PENDAHULUAN
1
1. Studi literatur di perpustakaan sebagai langkah
pengambilan dataPengambilan data dilakukan setelah studi literatur.
Adapun data yang diambil berupa data sekunder yaitu data yang diambil
dari literatur yang berhubungan dengan pembahasan yang ada.
2. Studi literatur di internet
3. Akuisisi data
a. Pengelompokan data dari literatur
b. Pengecekan data, agar kerja lebih efisien
4. Melakukan analisis terhadap data dan memberikan alternatif penyelesaian
masalah sebagai acuan untuk pembahasan permasalahan.
5. Menarik kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan penafsiran data-data yang ada
dengan permasalahan yang di teliti. Dengan adanya kesimpulan berarti
telah di peroleh hasil akhir sebagai pemecahan masalah yang diteliti.
2
BAB II
PELEDAKAN TAMBANG BAWAH TANAH
3
Tabel 2. 1Geometri Peledakan Smooth Blasting
Perimeter
Charge
Hole Charge
Concentration Burden Spasi
Diameter Type
( kg/m)
(m)
25 – 32 0.11 11 mm Gurit 0.3 – 0,5 0.25 – 0.35
25 – 48 0.23 17 mm Gurit 0.7 – 0.9 0.50 – 0.70
51 – 64 0.42 22 mm Gurit 1.0 – 1.1 0.80 – 0.90
51 – 64 0.45 22 mm Gurit 1.1 – 1,2 0.80 – 0.90
(Sumber : Laboratorium Tambang,2013, “Diktat Praktikum Peledakan UNISBA”,
Bandung.)
4
bawah tanah. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi desain tambang yang
dibuat adalah sebagai berikut :
Burden serta spasi yang digunakan dalam suatu pola peledakan
Jenis serta karakteristik bahan peledak yang digunakan
Diameter lubang tembak dengan bahan peledak yang digunakan
5
d. Blasting Agent
Bahan kimia yang belum dicampur satu dengan yang lainnya
bukan merupakan bahan peledak, contohnya ANFO.
e. Slurry/Water Gel Explosive/Emulsion
Yaitu campuran oksidator seperti sodium nitrate dan omonium
nitrat.
6
sempurna dan sanggup dalam melayani satu dengan yang mungkin tidak akan
lebih baik.Sebuah desain teknik yang baik adalah memperhatikan keseimbangan
desain di mana semua faktor yang berinteraksi, bahkan mereka yang tidak dapat
diukur, yang diperhitungkan.Dengan desain metode yang tersedia untuk menilai
stabilitas suatu tambang dan terowongan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Metode anaitik
7
serta pengakuan potensi uang tabungan dari mekanika batuan akan mengarah ke
aplikasi yang lebih besar dari desain mekanika batuan di pertambangan dan dalam
pembuatan terowongan. Namun demikian, sementara hari ini penelitian yang
lebih luas sedang dilakukan dalam mekanika batuan, masih ada tampaknya yang
menjadi masalah utama dalam menerjemahkan penelitian tim dalam pencarian
prosedur desain yang inovatif dan ringkas.
Perlu diingat bahwa dalam merancang sebuah tambang atau terowongan
bawah tanah, akan melibatkan banyak sistem desain, selain yang terlibat dalam
desain mekanika batuan. Sistem yang baik bagi aspek untuk pertambangan ini
diberikan oleh Luxbacher dan Ramani (1980). Dalam kasus terowongan, Muir
Wood dan Sauer (1981) membahas interaksi yang dibuat dalam tahap desain awal,
untuk hasil yang baik dan mempertimbangkan konsekuensi pada tahap-tahap
selanjutnya. Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas penambang dan
terowongan adalah sebagai berikut :
a. Bidang stres penggalian bawah tanah, terutama yang disebabkan oleh
pertambangan.
b. Interaksi penggalian yang berdekatan
c. Kekuatan dan sifat lapisan batuan pada penggalian
d. Kondisi air tanah metode dan kualitas penggalian
e. Lapisan tanah
8
2.3 Pengeboran (Drilling)
Tujuan pengeboran adalah untuk membuat sejumlah lubang ledak dengan
geometri dan pola yang sudah ditentukan yang selanjutnya akan diisi dengan
sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.Untuk membuat lubang maju dalam
tambang bawah tanah atau terowongan perlu diciptakan suatu bidang bebas yang
disebut dengan cut hole.
Cut hole adalah suatu lubang buka yang diciptakan pada suatu face yang
tidak mempunyai free face berupa lubang bor sedalam kemajuan yang diperoleh.
Pola pemboran cut hole yang digunakan dalam peledakan tambang bawah tanah
9
2. Pyramid Cut atau Diamond Cut, yaitu pola pemboran yang merupakan
variasi dari wedge cut dimana ujung dari lubang ledak mengarah pada titik
pusat dari face yang berbentuk pyramid.
10
4. Burn Cut, yaitu pola peledakan dimana lubang ledak tegak lurus terhadap
bidang vertikal atau pada free face.
𝐾𝑒𝑚𝑎𝑗𝑢𝑎𝑛𝐻𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
% Kemajuan = 𝑥 100%
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝐿𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘
11
BAB III
PENENTUAN NILAI GEOMETRI PELEDAKAN
12
Prinsip pola peledakan pada tambang bawah tanah adalah sama dengan di
tambang terbuka, yaitu membuat sekuensial ledakan antar lubang. Peledakan
pembuatan cut merupakan urutan pertama peledakan di bawah tanah agar
terbentuk bidang bebas baru disusul lubanglubang lainnya, sehingga lemparan
batuan akan terarah. Urutan paling akhir peledakan terjadi pada sekeliling sisi
lubang bukaan, yaitu bagian atap dan dinding. Pada bagian tersebut pengontrolan
menjadi penting agar bentuk bukaan menjadi rata, artinya tidak banyak tonjolan
atau backbreak pada bagian dinding dan atap. Permuka kerja suatu bukaan bawah
tanah, misalnya pada pembuatan terowong-an, dibagi ke dalam beberapa
kelompok lubang yang sesuai dengan fungsinya (Gambar 3.1), yaitu cut hole, cut
spreader hole, stoping hole, roof hole, wall hole dan floor hole. Bentuk suatu
terowongan terdiri bagian bawah yang disebut abutment dan bagian atas
dinamakan busur (arc). Gambar 3.2 memperlihatkan pola peledakan untuk
membuat terowongan dengan bentuk cut yang berbeda masing-masing burn cut,
wedge cut, dan drag cut.
13
(Sumber :Modul Juru Ledak kelas II, 2010)
Gambar 3. 2Geometri Peledakan Jenis V-cut
14
Atau jika mempergunakan beberapa empty hole diameter khayalnya dapat
dihitung dengan mempergunakan rumus :
Dd n
15
(Sumber : Laboratorium Tambang,2013, “Diktat Praktikum Peledakan UNISBA”,
Bandung.)
Gambar 3. 5Hubungan antara Jarak Lubang Ledak dengan Empty Hole
serta Hasil Peledakannya
a. Desain Square I
Dalam kasus ini beberapa empty hole hubungannya dapat ditunjukkan sebagai :
a1= 1.5 D
W1= a 2
Dimana : a = C – C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak
D = Diameter Khayal
W = Jarak antar lubang ledak
16
Parameter yang perlu diketahui dalam menentukan jumlah pengisian
bahan peledak (Q) pada cut holes terdiri atas stemming dan konsentrasi pengisian
bahan peledak (lc). Konsentrasi pengisian bahan peledak yang dipakai pada kotak
pertama dapat dilihat dari grafik pada gambar 3.3.
Stemming Kotak Pertama: (ho) = a
Q = lc (H - ho)
17
b. Desain Square II
B1= W1
a2= 1.5 W1
W2= 1.5W1 2
Data kunci yang diperlukan pada kotak kedua dan kotak berikutnya adalah :
B = Burden
W = Jarak antar lubang ledak
Q = Jumlah bahan peledak
18
(Sumber : Laboratorium Tambang,2013, “Diktat Praktikum Peledakan UNISBA”, Bandung.)
Gambar 3. 7 Grafik Konsentrasi Minimum Pengisian Handak (kg/m) dan
Maksimum Jarak C – C (m) untuk Jarak antara Lubang Ledak yang Berbeda-beda
W3 = 1.5 W 2 2
Jumlah pengisian bahan peledak pada kotak ketiga ini caranya sama
dengan penentuan jumlah pengisian bahan peledak pada kotak kedua.
d. Desain Square IV
W4 = 1.5 W3 2
19
(i) (ii)
(iii) (iv)
(Sumber : Laboratorium Tambang,2013, “Diktat Praktikum Peledakan UNISBA”,
Bandung.)
Gambar 3. 8Geometri Perledakan pada Cut Holes
Jika jarak antara lubang ledak (W) terlalu lebar dan burden (B)
berdasarkan rumus diatas sama dengan (W) sehingga besar pada cut holes lebih
besar dari burden pada stoping, maka burden pada cut holes dan perhitungan
jumlah bahan peledak yang dipakai harus diatur sehingga sama dengan stoping
holes.
Penentuan burden dan konsentrasi bahan peledak dapat dilihat dari grafik
pada gambar 2.4Berdasarkan tabel 2.2 di bawah, pengisian lubang ledak dapat
dihitung :
hb = 1/3 H
Qb = lb x hb
Pengisian kolom :
20
(lc) = 0.5 x lb
ho = 0.5 x B
hc = H – hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot = Qb + Qc
Dimana : lb = Charge concentration Bottom
hb = Height bottom charge
Qb = Komsumsi bahan peledak bottom charge
lc = Column charge
hc = Heigth column
Qc = Komsumsi bahan peledak pada column charge
Pada umumnya bahan peledak yang digunakan dalam tambang bawah
tanah (peledakan terowongan) adalah bahan peledak yang telah dikemas dalam
bentuk paper cartridge atau plastic tube yang telah memepunyai diameter (mm)
dan charge concentration (kg/m) tertentu.
Bahan peledak yang sering digunakan adalah Emulite, Dynamex, dan
ANFO, yang dipakai untuk meledakkan cut holes, stoping holes dan floor holes.
Sedangkan untuk meledakkan wall holes dan roofholes bahan peledak yang iasa
dipakai adalah Gurit.
21
(Sumber : Laboratorium Tambang,2013, “Diktat Praktikum Peledakan UNISBA”,
Bandung.)
Gambar 3. 9 Grafik Hubungan antara Burden dengan Konsentrasi Pengisian
Bahan Peledak untuk Diameter Lubang Ledak dan Bahan Peledak yang Berbeda
Bila burden (B), kedalaman lubang ledak (H) dan konsentarasi bottom
charge (lb) telah diketahui, tabel dibawah ini akan memberikan geometri
pemboran dan pengisian handak disetiap bagian dari tunnel.
Tabel 3. 1Geometri Peledakan pada Stoping Holes
Heigth Charge
Part of The Burden Spacing Bottom Concentration Stemming
Round (m) (m) Charge Bottom Column (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 1xB 1.1 x B 1/3 x H lb 1.0 x lb 0.2 x B
22
Wall 0.9 x B 1.1 x B 1/6 x H lb 0.4 X lb 0.5 x B
Roof 0.9 x B 1.1 x B 1/6 x H lb 0.3 X lb 0.5 x B
Stoping:
Upwards 1xB 1.1 x B 1/3 X H lb 0.5 x lb 0.5 x B
Horizontal 1xB 1.1 x B 1/3 x H lb 0.5 x lb 0.5 x B
Downwards 1 x B 1.2 x B 1/3 x H lb 0.5 x lb 0.5 x B
(Sumber : Laboratorium Tambang,2013, “Diktat Praktikum Peledakan UNISBA”, Bandung.)
Untuk menghitung jumlah bahan peledak yang digunakan pada wall holes
peledakan bawah tanah dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut :
Bottom Charge
lb = Diperoleh dari grafik 3.12
hb = 1/6 H
Qb = lb x hb
Column Charge
lc = 0.4 x lb
ho = 0.5 x B
23
hc = H – hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot = Qb + Q c
24
Dimana :lb = Konsentrasi pengisian didasar lubang ledak (charge
concentration bottom)
hb = Tinggi isian dasar lubang ledak (height bottom charge)
Qb = Komsumsi bahan peledak bottom charge
lc = Konsentrasi pengisian di atas isian dsar (column charge)
hc = Tinggi colom (heigth column)
Qc = Komsumsi bahan peledak pada colom
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam merencanakan suatu kegiatan peledakan, terdapat beberapa parameter
yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil peledakan yang maksimal. Ada
parameter yang dapat dikendalikan dan ada yang tidak dapat dikendalikan.
Salah satu faktor yang dapat dikendalikan yaitu geometri peledakan.
2. Terdapat beberapa teori mengenai penentuan nilai geometri peledakan. Seperti
teori menurut Persson-Holmberg-Lee, Stig O. Olofsson Swedish Technique,
Charlos Lopez Jimeno.
3. Nilai burden dan spasi pada bujur sangkar bergantung lebar diameter lubang
kosong (empty hole). Sedangkan nilai burden dan spasi stopping dan kontur
bergantung terhadap jenis bahan peledak yang digunakan
4. Jumlah muatan bahan peledak pada bujur sangkar I ditentukan berdasarkan
penarikan grafik konsentrasi minimum pengisian handak (kg/m) dan
maksimum jarak C – C (m) untuk diameter empty hole yang berbeda-beda
antara jarak lubang ledak dengan empty hole. Sedangkan untuk kebutuhan
muatan bahan peledak bujur sangkar selanjutnya ditentukan berdasarkan
penarikan grafik konsentrasi minimum pengisian handak (kg/m) dan
maksimum jarak C – C (m) untuk Jarak antara Lubang Ledak yang Berbeda-
beda.
5. Salah satu parameter keberhasilan dari suatu rancangan geometri peledakan
dapat dianalisis dari prediksi distribusi fragmentasi yang akan dihasilkan.
4.2 Saran
26
2. Rumus penentuan geometri peledakan menurut para ahli hanya dasar acuan
geometrinya. Tetapi pada penerapan di lapangan perlu adanya kajian geometri
yang sesuai berdasarkan pengalaman perancang geometri hingga mendapat
hasil peledakan maksimal sesuai yang diharapkan. Karena prinsip dari
rancangan peledakan adalah rule of thumb yaitu suatu patokan yang
berdasarkan pengalaman atau petunjuk praktis yang sifatnya kira-kira.
27
DAFTAR PUSTAKA
Koesnaryo S., 1995, Bahan Peledak dan Metode Peledakan, Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta
Koesnaryo S., 2001, Pemboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Konya C. J., 1967, Blast Design, Precision Blasting Services, Montville, Ohio.
Mc. Gregor E.P., 1968, The Drilling of Rock, CR Books Ltd., A Mclaren
Company, London.
Pusdiklat Mineral dan Batubara, 2010, Pendidikan dan Pelatihan Juru Ledak
Kelas II, Bandung
28