Fakultas Kedokteran Gigi, Lutheran University of Brazil, River Great Southern Brazil
ABSTRAK
Sebuah persoalan utama dalam kedokteran gigi adalah mengkoreksi distribusi
kekuatan oklusal untuk mendukung keseimbangan unsur-unsur dari sistem
stomatognatik. Trauma oklusal dapat terjadi pada situasi dimana besarnya beban
diberikan oleh oklusi melebihi kemampuan jaringan periodonsium di sekeliling gigi
yang terlibat untuk menahan dan mendistribusikan kekuatan yang dihasilkan tanpa
bergerak. Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun dirujuk ke Pusat Oklusi dan
Nyeri Orofasial pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Federal Goias, Brazil,
dengan keluhan sakit kepala, sakit pada sendi temporomandibula, sakit gigi, dan
resorpsi tulang pada bagian distal gigi #33. Selama pemeriksaan klinis, perbedaan 2-
mm antara relasi sentrik dan oklusi kebiasaan (habitual occlusion) telah terdeteksi,
dengan gangguan antara gigi #28 dan #38, menyebabkan proyeksi anterior mandibula
ke kanan. Kedalaman probing pada kaninus bawah dalam batas normal, dengan tes
vitalitas pulpa positif. Kami menyimpulkan adanya rasa sakit dan kegoyangan kelas
II (mobility grade II) pada gigi #33 disebabkan oleh adanya gangguan pada gigi
molar ketiga, yang memberikan tekanan pada distal gigi kaninus bawah, mencirikan
tanda-tanda trauma oklusal primer. Penyesuaian oklusal dengan grinding selektif
diindikasikan untuk menghilangkan prematur kontak. Sepuluh kali kunjungan
diperlukan untuk memperoleh oklusi optimal. Tiga bulan setelah perawatan,
pemantauan radiografi menunjukkan adanya tulang baru yang terbentuk di antara gigi
#33 dan #34, dan hilangnya tanda dari kegoyangan gigi. Laporan kasus ini
mengindikasi penyesuaian oklusal direkomendasikan untuk perawatan kerusakan
periodontal yang diakibatkan oleh trauma oklusi. Perawatan memberikan pencapaian
2
dari oklusi yang optimal dengan mengerahkan kekuatan oklusal pada sumbu panjang
gigi.
Kata Kunci: penyesuaian oklusal, trauma oklusi gigi, relasi
maksilomandibula, oklusi.
PENGANTAR
Kesehatan sistem stomatognatik sebagian besar tergantung pada benarnya
distribusi kekuatan oklusal. Keseimbangan fungsional antara semua elemen
berkontribusi pada kepuasan pasien terhadap fungsi dan estetik. Mengubah arah
kekuatan oklusal yakni, ketidaksesuaian antara fisiologis dan sumbu geometrik pada
gigi, menghasilkan vektor resultan di luar sumbu panjang gigi. Lebih seringnya
kekuatan intermiten digunakan, semakin besar kerusakan periodonsium. Ketika
kekuatan oklusal melebihi kapasitas adaptif dari jaringan periodontal, terjadi
kerusakan, ini disebut trauma oklusal (1-4). Pengaruh kekuatan-kekuatan ini terhadap
periodonsium diperngaruhi oleh intensitas, arah, durasi, dan frekuensi.
Kerusakan jaringan terkait trauma oklusal dapat dibagi berdasarkan dua tipe:
primer dan sekunder. Trauma primer terjadi pada gigi dengan struktur periodontal
normal, sementara trauma sekunder berhubungan dengan (normal/banyak) kekuatan
oklusal menyebabkan kerusakan pada periodonsium yang sudah kompromis (2-4).
Selain kerusakan periodontal, banyaknya kekuatan oklusal juga dapat
mempengaruhi otot-otot pengunyahan, menyebabkan kejang otot dan kerusakan sendi
temporomandibula (TMJ) dan jaringan-jaringan gigi.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas strategi yang dilakukan untuk
perawatan pasien dengan diagnosis klinis dari trauma oklusal primer, terkait dengan
gangguan oklusal, sensitivitas TMJ dan sakit kepala.
3
LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun dirujuk ke Pusat Oklusi dan
Nyeri Orofasial, Fakultas kedokteran Gigi, Universitas Federal Goias Brazil, dengan
keluhan sakit pada gigi #33 dan sakit kepala parah.
Pada kunjungan pertama, dilakukan anamnesis riwayat medis dan riwayat
dental serta pemeriksaan radiograf. TMJ beserta otot-otot berikut sensitiv ketika
dipalpasi; pterygoid inferior lateral, temporal, left masseter , pterygoid left medial,
dan left sphenomandibular. Perbedaan 2-mm antara relasi sentrik dan oklusi
kebiasaan (habitual occlusion) ditemukan. Pemeriksaan klinis pada gigi kaninus kiri
bawah (gigi #33) terdapat mobility grade II, kedalaman probing dalam batas normal,
dan tes vitalitas pulpa positif. Pemeriksaan radiografi terdeteksi kehilangan tulang
yang luas pada bagian distal gigi #33, yang menunjukkan mobility (Gambar 1).
Hilangnya gigi #36 mengakibatkan pergerakan kearah mesial dari gigi #37 dan
#38,ekstrusi gigi #28 serta menyebabkan peningkatan dimensi vertikal pada relasi
sentrik. Evaluasi dinamika mandibula memperlihatkan gangguan oklusal antara gigi
#28 dan #38 (Gambar 2), menyebabkan proyeksi anterior mandibula ke kanan.
Sebagai hasilnya, gigi #33 pada oklusi kebiasaan terdorong ke bagian distal karena
kontak dengan gigi atas, sehingga menyebabkan trauma oklusal dan akibat resorpsi
tulang vertikal pada bagian distal gigi #33 (Gambar 1).
Gambar 1. Radiografi awal: resorpsi tulang vertikal pada bagian distal gigi #33
4
Gambar 3. Radiograf 3 bulan setelah perawatan. Perhatikan pembentukan tulang baru setelah
penyesuaian oklusal
DISKUSI
Pengaruh dari faktor oklusal pada trauma diberbagai elemen dari sistem
stomatognatik, seperti otot, TMJ, gigi, dan struktur periodontal harus dipelajari secara
menyeluruh. Dalam kondisi nonpatological, struktur periodontal akan menyerap
kekuatan insiden dalam arah aksial. Namun, perubahan arah dari kekuatan-kekuatan
ini akan merugikan, karena beban horizontal tidak didukung oleh periodonsium.
Trauma pada jaringan yang terkait dengan trauma oklusal dibagi menjadi
trauma primer dan trauma sekunder. Trauma primer terjadi ketika reaksi jaringan
dipengaruhi gigi dengan periodonsium normal, sementara trauma sekunder
berhubungan dengan kerusakan dengan periodonsium yang sudah kompromis dengan
pengurangan tinggi (1-4, 7-9). Setiap jenis gangguan oklusi dapat menyebabkan
aktivitas otot yang abnormal. Hiperaktivitas otot dapat menjadi karakteristik dari
kerusakan otot, seperti fungsi normal yang terganggu, menyebabkan rasa sakit dan
nyeri (1,10,11), seperti pada kasus ini.
PERTIMBANGAN AKHIR
REFERENSI
14. 14. Silva Filho CE, Silva EMM. Periodontite – Traumatismo oclusal. Rev
Bras Odontol. 1986; 43(5): 8-12.
15. Scott WR. Application of “cusp writer” fi ndings to practical and theoretical
occlusal problems. Part I. J Prosthet Dentistry. 1976; 35(2): 211-221.
16. Pompei VC, Pacca CAA. Participação do Trauma Oclusal na Etiologia da
Doença Periodontal. Rev Bras Odontol. 1988; 45(1): 48-50.
17. Gray HS. Occlusal adjustment: principles and practice. New Zealand Dental
Journal. 1994; 90:13-19.
18. Bailey JO. Occlusal Adjustment. Dent Clin North Am.1995; 39(2): 441-458.
19. Selaimen CMP, et al. Occlusal Risk Factors for Temporomandibular
Disorders. Angle Orthodontist. 2007; 77(3): 471-477.
20. Au AR, Klineberg IJ. A new Approach for Accurate pre-planned occlusal
adjustment. Aust Dental Journal. 1994; 39(1): 11-14.
21. Ash Jr M, Ward ML. Occlusal Adjustment: Quo Vadi? The Journal of
Craniomandibular Practice. 2003; 21(1): 1-4.
22. Milosevic A. Occlusion 2: Occlusal splints, Analysis and Adjustment. Dental
Update. 2003; 30; 416-422.
23. Kerstein RB. Is patient Confi rmation an Adequate Indicator of Occlusal
Adjustment Completion? Dentistry Today. 1997; 16(10): 72-75.
24. McCullock AJ. Making Occlusion Work: 2. Practical Considerations. Dental
Update. 2003; 30: 211-219.