MODUL PERIODONSIA
PENATALAKSANAAN MOBILITAS GIGI
DENGAN SPLINTING WIRE
(REVISI DISKUSI TANGGAL 30 NOVEMBER 2022)
Nama Kelompok :
1. Dina Anisawati (20204020082)
2. Nurul Noviasari (20204020039)
3. Alfiatu Nurul Rahmanida (20204020035)
Dosen Pembimbing :
drg. Hartanti, Sp. Perio
Data Pasien
Nama : Ruhaida
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 39 tahun
Alamat : Nogosari, II, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta
No CP3DG : 89035
A. Pemeriksaan Subjektif
1. CC : Pasien perempuan berusia 39 tahun datang dengan keluhan terdapat beberapa
giginya yang goyah dan merasa tidak nyaman ketika digunakan untuk makan.
2. PI : Keluhan dirasakan pada gigi depan rahang bawah sejak 7 tahun yang lalu ketika
pasien sedang hamil anak ke-2. Awal mulanya pasien memiliki kebiasaan menggigit
makanan keras di bagian gigi tersebut kemudian pasien merasakan gusinya menjadi
tergores/terluka kemudian turun sehingga ketika terkena rangsang panas dan dingin
giginya giginya menjadi terasa ngilu. Saat ini terdapat rasa sakit yang dirasakan
pasien pada gigi yang dikeluhkan tersebut. Gusi pasien juga bengkak, rasa sakit yang
dirasakan yaitu berdenyut dan berada di skala 8. Faktor yang memperparah
kondisinya ketika menggosok gigi karena pasien mengaku gusinya sering berdarah
ketika menggosok gigi sedangkan faktor yang memperingan kondisi pasien ketika
pasien berkumur air sirih. Saat ini gigi yang dikeluhkan pasien jarang bahkan tidak
digunakan untuk mengunyah karena takut semakin parah. Pasien berkunjung ke
dokter gigi 4 tahun yang lalu untuk konsultasi tanpa tindakan mengenai keluhan
tersebut pada saat hamil anak ke-3. Pasien belum pernah melakukan pembersihan
karang gigi dan untuk mengobati keluhannya tersebut pasien biasa berkumur dengan
air daun sirih.
3. PDH : Pasien pernah datang ke dokter gigi untuk melakukan perawatan tambal gigi
geraham pada saat hamil anak kedua sekitar 7 tahun lalu. Pasien memiliki kebiasaan
menggosok gigi 2x sehari pada saat mandi pagi dan malam sebelum tidur.
4. PMH : Pasien tidak memiliki riwayat opname dalam kurun 1 tahun terakhir. Pasien
memiliki riwayat alergi dingin dan tidak memiliki alergi obat dan makanan. Pasien
tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit dalam. Saat ini pasien sedang rutin
mengonsumsi obat KB.
5. FH : Nenek pasien dicurigai memiliki riwayat penyakit darah tinggi sedangkan bapak,
ibu, kakak, dan suami pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit dalam.
6. SH : Pasien merupakan guru Paud, memiliki 3 anak dan tinggal di rumah bersama
suami dan mertua. Pasien rutin mengonsumsi sayur dan jarang mengonsumsi buah
dalam sehari-hari. Pasien jarang mengonsumsi makanan dan minuman manis dan
rutin berolah raga seminggu 1x tiap minggunya. Pasien tidak memiliki kebiasaan
minum kopi dan teh.
B. Pemeriksaan Objektif
Terdapat gingiva kemerahan pada gigi 31, 32, 41, dan 42, interdental membulat, konsistensi
lunak dengan poket yang dalam > 3mm dan adanya LOA disertai dengan resesi.
PI 93,7 %
PD PD (Bukal/ Labial) PD (Palatal/ Lingual) CAL bukal CAL lingual
(elemen) (PD+resesi) (PD+resesi)
32 5 mm (mesiobukal, +) 6 mm (mesiobukal, +) 6 mm + 2 = 8 6 mm + 2 = 8
6 mm (midbukal, +) 6 mm (midlingual, +)
5 mm (distobukal, +) 4 mm (distolingual, +)
31 6 mm (mesiobukal, +) 6 mm (mesiolingual, +) 5 mm + 2 = 7 6 mm + 2 = 8
5 mm (midbukal, +) 6 mm (midlingual, +)
5 mm (distobukal, +) 5 mm (distolingual, +)
41 5 mm (mesiobukal, +) 6 mm (mesiolingual, +) 6 mm + 4 = 10 5 mm + 2 = 7
6 mm (midbukal, +) 5 mm (midlingual, +)
6 mm (distobukal, +) 5 mm (distolingual, +)
42 5 mm (mesiobukal, +) 5 mm (mesiolingual, +) 6 mm + 3 = 9 5 mm +2 = 7
6 mm (midbukal, +) 5 mm (midlingual, +)
5 mm (distobukal, +) 5 mm (distolingual, +)
Interpretasi Radiograf
1. Gigi 31 :
Mahkota : Normal
Akar : Terdapat akar berjumlah 1 dengan masing-masing 1
saluran akar.
Alveolar crest : Terdapat penurunan alveolar crest secara horizontal
pada sisi mesial dan distal
Periapikal : Terdapat kehilangan tulang hingga sepertiga apikal
2. Gigi 32 :
Mahkota : Normal
Akar : Terdapat akar berjumlah 1 dengan masing-masing 1
saluran akar.
Alveolar crest : Terdapat penurunan alveolar crest secara horizontal
pada sisi mesial dan distal
Periapikal : Terdapat kehilangan tulang hingga sepertiga apikal
3. Gigi 41 :
Mahkota : Normal
Akar : Terdapat akar berjumlah 1 dengan masing-masing 1
saluran akar.
Alveolar crest : Terdapat penurunan alveolar crest secara horizontal
pada sisi mesial dan distal
Periapikal : Terdapat kehilangan tulang hingga sepertiga apikal
4. Gigi 42 :
Mahkota : Normal
Akar : Terdapat akar berjumlah 1 dengan masing-masing 1
saluran akar.
Alveolar crest : Terdapat penurunan alveolar crest secara horizontal
pada sisi mesial
Periapikal : Terdapat kehilangan tulang hingga sepertiga apikal
C. Assessment
Diagnosis : generealized periodontitis kronis disertai luksasi derajat 2 pada gigi 31, 32,
41, 42
Diagnosis banding : localized periodontitis kronis
D.Treatment Planning
1. KIE
2. Scaling dan root planning
3. Kuretase dan splinting
4. Kontrol dan evaluasi sampai 3 bulan pasca splinting
BAB II
DASAR TEORI
A. Periodontitis Kronis
1. Mobilitas gigi sedang sampai berat dengan adanya peradangan periodontal dan /
atau trauma oklusal primer
D. Jenis Splinting
Berdasarkan lamanya waktu pemakaian, splint dibagi menjadi tiga, yaitu splint
sementara, splint semi permanen, dan splint permanen (Sari dan Oktarinasari, 2021).
Berikut adalah penjelasan serta indikasi masing-masing splint:
1. Splint sementara diindikasikan pada gigi dengan kegoyahan parah baik sebelum
maupun selama dilakukan terapi periodontal. Jenis splint ini memiliki kelebihan,
yaitu dapat mengurangi trauma saat perawatan (Sari dan Oktarinasari, 2021).
2. Splint semi permanen diindikasikan pada gigi yang mengalami mobilitas progresif,
adanya resiko kehilangan gigi selama perawatan karena penurunan jaringan
pendukung yang signifikan. Splint semi permanen digunakan saat dilakukan
penentuan prognosis jangka panjang melalui observasi secara periodik (Sari dan
Oktarinasari, 2021).
Berdasarkan bahan yang digunakan, dikenal wire-composite splint, resin splint, dan
Kevlar/fiber glass splint. Wire-composite splint meliputi kawat lentur yang
diadaptasikan pada lengkung gigi dan difiksasi ke gigi dengan komposit adhesive. Wire-
composite memiliki kelebihan yaitu lebih banyak digunakan, lebih murah dan mudah
diaplikasikan, tetapi juga memiliki kekurangan yaitu mudah patah akibat tekanan oklusi.
Metode resin splint dilakukan dengan pemasangan full resin splint ke permukaan gigi.
Kevlar/fiber glass splint menggunakan fiber nilon, Kevlar bands atau fiber glass yang
dibasahi dalam resin dan dipasang dengan serangkaian polimerisasi ke permukaan gigi
yang telah dietsa. Kelebihan splinting menggunakan bahan fiber atau fiber glass splint
adalah nilai estetik yang tinggi, tidak berwarna, serta biokompatibilitas (Djais, 2011).
Lesi endodontic-periodontic
2. Splint Internal
- Pasien dengan kegoyangan gigi yang tidak dapat di terapi dengan cara lain.
Alat Bahan
Diagnostic Set Wire 0.03/0.025
Gunting Etsa
Light curing Bonding
Brush Flowable composite
Low speed Pumice murni
Glass plate Cotton roll
Stone bur Articulating paper
Bur polishing (alphin
bur)
B. Prosedur Kerja
1. Operator mencuci tangan dengan 6 langkah WHO dan menggunakan APD.
2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Pasien duduk di dental chair.
4. Operator mengatur posisi kerja disebelah kanan pasien.
5. Melakukan initial terapi yaitu scaling USS dan kuretase.
6. Dilakukan pengukuran panjang kerja menggunakan dental floss dengan panjang 2x
panjang kerja
7. Wire dipotong sesuai dengan panjang kerja kemudian dibuat dalam bentuk twist.
8. Keringkan gigi dengan menggunakan 3-way syringe
9. Lakukan isolasi dengan menggunakan cotton roll
10. Aplikasikan etsa pada bagian lingual di 1/3 incisal gigi selama 15 detik, kemudian
dibilas dengan semprotan air lalu keringkan dengan semprotan udara
11. Aplikasikan bonding pada area yang telah di etsa kemudian di angin-anginkan
12. Lalu lakukan curing dengan LC selama 10 detik
13. Aplikasikan wire pada area gigi yang telah dibonding
14. Aplikasikan resin komposit di pertengahan mesio distal gigi lakukan penyinaran
selama 20 detik
15. Lakukan finishing dan polishing serta cek adanya traumatik oklusi pada gigi pasien
dengan artikulating paper
16. Pasien diajarkan melakukan kontrol plak dengan menggunakan alat bantu khusus
seperti sikat interdental untuk membersihkan daerah intraproksimal.
C. Prognosis
Prognosis dalam kasus ini adalah poor prognosis karena kegoyahan gigi termasuk
derajat 2 dan tidak memiliki penyakit sistemik.
BAB IV
KESIMPULAN