Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definsi Trauma Oklusi


Trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang
melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium. Tidak seperti luka pada gingivitis dan
periodontitis, yang dimulai dari jaringan gingiva, luka karena trauma oklusi dimulai dari
ligamen periodontal dan meliputi sementum dan tulang alveolar.
(Ustun K, Sari Z, Orucoglu H, Duran I & Hakki SS. Severe gingival recession cause by
traumatic occlusition and mucogingival stress: a case report. Eropean Journal of dentistry
[serial online] April 2008 [cited 14 oktober 2013]; vol.2 : p127-32)
2.2 Etiologi Trauma Oklusi
Etiologi trauma oklusi biasanya di timbulkan oleh :
a. Faktor Utama:

• Overhanging
• Penggunaan protesa yang tidak pas
• Drifting dan ekstrusi ke arah blank space
• Penggunaan piranti ortodontik
• Penurunan ketinggian tulang dengan periodonsium normal peridontitis marginal
b. Predisposisi

• Faktor intrinsik : morfologi akar processus alveolar orientasi permukaan oklusal dan akar
terhadap tekanan (bagian yang terekspos)
• Faktor ekstrinsik : konsistensi plak, aktivitas parafungsional, kehilangan tulang, maloklusi
iatrogenically

Selain itu juga ada factor intrinsic dan ekstrinsik yaitu:


intinsik :
-Morfologi dan karakteristik radix gigi, Permukaan oklusal
-Morfologi dan karakteristik processus alveolar

ekstrinsik:
- Plak
-Bad habit
-Hilangnya tulang pendukung: Periodontitis
-Hilangnya gigi
-Iatrogenically
-Kegagalan restorasi
Hadiyanti, A. 2017. Kerusakan Jaringan Periodonsium Pada Molar Yang Disebabkan Oleh
Oklusi Traumatik; Jakarta: FKG UI.
2.3 Patogenesis Trauma Oklusi
Adanya yang Gigi hilang menyebabkan gigi sekitarnya drifting, tilting & ekstrusi yang
Kemudian bergeser untuk mencari titik kontak yang baru dan ditambah lagi adanya retensi
plak dan makanan sampai mencapai posisi stabilitas baru. Stabilitas yang baru ini tidak
sesuai dengan fisiologi normal yang akan menyebabkan stress besar yang berlangsung terus
menerus sehingga menyebabkan trauma saat oklusi. Setiap kali mandibula bergerak keposisi
oklusi sentrik secara tidak disadari, pasien merubah lintasan buka tutup mandibula atau
menarik mandibula bergeser dari sentrik, dan keseimbangan otot berubah menjadi ada yang
aktif dan ada yang kurang aktif. Secara fisiologis otot akan timbul kelelehan dan
menimbulkan rasa nyeri apabila otot difungsikan.
Pada umumnya trauma oklusi itu ada 2 jenisnya secara molekuler :
1. Jika ringan, ada 3 fase injury, repair, dan adaptasi dari jaringan periodonsium itu sendiri
2. Berat, ada 2 jalur : melalui mediator inflamasi dan vaskularisasi.
Saat oklusi antara rahang atas dan rahang bawah mempunyai gaya yang berbeda.
Khususnya rahang bawah yang kehilangan molar 1. Tentu akan menyebabkan suatu
ketimpangan gaya yang menyebabkan gangguan kepada kekuatan ligamen periodontal
penyangga gigi. Melalui mediator inflamasi, gaya trauma itu akan menyebabkan PDL CELLS
mngaktifkan sinyal COX-2 yang akan memicu PGE2 untuk mengaktifkan RANKL yang
diperlukan untuk membuat osteoklast aktif meresorbsi tulang. Selain melalui mediator
inflamasi, melalui vaskularisasi akan memaksa jaringan beradaptasi sehingga sirkulasi PDL
Cells akan berubah yang membuat agregasi platelet untuk bersama memproses rilisya
prostaglandin yang kelak memproduksi preosteoklas untuk jadi osteoklas. Secara fisiologis
pada Bone remodeling terdapat kesetimbangan osteoblas dan osteoklas. Tetapi pada kasus
skenario ini kehilangan gigi molar 1 rahang bawah, trauma yang tak di rehabilitasi membuat
osteoklast lebih dominan daripada osteoblast
Nirola, et al.: Occlusion as a risk factor in periodontal health 2020 Journal of
the International Clinical Dental Research Organization

2.4 Klasifikasi Trauma Oklusi


BERDASARKAN DURASI
-Trauma Oklusi Akut
Perubahan periodontal akibat perubahan tekanan oklusal yang terjadi secara tiba-
tiba, misalnya karena tergigit benda keras. Selain itu, restorasi atau alat prostetik
yang mengganggu atau mengubah arah tekanan oklusal pada gigi juga dapat
menyebabkan trauma akut. Trauma akut menghasilkan nyeri gigi, sensitivitas
terhadap perkusi, dan peningkatan mobilitas gigi.
-Trauma Oklusi Kronis
Perubahan periodontal akibat perubahan tekanan oklusal yang terjadi secara
bertahap pelan-pelan, misalnya karena keausan gigi, pergerakan drifting, dan
ekstrusi gigi dalam kombinasi dengan kebiasaan parafungsional (misal: Bruxism,
Clenching) daripada sebagai sekuel dari TFO akut.(Carranza, 2019)
BERDASARKAN PENYEBAB
-Trauma Oklusi Primer
Penyebabnya adalah peningkatan tekanan oklusal. Contoh: cedera periodontal yang
terjadi di sekitar gigi dengan periodonsium yang sebelumnya sehat setelah terjadi:
gerakan melayang atau ekstrusi gigi ke dalam ruang kosong akibat gigi yang hilang.
Tidak mengubah tingkat perlekatan jaringan ikat dan tidak mengakibatkan
pembentukan poket.
-Trauma Oklusi Sekunder
Penyebabnya adalah berkurangnya kemampuan periodonsium mengadaptasi
tekanan oklusal yang diterimanya karena bone loss yang dihasilkan dari inflamasi
marginal. Hal ini mengurangi area perlekatan periodontal. Periodonsium menjadi
lebih rentan terhadap cedera, dan tekanan oklusal yang sebelumnya dapat
ditoleransi dengan baik menjadi traumatis.
Klasifikasi Hamp, Nyman & Lindhe
Klasifikasi ini didasarkan pada komponen dari kerusakan jaringan yang telah terjadi di
daerah interradicular secara horisontal
-Tingkat I : hilangnya dukungan jaringan periodontal tidak melebihi 1/3 dari lebar gigi
-Tingkat II : hilangnya dukungan jaringan periodontal secara horisontal melebihi 1/3
dari lebar gigi
-Tingkat III : terjadinya destruksi secara horisontal pada daerah furkasi
Berdasarkan etiologi
-Impact forece: tekanan yang memiliki daya tinggi namun durasi yang pendek
-Continous forece: tekanan yang diberikan ringan namun berlanjut pada satu arah
yang akan berefek menggerakan gigi akibat remodelling tulang alveolar
-Jiggling force: tekanan premature yang menyebabkan pelebaran tulang alveolar dan
menyebabkan mobilitas gigi.
(Carranza, Fermin A. and Takei, Henry H. 2006. The Treatment Plan : in
Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed. St.Louis; WB. Saunders.)

2.5 Manifestasi Klinis Trauma Oklusi


Manifestasi klinis dari trauma oklusi, yaitu:
• Rasa sakit atau ketidaknyamanan
• Sensistif pada tekanan
• Sakit pada wajah atau sendi temporomandibular
• Terjadi kegoyangan gigi
• Terdapat celah pada gingiva.
• Mobilitas gigi
• Fremitus
• Sensitivitas gigi terhadap tekanan atau perkusi
• Migrasi patologis gigi
• Kejang otot
 Destruksi sekitar tulang alveolar
 Menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman
 Sensitif terhadap adanya tekanan
 Sakit pada wajah dan sendi temporomandibular joint
 Resesi gingiva
 Celah pada gingiva yang mengalami hiperplastis dan menyeluruh
 Poket periodontal atau penurunan epitel gingiva
 Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal
 destruksi serat periodontal akan menyebabkan peningkatan,kegoyangan gigi

Garg N, Garg A. 2015. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers
Publisher.

(Carranza, Fermin A. and Takei, Henry H. The Treatment Plan : in Carranza’s Clinical
Periodontology 10th Ed. St.Louis; WB. Saunders. 2006,p.467-474,628

2.6 Komplikasi Traumatik Oklusi


Komplikasi yang ditimbulkan dari traumatic oklusi adalah
- Meningkatnya imobilitas gigi
- Penyebaran inflamasi
- Pendalaman poket
- Resesi gingiva
- Memperparah kerusakan jaringan
Terhadap Jaringan Periodontal:
- Respon inflamasi
- Gangguan sirkulasi darah di periodontium dan pulpa
- Kepekaan saraf pulpa
- Injury pada jar. Pendukung periodontal
- Nekrosis jaringan, akibat luka pada jaringan periodontal yang tidak ditangani
- Temporo Mandibular Disorder (TMD), akibat penggunaan gigi yang berlebihan
- Kerusakan jaringan periodonsium, kerusakan tulang dan mobilitas gigi.
Hardiyanti A. Kerusakan Jaringan Periodonsium Pada Molar Yang Disebabkan Oleh Oklusi
Traumatik. Jakarta:FKG UI.2017; 11(16):25-27.
2.7 Penanganan dan pemeriksaan traumatic oklusi
Diagnosis trauma oklusi ditegakkan melalui pemeriksaan subjektif, klinis dan radiologis
➢ Subjektif
Pemeriksaan subjektif dilakukan untuk mengetahui adanya keluhan seperti rasa sakit dan
kegoyangan gigi, serta untuk mengetahui adanya kebiasaan buruk pada penderita seperti
bruksism, menghisap jari, menggigit benda-benda keras dsb.
➢ Klinis
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat: permukaan oklusal gigi geligi yaitu adanya atrisi
atau abrasi oklusal, hubungan oklusi gigi-gigi di oklusi di rahang atas dan rahang atas dan
rahang bawah pada regio anterior dan posterior pada posisi sentris dan artikulasi untuk
melihat adanya kontak prematur dan blocking serta melihat adanya hubungan gigi yang edge-
to-edge.
➢ Radiologis
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk melihat adanya pelebaran ruang periodontal,
diskontinuitas atau penebalan lamina dura, kerusakan tulang vertikal, radiolusensi pada
bifurkasi, radiolusensi atau kondensasi tulang alveolar atau resorpsi akar.
Perawatan
▪️Menghilangkan etiologi/trauma 
▪️Menghilangkan kalkulus (scaling dan root planing) 
▪️ Splint sementara atau permanen( Dilakukan jika telah terjadi mobilitas gigi dengan derajat
kegoyangan yang besar.)
▪️Occlusal adjustment: Adalah pengasahan kembali permukaan oklusal secara selektif dengan
tujuan menetapkan suatu keadaan oklusi yang nontraumatik, stabil
▪️Restorasi gigi 
▪️Maximum Intercuspation or Intercuspal position
Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan posisi intercuspal maksimum tanpa
mencari gigitan yang nyaman (posisi menelan ludah).
• Excursive movement
Kualitas kontak gigi selama pergerakan mandibula dapat dilihat dengan menyuruh pasien
menggerakkan rahang bawah ke depan, kanan dan kiri.
• Tooth mobility
Kegoyangan gigi dapat diperkirakan dengan tekanan gigi. Setelah gigi berkontak, maka
pasien dapat menghentakkan gigi dan dokter dapat melihat kegoyangan gigi pasien
• Penggunaan kertas artikulasi
Berguna untuk mengindentifikasi kontak oklusal yang dapat merusak mandibula, kegoyangan
gigi atau menyebabkan trauma pada gigi dan periodonsiumnya
• Penyesuaian oklusal adalah pembentukan hubungan fungsional ke periodonsium dengan
melakukan satu atau lebih dari: coronoplasty, restorasi, pergerakan gigi, pencabutan gigi atau
operasi orthognathic (orthognatic surgery).
• Manajemen perilaku adalah pengaturan perilaku yang dapat menyebabkan tekanan
berlebihan pada periodonsium yang akan menyebabkan injury (seperti: bruxism).
• Stabilisasi sementara atau jangka panjang untuk gigi yang mengalami mobilisasi dengan
removable atau fixed appliance (alat removable atau fixed). Splint adalah alat untuk mengatur
imobilisasi dan sebagai stabilisasi dari bagian yang mengalami cedera. Splint dapat
digunakan untuk short-term atau long-term.
• Orthodontic. Gigi yang secara periodontal tidak baik atau memiliki tulang pendukung yang
sedikit tidak diindikasikan untuk perawatan orthodontic pergeseran gigi. Pergerakan gigi
dengan menghilangkan oklusal yang abnormal dan memperbaiki prognosis jangka panjang
harus menjadi goal utama dari perawatan ini.
• Rekonstruksi oklusal. Perbaikan oklusal apabila gigi masih bisa diperbaiki dengan membuat
crown, bridge atau implant.
• Extraction of selected teeth. Ekstraksi gigi bisa dilakukan apabila gigi mempunyai
prognosis yang buruk atau apabila ekstraksi dapat memperbaiki prognosis gigi yang masih
ada.
Sanadi RM, Chelani LR, Bhakkand SR, Sheth JK. 2016. Role of trauma from occlusion in
periodontal disease- A controversy. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences.
15(9):118-122.:
Hamish T. 2007. Oklusi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran; EGC. Jakarta

2.8 Diagnosis Banding Traumatik Oklusi


Pada umumnya ada 2 yaitu apical periodontitis dan dental trauma. Idealnya ketika gigi
disertai dengan nekrosis pulpa dan gejala trauma oklusi. Harus di test dan mencari dengan
artikulating paper khususnya gigi posterior.
Clinical and imaginologic diagnosis of occlusal trauma. 2012Authors:A. Consolaro

2.9 Prognosis traumatic oklusi


Oklusal yang berkelanjutan menyebabkan kepadatan tulang alveolar menurun, sementara
lebar ruang ligamen periodontal meningkat, yang mengarah pada peningkatan mobilitas gigi.
Nekrosis disertai pembentukan abses periodontal. Osteoporosis tulang alveolar.
Terganggunya fungsi otot pengunyahan dan menyebabkan nyeri yang berupa sentakan dan
TMD . Dan berpotensi Buruk, apabila jika trauma karena oklusi tidak dirawat dengan tepat
pada pasien dengan periodontitis kronis, dapat menyebabkan kehilangan tulang progresif dan
perubahan yang merugikan dalam prognosis serta dapat mengakibatkan hilangnya gigi
trauma karena oklusi berperan sebagai faktor risiko yang dapat memperparah kerusakan
jaringan dan periodontitis. Dapat merusak jaringan periodontal, resesi gingiva, kedalaman
poket, kehilangan perlekatan epitel gingiva dan kerusakan tulang
( Mortazavi H, Safi Y, Rahmani S. Diagnostic features of common oral ulcusative lesions: an
updated decision tree. Int J Dent. 2016;14:(2):112-4)
(Dallmer A, Felim J. 2018. Hubungan Derajat Keparahan Kelainan Periodontal dengan
Traumatik Oklusi pada Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGM USU. Jurnal Ilmiah
PANNMED: 12(3).
Fan J, Caton JG. 2018. Occlusal Trauma and Excessive Occlusal Forces: Narrative Review,
Case Definitions and Diagnostic Consideration. J. Periodontal ; 89(1)

Anda mungkin juga menyukai