan (stress breaker).

3. Spring bridge
Bridge (GTC) yang mempunyai pontik jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar.
Indikasi : pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema (kasus yang mengutamakan
estetis).

4. Cantilever Bridge :
Satu ujung Bridge (GTC) melekat secara rigidlkaku pada retainer sedang ujung yang
lain bebas/menggantung. Biasanya dibuat pada pasien yang menghendaki sedikit jaringan gigi
asli yang dikurangi tetapi tetap tidak lepas dari kriteria retensi dan stabilisasi.
5. Compound Bridge
Kombinasi dari 2 tipe Bridge (GTC).

Persyaratan GTC
Suatu GTC harus memenuhi :
1. Persyaratan Mekanis
Gigi-gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar atau hampir sejajar
satu sama lain, atau sedemikian rupa sehingga dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan
vitalitas pulpa. Gigi panyangga harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sedemikian rupa
sehingga dapat dipreparasi dengan baik untuk memberi pegangan (retensi) yang baik bagi
retainer. Suatu pontik harus mempunyai bentuk mendekati bentuk anatomi gigi asli yang diganti
dan harus sedemikian kuatnya sehingga dapat menahan/ memikul daya kunyah tanpa patah atau
bengkok.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 56


2. Persyaratan Fisiologis
GTC tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi penyangga dan jaringan-jaringan
pendukung lainnya. Preparasi pada gigi vital tidak boleh membahayakan vitalitas pulpanya.
Suatu retainer atau pontik tidak boleh mengiritasi jaringan lunak (gusi,lidah, pipi, bibir).
3. Persyaratan Hygiene
Pada GTC tidak boleh terdapat bagian-bagian yang dapat menyangkut dan menimbulkan
sisa-sisa makanan. Di antara pontik-pontik atau pontik dan retainer, harus ada sela-sela
(embrasure) yang cukup besar sehingga dapat dibersihkan dengan mudah oleh arus Judah atau
lidah (self cleansing effect). Diantara pontik dan gusi harus dapat dilalui seutas benang untuk
membersihkan kedua permukaan itu. Semua permukaan GTC (kecuali permukaan-permukaan
dalam retainer) harus dipoles sampai mengkilat, karena kotoran-kotoran tidak mudah melekat
pada permukaan yang licin.
4. Persyaratan Estetik
Tiap GTC terutama yang mengganti gigi-gigi depan, harus dibuat sedemikian rupa
sehingga menyerupai gigi asli. Akan tetapi usaha untuk mencapai tingkat keaslian ini tidak
boleh mengorbankan kekuatan dan kebersihan GTC tersebut. Penampilan permukaan logam
(emas) yang tidak perlu sebaiknya dicegah. Pontik harus mempunyai kedudukan, bentuk dan
warna yang sesuai dengan keadaan sekitarnya dan mempunyai ciri-ciri permukaan (surface
details) yang sepadan (matching) dengan gigi-gigi tetangganya.
5. Persyaratan Fonetik
Suara (voice) dan bicara (speech) dalam pembuatan GTC tidak banyak dipersoalkan.
Teknik Pencetakan
Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan pendukung :
1. Teknik mukokompresi : jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan
dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga
tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di bawahnya.
2. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat. Pencetakan
yang demikian dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas yang
sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada
keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 57


Bahan cetak elastomer terbagi 3 yaitu, polieter, polisulfid dan silicon dan ketiga jenis
elastomer tersebut tersedia dalam berbagai viskositas. Viskositas adalah kemampuan masing-
masing bahan untuk tidak mengalir.
Polieter tersedia dalam tipe : heavy body, regular, dan light body. Polieter paling kaku
dibanding elastomer lainnya oleh karena itu cetakan polieter sukar dibuka. Polieter memiliki
ketahanan terhadap kekoyakan dan elastisitas yang adekuat. Stabilitas dimensinya sangat baik
pada kelembaban yang rendah, namun bahan cetak polieter bersifat hidrofilik dan menyerap air
pada keadaan kelembaban yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan distorsi.
Waktu pengadukan 30 – 45 detik, waktu kerja 2 – 3 menit dan waktu pengerasan 6 – 7
menit dan biasanya digunakan untuk mahkota dan inlay. Contoh bahan cetak polieter adalah :
Impregum, Permadyne Ramitec dan polygel.
Polisulfid tersedia dalam tipe : heavy body, regular dan light body. Kekakuannya relatif
rendah, ketahanan cetakan terhadap kekoyakan baik. Elastisitasnya jauh dari ideal bahan ini
dianggap sebagai bahan yang viskoelastis. Stabilitas dimensi polisulfid adekuat tetapi pengisian
tidak boleh ditunda. Keakuratan cetakan dengan bahan cetak polisulfid baik, bila menggunakan
sendok cetak khusus.
Waktu pengadukan 1 menit, waktu kerja 3 – 6 menit dan waktu pengerasan 10 - 20 menit dan
biasanya diguanakan untuk cetakan inlay, mahkota dan jembatan. Contoh bahan cetak polisulfid
adalah :
· Permlastic.
· Coe-flex.
· Omniflex.
· Neoplex
Silikon tersedia dam tipe putty, heavy body, regular, light body dan wash. Bahan cetak
silikaon yang berpolimerisasi dengan reaksi kondensasi dikenal sebagai silicon kondensasi,
sedangkan yang berpolimerisasi dengan reaksi adisi disebut silokon adisi yang dikenal dengan
sebutan polivinil siloksan. Bahan cetak silikon kondensasi mengahsilkan deformasi permanen
yang rendah, sifat kakunya sedang. Ketahanan bahan ini terhadap kekoyakan adekuat dan
elastisitasnya sangat baik. Stabilitas dimensinya buru, oleh karena itu cetakan harus diisi
sesegera mungkin. Keakuratan hasil cetakan silikon kondensasi cukup baik dan dapat dipakai
dengan sendok cetak sediaan.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 58


Waktu pengadukan 30 – 60 detik, waktu kerja 2 – 3 menit dan waktu pengerasan 6 – 10
menit, biasanya digunakan untuk pencetakan mahkota, jembatan, dan kadang untuk pencetakan
GTSL. Contoh bahan cetak silikon kondensasi : xantropen dan optosil.
Bahan cetak silikon adisi menghasilkan deformasi permanen yang sangat rendah,
cetakan yang dihasilkan keras. Sehingga menyulitkan pelepasannya dari mulut. Ketahanan
bahan ini terhadap kekoyakan adekuat dan elastisitasnya sangat baik. Stabilitas dimensinya juga
sangat baik. Pengisian pada cetakan dapat ditunda hingga 7 hari. Keakuratan hasil cetakan baik
dengan pemakaian sendok cetak sediaan.
Waktu pengadukan 30 – 45 detik, waktu kerja 2 – 4 menit dan waktu pengerasan 6 – 8 menit,
biasanya digunakan untuk pencetakan mahkota, jembatan dan kadang-kadang untuk GTSL.
Contoh bahan cetak silikon adisi : Reprosil, President, Mirror 3 dan Extrude. Jumlah kompresi
yang diterima tidak sama pada seluruh mukosa, jaringan diatas daerah retromolar akan
mengalami pergerakan dengan derajat yang lebih besar daripada jaringan yang berada lebih ke
anterior. Dapat dikatakan bahwa pencetakan yang akurat dipengaruhi oleh derajat
kompresibilitas yang bervariasi dari berbagai jaringan tergantung dari viskositas bahan yang
digunakan.
Dengan mengkombinasikan antara metode mukostatis dan mukokompresi yang dikenal
dengan metode fungsional akan memberi keuntungan, dimana untuk mencapai hal ini secara
maksimal dibutuhkan teknik pencetakan ganda. Jika hal-hal tersebut telah diketahui, maka
pengambilan cetakan pada pasien dapat dilakukan. Pengambilan cetakan ini gunanya untuk
mendapatkan model rahang pasien.

Bahan-bahan Gigi Tiruan Cekat


1. Logam Penuh
Bahan logam sangat kuat dan tahan terhadap tekanan, tetapi memiliki estetik yang

buruk. Logam penuh merupakan pilihan terbaik untuk diaplikasikan pada gigi tiruan

cekat posterior, bila retainer dan pontik tidak terlihat saat pasien tersenyum ataupun bicara.

Kelebihan bahan logam penuh, yaitu: sangat jarang terjadi fraktur, pembuangan

jaringan gigi sedikit, biayanya kemungkinan paling murah (bergantung pada pilihan

logam), teknik pengecoran logam lebih mudah dan menghasilkan adaptasi margin yang

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 59


lebih akurat.

Kekurangannya yaitu : secara estetik kurang baik karena warna warnanya yang tidak

sewarna dengan gigi, sifat logam mudah menyusut, dan pada beberapa kasus ada sejumlah

pasien yang alergi dengan logam,

2. Akrilik

Bahan yang secara keseluruhan terbuat dari akrilik. Bahan ini biasanya

diindikasikan sebagai jembatan sementara, dibuat untuk menutupi gigi-gigi yang telah

dipreparasi, melindungi gigi-gigi tersebut dari lingkungan rongga mulut sebelum jembatan

yang direncanakan selesai dibuat.

Kelebihan bahan ini, yaitu : selain tidak beracun, mudah dimanipulasi, tidak larut

dalam cairan mulut, daya absorbsi rendah, harga murah, dapat dipoles dengan baik,

estetisnya juga sangat baik.

Kekurangannya, yaitu : Kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah, ketahanan

terhadap fatik dan abrasi yang rendah, perubahan dimensi akibat pengerutan polimerisasi

dan dehidrasi, konduktivtas termal yang rendah.

3. Keramik Penuh

Bahan keramik penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena dapat

meniru warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh, memiliki

kekuatan yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didesain dan dibuat

dengan tepat, tetapi akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan.

Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami

menyerupai gigi asli dibandingkan GTC keramik-logam. Kekurangan GTC keramik

penuh, yaitu: rentan terhadap fraktur dan hanya disarankan untuk gigi yang tidak

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 60


mengalami beban oklusal yang besar, seperti gigi insisivus lateral, celah yang berlebih

pada tepi GTC keramik penuh dapat meningkatkan resiko karies, bahan keramik yang

sangat keras dapat mengakibatkan keausan enamel gigi antagonis.

4. Keramik-Logam

Kombinasi keramik-logam telah berkembang di bidang kedokteran gigi pada tahun

1950. Kekuatan dan ketahanan bahan logam dapat mendukung bahan keramik yang rapuh

namun estetis. Bahan keramik-logam merupakan pilihan paling popular untuk mahkota dan

jembatan, dikenal juga sebagai restorasi ceramometal, Porcelain-Bonded-to-Metal (PBM)

atau Porcelain-Fused-to-Metal (PFM). Keramik- logam merupakan pilihan bahan terbaik,

bila dibutuhkan kekuatan dan estetis pada gigi tiruan. Gigi tiruan cekat keramik-logam

memiliki beberapa keuntungan antara lain(Shillingburg dkk. 2012; Hatrick dkk. 2011;

Gladwin dkk. 2009; Anusavice 2004):

- Dapat digunakan di daerah anterior maupun posterior

- Memiliki kekuatan dan ketahanan cukup besar untuk menahan beban pengunyahan

- Biokompatibel

- Kegagalan mekanis substruktur logam hampir tidak pernah terjadi

- Estetis baik karena dapat meniru gigi asli

- Adaptasi terhadap jaringan gigi cukup baik

- Biaya lebih murah jika dibandingkan dengan GTC keramik penuh

Kekurangan GTC keramik-logam, yaitu:

- Kegagalan mekanis berupa fraktur dan terlepasnya porselen dari logam

- Dapat terlihat bayangan hitam yang dipantulkan oleh koping logam

- Bahan keramik sangat keras sehingga dapat mengauskan enamel gigi antagonis
Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 61
dibandingkan bahan logam.

Bahan porcelain fused to metal dapat dilihat dari segi:

a. Biologis: biokompatibel, tidak iritatif, bukan sebagai penghantar termis


Bahan porcelain fused to metal merupakan bahan yang biokompatibel, tidak iritatif
dan tidak menghantarkan termal karena terdapat bahan porcelain yang berfungsi
sebagai reduksi.
b. Mekanis: kuat, tidak mudah berubah warna, retensi dan resistensi
Bahan porcelain fused to metal merupakan bahan yang kuat, tidak mudah berubah
warna serta retensi dan resistensinya baik.
c. Estetik: memiliki warna, bentuk, ukuran dan inklinasi yang baik
Segi estetik bahan porcelain fused to metal memiliki warna, bentuk, ukuran dan
inklinasi yang baik.
d. Fungsional: oklusi dan artikulasi seimbang, keleluasaan berbicara
Bahan porcelain fused to metal memenuhi syarat fungsional, oklusi dan artikulasi
yang seimbang.
e. Hygienis: mudah dibersihkan, licin, mengkilap, titik kontak dan marginal fitness baik

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 62


DAFTAR PUSTAKA

1. Soeprapto A. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: STPI


Bima Insan Mulian; 2017. hal 186-193, 197, 206.
2. Unknown Introduction and Components of Removable Partial Dentures
Department of Prosthodontics & Implantology, SRM KDC&H 2009 p 25-29.
3. Mz Teori Pencetakan 2009 h(1-8) Available on site:
http://ocw.usu.ac.id/course/download/6110000046-prostodonsia-ii
gtsl/pt241slidepercetakan.pdf
4. Elias S Praktikum Gigi Tiruan Cekat Retrieved from: ppt document.
5. Elias S Teori Gigi Tiruan Cekat Retrieved from: ppt document.
6. Putrianti D T Tahap-Tahap Perawatan / Pembuatan Gigitiruan Jembatan Retrieved
from: ppt document.
7. Shillingburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamental of
Fixed Prothodontics. 3rd Ed. USA: Quintessence Publishing Co, Inc. 1997; p 36,
309, 397, 400, 455, 489.

Case Review Gigi Tiruan Jembatan | Moh Fahmi M. Mokodompit - 20014103014 63

Anda mungkin juga menyukai