Anda di halaman 1dari 47

TRAUMA KARENA OKLUSI

Trauma karena oklusi (trauma from occlusion) ad


lah cedera (injury) yang terjadi pada jaringan pe
donsium akibat tekanan oklusal yang diterima p
donsium telah melampaui kemampuan adaptasi

Dengan demikian istilah trauma karena oklusi ad


lah menggambarkan cedera atau kerusakan yan
terjadi pada periodonsium, bukan tekanan oklus
nya.

Oklusi yang tekanannya telah menimbulkan ced


tersebut dinamakan oklusi yang traumatik (trau
tic occlusion).

KLASIFIKASI
Berdasarkan durasinya :
Trauma karena oklusi akut

Perubahan tekanan oklusalnya terjadi se


cara tiba-tiba, misalnya karena tergigit
benda keras
Trauma karena oklusi sekunder

Perubahan tekanan oklusalnya terjadi se


cara bertahap pelan-pelan, misalnya kar
na keausan gigi atau migrasinya gigi

Berdasarkan sebab timbulnya :

Trauma karena oklusi primer


Penyebabnya adalah peningkatan teka
an oklusal, misalnya karena pemasang
restorasi yang mengganjal
Trauma karena oklusi sekunder

Penyebabnya adalah berkurangnya kemampuan periodonsium mengadaptas


tekanan oklusal yang dideritanya

Tipe yang mana yang merupakan ciri klini


periodontitis marginalis?
Trauma karena oklusi sekunder

Pada periodontitis marginalis kemampua


periodonsium menerima tekanan oklusa
(yang tidak harus berubah) adalah disebabkan kehilangan tulang akibat penyak

Akibat kemampuannya yang berkurang,


tekanan oklusal yang tadinya dapat dito
rir dengan baik, sekarang menjadi traum
tik.

Pengaruh trauma karena oklusi terhadap


periodontitis marginalis :
Iritan lokal penimbul inflamasi mempengaruhi gin
va, tetapi trauma karena oklusi tidak mempengar
gingiva.
Gingiva tidak terpengaruh oleh trauma karena ok
karena pasok darahnya mencukupi, meskipun pem
buluh darah pada ligamen periodontal terganggu
karena tekanan oklusal yang meningkat.
Selama inflamasi masih terbatas pada gingiva sa
proses inflamasi tidak dipengaruhi oleh tekanan
oklusal.
Apabila inflamasi dari gingiva telah menjalar ke ja
ringan periodontal pendukung (gingivitis telah be
menjadi periodontitis marginalis), inflamasi yang
duksi plak memasuki daerah yang dipengaruhi ol
oklusi.

Hasil penelitian :
Kelompok peneliti Eastman Dental Center,
Rochester, USA :

Trauma oklusal tidak memperparah kehilangan


perlekatan yang disebabkan periodontitis margi

Kelompok peneliti University of Gothenburg, Swe

Tekanan oklusal meningkatkan perusakan period


tal yang disebabkan oleh periodontitis marginal
Mengapa hasilnya berbeda/bertentangan?
Diduga karena perbedaan metoda penelitian.

Trauma karena oklusi cenderung menguba


bentuk krista alveolar.

Pada trauma karena oklusi sekunder, perub


an pada bentuk krista alveolar akan memp
mudah terjadinya kehilangan tulang angula
sehingga saku periodontalnya menjadi sak
infraboni.

Beberapa teori mengenai interaksi trauma


dengan inflamasi telah dikemukakan oleh p
ahli.

1. Trauma karena oklusi bisa mengubah jalur penj


laran inflamasi gingiva ke jaringan periodontal
pendukung. Inflamasi akan lebih dulu menjalar k
ligamen periodontal dan bukannya ke tulang alveolar. Akibatnya kehilangan tulangnya menjadi
angular dan sakunya menjadi saku infraboni.
2. Daerah resorpsi akar yang diinduksi trauma yan
tidak dibalut perlekatan gingiva karena telah mi
grasi ke apikal akan menjadi lingkungan yang
menguntungkan bagi pembentukan dan perleka
plak dan kalkulus, sehingga akan menjurus ke te
jadinya lesi yang lebih parah.
3. Plak supragingival bisa menjadi plak subgingiva
apabila gigi menjadi miring (tilting) karena dige
kan secara ortodontik atau migrasi ke daerah ed
tulous, dengan akibat perubahan saku suprabon
menjadi saku infraboni.

Kombinasi inflamasi dengan trauma karena oklus


bisa saja tidak disertai pembentukan saku infrabo
dan cacat tulang angular.
Hal ini bisa disebabkan karena :
Inflamasi atau traumanya tidak cukup parah
Anatomi gigi atau tulang tidak menguntungka
bagi pembentukan saku infraboni dan cacat tu
lang angular.
Disamping itu, terjadinya saku infraboni dengan c
cat tulang angular bisa pula disebabkan oleh fakt
faktor etiologi lain selain kombinasi inflamasi den
trauma karena oklusi.
Meskipun tidak semua saku infraboni terjadi kare
kombinasi inflamasi dengan trauma karena oklus
kemungkinan berperannya kombinasi keduanya p
saku infraboni dan cacat tulang angular harus sel
dipertimbangkan.

Ciri-ciri trauma karena oklusi sekunder :

1. Mobiliti gigi yang berlebihan (mobiliti


dinamis), terutama pada gigi yang pa
foto ronsen menunjukkan adanya pele
baran ruang ligamen periodontal

2. Cacat tulangnya lebih sering angula

3. Tipe sakunya lebih sering saku infra


boni

4. Migrasi patologis, terutama pada gigi


anterior

MIGRASI GIGI PATOLOGIS (WANDERING )

Berpindahnya posisi gigi akibat terganggunya ke


imbangan antara faktor-faktor yang memelihara
sisi gigi yang fisiologis oleh penyakit periodontal.
Keadaan ini relatif sering terjadi dan bisa merupa
tanda dini dari penyakit, atau
terjadi setelah penyakit berkembang lebih la
Lebih sering terjadi pada regio anterior, tetapi bis
juga terjadi pada gigi posterior.
Arah migrasi bisa ke segala arah, dan biasanya d
tai mobiliti dan rotasi. Migrasi patologis ke arah o
sal atau insisal dinamakan ekstrusi.
Deteksi wandering pada stadium dini dan mence
akibat lanjutan dengan menyingkirkan faktor-fak
penyebab penting sekali.

Patogenesis.Posisi gigi dipelihara oleh 2 faktor :

Kesehatan dan tinggi normal periodonsiu


Tekanan yang mengenai gigi (tekanan ok
sal, tekanan bibir, pipi, dan lidah)

Migrasi patologis terjadi pada kondisi :


Melemahnya dukungan periodontal, dan
Meningkatnya atau dimodifikasinya teka
yang mengenai gigi

Dukungan periodontal yang melemah.Perusakan periodonsium akibat inflamasi menimb


kan ketidak seimbangan antara tekanan yang me
lihara gigi pada posisinya dengan tekanan oklusa
tekanan otot yang dideritanya.
Gigi dengan dukungan yang melemah tidak mam
mempertahankan posisi normalnya dalam lengku
hang dan bergerak menghindar dari tekanan, kec
ditahan oleh kontak proksimal.
Tekanan yang menggerakkan gigi yang melemah
kungannya bisa timbul dari berbagai faktor seper
kontak oklusal atau tekanan dari lidah.

Ketidak normalan pada migrasi patologis adalah d


hal periodonsium yang melemah. Tekanan yang m
ngenai gigi tidak harus abnormal. Tekanan yang t
nya dapat ditolerir dengan baik oleh periodonsium
kan menjadi tekanan yang mencederai jika dukun
periodontal berkurang.
Contoh:
Gigi dengan kontak proksimal yang abnormal.
Kontak proksimal yang lokasinya abnormal meng
komponen anterior tekanan yang normal menjadi
kanan ungkit yang menggerakkan gigi ke oklusal
ke insisal. Tekanan ungkit yang dapat ditolerir ole
periodonsium yang sehat akan menyebabkan eks
gigi apabila dukungan periodontalnya melemah o
penyakit periodontal. Karena posisinya berubah, g
akan menerima tekanan oklusal yang abnormal, y
akan memperparah perusakan periodontal dan m
gigi.

Migrasi patologis bisa berlanjut setelah giginya ti


lagi berkontak dengan gigi antagonisnya. Tekana
yang menggerakkan gigi bisa saja bersumber da
bolus makanan pada waktu pengunyahan, dan da
jaringan granulasi yang proliferasi.

Migrasi patologis merupakan tanda dini dari perio


titis juvenil. Karena dukungan periodontalnya tela
melemah, insisivus maksila dan mandibula berge
ke vestibular dan ekstrusi, menyebabkan terjadin
diastema diantara gigi anterior tersebut.

Perubahan pada tekanan yang mengenai gigi.-

Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan p


tekanan yang mengenai gigi :
* Tidak digantinya gigi yang hilang
* Tidak digantinya gigi molar pertama
* Penyebab lain :
Trauma karena oklusi
Tekanan dari lidah
Tekanan dari jaringan granulasi pada saku
periodontal

Tidak digantinya gigi yang hilang


Drifting gigi ke ruang bekas tempat gigi yang dic
but sering terjadi. Drifting bukan disebabkan per
sakan yang disebabkan oleh penyakit periodonta
namun biasanya menciptakan kondisi yang men
rus ke penyakit periodontal sehingga pergerakan
gigi yang semula berupa drifting akan diperheba
karena hilangnya dukungan periodontal akibat
penyakit.
Drifting biasanya terjadi pada arah mesial, dikom
binasi dengan tilting dan ekstrusi melewati datar
oklusal.
Meskupun drifting merupakan komplikasi apabila
gigi yang hilang tidak diganti, keadaan ini tidak
selamanya terjadi.

Kalkulus dan kehilangan tulang pada permukaan mesial g


kaninus yang drifting ke distal karena tidak digantinya gig
premolar pertama yang telah dicabut.

Atas : molar pertama maksila tilting dan ekstrusi ke rua


yang ditimbulkan oleh gigi mandibula yang telah dicabu
Bawah : Tidak terlihat drifting atau ekstrusi meskipun g
mandibula telah empat tahun dicabut.

Tidak digantinya gigi molar pertama


Perubahan yang ekstrim akibat tidak digantinya
gigi molar pertama mandibula yang hilang adala
khas, yaitu :
1.M2 dan M3 miring (tilting), disertai pengurangan
dimensi vertikal.
2.P RB bergerak ke distal, dan I RB miring dan eks
ke lingual. Karena drifting ke mesial P RB kehilan
hubungan inter kuspalnya dengan gigi RA sehin
miring ke distal.
3.Bertambah besarnya overbite anterior, sehingga
RB
berkontak dengan insisivus maksila dekat
giva atau mecederai gingiva.
4.Insisivus maksila terdorong ke labial dan lateral.
5.Gigi anterior ekstrusi karena kontak insisal telah
hilang.
6.Terbentuknya diastema pada daerah anterior.

Terganggunya hubungan kontak proksimal akan


menjurus ke :
- terjadinya impaksi makanan
- inflamasi gingiva
- pembentukan saku periodontal yang diikuti k
langan tulang dan mobiliti gigi.

Disharmoni oklusal akibat berubahnya posisi gigi


mencederai jaringan periodontal pendukung dan
memperhebat perusakan yang disebabkan inflam
Berkurangnya dukungan periodontal menjurus ke
migrasi patologis lebih lanjut dan perubahan pad
oklusi.

Trauma karena oklusi


Secara sendirian maupun kombinasi dengan infla
masi, trauma karena oklusi bisa menyebabkan p
ubahan posisi gigi. Arah pergeseran gigi tergantu
pada tekanan oklusalnya.

Tekanan dari lidah


Bisa menyebabkan :
- drifting pada keadaan tidak adanya penyakit
periodontal
- turut berperan dalam menyebabkan migrasi p
tologis pada gigi yang melemah dukungan peri
dontalnya.

Tekanan dari jaringan granulasi pada saku


periodontal
Pada gigi yang telah melemah dukungan
periodon- talnya, tekanan yang berasal dari
jaringan granulasi saku periodontal turut
berperan dalam menye- babkan migrasi
patologis.
Gigi dapat kembali ke posisi semula apabila
saku
periodontalnya disingkirkan.
Namun bila perusakan periodontal pada satu
sisi lebih parah dibandingkan sisi lainnya,
jaringan penyembuhan (setelah saku
disingkirkan cende- rung menarik gigi ke arah
sisi dengan perusakan
yang lebih sedikit.

MOBILITI GIGI

Mobiliti gigi adalah goyangnya gigi.


Gigi yang sehat tidak tertanam kaku didala
soket gigi seperti halnya pilar yang ditanam
Oleh karenanya harus dibedakan dua jenis
mobiliti:
Mobiliti fisiologis
Mobiliti patologis

Mobiliti fisiologis.Mobiliti fisiologis dijumpai pada gigi yang normal,


bervariasi berdasarkan tipe gigi dan paruh waktu
Mobiliti fisiologis lebih besar pada waktu bangun t
di pagi hari karena gigi sedikit ekstrusi waktu tidu
rena tidak berkontak dengan gigi antagonisnya.
Selama terjaga di siang hari, mobiliti berkurang ka
gigi tertekan kedalam soket gigi sewaktu penguny
dan penelanan.
Variasi mobiliti dalam sehari semalam ini lebih ny
pada individu dengan kebiasaan oklusal seperti br
sim dan klensing.
Gigi berakar tunggal lebih mobil dibandingkan gig
akar banyak.
Mobiliti terutama terjadi dalam arah horizontal, m
pun mobiliti terjadi juga dalam arah aksial tetapi l
ringan.

Mobiliti gigi terjadi dalam dua tahap:


1. Tahap inisial atau intrasoket
Pada tahap ini gigi bergerak sebatas ligamen
riodontal yang berkaitan dengan distorsi visko
lastik ligamen periodontal dan redistribusi cai
kandungan interbundel, dan serabut ligamen
riodontal.
Pergerakan inisial ini terjadi dengan tekanan s
kitar 100 lb dan pergerakannya sejauh 0,05
0.10 mm (50 - 100 m).
2.Tahap sekunder
Tahap ini terjadi secara bertahap, mencakup d
formasi elastis tulang alveolar sebagi respon t
hadap tekanan horizontal yang meningkat. Ap
bila mahkota gigi dikenai tekanan sebesar 500
pergeseran gigi adalah sejauh 100 - 200 m p
insisivus, 50 - 90 m pada kaninus, 8 - 10 m
pada premolar, dan 40 - 80 m pada molar.

Apabila tekanan yang mengenai gigi telah tiada, g


kembali ke posisi semula juga melalui dua tahap:
1. Gerak balik mendadak seperti pegas.

2. Gerak pemulihan lambat asimtomatis.


Gerak ini berlangsung seirama dengan denyu
pada pembuluh darah ligamen periodontal ya
seirama dengan denyut jantung.

Mobiliti patologis.Mobiliti yang melebihi rentangan mobiliti yang no


Dikategorikan patologis karena mobilitinya melam
mobiliti yang normal, sedangkan periodonsium se
tidak harus berpenyakit.

Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya


mobilitas gigi :
1. Hilangnya dukungan terhadap gigi karena ke
langan tulang
2. Trauma karena oklusi
3. Penjalaran inflamasi dari gingiva atau dari pe
apikal ke ligamen periodontal
4. Bedah periodontal
5. Kehamilan, menstruasi dan kontrasepsi horm
6. Proses patologis pada rahang yang merusak
tulang alveolar dan/atau akar gigi

Hilangnya dukungan terhadap gigi karena


kehilangan tulang.
Apabila faktor ini penyebabnya, derajat mobilit
tergantung pada :
keparahan dan distribusi kehilangan tulang
pada masing-masing akar gigi
panjang dan bentuk akar gigi
ukuran akar dibandingkan dengan mahkota
Gigi dengan akar yang runcing dan pendek leb
mudah mengalami mobiliti dibandingkan gigi d
ngan akar gigi yang normal atau bulbous, mes
pun kehilangan tulang pada kedua gigi setara.
Karena kehilangan tulang biasanya akibat kom
nasi beberapa faktor dan tidak terjadi sebagi te
muan tersendiri, maka keparahan mobiliti gigi
dak selamanya sebanding dengan jumlah kehil
an tulang.

Trauma karena oklusi


Cedera akibat tekanan oklusal sering menjadi p
nyebab mobiliti gigi.
Mobiliti yang disebabkan trauma karena oklusi
jadi sebagai akibat resorpsi lapisan kortikal tula
yang akan menyebabkan dukungan serabut lig
men periodontal, dan pada tahap selanjutnya s
bagai fenomena adaptasi dengan akibat meleb
nya ruang ligamen periodontal.

Penjalaran inflamasi dari gingiva atau dar


periapikal ke ligamen periodontal
Penjalaran inflamasi tersebut menimbulkan per
bahan yang menyebabkan mobiliti gigi. Penjal
inflamasi dari abses periapikal akut bisa memp
hebat mobiliti gigi tanpa adanya penyakit perio
dontal.

Bedah periodontal
Mobiliti gigi bertambah secara temporer untuk
berapa waktu pasca bedah periodontal.

Kehamilan, menstruasi dan kontrasepsi


hormonal
Kadang-kadang mobiliti gigi meningkat pada m
kehamilan, menstruasi, atau selama penggunaa
kontrasepsi hormonal. Ini bisa terjadi pada pasi
tanpa penyakit periodontal, yang diduga akibat
jadinya perubahan fisikokimiawi pada jaringan
periodonsium.

Proses patologis pada rahang yang merusa


tulang alveolar dan/atau akar gigi
Osteomielitis dan tumor rahang bisa meningkat
mobiliti gigi.

RESESI GINGIVA

Tersingkapnya akar gigi akibat bergesernya pos


gingiva ke apikal.
Resesi

Posisi gingiva

Dengan istilah resesi dimaksudkan lokasi dari gin


bukan kondisi gingivanya. Resesi gingiva sering te
di pada keadaan terinflamasi, tetapi bisa pula pad
periodonsium sehat.

Berdasarkan proses terjadinya resesi gingiva dibe


kan atas:
Resesi akibat penyakit gingiva dan periodont
Resesi akibat iritasi mekanis pada periodonsi
yang sehat.

Resesi akibat penyakit gingiva dan periodon

Ciri-ciri klinis:
Krista gingiva bebas berada apikal dari batas
sementum-enamel
Gingiva bisa merah atau merah muda dan lun
atau kaku tergantung perubahan patologis ya
terjadi
Gingiva tipis, getas dengan gingiva cekat yan
minimal atau tidak ada sama sekali
Gigi yang terlibat adalah gigi dengan pemben
tukan saku periodontal, yang kedalamannya b
tidak berbeda dari sulkus normal

Resesi akibat iritasi mekanis pada


periodonsium yang sehat

Biasanya tanpa tanda-tanda inflamasi gingiva


Resesi bisa setempat pada gigi yang labioversi
tetapi bisa juga menyeluruh pada hampir semu
gigi

Klasifikasi
Menurut Sullivan & Atkins
1.
2.
3.
4.

resesi
resesi
resesi
resesi

yang
yang
yang
yang

dangkal-sempit
dangkal-lebar
dalam-sempit
dalam-lebar

Menurut Miller Jr
1.Kelas
2.Kelas
3.Kelas
4.Kelas

I
II
III
IV

Kelas I

Kelas II

Kelas I.- Resesi pada tepi gingiva yang meluas ke


batas mu- kosa-gingiva dan belum ada kehilangan
tulang atau jaringan lunak pada daerah interdental.
Resesi bisa sempit atau lebar (kelompok 1 dan 2
menurut klasifikasi Sullivan dan Atkins).
Kelas II.- Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke
atau me- lewati batas mukosa-gingiva, namun belum
ada kehilangan tulang maupun kehilangan jaringan
lunak pada daerah inter- dental. Resesinya bisa
sempit atau lebar (kelompok 3 dan 4

Kelas III

Kelas IV

Kelas III.- Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau m


wati batas mukosa-gingiva disertai oleh kehilangan tulang
atau kehilangan jaringan lunak pada daerah interdental, at
adanya malposisi gigi yang ringan.

Kelas IV.- Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau m


wati batas mukosa-gingiva disertai oleh kehilangan tulang
jaringan lunak yang parah pada daerah interdental, atau m
posisi gigi yang berat.

Etiologi :
Inflamasi gingiva.Proses inflamasi setempat menyebabkan
kehancuran
jaringan ikat dan proliferasi epitel ke sisi-sisi
yang
mengalami perusakan jaringan ikat.
Proliferasi sel-sel epitel ke jaringan ikat
menyebabkan penyusutan permukaan

Friksi sikat gigi.epitel, yang secara kliFriksi


dari sikat
gigi,resesi.
terutama pada tehnik penyi
nis terlihat
berupa
an gigi dalam arah horizontal dengan bulu sikat
keras disertai dengan tekanan yang agak kuat m
nyebabkan resesi gingiva.
Resesi gingiva akibat kesalahan penyikatan gigi,
sebut juga sebagai abrasi gingiva, lebih sering d
pai dan lebih parah pada individu dengan gingiv
yang relatif sehat, sedikit penumpukan plak dan
higiene oral yang baik.

Friksi dari jaringan lunak.Friksi jaringan lunak yang berasal dari aksi ototpipi dan bibir terhadap gingiva bisa menjurus pa
resesi gingiva, yang secara khusus dinamakan a
gingiva.

Perlekatan frena atau otot.Perlekatan frena atau otot yang terlalu dekat ke
gingiva dapat mengganggu jairngan gingiva dan
mengubah komposisi jaringan ikatnya dari mass
kolagen yang rapat menjadi massa yang longga
dan elastis seperti yang biasa dijumpai pada mu
alveolar. Jaringan tipis dengan perlekatan yang l
gar ini cenderung membentuk sulkus yang akan
mempermudah penumpukan dan terlalu dekat k
tepi gingiva menyebabkan tarikan-tarikan pada
gingiva setiap kali berbicara, mengunyah maupu
menyikat gigi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan


terjadinya resesi gingiva :

Posisi gigi.Apabila gigi rotasi, tilting atau labioversi, plat tu


tipis dan berkurang tingginya. Pada keadaan ya
demikian, tekanan pengunyahan atau penyikata
gigi yang sedang telah memungkinkan resesiny
gingiva yang tidak didukung tulang alveolar ters

Morfologi akar gigi.Bila inklinasi lingual dari akar palatinal atau aka
bukal menjulang ke arah bukal, tulang pada dae
serviks gigi menjadi tipis atau berkurang ketingg
nya. Hal ini menyebabkan gingiva bebas tidak p
dukungan, sehingga mudah terjadi resesi.

Zona gingiva cekat yang inadekuat.Pada zona gingiva cekat yang inadekuat mukos
alveolar akan berperan sebagai jaringan margin
sekeliling gigi.
Jaringan yang perlekatannya longgar dan tidak
keratin ini tidak dapat menahan tekanan dari pe
katan gigi maupun ekskursi makanan pada wak
pengunyahan sehingga mudah terjadi resesi.

Tekanan oklusal yang berlebihan.Tekanan oklusal yang berlebihan bisa menyeba


kan teresorpsinya plat tulang vestibular dan ora
yang tipis, sehingga gingiva rentan untuk meng
lami resesi.

Masalah yang ditimbulkan :


Masalah estetis.-

Adanya resesi sering dikeluhkan oleh pasien


karena alasan estetis yang dapat mempengaru
penampilan.
Karies gigi.-

Permukaan akar gigi yang tersingkap akan ren


untuk terjadinya karies.
Hipersensitivitas dentin.-

Keausan sementum akar yang menjadi tersingk


oleh resesi akan menyingkapkan permukaan de
yang sangat sensitif, terutama terhadap sentuh

Simtom pulpa.-

Hiperemia pulpa beserta simtom yang menye


tainya bisa timbul akibat tersingkapnya perm
kaan akar gigi.
Penumpukan plak, makanan, dan bakteri.-

Resesi pada permukaan interproksimal menim


bulkan ruangan kemana plak, makanan, dan
bakteri akan menumpuk.

Aktivitas penyakit periodontal

Kehilangan perlekatan

Sampai beberapa tahun yang lalu kehilangan per


katan yang diakibatkan penyakit periodontal dian
gap sebagai fenomena yang berjalan lambat teta
kontiniu. Namun pada tahun-tahun terakhir ini te
berkembang konsep aktivitas penyakit periodont

Pe

e
d
rio

s
k
e

i
s
a
b
r
e
as

Periode tenang

Waktu

Tanda-tanda periode eksaserbasi/aktif:

Klinis :
Pendarahan gingiva, spontan atau pada prob
dan jumlah eksudat gingiva yang lebih bany
Histologis :
Epitel saku terlihat licin dan ulserasi, dan infi
tratnya didominasi oleh sel-sel plasma, dan/
atau lekosit polimorfonukleus.

Mikrobiologis :
Proporsi yang tinggi dari organisme motil da
spirokheta.
Setelah beberapa waktu kehilangan
tulang telah terlihat secara radiografis.

Spesifitas sisi.-

Perusakan periodontal tidak terjadi secara bersam


pada semua sisi di rongga mulut, tetapi pada suat
rentang waktu hanya melibatkan beberapa gigi ba
kan hanya pada beberapa sisi dari beberapa gigi.
Hal ini dinamakan sebagai spesifitas sisi dari peny
periodontal.
Sering ditemukan pada pasien sisi dengan perusa
periodontal bersebelahan dengan sisi tanpa perus
atau dengan perusakan yang ringan.

Oleh sebab itu, keparahan periodontitis meningka


dengan cara:
1. Bertambahnya sisi berpenyakit yang baru,
dan/atau
2. Meningkatnya perusakan pada sisi yang telah
ada.

Anda mungkin juga menyukai