Anda di halaman 1dari 9

1

Penyesuaian Oklusal dalam Perawatan Cedera Trauma Primer


Naves Borges, Raulino; Morais Arantes, Barbara; Ferreira Vieira, Denise; Aguirre
Guedes, Orlando; Estrela, Carlos

Fakultas Kedokteran Gigi, Lutheran University of Brazil, River Great Southern Brazil

ABSTRAK
Sebuah persoalan utama dalam kedokteran gigi adalah mengkoreksi distribusi
kekuatan oklusal untuk mendukung keseimbangan unsur-unsur dari sistem
stomatognatik. Trauma oklusal dapat terjadi pada situasi dimana besarnya beban
diberikan oleh oklusi melebihi kemampuan jaringan periodonsium di sekeliling gigi
yang terlibat untuk menahan dan mendistribusikan kekuatan yang dihasilkan tanpa
bergerak. Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun dirujuk ke Pusat Oklusi dan
Nyeri Orofasial pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Federal Goias, Brazil,
dengan keluhan sakit kepala, sakit pada sendi temporomandibula, sakit gigi, dan
resorpsi tulang pada bagian distal gigi #33. Selama pemeriksaan klinis, perbedaan 2-
mm antara relasi sentrik dan oklusi kebiasaan (habitual occlusion) telah terdeteksi,
dengan gangguan antara gigi #28 dan #38, menyebabkan proyeksi anterior mandibula
ke kanan. Kedalaman probing pada kaninus bawah dalam batas normal, dengan tes
vitalitas pulpa positif. Kami menyimpulkan adanya rasa sakit dan kegoyangan kelas
II (mobility grade II) pada gigi #33 disebabkan oleh adanya gangguan pada gigi
molar ketiga, yang memberikan tekanan pada distal gigi kaninus bawah, mencirikan
tanda-tanda trauma oklusal primer. Penyesuaian oklusal dengan grinding selektif
diindikasikan untuk menghilangkan prematur kontak. Sepuluh kali kunjungan
diperlukan untuk memperoleh oklusi optimal. Tiga bulan setelah perawatan,
pemantauan radiografi menunjukkan adanya tulang baru yang terbentuk di antara gigi
#33 dan #34, dan hilangnya tanda dari kegoyangan gigi. Laporan kasus ini
mengindikasi penyesuaian oklusal direkomendasikan untuk perawatan kerusakan
periodontal yang diakibatkan oleh trauma oklusi. Perawatan memberikan pencapaian
2

dari oklusi yang optimal dengan mengerahkan kekuatan oklusal pada sumbu panjang
gigi.
Kata Kunci: penyesuaian oklusal, trauma oklusi gigi, relasi
maksilomandibula, oklusi.

PENGANTAR
Kesehatan sistem stomatognatik sebagian besar tergantung pada benarnya
distribusi kekuatan oklusal. Keseimbangan fungsional antara semua elemen
berkontribusi pada kepuasan pasien terhadap fungsi dan estetik. Mengubah arah
kekuatan oklusal yakni, ketidaksesuaian antara fisiologis dan sumbu geometrik pada
gigi, menghasilkan vektor resultan di luar sumbu panjang gigi. Lebih seringnya
kekuatan intermiten digunakan, semakin besar kerusakan periodonsium. Ketika
kekuatan oklusal melebihi kapasitas adaptif dari jaringan periodontal, terjadi
kerusakan, ini disebut trauma oklusal (1-4). Pengaruh kekuatan-kekuatan ini terhadap
periodonsium diperngaruhi oleh intensitas, arah, durasi, dan frekuensi.
Kerusakan jaringan terkait trauma oklusal dapat dibagi berdasarkan dua tipe:
primer dan sekunder. Trauma primer terjadi pada gigi dengan struktur periodontal
normal, sementara trauma sekunder berhubungan dengan (normal/banyak) kekuatan
oklusal menyebabkan kerusakan pada periodonsium yang sudah kompromis (2-4).
Selain kerusakan periodontal, banyaknya kekuatan oklusal juga dapat
mempengaruhi otot-otot pengunyahan, menyebabkan kejang otot dan kerusakan sendi
temporomandibula (TMJ) dan jaringan-jaringan gigi.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas strategi yang dilakukan untuk
perawatan pasien dengan diagnosis klinis dari trauma oklusal primer, terkait dengan
gangguan oklusal, sensitivitas TMJ dan sakit kepala.
3

LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun dirujuk ke Pusat Oklusi dan
Nyeri Orofasial, Fakultas kedokteran Gigi, Universitas Federal Goias Brazil, dengan
keluhan sakit pada gigi #33 dan sakit kepala parah.
Pada kunjungan pertama, dilakukan anamnesis riwayat medis dan riwayat
dental serta pemeriksaan radiograf. TMJ beserta otot-otot berikut sensitiv ketika
dipalpasi; pterygoid inferior lateral, temporal, left masseter , pterygoid left medial,
dan left sphenomandibular. Perbedaan 2-mm antara relasi sentrik dan oklusi
kebiasaan (habitual occlusion) ditemukan. Pemeriksaan klinis pada gigi kaninus kiri
bawah (gigi #33) terdapat mobility grade II, kedalaman probing dalam batas normal,
dan tes vitalitas pulpa positif. Pemeriksaan radiografi terdeteksi kehilangan tulang
yang luas pada bagian distal gigi #33, yang menunjukkan mobility (Gambar 1).
Hilangnya gigi #36 mengakibatkan pergerakan kearah mesial dari gigi #37 dan
#38,ekstrusi gigi #28 serta menyebabkan peningkatan dimensi vertikal pada relasi
sentrik. Evaluasi dinamika mandibula memperlihatkan gangguan oklusal antara gigi
#28 dan #38 (Gambar 2), menyebabkan proyeksi anterior mandibula ke kanan.
Sebagai hasilnya, gigi #33 pada oklusi kebiasaan terdorong ke bagian distal karena
kontak dengan gigi atas, sehingga menyebabkan trauma oklusal dan akibat resorpsi
tulang vertikal pada bagian distal gigi #33 (Gambar 1).

Gambar 1. Radiografi awal: resorpsi tulang vertikal pada bagian distal gigi #33
4

Gambar 2. Gangguan oklusal pada gigi #28.

Pada tahap kedua dilakukan pencetakan dengan menggunakan bahan cetak


silikon dan sendok cetak pada rahang atas dan rahang bawah. Cetakan dituangkan
dengan gips tipe IV dental stone dan dipasangkan pada artikulator semi adjustable
pada posisi relasi sentrik. Dengan demikian, hal ini dilakukan untuk memastikan
gangguan oklusal antara gigi #28 dan #38, peningkatan dimensi vertikal, dan
kelebihan oklusal pada kaninus kiri bawah.

Perawatan dimulai dengan penghapusan gangguan oklusal melalui


penyesuaian oklusal dengan grinding selektif pada relasi sentrik. Kontak oklusal
ditandai dengan menggunakan kertas artikulating, untuk mencatat adanya prematur
kontak dan kontak deflektif. Bur kecepatan tinggi dengan bentuk bulat yang diplih
untuk melakukan grinding. Sepuluh kali kunjungan diperlukan untuk mencapai
keseimbangan oklusal. Ada pengurangan otot dan gejala TMJ dan sakit kepala. Gigi
#33 menunjukkan perbaikan kegoyangan dalam waktu 3 bulan setelah perawatan
(Gambar 3). Setelah 6 bulan perawatan, semua gejala, termasuk rasa sakit dan
kegoyangan tidak muncul lagi. Selama periode 6 bulan ini, gambar radiograf
membuktikkan penyembuhan tulang pada bagian distal gigi #33 (Gambar 4).
Penelitian ini merupakan bagian dari protokol penelitian yang telah disetujui oleh
Komite Etik Lokal (protokol no. 140/2003).
5

Gambar 3. Radiograf 3 bulan setelah perawatan. Perhatikan pembentukan tulang baru setelah
penyesuaian oklusal

Gambar 4. Radiograf 6 bulan setelah perawatan. Pembalikan resopsi tulang.

DISKUSI

Pengaruh dari faktor oklusal pada trauma diberbagai elemen dari sistem
stomatognatik, seperti otot, TMJ, gigi, dan struktur periodontal harus dipelajari secara
menyeluruh. Dalam kondisi nonpatological, struktur periodontal akan menyerap
kekuatan insiden dalam arah aksial. Namun, perubahan arah dari kekuatan-kekuatan
ini akan merugikan, karena beban horizontal tidak didukung oleh periodonsium.

Trauma oklusal terjadi karena gangguan, seperti gangguan yang disebabkan


oleh peningkatan dimensi vertikal. Jenis trauma ini merupakan hasil dari kekuatan
oklusal yang diterapkan diluar sumbu panjang gigi dan disebut oklusi traumatik (2-6).
Resopsi tulang sering diamati akibat dari trauma.
6

Trauma pada jaringan yang terkait dengan trauma oklusal dibagi menjadi
trauma primer dan trauma sekunder. Trauma primer terjadi ketika reaksi jaringan
dipengaruhi gigi dengan periodonsium normal, sementara trauma sekunder
berhubungan dengan kerusakan dengan periodonsium yang sudah kompromis dengan
pengurangan tinggi (1-4, 7-9). Setiap jenis gangguan oklusi dapat menyebabkan
aktivitas otot yang abnormal. Hiperaktivitas otot dapat menjadi karakteristik dari
kerusakan otot, seperti fungsi normal yang terganggu, menyebabkan rasa sakit dan
nyeri (1,10,11), seperti pada kasus ini.

Selama penutupan mandibula secara fungsional, gangguan mekanik dapat


menyebabkan deviasi pada gerakan mandibula, satu gigi atau lebih memilki kontak
oklusal tidak normal, menyebabkan efek merugikan pada struktur periodontal. Pada
beberapa kasus, posisi gigi yang salah menyebabkan gigi menerima semua kekuatan
oklusal sehingga cenderung pada perubahan struktur pendukungnya (5,8,10,11).
Aktivitas otot yang abnormal dapat menyebabkan trauma atau cedera menyakitkan
untuk struktur sendi. Kerusakan lain yang disebabkan oleh oklusi traumatik terjadi
pada pulpa gigi. Beberapa studi telah melaporkan terjadinya kalsifikasi pulpa dan
nekrosis pulpa ketika kekuatan oklusal terus berlanjut secara degeneratif (2,6,12,13).
Respon jaringan periodonsium pada peningkatan kekuatan oklusal oleh perubahan
adaptif atau degeneratif, yang reversibel ketika trauma dihilangkan. Pengaruh dari
kekuatan-kekuatan oklusal ini terhadap periodonsium dipengaruhi oleh arah, durasi
dan frekuensi.

Perbaikan terjadi ketika kekuatan-kekuatan oklusal berkurang atau gigi


dipindahkan dari itu. Ketika kekuatan ini terus berlanjut secara kronis, jaringan
merubah bentuk ke dampak yang lebih baik. Fakta ini menyebabkan perubahan pada
ligamen periodontal, tulang alveolar, sementum dan pulpa gigi, inflamasi periapikal,
dan resobsi akar (1-9,13-16). Periodonsium juga dapat menjadi lebih tahan untuk
menahan kondisi tersebut. Konsekuensi pada kejadian ini dapat dilihat dari tingkat
gigi, yang mengarah pada pembentukan aspek pakai, gesekan parah dari permukaan
oklusal, dan bahkan fraktur gigi (1).
7

Penyesuaian oklusal dengan grinding selektif diindikasikan karena tehnik ini


dapat mempromosikan kejadian yang sama dari semua kekuatan gigi, yang
menyebabkan sumbu fisiologis dan geometrik yang sesuai, sehingga membentuk
hubungan yang harmonis antara unsur-unsur dari sistem stomatognatik melalui
pembersihan dari gangguan oklusal(17-24).

Penghapusan dari gangguan dan pembentukan oklusi yang seimbang


mengakibatkan pembalikan dari cedera periodontal (oklusi traumatik) dan
pengurangan semua gejala.

PERTIMBANGAN AKHIR

Diagnosis yang benar dari trauma oklusal primer memungkinkan perawatan


dengan penyesuaian oklusal.
8

REFERENSI

1. Lascala NT, Moussalli NH. Compendio Terapêutico Periodontal 2a ed. São


Paulo: Artes Médicas; 1995.
2. Carranza FA. Periodontia Clínica. 9a ed. Rio de Janeiro: Guanabara Koogan;
2004.
3. Hallmon WH, Harrel SK. Occlusal analysis, diagnosis and management in the
practice of periodontics. Periodontology. 2000; 34: 151-164.
4. Lindhe J. Tratado de Periodontia Clínica e Implantodontia Oral 3ª ed. Rio de
Janeiro: Guanabara Koogan; 2004.
5. Paiva HJ. Oclusão; Noções e Conceitos Básicos 1ª ed: Santos, 1997.
6. Harn WM et al. Effect of occlusal trauma on healing of periapical pathoses:
report of two cases. International Endodontic Journal. 2001; 34: 554-561.
7. Gher ME. Changing concepts. The effects of occlusion on periodontitis. Dent
Clin North Am. 1998; 42(2): 285-299.
8. Ishigaki S, Kurozumi T, Morishige E, Yatani H. Occlusal interference during
mastication can cause pathological tooth mobility. J Periodont Res. 2006; 41:
189-192.
9. Segura–Egea JJ, Jiménez–Rubio A, Velasco–Ortega e, Ríos–Santos JV. Talon
Cusp causing occlusal trauma and acute apical periodontitis: report of a case.
Dental Traumatol. 2003; 19: 55-59.
10. Ash, Ramfjord, Schmidseder. Oclusão 2a ed: Santos; 2007.
11. Garcia AR. Fundamentos Teóricos e Práticos da Oclusão São Paulo: Cid
Editora, 2003.
12. Harrel SK. Occlusal forces as a risk factor for periodontal disease.
Periodontology 2000. 2006; 32: 111-117.
13. Kumazawa, M., Kohsaka T, Yamasaki M, Nakamura H, Kameyama Y. Effect
of traumatic occlusion on periapical lesions in rats. Journal of Endodontics.
1995; 21(7): 372-375.
9

14. 14. Silva Filho CE, Silva EMM. Periodontite – Traumatismo oclusal. Rev
Bras Odontol. 1986; 43(5): 8-12.
15. Scott WR. Application of “cusp writer” fi ndings to practical and theoretical
occlusal problems. Part I. J Prosthet Dentistry. 1976; 35(2): 211-221.
16. Pompei VC, Pacca CAA. Participação do Trauma Oclusal na Etiologia da
Doença Periodontal. Rev Bras Odontol. 1988; 45(1): 48-50.
17. Gray HS. Occlusal adjustment: principles and practice. New Zealand Dental
Journal. 1994; 90:13-19.
18. Bailey JO. Occlusal Adjustment. Dent Clin North Am.1995; 39(2): 441-458.
19. Selaimen CMP, et al. Occlusal Risk Factors for Temporomandibular
Disorders. Angle Orthodontist. 2007; 77(3): 471-477.
20. Au AR, Klineberg IJ. A new Approach for Accurate pre-planned occlusal
adjustment. Aust Dental Journal. 1994; 39(1): 11-14.
21. Ash Jr M, Ward ML. Occlusal Adjustment: Quo Vadi? The Journal of
Craniomandibular Practice. 2003; 21(1): 1-4.
22. Milosevic A. Occlusion 2: Occlusal splints, Analysis and Adjustment. Dental
Update. 2003; 30; 416-422.
23. Kerstein RB. Is patient Confi rmation an Adequate Indicator of Occlusal
Adjustment Completion? Dentistry Today. 1997; 16(10): 72-75.
24. McCullock AJ. Making Occlusion Work: 2. Practical Considerations. Dental
Update. 2003; 30: 211-219.

Anda mungkin juga menyukai